You are on page 1of 4

Secercah Cahaya Di Tengah Gulita

Kenapa kalian tidak peduli padaku. Sebegitu pentingnya kah urusan kalian Itulah kata kata yang selalu terngiang di kepala Adi, mengapa orang tuanya kurang peduli padanya. Ya, setidaknya sampai beberapa tahun yang lalu. Sampai ia menyadari hikmah dibalik semuanya. ### Awal Mula Adi besar di lingkungan yang cukup baik, meskipun tidak bernuansa religi, namun keluarganya dan orang sekitarnya hidup rukun dan damai. Masyarakat saling tolong menolong dan saling menghargai satu sama lain. Orang tua Adi hidup kurang rukun, sering mereka bertengkar di depan anak mereka, meskipun terkadang kembali akur. Banyak orang tua tidak sadar akibat buruk yang timbul karena pertengkaran mereka di depan anak anak mereka. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi jiwa mereka. Umumnya anak anak yang berkelakuan buruk itu disebabkan kehidupan orang tua mereka yang kurang akur. Itulah sebabnya Islam pun melarang orang tua untuk bertengkar di depan anak anak mereka. Kesepian Adi sebenarnya anak yang cerdas. Dia selalu juara kelas sejak SD kelas 1. Mungkin karena kurangnya perhatian dari orang tuanya, akhirnya Adi tumbuh menjadi anak yang nakal. Ya, mungkin sekedar untuk mencari perhatian, atau mengekspresikan tekanan mental yang diperolehnya di rumah. Semenjak SD kelas 4 dia sering memukul temannya baik di sekolah maupun di lingkungan tetangganya. Dia pula sering merampas makanan temannya. Dia juga beberapa kali mencuri uang orang tuanya untuk bemain play station yang sedang booming saat itu. ###

Kabut Hitam Tahun 2000 Adi lulus SD, kemudian masuk SMP. Suasana baru, teman baru, dan segala sesuatu yang baru. Meski tetap berprestasi, tetap saja Adi menjadi anak nakal. Berkelahi menjadi kebiasaan yang sering ia lakukan hampir tiap pekan. Akibatnya ia mendapat hukuman dari guru gurunya. Kondisi lingkungan sekolah dan teman temannya saat itu semakin menambah kelakuan buruknya. Cahaya Itu Bernama Islam Saat kelas 3 smp, di sekolah Adi kegiatan Kajian Keislaman. Dia pun mulai tertarik mengikuti kegiatan tersebut. Perlahan tapi pasti, perubahan sikap Adi mulai terlihat. Dia sudah berhenti mencuri uang, tidak memukul temannya, dan berusaha jauh dari berbagai tindakan negative lainnya sudah sangat jauh berkurang. Hanya saja perasaan tidak suka atau bisa dibilang perasaan benci kepada orang tuanya masih susah hilang. Mungkin karena sejak kecil kurang mendapat perhatian, sehingga perasaan tersebut tertanam sejak lama. Adi sangat bersungguh sungguh menjaga shalatnya. Mungkin karena pengaruh mimpi ia meninggal dunia, kemudian tersadar ternyata ia masih hidup. Mungkin juga karena ilmu yang ia dapat dikajian untuk selalu menjaga shalat demi kebahagian dunia akhirat. Adi sering berpindah pindah masjid untuk shalat. Mencari kebenaran di tengah gemerlapnya dunia merupakan hal yang terindah dalam hidup. Tiga tahun kemudian, Adi lulus dan melanjutkan ke SMA. Masa masa yang sangat riskan bagi para remaja yang masih mencari jati diri. Ditambah invasi budaya asing sangat kuat melanda. Apalagi jika para remaja tidak memiliki filter yang baik, tentu mereka akan hanyut terbawa arus budaya barat. Untungnya di SMA juga ada wadah kajian islam. Bahkan lebih baik dan lebih teroganisir dibanding saat SMP. Organisasi itu bernama Rohis. Adi pun mengikuti organisasi tersebut. Dia memperoleh banyak manfaat dari organisasi tersebut. Selain itu, dia juga ikut paskibra dan tim basket di SMAnya untuk mengeksplor kemampuan dan bakatnya. Hitung hitung juga melepas stress. ###

Islam Itu Indah Setelah sekian waktu belajar Islam, Adi mulai mengenal banyak hukum hukum dalam Islam. Mulai thaharah / bersuci, shalat, puasa, zakat, dan tata cara ibadah lainnya. Dia juga belajar aqidah, yaitu tentang keimanan kepada Allah, malaikatNya, dan hal hal ghaib lainnya. Selain itu dalam Islam pula, dia diajar untuk berbuat baik kepada sesama manusia, kepada binatang, alam dan lingkungan. Kita tidak boleh menyakiti orang lain tanpa alasan yang jelas. Jauh sekali dari longlongan orang orang yang benci dengan Islam. Mereka selalu mencemooh Islam, padahal mereka tidak mengenal Islam yang sebenarnya. Namun satu hal yang belum bisa Adi terima seutuhnya. Sangat sulit baginya untuk berbakti kepada orang tuanya sepenuh hati. Kain Putih Di Tengah Malam Satu hal yang dipelajari Adi ketika ikut kajian adalah shalat malam. Shalat ini merupakan shalat sunnah yang paling besar pahalanya. Biasanya Adi tertidur sekitar pukul 10 malam dan bangun ketika waktu shalat subuh. Dia tidak begitu tahu keadaan rumahnya di tengah malam. Hingga suatu malam dia ingin sekali untuk shalat malam. Dia pun menyetel alarmnya. Sekitar pukul 2 malam alarmnya pun berdentang kencang. Adi terbangun, mengucek ngucek matanya, kemudian mematikan alarmnya. Sejurus kemudian dia bangun hendak menuju kamar mandi. Baru saja beberapa langkah, kakinya terhenti. Deg, jantungnya berdegup kencang. Seseorang memakai kain putih berbaring terlentang di lantai. Hampir saja Adi lari ketakutan, namun.. Pelajaran Dari Sang Bunda Tercinta Namun diputuskannya untuk menghampiri kain putih itu. Deg, kaki Adi mengendap pelan pelan. Diperhatikannya kain putih itu dengan seksama. Rasa takutnya mulai hilang. Tampak sebuah buku di tangan orang yang tidur itu. Masya Allah, ternyata orang itu adalah bundanya tercinta. Beliau terbaring memakai mukena putih. Kemungkinan beliau terlelap setelah lelah shalat malam dan membaca buku. Masya Allah, perasaan Adi bergejolak. Entah apa yang harus ia lakukan. Hatinya begitu goyah. Tidak terasa bola matanya pun meneteskan air mata. Kemudian dia shalat dan berdoa memohon ampun kepada Robbnya.

Setelah kejadian itu, Adi mulai berpikir ulang tentang orang tuanya. Bukankah Islam menyuruh pemeluknya untuk berbakti kepada orang tuanya sepenuh hati? Mungkin mata, telinga, dan hatinya selama ini sudah tertutupi kebencian kepada orang tuanya. Sehingga banyak kebaikan orang tuanya yang luput dari pandangannya. Sejuta pertanyaan terlintas di benaknya. Pernahkah terbayang olehmu perjuangan orang tuamu untuk membiayaimu dan adik adikmu? Lihat ibumu, bagaimana beliau mengandungmu, menyusuimu. Beliau bahkan sering tidak tidur dalam menjalankan tugasnya membantu orang lain yang hendak melahirkan (bidan). Lihat bapakmu yang bekerja keras pula di kantornya bahkan sampai sakit. Bukankah banyak orang yang terlahir tanpa mengenal orang tuanya? Bersyukur engkau masih memiliki orang tua. Dewasalah sedikit memandang masalah. Masalah yang timbul di antara kedua orang tuamu itu adalah ujian dari Allah bagi keduanya dan juga untukmu dan adik - adikmu. Bukankah engkau telah mempelajari iman kepada takdir? Tunjukkan kedewasaanmu, menjadi kuatlah, karena di belakangmu ada adik adik kecil yang butuh perhatianmu, ketika orang tuamu sedang bekerja. Jangan biarkan mereka merasa kehilangan. Tapi jadilah pembimbing buat mereka, sebagaiman engkau telah memperoleh bimbingan. Bimbingan menuju kebahagian sebenarnya di dunia dan akhirat. Bangun dan Bergegas Adi merasa sangat bersalah kepada orang tuanya. Dia telah terbangun dari tidur panjangnya. Sekarang waktunya bergegas untuk berbakti kepada orang tuanya. Dimulai dengan meminta maaf atas kesalahan - kesalahannya. Bersyukurlah, karena dua pintu surgamu masih terbuka. Keduanya masih bernapas panjang. Hal ini karunia dariNya untukmu. Bangun dan bergegaslah berbakti kepada mereka. Karena mereka orang tuamu. Jalan pintas menuju surga yang dianugerahkan Allah padamu. ### Selesai (By: Nymph Sayyad)

You might also like