You are on page 1of 23

A SINGLE MONTH Author : @adistinurul [ini ff oneshot pertama aku, jangan jadi silent reader yaaa sekalian minta

pendapat, ini terlalu panjang apa enggak ? hehe kamsahamnida chinguuuuuu ] Eunryung-ah, saranghamnida, Kurasakan pupil mataku membulat besar ketika lelaki itu tiba-tiba muncul didepanku. Sepersekian detik kemudian, sekuat tenaga aku menahan laju ayunan dengan kakiku hanya agar tidak menabraknya. Meskipun dia nyaris tertabrak ayunan, dia tetap bergeming, tidak mundur selangkahpun dari tempatnya. Aku tak yakin dengan apa yang barusan kudengar. Mwo ? Kau yakin ingin aku mengulanginya? dia memperlihatkan seringai evil-nya. Meskipun dia kelihatan santai seperti biasa, aku bisa merasakan aura gugup yang mengelilinginya. Aku tidak menjawab, memberinya kesempatan untuk memperjelas apa yang baru saja dikatakannya. Seringainya mulai surut. Dia lalu memandangku dengan tatapannya berubah lembut. Saranghamnida, Eunryung-ah, Beberapa detik kami sama-sama diam. Entah apa yang dipikirkannya, tapi aku sibuk mencerna kata-katanya barusan. Pada akhirnya reaksiku malah tertawa. Ya! Lucu juga. tapi aku tidak bisa dibodohi semudah itu, aku mendongak lalu berusaha menertawakan leluconku sendiri meski aku tidak tahu letak lucunya dimana. Aku hanya berharap laki-laki di depanku bisa segera ikut tertawa dan menyudahi saja percakapan yang canggung ini. Namun aku sudah tertawa sampai mulutku pegal, dia tidak juga ikut tertawa. Aku menarik napas lalu memicingkan mataku. Kau serius? Lelaki itu Cho Kyuhyun membuatku semakin terhenyak dengan anggukan kepalanya tegasnya. Tentu saja aku serius, Eunryung. Perlukah aku bicara keras keras kalau aku, Cho Kyuhyun, menyukaimu, Young Eunryung ? Selama beberapa detik aku terhenyak sambil memandang wajahnya. Aku menarik napas lalu membuang wajahku ke samping. Ekspresi apa itu, Kyuhyun? Itu seperti bukan kau. Laki-laki berwajah serius itu aku yakin pasti bukan kau. Aku menghela nafasku dalam-dalam. Kau tahu aku ini pacar hyungmu, kan? Ekspresi wajahnya yang tadinya lembut berubah kaku. Untuk pertama kalinya dalam beberapa menit yang terasa lama ini, dia melepaskan pandangannya dari mataku. Dia menunduk lalu mengangguk pelan. Aku tahu. Tapi aku bertemu denganmu jauh sebelum kau bertemu dengan Donghae hyung, Aku mendesah. Aku tidak akan pernah memanggil Oppa pada laki-laki kekanakan ini meskipun umurnya tak kurang dari setahu diatasku. Umur dan kedewasaan seseorang memang seringkali tidak sinkron. Kyuhyun-ah, kau tahu ini tidak ada hubungannya dengan siapa yang bertemu siapa duluan! Ini

Bukankah kau terlalu cepat mengambil keputusan? dia menolak mendengarkan kelanjutan ucapanku. Kau yakin kau tidak mencintaiku? Kau yakin Donghae hyung yang kau cintai? dia memandangku dengan pandangan menyelidik. Aku mengerutkan kening, memandangnya tidak percaya. Kau tidak bisa menjawabku kan? Aku memutar bola mataku. Bukan seperti itu Sudahlah, potongnya, menghentikan ucapanku. Beri aku waktu sebulan. Kau pasti menyadari bahwa akulah yang kau sukai, Aku terhenyak sampai tidak mampu menjawab kata-katanya. Jadi, Young Eunryung, bersiaplah, Aku duduk diatas karpet, meletakkan tanganku dimeja untuk menopang wajahku. Sesekali aku melirik jam dinding yang tergantung di sebelah kanan ruangan. Sudah hampir tiga puluh menit aku menunggu di dalam apartemen ini sendirian. Ini bukan apartemenku, tapi hanya ada aku seorang diri disini. Aku memandang layar ponselku, membaca sekali lagi sms terakhir yang dikirimkan Donghae Oppa padaku. sepertinya aku akan terlambat sedikit. Di jalan ada kecelakaan. Tidak apa-apa kan kalau kau menunggu sebentar ? Aku membalasnya dengan balasan ne singkat dengan emoticon bergambar wajah murung. Aku sungguh tidak sabar ingin bertemu dengan Donghae Oppa. Jadwalnya begitu sibuk, tiga minggu yang lalu adalah waktu terakhir kali aku bertemu dengannya. Itupun hanya sebentar karena dia harus mengejar pesawat untuk konser SM Town di New York yang diteruskan dengan jalanjalan ke Saipan bersama Jungsoo Oppa. Beberapa menit kemudian, aku mendengar suara kenop pintu yang dibuka. Dengan refleks aku berdiri, melihat siapa yang datang. Sosok yang kutunggu daritadi sedang berdiri disana, dengan tangan yang masih memegang kenop pintu. Dia tersenyum menyambutku. Eunryung-ah, mianhae, ujarnya sambil menutup pintu. Dia membuka mantelnya lalu meletakkannya begitu saja di sofa. Dia menghampiriku sambil mengacak rambutnya, terlihat begitu keren dimataku. Aku hampir tak percaya kalau laki-laki ini adalah pacarku. Dia mengulurkan tangannya lalu mengelus pipiku lembut dengan jari telunjuknya yang ditekuk. Aku menunduk menyembunyikan semburat merah yang menjalari pipiku. Gwaenchanna, Oppa, aku menyingkirkan tangannya dari pipiku. Kalau dia menyentuh pipiku lebih lama lagi rasanya pipiku akan terbakar. Oppa pulang sendirian? Yang lain mana? aku mencari-cari kesembilan orang yang selalu bersama Donghae Oppa. Dulu biasanya mereka bertigabelas. Tapi semenjak Hankyung Oppa bermasalah dengan SM, Kangin dan Heechul Oppa yang sedang wamil dan Kibum Oppa yang sibuk dengan dramanya, hanya merekalah yang tersisa. Donghae Oppa mengangguk. Ne. Mereka sedang ada acara di SBS dan aku merasa kurang enak badan jadi

Oppa sakit?? tanyaku panik. Dengan refleks aku meletakkan punggung tanganku di dahi Donghae Oppa, cara tradisional untuk mengukur suhu orang demam. Aku bisa merasakan suhu dahinya yang memang agak lebih tinggi. Badanmu hangat! Duduklah, Oppa. Kubuatkan teh ya ? Aku memapah Donghae Oppa untuk duduk di sofa yang terdekat. Gwaenchanna, Eunryung-ah. Aku hanya demam, bukannya terkena virus mematikan Aku mencebikkan bibirku. Jangan berkata seperti itu, Oppa. Aku tidak suka. Oppa tunggu disini, kubuatkan teh, aku beranjak dari tempat dudukku menuju dapur di asrama Super Junior. Bisa dibilang aku sudah hampir hafal dengan segala sudut dorm ini, baik dilantai sebelas maupun dua belas. Aku sudah lama bersahabat dengan Kyuhyun yang sering membawaku berkunjung ke dorm Super Junior sampai akhirnya aku berpacaran dengan Donghae Oppa. Aku menghela nafas ketika bayangan Kyuhyun menghampiri otakku. Benar juga, bagaimanapun karena Kyuhyun jugalah aku bisa bertemu dengan Donghae Oppa. Aku ragu, setelah pernyataan cintanya kemarin, apa aku masih bisa menganggap Kyuhyun adalah sahabatku ? Jujur saja aku datang ke dorm Super Junior pun dengan gamang. Di satu sisi aku ingin bertemu Donghae Oppa, disisi lain aku masih belum tahu bagaimana aku harus bersikap didepan Kyuhyun. Apakah mungkin kalau kami bersikap seperti biasa ? Aku menghampiri Donghae Oppa sambil mengaduk tehnya. Donghae Oppa nampak sedang menyandarkan kepalanya di kepala sofa menghadap langit-langit ruangan dengan matanya yang terpejam. Kasihan, dia pasti capek. Oppa, ini tehnya, Kuulurkan gelas teh itu padanya. Dia menegakkan tubuhnya lalu berbalik menghadapku kemudian mengambil gelas teh yang kupegang sambil tersenyum. Gomawo, Donghae Oppa meminum tehnya sampai habis setengahnya, lalu meletakkannya dimeja. Dia berdeham lalu memicingkan matanya. Terlalu manis, Benarkah? Oppa mau aku buatkan lagi? tanyaku panik. Aku bangkit lagi dari tempat dudukku, bersiap pergi ke dapur untuk membuatkan segelas teh lagi untuknya. Tapi tiba-tiba tangannya menangkap pergelangan tanganku. Dia sedang menatapku lekat-lekat dengan wajahnya yang hangat waktu aku menoleh. Tidak usah, katanya. Aku mengernyit bingung. Dia bangkit, lalu memapahku untuk duduk lagi di bangku. Terlalu manis karena aku meminumnya sambil melihatmu, Aku merasakan semburat merah menghiasi pipiku. Pipiku rasanya jadi hangat sekali. Donghae Oppa nampak menahan tawanya ketika melihat ekspresiku. Aku menyenggol pelan dada Donghae Oppa dengan sikuku. Ya~ Oppa. Kau ini Aku menghentikan ucapanku ketika Donghae Oppa menatapku dengan tatapan yang sanggup merontokkan semua tulangku. Tiga bulan berpacaran dengannya rupanya masih belum cukup membiasakan diriku untuk lepas dari pesonanya. Perlahan wajah Donghae Oppa semakin dekat ke wajahku. Meski rasanya aku tahu apa yang akan dilakukannya, aku tidak berusaha menolak. Aku tidak bisa mengalihkan mataku dari matanya. Sorotnya membuat tubuhku kaku. Lelaki ini sungguh, aku tidak yakin apa aku bisa berhenti terpesona padanya

AKU PULANG!!! terdengar suara pintu yang menjeblak terbuka. Kami otomatis melompat menjauhkan diri masing-masing ke arah yang berlawanan. Hampir bersamaan, aku dan Donghae Oppa menoleh ke arah pintu. Ya! Kyuhyun-ah! Mengagetkan saja! omel Donghae pada dongsaengnya itu. Hatiku mencelos ketika melihat sosoknya. Aku bertabrakan mata dengan Kyuhyun sekilas. Dia memandangku dengan tatapan nyinyir yang menyebalkan, aku membuang wajahku ke arah lain. Kalian sedang apa? Hanya berdua disini? Kyuhyun mengabaikan omelan hyungnya. . Eunryung-ah, wanita macam apa kau datang ke asrama pria seperi ini.. Aku membalikkan badanku, mendelik ke arahnya. Ya! Kyuhyun-ah, kau Aku yang memintanya datang. Memangnya salah kalau aku meminta pacarku datang? Donghae Oppa memotong perkataanku. Lagipula kenapa kau sudah pulang? Mana yang lain? Lagipula kenapa kau tidak ke apartemenmu saja? Donghae Oppa memberondong Kyuhyun dengan pertanyaan-pertanyaan yang menguatkan asumsiku bahwa Kyuhyun memang sengaja datang untuk menganggu waktuku dengan Donghae Oppa. Apartemennya ada di lantai sebelas, sedangkan kami sekarang sedang berada di lantai dua belas. Bukankah itu aneh ? Aku . aku hanya khawatir dengamu, Hyung. Lagipula coba kalau aku tidak segera datang, mana boleh kalian hanya berduaan di asrama! Bagaimana kalau Seunghwan hyung tahu? ujarnya tanpa merasa salah dan malah menuding Donghae Oppa dan aku. Membuat kami terdengar sepertipasangan mesum saja. Seunghwan hyung sudah mengenal Eunryung, kau ingat? Bukankah dulu kau yang mengenalkannya padanya? sahut Donghae Oppa. Aku menyetujuinya dalam hati. Positif, si setan satu ini memang sengaja datang untuk mengganggu kami. Kyuhyun kemudian meloyor pergi, mengabaikan kata-kata Donghae Oppa barusan. Donghae Oppa menghela nafasnya berat, maklum dengan kelakuan si magnae Super Junior ini. Dasar kekanakan ! rutukku dalam hati. Donghae Oppa menatapku lagi dengan sorotnya yang lembut. Aku balas menatapnya sambil tersenyum pahit. Kami berdua kemudian tertawa tanpa alasan. Tawa kami langsung surut ketika si evil itu datang dan dengan enaknya menjatuhkan dirinya diantara kami berdua. Aku dan Donghae Oppa harus terpaksa menyingkir ke sisi sofa yang berlainan saat dia duduk. Ya! Kyuhyun! Apa yang kau lakukan?! Kyuhyun pura-pura tidak mendengarnya. Ia memejamkan mata seolah tidak ada kami berdua disana. Aku kedinginan, Hyung. Aku butuh kalian berdua untuk menghangatkanku. Memangnya kalian mau aku mati kedinginan? katanya tanpa membuka mata. Diam-diam aku mendengus sebal. Benar-benar alasan yang tidak masuk akal! Ya! Kau ini bicara apa sih ? Mantelmu setebal ini bagaimana bisa kau mati kedinginan. Kau ini mengganggu saja, sudah sana main dengan PSP mu!

Kyuhyun menegakkan tubuhnya, lalu menggeleng. Ia melipat tangan di atas dadanya. Annio. Kalau aku main PSP, itu artinya aku meninggalkan kalian berdua. Terlalu berbahaya. Aku akan main PSP kalau yang lain sudah datang, katanya sok serius. Aku mendelik ke arahnya dengan pandangan tak percaya. Ya! Kau pikir aku ini laki-laki mesum atau apa? Sembarangan saja. Sana main dengan PSP mu! paksa Donghae Oppa sambil mendorong pundak Kyuhyun. Tapi Kyuhyun tetap mempertahankan dirinya. Sungguh, tak ada yang lebih menyebalkan daripada seorang Cho Kyuhyun yang duduk diantara aku dan Donghae Oppa. Kyuhyun terus-terusan menggelenggelengkan kepalanya. Seharusnya Donghae menendang Kyuhyun saja supaya dia lebih cepat pergi. Kami pulang!! suara beberapa lelaki yang hampir bersamaan terdengar. Kami bertiga serempak menoleh. Rupanya para member SJ yang lain sudah pulang. Ah, ada Eunryung, Hyukjae Oppa tersenyum ke arahku lalu aku membalasnya canggung. Kyu! Apa yang kau lakukan? Duduk seperti itu memangnya enak? Hyukjae ganti menatapnya dengan kening berkenyit. Aku baru sadar kalau posisi duduk Kyuhyun sangat aneh, terlihat memaksakan. Aku mencibir ke arahnya. Dia jelas-jelas melihat cibiranku dan malah mengabaikannya. Kau dengar itu kan? Sudah sana ambil PSP mu, menganggu saja, Donghae mendorong pundak Kyuhyun lagi pelan. Sambil mencebikkan bibir, Kyuhyun bangkit dari tempat duduknya. Aku hanya tersenyum canggung ke arah Donghae Oppa. Rasanya aku ingin mengucapkan terima kasih juga pada Hyukjae Oppa yang sudah membuat si setan itu pergi dari antara aku dan Donghae Oppa. Kelakukannya membuatku kesal setengah mati, tapi aku tidak berani berkata apa-apa. Donghae Oppa membalas senyumku. Maafkan kelakukan dongsaengku itu ya, Eunryung, ujar Donghae dengan senyum menawannya. Aku tertawa kecil. Ara. Kenapa minta maaf? Aku yang paling tahu bagaimana menyebalkannya si setan satu itu, jawabku sambil tertawa. Donghae Oppa ikut tertawa bersamaku. Namun tawa kami seketika berhenti ketika melihat sesosok laki-laki dengan enaknya meloyor melewati kami. Kyuhyun, dengan PSPnya. Dia memang tidak duduk diantara kami lagi, tapi dengan wajah tanpa merasa bersalah, dia duduk sofa yang terletak di depan sofa kami. Aku hampir saja menggemeletukkan gigiku saking gemasnya. Kyuhyun-ah! Kenapa hari ini kau menyebalkan sekali sih?! Donghae Oppa mulai habis kesabarannya. Mana enak kalau bermesraan sambil telak-telak ditonton orang seperti itu! Hari ini dia memang aneh sekali, hyung. Setelah kau pulang, dia memohon-mohon pada panitia acara supaya dia bisa pulang lebih cepat. Kami kira dia ada janji, ternyata malah pulang ke dorm, Ryeowook mengadu. Hah, sudah kuduga. Dia memang sengaja datang untuk mengacaukan acaraku dengan Donghae Oppa.

Kyuhyun pura-pura tidak mendengar aduan Ryeowook barusan, dia sok seru dengan PSP ditangannya. Gigiku bermeletuk saking gemasnya. Aku khawatir kalau lama-lama disini, aku tidak akan bisa menahan diriku untuk membunuhnya. Oppa, aku lebih baik pulang. Sudah malam, kataku pamit pada Donghae Oppa dengan suara lesu. Sebetulnya aku masih ingin lebih lama bersama Donghae Oppa, tapi aku yakin selama aku disini pasti si setan satu itu tidak akan berhenti menggangguku. Aku melirik ke arah Kyuhyun dengan tatapan tajam. Dia pura-pura tidak melihat. Benar, benar. Anak perempuan mana boleh pulang malam-malam, Kyuhyun menyela tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar PSP. Aku mendesis kesal. Kenapa buru-buru? Apa karena Kyuhyun? tanya Donghae Oppa dengan wajah sedikit murung. Aku mengangkat bahu. Sebetulnya memang karena Kyuhyun. Aku tidak tahu, Oppa. Lagipula memang sudah malam, nanti aku bisa tidak dapat kereta, Kereta? Kau tidak mau kuantar? Aku menyentuh dahi Donghae Oppa dengan punggung tanganku. Oppa sedang sakit, ingat? Lagipula aku bisa kok pulang sendiri, aku tersenyum mencoba menenangkan wajahnya yang mulai nampak khawatir. Aku akan mengantarnya, hyung! ujar Kyuhyun buru-buru, melemparkan PSP nya ke sofa. Kyuhyun lalu berdiri dengan sigap. Donghae Oppa mengernyitkan keningnya, begitu juga denganku. Kau ? Ne, Oppa. Jangan menatapku seperti itu. Bagaimanapun aku mengenal Eunryung duluan daripada kau, ujarnya, terdengar menyindir. Kajja, Kyuhyun mengambil kunci mobilnya, sementara aku masih terpaku ditempatku. Bahkan Donghae Oppa belum memperbolehkannya, dia sudah main ambil kunci saja. Donghae Oppa kemudian menatapku dengan wajah lembutnya yang terlihat kecewa. Tidak apa-apa kan kalau Kyuhyun yang mengantar? Sejujurnya aku lebih ingin naik kereta saja. Tapi Donghae Oppa pasti mempertanyakan kenapa aku tidak ingin diantar si setan satu itu. Daripada nanti aku kesulitan menjawab pertanyaannya, kupikir lebih baik aku mengangguk saja. Toh aku yakin meskipun Kyuhyun menyebalkan, dia tidak akan berbuat yang aneh-aneh. Donghae Oppa kemudian mendekatkan bibirnya ke telingaku. Ia berbisik. Besok aku free. Jalan-jalan kedengarannya menyenangkan ya? Aku refleks menoleh ke arah Donghae Oppa dengan tatapan tak percaya. Sedetik kemudian, kami tertawa cekikikan bersama sebelum suara menyebalkan itu terdengar lagi. Eunryung-ah ! Cepat! -

Kyuhyun membukakan pintu depan mobilnya lalu memberiku isyarat agar aku segera masuk. Aku menghentikan langkahku. Aku mau duduk di belakang saja, kataku. Ya! Kau pikir aku ini supirmu? Kyuhyun bergerak menghalangi pintu belakang mobil yang hendak kubuka. Aku memandangnya dengan pandangan tajam. Maunya apa sih orang ini? Keluhku dalam hati. Aku mendengus lalu berputar mengelilingi bagian belakang mobil untuk menempuh pintu yang satunya lagi. Tapi Kyuhyun lebih sigap, dia sampai duluan di depan pintu belakang yang satunya lagi dan lagi-lagi menghalangiku. Aku mendesis. Kau duduk di depan saja, dia menyeringai. Ah ! Kau ini kenapa sih?! seruku kesal. Kyuhyun mengikuti langkahku, memastikan aku duduk di tempat yang sesuai keinginannya. Akhirnya aku mengalah lagi untuk duduk di bangku depan. Kyuhyun tersenyum penuh kemenangan lalu menutup pintu mobil. Beberapa detik kemudian Kyuhyun sudah berada di dalam mobil. Dia menutup pintu lalu memakai sabuk pengamannya. Kyuhyun menoleh ke arahku. Tiba-tiba saja aku bisa merasakan perlahan dia mendekatkan dirinya padaku. Aku nyaris menahan napas saat tubuhnya dan tubuhku hanya dipisahkan oleh jarak sebatas jengkal orang dewasa saja. Ya! K-Kau mau apa?! seruku gugup. Ia menolehkan wajahnya ke wajahku sehingga aku bisa merasakan dengusan nafasnya yang kedengaran tidak beraturan. Aku memejamkan mataku. Ya! Kalau kau berani macam-macam akan ku Bicara apa kau? Aku hanya memakaikan sabuk pengaman kok, dia mengunci sabuk pengamanku lalu menjauhkan badannya ke tempat semula. Aku membuka mata lalu memandang sabuk pengaman yang telah terikat rapi di badanku. Aku tertegun, seketika pipiku rasanya terbakar. Kyuhyun kemudian mengerling jahil padaku. Apa kau memang ingin aku melakukan sesuatu padamu ? Aku mendelik padanya. Sudah cepat antarkan aku pulang, aku sudah ngantuk! Kyuhyun menyeringai, tanpa berucap apa-apa Kyuhyun kemudian menyetater mobilnya, mengemudikannya dengan santai. Pemandangan kelap-kelip lampu di pusat kota Seoul yang megah memang menarik. Tapi kali ini aku sama sekali tidak tertarik untuk mengaguminya. Sudah terlalu sering aku lewat jalan ini, jadi kelihatannya biasa saja. Lagipula kali ini pikiranku disibukkan dengan hal lain. Laki-laki ini bukan, bukannya aku tidak suka sama sekali padanya. Dia tampan dan baik, meskipun seringkali menyebalkan. Dia adalah satu member Super Junior yang paling banyak penggemarnya. Suaranya bagus dan otaknya encer. Sulit untuk mengatakan bahwa aku tidak menyukainya. Perasaan sukaku padanya beda, tidak seperti yang kurasakan pada Donghae Oppa sekarang Waeyo ? Kau baru sadar kalau aku memang tampan kan? suaranya membuyarkan lamunanku. Tanpa sadar aku memandanginya sambil melamun, dan sialnya, dia berhasil menangkap basah pandanganku yang telak-telak padanya. Aku membuang wajahku ke arah lain sambil mendesis. Gwaenchanna, belum terlambat kok kalau kau mau berpaling,

Aigoo ! Kau ini bicara apa sih? tegurku, menatapnya dengan pandangan tak percaya. Kenapa sih dia ini bersikap seolah-olah aku ini bukan pacar hyungnya ? Aku tahu aku mengenal dia terlebih dulu daripada Donghae Oppa. Tapi kan bukan berarti dia bisa melakukan hal seperti ini. Eunryung-ah, kuberi tahu ya. Kau kan baru tiga bulan pacaran dengannya. Aku tahu hyung memang tampan, tapi pasti kau belum tahu kan kalau Donghae hyung itu suka sekali menangis ? Melihat bulan saja dia bisa menangis! ujar Kyuhyun dengan wajah meledek. Aku memutar bola mataku. Itu artinya Donghae Oppa orang berhati halus, tidak sepertimu! Tapi kan laki-laki tidak boleh menangis terlalu sering! Dan eh, apa kau tahu? Hyung itu kalau tidur lampunya tidak pernah dimatikan karena dia takut hantu. Kalau membangunkan orang hobinya memeluk. Bukankah itu kekananak-kanakan? Padahal aku magnae, tapi dia membuatku merasa seperti seorang hyung, aku menjabarkan perkataan Kyuhyun tadi sebagai usaha cuci otak. Aku suka lelaki yang kekanak-kanakan. Menurutku imut, jawabku cuek. Jinjjayo ? Kalau begitu besok aku tidak akan mematikan lampu kalau mau tidur. Dan akan kupeluk semua hyung kalau bangun pagi-pagi. Dan aku akan ikut tidur bersama Hyukjae Oppa kalau dia tidak mau kubangunkan. Kalau begitu apa kau akan menyukaiku ? Aku tertegun, menatapnya jengah. Kyuhyun-ah Waeyo ? Sudah kubilang kan kau akan menyukaiku dalam waktu satu bulan ? dia mengatakan hal itu tanpa rasa bersalah. Tawa renyahnya bahkan masih belum surut. Kyuhyun-ah, bukan seperti itu aku menghela nafas berat. Donghae Oppa dan aku..

Memang apa bagusnya Donghae hyung? Aku tahu dia lebih tampan. Tapi bukankah aku lebih keren? Aku juga lebih romantis.. Lagipula mudah sekali dia mengizinkan laki-laki lain mengantarmu pulang? Meskipun yang mengantar itu aku tapi Ya-Kyuhyun! Cukup! Kalau kau bicara lagi, lebih baik aku turun! ancamku sambil memegang pintu mobil. Wah, kau mengancamku ya. Ara,ara. Aku tidak akan bicara lagi, katanya. Syukurlah kalau kau sudah mengerti. Lagipula meskipun hari ini kau yang mengantarku, besok aku dan Donghae Oppa akan pergi jalan-jalan. Kau tidak akan bisa mengganggu kami lagi. Sudah, aku mau tidur. Bangunkan aku kalau sudah sampai rumah, aku memutar badanku seratus delapan puluh derajat, membelakanginya. Eunryung-ah, mianhae. Ada pemotretan yang harus diulang, sepertinya akan memakan waktu cukup lama. Jalan-jalannya kita tunda sebentar ya? Aku akan menghubungimu kalau sudah selesai Aku memandangi pesan singkat dalam layar ponselku itu berulang kali hingga aku sudah menghafalnya diluar kepala. Dalam ID Pengirim tercantum nama Lee Donghae, pacarku. Aku

mendengus. Kecewa sih sudah pasti. Padahal aku sangat menantikan hari ini sampai tidak bisa tidur karena sibuk memilih baju mana yang akan kupakai untuk kencan kami. Aku sudah berdandan rapi sebelum pesan singkat itu mengacaukan segalanya. Padahal diluar cuacanya bagus. Sayang kalau tidak dipakai jalan-jalan ANNYEONG!!! aku hampir melonjak kaget ketika pintu kamarku tiba-tiba dibuka dari luar. Bukan, itu namanya mendobrak, bukan membuka. Mataku terpaku pada sosok pelaku pendobrakan yang berdiri dengan seringai evilnya. Kyuhyun !! seruku marah. Aku berkacak pinggang, namun lelaki itu nampaknya tidak peduli. Dengan santai, dia duduk di tempat tidurku. Kenapa kau ada disini? Waeyo ? Hari ini aku free dan tidak ada orang di dorm. Jadi aku mengunjungimu, katanya santai. Dia mengambil novel The Davinchi Code yang kutaruh di tempat tidurku. Kenapa begitu tebal? Kenapa mengunjungiku? Temanmu kan bukan hanya aku. Ya! Pembatas bukunya jangan dilepas!! aku buru-buru merebut novel itu dari tangan Kyuhyun yang sudah mulai iseng membuka-buka novelku. Aku mendekap novel itu erat-erat seolah Kyuhyun akan merebutnya kembali dariku. Kyuhyun mencebikkan bibirnya. Ia lalu memutar bola matanya. Karena aku dan kau samasama kesepian dan tak punya kerjaan hari ini, Aku mengernyitkan kening. Maksudmu? Donghae hyung membatalkan janjinya dan kencan kalian dibatalkan. Aku betul kan? Aku terhenyak, hampir saja aku refleks menanyakan bagaimana dia bisa tahu semuanya kalau saja aku tidak ingat bahwa aku yang memberitahunya tentang rencana kencan ini semalam. Dan kupikir dia pasti jauh lebih tahu mengenai jadwal Donghae Oppa daripada aku sendiri. Aku mendengus lalu menjatuhkan diri ke kursi. Ne, kau benar. Puas? Kyuhyun mengangkat alisnya. Ia bangkit dari tempat tidurku lalu serta merta menarik tanganku. Ya! Apa yang kau lakukan? Keluar kamar, kajja. Memangnya kau mau seharian mengurung diri di kamar? Kalau ada pencuri masuk rumah aku yakin kau tidak akan mendengarnya, Kyuhyun mengedikkan kepalanya. Aku diam-diam menyetujui ucapannya. Hari ini Eomma dan Appa memang sedang pergi, hanya ada aku sendirian di rumah. Ya! A-Aku bisa jalan sendiri! Tidak perlu menarikku seperti ini, aku melepaskan tanganku dari cengkeramannya beberapa detik kemudian. Kyuhyun nampak sedikit kaget saat aku mencoba melepaskan tanganku namun Ia bisa langsung menguasai diri. Ketika kami sampai di meja makan, aku melihat tumpukan kantong plastik dan kertas diatas meja makan. Beberapa jenis sayuran menyembul kantong-kantong tersebut. Kenapa Eomma belanja sebanyak ini? gumamku. Ya! Ini semua aku yang beli, Kyuhyun mengedikkan kepalanya. Lihat, aku bahkan membeli sawi, wortel, brokoli, kubis uh, pulang dari sini aku pasti berubah jadi siluman kambing,

Aku tertawa mendengarnya. Siluman kambing? Yang benar saja. Kalau memakan sayuran ini bisa membuatku jadi siluman kambing pasti aku sudah berubah dari dulu. Ya, sebenarnya kau ini mau apa ? aku mengulurkan tangan, mengecek semua belanjaan yang dibawa Kyuhyun. Aku mencairkan hatiku sedikit, berpikir mungkin selama ini mungkin aku sudah terlalu jutek padanya. Dia belanja banyak sekali. Sepertinya Ia membeli seluruh isi toko saja. Lihat saja, tahu putih saja ada dua merek yang berbeda. Aku yakin dia pasti mengambilnya sembarangan. Piknik, jawaban Kyuhyun membuatku mengerutkan kening. Dia kemudian mengambil sesuatu yang tidak kuperhatikan dari kolong meja. Aku bawa tenda, katanya. Untuk apa? Kau ini aneh-aneh saja! Sudahlah. Sekarang, tolong kau masakkan semua bahan-bahan ini. Aku akan mendirikkan tenda di halaman belakang. Setuju? aku tidak menjawab, namun dia sepertinya menyimpulkan diamku sebagai perwujudan kata setuju . Dia langsung bergerak dengan sigap, mengambil tendanya lalu berjalan ke halaman belakang rumahku, meninggalkan aku yang masih kebingungan. Aish aneh sekali sih orang itu, gumamku, kemudian mulai mengerjakan apa yang diperintahkannya. Kyuhyun sedang berjongkok di pinggir tenda yang nampaknya sudah selesai didirikannya. Ia menenggelamkan wajahnya, nampaknya Ia sedang memegangi perutnya. Kenapa dia? Aku menghampirinya sambil membawa nampan makanan. Kau kenapa? Kyuhyun kelihatannya kaget. Ia langsung mendongak ketika mendengar suaraku. Aku bisa melihat wajahnya yang kelihatan pucat. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah dia sakit? Ah, kau sudah selesai? Kenapa begitu lama? dia berdiri lalu melihat nampan yang kubawakan. Kelihatannya enak, kecuali yang berwarna hijau-hijau. Ah, kau tahu perutku lapar sekali. Aku belum makan sejak semalam belanja ternyata cukup merepotkan. Wajahku pucat tidak? Ternyata hanya kelaparan. Sedikit. Kalau begitu ayo kita makan. Aku juga sudah lapar, aku meletakkan nampan masakan itu ke alas yang telah digelar Kyuhyun sebelumnya. Rasanya memang seperti piknik duluan. Ada tenda, ada tikar meskipun tempatnya Cuma di halaman belakang rumahku yang relatif kecil. Kyuhyun memilih-milih makanan. Dia tidak mengambil sayuran-sayuran yang sudah kumasakkan. Padahal tadi dia sendiri yang beli. Kyuhyun-ah! Kau masih belum suka makan sayuran? tanyaku. Kyuhyun menggeleng, lalu menyipitkan matanya. Tidak. Sayur rasanya aneh, jawabnya. Aku memutar bola mataku. Lidahnya seperti lidah anak kecil saja. Pantas saja kulitmu paling jelek diantara para hyungmu. Mereka makan sayur, makanya kulitnya bagus. Kalau tidak makan sayur nanti kau jadi cepat keriput, aku menasihatinya. Kyuhyun menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ekspresi menolak, seperti anak kecil. Tibatiba dia memegang perutnya. Waeyo? tanyaku sedikit khawatir.

Kyuhyun melepaskan tangannya dari perutnya. Dia tertawa kecil. Shireo. Bulgogi buatanmu enak sekali, Kyuhyun menambahkan Bulgogi ke piringnya lalu memakannya dengan lahap. Kyuhyun makan banyak sekali, persis seperti orang yang sudah satu bulan tidak bertemu makanan. Padahal masakanku kan sepertinya tidak seenak itu. Kami selesai makan dalam waktu yang hampir bersamaan. Ketika aku meletakkan piring, tibatiba aku merasa ada titik air yang jatuh ke piringku. Aku memandang ke langit untuk beberapa saat untuk memastikan darimana air itu berasal. Namun sedetik kemudian, jutaan tetes air yang lain mulai ikut turun. Hujan ! Ah! Hujan! Bagaimana ini? Ayo cepat masuk ke rumah! perintahku pada Kyuhyun. Aku berlari ke arah rumah, tanpa menyadari Kyuhyun berlari ke arah yang berlawanan. Aku baru menyadarinya saat aku berbalik dan melihat Kyuhyun sedang berteduh di tenda. Apa yang kau lakukan? Cepat kemari, nanti kau kehujanan! seruku dengan suara yang agak keras. Shireo. Kita kan sedang kemah! Mana boleh masuk ke rumah! Kau yang kemari! teriak Kyuhyun. Ya! Nanti saja main kemah-kemahannya. Sekarang kau berteduh dulu disini! Shireo! Kau yang kemari! Kyuhyun memaksaku. Aku mendesis sebelum akhirnya aku menuruti permintaanya, untuk masuk ke dalam kemah yang telah dibangunnya tadi. Kyuhyun tertawa penuh kemenangan saat aku sampai di mulut tenda. Begitu, dong. Kita kan sedang kemah, Kau tahu kan kau aneh? gerutuku sambil mendelik ke arahnya. Dia hanya menanggapinya dengan seringainya. Kyuhyun membuka setengah dari mulut tenda agar kami tetap bisa memandang keluar tanpa khawatir terciprat air hujan. Eunryung-ah, kau ingat tidak? aku menoleh. Pandangannya nampak sedang menerawang ke arah luar tenda. Waktu itu kau sedang sendirian, menunggu hujan reda di depan perpustakaan. Ketika aku keluar dari perpustakaan, kau langsung bertanya apa kau boleh meminjam payungku, dia menoleh lalu menatapku lembut. Tentu saja aku masih ingat peristiwa itu. Kejadian beberapa tahun yang lalu saat Kyuhyun masih aktif kuliah di Kyunghee University. pertama kali kami bertemu, saat itu aku tidak mengetahui kalau Kyuhyun adalah seorang anggota boyband, bukan salahku kan kalau dia masih kurang terkenal dibandingkan Siwon atau Kibum Oppa. Hari itu aku harus mengikuti kelas, tapi aku terjebak karena hujan setelah meminjam buku dari perpustakaan. Saat melihatnya membuka payung, entah bagaimana terlintas begitu saja dibenakku untuk menanyai apa aku boleh meminjam payungnya. Aku masih ingat, jawabku. Aku heran bagaimana ada orang yang begitu . bagaimana aku harus mengatakannya? Baik atau bodoh? Meminjamkan payung pada orang yang tidak dikenal padahal dia hanya punya satu payung, aku tertawa kecil mengingatnya. Kyuhyun ikut tertawa. Ne, tapi kan akhirnya kau mengembalikan payungku. Untung kau menanyakan aku dari departemen mana,

Dan aku tidak tahu kalau kau begitu terkenal. Aku masih ingat bagaimana tatapan Oh Soobyul saat aku mengembalikan payungmu, Oh Soobyul? Ah, ya, gadis yang mengerikan itu, aku terbahak mendengarnya. Gadis mengerikan? Kau menyebutnya seperti itu? Padahal dia cantik! Dia memang cantik, tapi mengerikan, Kyuhyun menggeleng-gelengkan kepalanya. Kau bakal berpendapat seperti itu kalau kau merasakan sendiri bagaimana dia mengikutimu kemanamana, mengambil fotomu, diam-diam merekam aktivitasmu dan meunggahnya ke internet, Kyuhyun bergidik saat menceritakan hal itu. Aku tertawa. Jujur saja keanehan Oh Soobyul ini baru pertama kali kudengar langsung dari mulutnya. Kami diam cukup lama, memandangi hujan yang turun semakin deras. Otakku seakan memutar flashback tentang kejadian-kejadian saat kami kuliah dulu, bagaimana kami mulai akrab, bagaimana Kyuhyun mulai membawaku ke dorm Super Junior, dan bagaimana Kyuhyun membantuku untuk mendekati Donghae Oppa. Aku tidak tahu apa Kyuhyun memikirkan hal yang sama denganku sekarang. Kenapa Donghae hyung? tanya Kyuhyun tiba-tiba. Perlahan wajahnya berubah muram. Bukankah kita lebih dulu bertemu? Aku menghela nafas. Kyuhyun-ah kau tahu ini bukan masalah Siapa yang bertemu siapa lebih dulu, ara, potong Kyuhyun melanjutkan omonganku. Aku yakin kau hanya belum menyadari perasaanmu yang sebenarnya padaku. Kau pasti menyukaiku, ucapnya terdengar menuntut. Ya! Narsis sekali kau, sahutku sambil tersenyum. Kau belum menyadarinya karena selama ini aku selalu ada untukmu. Kalau suatu saat aku pergi, kau pasti menyesali perasaanmu sendiri, ujarnya masih dengan tampang murung. Aku menarik napas panjang. Bisa jadi, Kyuhyun-ah. Tapi untuk sekarang dengan Donghae Oppa lah aku ingin menghabiskan hidup, jelasku. Dan kau kau tidak akan pergi kemanamana kan? Kyuhyun-ah, belakangan ini kau agak aneh, Aneh bagaimana? Ya aneh saja. Pertama karena kau tiba-tiba bilang kau menyukaiku padahal dulu kau sendiri yang membantu hubunganku dengan Donghae Oppa. Dan kedua, kenapa sih kau mempermasalahkan aku tidak menyukaimu seperti aku menyukai Donghae Oppa? Kau kan sahabatku, Kyuhyun. Sebelum atau setelah adanya Donghae Oppa. Kenapa kau begitu mempermasalahkannya? Aku kan tidak akan pergi kemana-mana dengan Donghae Oppa, Kyuhyun menarik napasnya, Ia lalu menoleh padaku, tersenyum kecil. Aku bisa merasakan gurat kesedihan yang terpancar lewat senyumnya. Sejujurnya aku tidak suka melihatnya begitu. Apalagi tahu bahwa akulah penyebab dia sedih. Tapi bukankah jujur padanya akan lebih baik?Perasaanku pada Kyuhyun memang hanya sekedar sahabat tidak lebih.

Kau benar, mungkin aku memang terlalu khawatir, katanya. Seiring dengan dia menyelesaikan kalimatnya, hujan berangsur mereda. Perasaan itu memang tidak bisa dipaksakan, bukan ? Dia menoleh padaku sambil tersenyum pahit. Aku membalas tatapannya, lalu mengangguk pelan. Kyuhyun? Apa yang kau lakukan ? Aku melihat Kyuhyun yang sedang berdiri dalam jarak lima meter dari hadapanku. Tangannya dilipat di depan perut dan dia bersandar pada pintu depan mobilnya. Wajahnya kelihatan agak pucat, sama seperti tiga hari yang lalu. Apa dia kelaparan lagi? Dia memandangku tajam, dengan sorot yang menusuk. Ada apa ini? Bukankah biasanya dia memandangku dengan . lembut ? Kami bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya Kyuhyun membalikkan badannya dan membukakan pintu depan yang satunya. Ayo cepat naik, Dia tidak menyeringai seperti biasanya. Kemana? Aku kan baru saja mau ke dorm. Donghae Oppa Hyung yang menyuruhku untuk menjemputmu, potong Kyuhyun dingin. Ayo masuk, Aku melangkah ragu-ragu. Kemarin bukankah dia bertingkah seperti pemujaku nomer satu? Kenapa sekarang dia dingin total padaku seperti ini ? Aku masuk ke dalam mobil diiringi dengan tatapan dinginnya. Dia kemudian menutup pintuku dengan kasar sampai aku terlonjak di dalam mobil. Tak lama kemudian, dia ikut masuk dan lagi-lagi membanting pintunya dengan kasar. Ya~ ada apa sih denganmu ? Kau marah padaku? aku menegurnya. Dia melirik tajam ke arahku, lalu menyetater mobilnya seakan aku tidak pernah berkata apa-apa. Ya! Jawab dulu pertanyaanku! Apa kau marah padaku? Aku salah apa? Marah? Kau pikir kenapa aku harus marah padamu? serunya kasar. Dia menggas mobilnya dengan penuh-penuh sehingga aku terpelanting ke belakang. Aku meraih pegangan yang berada di atas jendela pintu mobil saat melihat jarum spedometer mobil terus merangkak keatas. Ya! Mana aku tahu ? Kan kau yang marah! seruku marah. Aku tidak marah!! teriaknya terdengar kesal. Kyuhyun terus menambah kecepatannya. Mana mungkin! Kalau kau terus mengebut seperti ini, lebih baik turunkan aku! Aku tidak mau mati konyol bersamamu! seruku ketakutan. Kyuhyun melirikku dengan pandangannya yang menusuk. Benarkah ? Kalau mati konyol bersama Donghae hyung kau mau ? Aku mengeryitkan kening. Bicara apa sih kau ini? Kau sedang mabuk ya? Cho Kyuhyun-ah, turunkan aku ! aku memukul-mukul lengannya ketakutan. Gaya menyetirnya benar-benar membuatku takut. Beberapa mobil mengelakson mobil Kyuhyun karena tiba-tiba menyalip jalannya. Tapi Kyuhyun tidak peduli dengan suara klakson-klakson itu, dan dia baru saja

menyalip sebuah truk tronton besar dari arah kiri. Alih alih menuruti perintah ku, dia malah menambah kecepatan mobilnya. Kyuhyun-ah ! Turunkan aku! Saat itu aku benar-benar ketakutan. Seolah sekuat apapun aku berteriak memerintahkannya untuk menyetir lebih benar, dia tidak akan mendengarkan. Aku rasa dia sengaja. Aku tidak tahu apa tujuannya, tapi dia memang berhasil membuatku ketakutan setengah mati. Aku mencoba menenangkan diriku. Kyuhyun-ah, tak bisakah kita bicara baik-baik? tanyaku lemah, menyadari bahwa tidak akan gunanya kalau aku terus-terusan berteriak padanya. Sambil tetap mempertahankan kecepatannya, dia bergeming. Aku harap dia sedang mempertimbangkan penawaranku barusan. Kutatap wajahnya lekat-lekat. Cara itu berhasil, akhirnya dia menoleh padaku dengan canggung. Perlahan, kulihat jarum spedometer mobil mulai turun. Kyuhyun akhirnya memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Mianhae, ujarnya lemah, sambil menunduk. Sebetulnya aku ingin marah, tapi melihat ekspresinya yang seperti itu, aku mengurungkan niatku untuk membentaknya. Mianhae sudah membuatmu ketakutan.. tambahnya. Aku menarik napas. Sebenarnya kau kenapa? Tak seperti biasanya kau Kau yakin kau tidak mencintaiku? potong Kyuhyun, menoleh menatapku dengan pandangannya yang lembut. Jauh berbeda dengan tatapan saat dia menjemputku tadi. Beberapa detik aku membalas tatapannya kemudian aku menunduk. Kenapa dia harus berwajah seperti itu? Mana ada orang yang tega membuatnya kecewa Kyuhyun-ah, sudah kukatakan kalau aku Benarkah kau hanya menyukai Donghae hyung? Kau tidak punya perasaan apa-apa sama sekali padaku? dia memotong perkataanku lagi. Aku menghela nafas berat, mencoba menatapnya dalam-dalam. Bukan seperti itu, Kyuhyun-ah. Dengar, jangan potong omonganku dulu, kataku saat melihat Kyuhyun yang akan membuka mulutnya lagi. Aku menyukaimu. Aku juga menyukai Donghae Oppa. Tapi rasa sukaku tidak sama. Kyuhyun-ah, kenapa kau bersikap seperti ini? Kau membuatku merasa bahwa aku harus memilih salah satu diantara kalian dan salah satu diantara kalian akan pergi kalau tidak kupilih. Aku memang tidak bisa kehilangan Donghae Oppa tapi itu bukan berarti aku bisa kehilanganmu, aku mencoba menjelaskan padanya. Rasanya aku telah menggunakan semua kemampuan menjelaskanku agar dia mengerti. Memangnya kenapa kalau kita hanya teman? Kyuhyun terdiam, dia menunduk memandang kemudi mobil di hadapannya. Kau kau tahu kenapa Donghae hyung memanggilmu ke dorm? tanyanya lirih, mengalihkan pembicaraan. Aku menggeleng. Anni. Waeyo? Hyung akan melamarmu, ujarnya, membuat aku terhenyak di tempatku. Donghae Oppa akan melamarku ? Dia meminta bantuan kami semua, termasuk aku. Seharusnya ini akan jadi kejutan untukmu ketika sampai di dorm,

Ah, begitu. Kata-katanya barusan sudah cukup untuk menjelaskan kelakuan anehnya hari ini. Aku tidak tahu apa aku harus sedih atau senang ketika mendengarnya. Berita ini seharusnya membuatku gembira setengah mati. Tapi Kyuhyun membawakan berita ini seolah ini adalah berita duka. Aku tidak mungkin tertawa-tawa bahagia sementara ekspresi Kyuhyun seperti orang yang baru kehilangan anggota keluarganya. Sejenak aku melihat Kyuhyun yang sedang memegang perutnya. Kau kenapa? Kenapa kau memegangi perutmu terus? tanyaku mengalihkan pembicaraan. Kyuhyun menggeleng. Menatapku dengan pandangan ketus. Setelah hyung memberitahu rencananya akan melamarmu, kau pikir aku ada selera untuk makan? Kyuhyun-ah, jangan begitu. Kau kan punya penyakit maag, kalau kambuh bagaimana? aku menepuk pundaknya khawatir. Kau mau aku belikan makanan? tanyaku. Kyuhyun menggeleng. Tidak. Lagipula maag ku sepertinya memang sudah kambuh, sahutnya sambil memegang perutnya semakin intensif. Aiish ! Kau ini , sudah , didepan ada toko kecil. Kau tunggu disini, aku akan membelikanmu makanan dan obat, aku melepas safety belt ku kemudian keluar dari mobilnya. Kyuhyun tidak menahanku. Aku berjalan sebentar ke toko kecil yang berjarak sekitar lima puluh meter dari tempat mobil Kyuhyun di panggil dan membeli roti isi dan obat maag yang biasa diminum Kyuhyun. Aku masuk ke dalam mobil lalu menyerahkan kantong plastik putih berisi roti dan obat itu padanya. Setelah dia menerimanya, aku menggosok-gosokkan telapak tanganku. Di luar cukup dingin. Gomawo, sahutnya, namun Ia tidak segera membuka kantong yang kubawakan itu. Kau masih perhatian seperti dulu, Aku tertawa. Tentu saja, memperhatikan orang adalah keahlianku, Kalau kau terus seperti ini aku mungkin akan mempertimbangkan untuk membawamu kabur sebelum Donghae hyung melamarmu, ujar Kyuhyun, membuatku terdiam. Kyuhyun melihat ekspresiku, dia langsung tertawa. Aku hanya bercanda kok, Aku menghembuskan napas lega, lalu ikut tertawa. Tentu saja. Aku tahu meskipun kau iseng, kau tidak mungkin berbuat sejahat itu pada hyungmu, Kalaupun aku berbuat jahat rasanya para hyung itu akan memaafkanku. Aku kan dongsaeng mereka yang paling manis, Kyuhyun mengedipkan sebelah matanya. Kau mau tahu bagaimana Donghae hyung akan melamarmu nanti? Kuharap kau bisa pura-pura kaget. Idenya hyung begitu aneh, dia memang bukan orang yang romantis, ujar Kyuhyun. Kalau begitu ceritakan padaku, Ah, anni. Aku sudah membocorkan bahwa Hyung akan melamarmu. Mana boleh aku membocorkannya lebih jauh lagi. Kecuali kalau . Kyuhyun melirikku dengan pandangan sok misterius. Kau mau kabur bersamaku

Kyuhyun-ah ! kau pasti bercanda! aku tertawa lalu memukul pundaknya sekali lagi. Kyuhyun kemudian ikut tertawa. Aku menghela nafas, lalu memandangnya lekat-lekat. Kyuhyun-ah, aku tahu meskipun kau sering jahat padaku atau pada hyungmu, kau tidak akan tega menyakiti kami. Kau itu orang baik, Aku menepuk dadanya pelan sambil tersenyum. Kami saling bertatapan untuk beberapa detik. Perlahan guratan-guratan tawa yang tergambar di wajah Kyuhyun memudar. Ekspresinya berubah. Ia memandangku dengan tatapan yang sangat serius. Kyuhyun menangkap tanganku. Kau yakin? tanyanya sambil menggenggam tanganku. Kau yakin aku tidak mampu berbuat sejahat itu? dia memandangku lekat-lekat dengan pandangan yang begitu mengintimidasi. Aku berusaha melepaskan tangaku dari genggamannya namun tenaganya jauh lebih kuat. Kyuhyun-ah, apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku ujarku mulai ketakutan. Pandangannya begitu menyeramkan. Aku belum pernah melihatnya seperti itu sebelumnya. Sebuah pandangan yang mampu membekukan seluruh persendianku. Bisakah kau mengatakan bahwa kau mencintaiku satu kali saja? pinta Kyuhyun dengan pandangannya yang kosong, membuatku semakin ketakutan. Aku menggeleng perlahan. Aku aku tidak akan mengatakannya. Aku tidak mau berbohong.. Berbohong juga tidak apa-apa, potong Kyuhyun. Kumohon, sekali saja, Saat ini aku merasa dia benar-benar tidak akan mengalihkan pandangannya dari mataku. Aku tidak tahu harus mendefinisikan suaranya tadi terdengar seperti apa.Ada nada putus asa, sedih dan bercampur sakit yang kutangkap disana. Kyuhyun-ah kenapa kau membuat segalanya jadi sulit? Shireo. Aku tidak akan berbohong padamu. Itu akan lebih sakit Tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu yang lembut dan hangat mendarat di bibirku. Segalanya begitu tiba-tiba bahkan sebelum aku sempat menyadari apa yang sedang terjadi. Kyuhyun menciumku. Dia menciumku begitu intens dan hangat, membuat otakku beku. Untuk sejenak aku lupa kalau aku seharusnya tidak boleh melakukan hal ini. Ketika otakku mulai mencair, aku buru-buru mendorong bahunya. Kyuhyun-ah! Apa yang kau lakukan?! aku menghapus bibirku dengan punggung tangan. Perlahan setetes air mata jatuh dari kelopak mataku. Buru-buru aku membuka pintu mobil, keluar dari mobil Kyuhyun. Pokoknya aku ingin menjauhkan diri sejauh mungkin dari dirinya. Aku refleks menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri dulu ketika aku melihat Kyuhyun yang ikut turun dari mobilnya. Eunryung-ah! Awas!! Peringatan Kyuhyun terlambat. Dalam hitungan sepersekian detik, aku merasa ada hantaman benda padat yang begitu keras di badanku dengan iringan suara decit rem yang memekakkan telinga. Aku masih bisa merasakan ketika tulang-tulangku tidak bisa lagi menopang tubuhku. Aku ambruk. Rasa nyeri yang amat hebat di sekujur tubuhku. Kemudian pandanganku mulai gelap. Tuhan, apakah aku akan mati sekarang ?

Bayangan putih yang samar mengintip dari celah mataku saat aku perlahan membuka mata. Ada secercah sinar yang menyorot langsung ke mataku, membuatnya jadi pedih. Tapi aku rasa aku sudah terlalu lama memejamkan mata, jadi kupaksa diriku untuk membuka mata. Bayangan putih itu berangsur semakin jelas semakin aku membuka mataku lebih lebar. Aku berada di sebuah ruangan dengan dominasi warna putih. Kamar ini kelihatannya cukup eksklusif. Butuh beberapa detik untuk menyadari bahwa ada seseorang yang sedang menelungkupkan dirinya di sebelah tempat tidurku. Tangannya menggenggam tanganku erat, meskipun dia sedang tertidur. Aku tersenyum. Aku mengulurkan tanganku, menyentuh rambutnya. Oppa? Lelaki itu kemudian mengedikkan kepalanya, lalu menoleh ke arahku. Dengan sekilas aku bisa menangkap gurat kelelahan yang tergambar jelas di wajahnya. Eunryung-ah, kau sudah sadar ? Dari suara dan ekspresi wajah lelaki itu, aku tahu dia sangat terkejut. Aku tersenyum lemah. Sejujurnya aku ingin senyum yang lebih lebar, tapi rasanya tenagaku belum cukup terkumpul. Donghae Oppa dengan spontan memelukku. Syukurlah kau sudah sadar Ne, Oppa. Kau lihat kan, aku begitu kuat. Sebuah truk tidak mungkin bisa merobohkanku, gurauku pelan. Kami berdua tertawa. Kau tahu kan betapa khawatirnya aku? dia menggenggam tanganku, mengelusnya dengan hangat. Kau jangan seperti ini lagi, semua orang khawatir padamu. Terutama aku dan Kyuhyun. Kyuhyun merasa bersalah sekali sudah membuatmu seperti ini. Setiap hari dia datang kemari, menemaniku menjagamu, Aku terhenyak. Apakah Kyuhyun sudah menceritakan semuanya pada Donghae Oppa? Oppa, memangnya Kyuhyun bilang apa padamu? tanyaku penasaran. Donghae Oppa menghela nafasnya berat. Aku tidak tahu, Kyuhyun tidak mau menceritakannya padaku. Pokoknya dia terus-terusan meminta maaf, padaku dan padamu. Dia kelihatannya sangat merasa bersalah. Mana tega aku menekannya terus untuk bercerita? Donghae Oppa menatapku dengan pandangan yang membuatku merasa sangat bersalah. Rasanya aku dan Kyuhyun sudah mengkhianati kepercayaan Donghae Oppa. Apa kau mau menceritakannya padaku? Aku menghela nafas. Kasihan Oppa kalau dia terus-terusan diliputi perasaan ingin tahu seperti ini. Tapi kalau aku menceritakan yang sebenarnya padanya, bukankah Donghae Oppa bisa sakit hati? Ne saat itu maag Kyuhyun kambuh. Aku tertabrak ketika mau membelikannya obat.. Mianhaeyo, Oppa. Maaf kalau aku harus berbohong. Aku tidak ingin membuat hubunganmu dengan Kyuhyun jadi buruk. Aku mengerti sekali posisi Kyuhyun. Dia menyukaiku, dan aku tidak bisa menyalahkan perasaannya. Perasaan seseorang memang seringkali tidak sinkron dengan akal sehat. Apalagi

anggap saja ini sebagai rasa terima kasihku pada Kyuhyun. Bagaimanapun dialah yang mempertemukan aku dengan Donghae Oppa. Begitu? Ah, Kyuhyun babo-ya Aku hampir curiga dia sendirilah yang menabrakmu kalau melihat penyesalannya yang sampai seperti itu aku tidak menjawab mendengarnya. Saat itu aku benar-benar kaget dan tidak berpikir panjang untuk lari meskipun aku sama sekali tidak membenci Kyuhyun. Aku sadar kalau aku memang tidak bisa membencinya. Akhir-akhir ini maag nya memang sering kambuh. Tapi dia tetap saja bandel, tidak mau makan. Kalau tidak seharian main game, dia menghilang entah kemana, Aku tersenyum maklum. Game adalah istrinya Kyuhyun. Sudah cukup cerita Kyuhyun nya Oppa? Sekarang ceritakan bagaimana keadaanmu. Ngomong-ngomong sudah berapa lama aku pingsan? Malam itu aku sendirian di rumah sakit. Setiap hari anak-anak Super Junior datang menjenguk dan mengusir kebosananku. Para suster pun jadi lebih sering datang ke kamarku, ada saja yang di cek. Aku curiga mereka hanya ingin bertemu dengan para wonder boys ini. Donghae Oppa sudah pulang bersama Hyukjae, Jungsoo dan Siwon Oppa tadi. Aku sadar kalau Donghae Oppa tidak bisa menungguiku disini terus sementara mereka punya seabrek kegiatan yang harus dilakukan. Kibum dan Kangin Oppa bahkan datang menjengukku disela-sela kesibukan mereka.Hanya ada satu orang yang tidak datang. Yang menyedihkannya dia adalah sahabatku sendiri, Cho Kyuhyun. Aku memikirkan Kyuhyun. Dia dimana, sedang apa, sudah makan atau belum. Setitik rasa kesepian menjalari otakku mengingat belakangan ini dia selalu secara intensif berada di sekelilingku. Ah, bukan. Bukan belakangan ini. Kyuhyun memang selalu ada untukku, bukan hanya belakangan ini. Tiba-tiba aku mendengar suara pintu kamarku terbuka. Jam dinding menunjukkan pukul satu malam. Mungkinkah ada dokter yang melakukan pemeriksaan jam segini? Aku mendengar suara langkah kaki pelan mendekati tempat tidurku. Kemudian aku melihat sesosok laki-laki yang begitu familiar, berdiri dengan ekspresi terkejut. Kyuhyun? Kyuhyun terlihat gugup. Ia melangkahkan kakinya mendekatiku. Kau belum tidur? aku menggelengkan kepala menjawabnya. Apa kau sudah makan? Sudah minum obat? Dia kelihatan tambah canggung ketika aku hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Aku tersenyum. Eunryung-ah, mianhae Dia menundukkan kepalanya. Aku bisa melihat penyesalan yang begitu dalam terpatri di wajahnya. Gwaenchanna, Kyuhyun-ah. Ini semua bukan salahmu Ini salahku, potongnya. Kalau saja aku tidak men ah, sudahlah, pokoknya ini salahku! seru Kyuhyun terlampau keras. Wajahnya kelihatan frustasi. Dia mengacak-acak rambutnya dengan kalut.

Sudahlah, Kyuhyun-ah. Aku kan tidak menyalahkanmu. Yang penting sekarang aku sudah sehat. Jadi kau tidak usah merasa ini semua salahmu, aku mencoba menenangkannya. Dia menoleh, menatapku dengan matanya yang memancarkan sorot sedih. Aku menolak membalas tatapannya yang bisa dengan mudah membuatku luluh itu. Eunryung-ah panggil Kyuhyun pelan. Apakah benar-benar tidak bisa? Apakah kau benarbenar tidak bisa mencintaiku? Aku terhenyak. Meskipun pertanyaan ini sudah sering dilontarkannya, aku masih saja merasa sesak. Kyuhyun-ah kapankah kau akan mengerti ? Yang aku cintai itu hanya hyungmu, Donghae Oppa Kami saling bertatapan sebelum akhirnya ekspresi Kyuhyun berubah. Dia membuang wajahnya ke samping, memegangi perutnya. Sekilas aku melihatnya nampak kesakitan. Kyuhyun-ah? Apakah maag mu kambuh? tanyaku khawatir. Aku menegakkan tubuhku di tempat tidur. Jangan pedulikan aku. Jawab saja pertanyaanku. Apa kau kau benar-benar tidak menmencintaiku? suara Kyuhyun mulai tersendat. Saat itulah aku tahu ada yang tidak beres dengan dirinya. Wajahnya memucat dengan cepat, keringat dingin mulai turun dari dahinya. Kyuhyun-ah, kau kenapa ? desakku panik. Aku menyibakkan selimut yang menutupi pinggangku. Aku memegang bahu Kyuhyun. Kubilang jangan pedulikan aku! Kyuhyun nyaris berteriak, menyingkirkan tanganku dari bahunya. Aku melihatnya yang semakin intens memegangi perutnya. Kyuhyun meletakkan tangannya di pinggiran ranjang untuk menopang tubuhnya yang sedikit membungkuk. Aku ingin mendengar jawabanmu, kau mencintaiku atau tidak? tanyanya lemah. Aku terpaku di tempatku, tidak tahu apa yang harus kulakukan. Haruskah aku tetap jujur dengan jawabanku sementara Kyuhyun sedang kesakitan di depanku? Aku melihat bagaimana bibirnya mulai memutih, dan semakin banyak keringat yang membasahi dahinya. Dia menyipitkan matanya menatapku dengan ekspresi kesakitan yang tidak dapat disembunyikan. Aku bisa melihat urat-urat tangannya yang muncul saking eratnya dia memegangi pinggiran tempat tidur. Kyuhyun-ah . haruskah ini dibicarakan sekarang? Kelihatannya itu bukan Aku baik-baik saja! potong Kyuhyun. Eunryung-ah, jawablah, katanya lirih. Aku terdiam sejenak, mempertimbangkan jawabanku yang sebetulnya masih sama dengan jawaban-jawabanku sebelumnya. Tapi bijakkah jika aku memberitahunya dalam kondisi seperti ini? Tapi . Mianhae, Kyuhyun. Aku . aku tidak mencintaimu. Aku menyukaimu! Tapi aku mencintai Donghae Oppa, kataku akhirnya dengan suara lemah. Kami diam untuk beberapa saat. Kyuhyun menunduk, masih menahan sakitnya. Aku bisa melihat setetes air jatuh dari wajahnya. Apa itu keringatnya apa itu air matanya aku tidak tahu. Tak bisakah kau berbohong? Berbohonglah, kumohon. Katakan sekali saja kalau kau mencintaiku.. pinta Kyuhyun dengan suara tersendat yang lirih. Dia membungkuk semakin dalam, menahan sakitnya.

Kyuhyun-ah, bukankah akan menyakitkan kalau aku berbohong padamu.. Kyuhyun-ah, panggilan suster kau kelihatannya Tidak apa-apa. Kali ini saja, berbohonglah. Apa aku sama sekali tidak bisa mendengar sekalipun bahwa kau mencintaiku? pinta Kyuhyun sekali lagi. Suaranya kedengaran semakin kecil dan melemah. Sedetik kemudian dia jatuh berlutut sambil masih memegangi pinggiran tempat tidur. Kyuhyun!! Dalam posisi yang masih berlutut menahan sakit, dia mendongak menatapku. Aku benar-benar tidak tega melihatnya seperti itu. Aku buru-buru turun dari tempat tidurku lalu merangkulnya, membantunya berdiri. Namun tubuh Kyuhyun terlalu besar untukku, usahaku memapahnya selalu gagal. Dia berjongkok memegangi perutnya, kelihatannya sangat kesakitan. Eunryung-ah, panggilnya pelan. H-Hyung hyung begitu beruntung. Kau benar-benar mencintainya. A-Aku aku iri, Ya! Kau bicara apa? Kenapa masih sempat membicarakan hal itu? dengan panik aku masih berusaha memapahnya. Eunryung-ah panggilnya sekali lagi. Hidup hiduplah baik-baik. H-hyung hyungku orang yang baik. Dia dia pasti bisa menjagamu, ujar Kyuhyun tersendat dengan suaranya yang kian melemah. Sejenak aku menghentikan usahaku memapahnya, mencerna apa yang baru saja dia katakan. Aku menatapnya dengan pandangan tidak percaya. Sa-sarang.. saranghamnida, Ya! Kau ini kenapa sih? Ayo bangun dulu! Kyuhyun tersenyum lemah padaku yang kebingungan. Beberapa detik kemudian, Kyuhyun terkulai lemas, tak sadarkan diri. Aku semakin panik. Aku menepuk-nepuk pipinya, membangunkannya namun tidak juga berhasil. Sedetik kemudian, dengan takut-takut aku mengulurkan jariku ke hidungnya, mengecek napasnya. Hatiku mencelos ketika aku tidak bisa merasakan hembusan napas disana. Dear Eunryung. Aku yakin disaat kau membaca suratku, aku sudah pergi. Mianhae karena tidak memberitahumu tentang penyakit ini. Sampaikan juga permintaan maafku pada para hyung. Aku hanya tidak ingin membuat kalian cemas Eunryung-ah. Mungkin belakangan ini pernyataan cintaku terus-terusan mengganggumu. Tapi sungguh, sebulan lalu, saat aku mendengar vonis dokter bahwa aku hanya akan bisa bertahan satu bulan lagi, hanya kau yang ada di pikiranku. Appa, Eomma dan Noona juga. Tapi kau yang mendominasi. Sesaat setelah aku mendengar vonis itu, aku langsung menghampirimu, menyatakan cintaku. Aku sudah menyukaimu, Eunryung-ah. Mungkin sejak pertama kali kita bertemu, saat kau meminjam payungku. Dari awal kau memang menarik. Semakin hari aku semakin mengenalmu, Eunryung yang perhatian, Eunryung yang galak, Eunryung yang . pokoknya aku secara tidak

sadar aku sudah jatuh cinta padamu. Pernahkah kau berpikir kenapa aku sering membawamu ke dorm ? Padahal para hyung biasanya hanya akan mengajak yeojachingunya ke dorm. Tapi aku malah mengajak sahabatku Lalu kau bilang kau menyukai Donghae Hyung. Meskipun aku benci mengetahuinya, aku membantu mendekatkan kau pada Donghae Hyung. Kau tahu? Kenapa bisa jadi sangat kebetulan saat kau bilang kau menyukai Donghae Hyung, Hyung juga memintaku untuk mendekatkannya denganmu karena menurutnya kau menarik. Hei! Aku menemukan daya tarikmu lebih dulu, bukan? Aku tahu aku bertepuk sebelah tangan. Tapi aku tidak menyesal karena orang yang kau cintai adalah salah satu hyung kesayanganku. Donghae hyung orang baik, dan kau pun kaupun wanita terbaik yang pernah kutemui. Tepat saat aku merasa aku akan baik-baik saja, dokter memvonisku. Kanker Lambung, saat itu masih stadium tiga. Dan saat itulah aku menyadari. Menyedihkan memang ketika kita mencintai orang yang tidak mencintai kita , tapi lebih menyakitkan mencintai seseorang dan kau tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya. Disisa hidupku yang tinggal sebulan, aku tidak ingin hidup dalam penyesalan. Eunryung-ah, awalnya aku memang sempat menyesal kenapa aku membawamu ke dorm, mempertemukanmu dengan Donghae hyung. Tapi sekarang, aku tidak lagi menyesal. Aku ikut bahagia kalian saling bertemu. Dua orang yang kusayangi dan kucintai bersama, apa yang bisa lebih baik dari itu? Aku yakin Donghae hyung akan menjagamu baik-baik. Aku sudah memberitahumu kalau Donghae hyung mudah sekali menangis, jadi kau tidak boleh galak-galak padanya. Jadi Eunryung, hiduplah baik-baik. Meskipun aku sudah tidak ada, mohon biarkan aku tetap hidup di hati kalian. Paling tidak, ingatlah aku sebagai orang yang menyatukan kalian. Saranghamnida, chingu.. Aku melipat surat itu, lalu kembali memasukkannya ke dalam saku mantelku. Aku memandang nama yang tertulis di batu nisan hitam yang menghiasi bagian kepala gundukan tanah berlapis rumput tipis itu. Entah ada berapa banyak buket bunga yang diletakkan disana. Tumpukan buket bunga itu membuat makam yang ini lebih mencolok daripada makam yang lainnya. Namun dari sela-sela tumpukan buket bunga itu, aku bisa melihat nama yang tertulis disana. Rest in Peace Our beloved son, grandson, brother, niece, friend and magnae. Cho Kyu Hyun Kurasakan mataku yang menghangat saat aku membaca namanya. Sudah lima tahun dia pergi, namun aku masih juga belum percaya. Bahkan setiap kali aku membaca suratnya, aku merasa sepertinya baru kemarin aku bertengkar dengannya. Seperti baru kemarin dia menggangguku dengan Donghae Oppa Rasanya dia masih begitu dekat Kyuhyun pasti senang punya sahabat yang begitu mengingatnya sepertimu, suara Donghae Oppa membuyarkan lamunanku. Aku menoleh kepadanya, lalu tersenyum. Donghae Oppa

berjalan menghampiriku . Sepertinya dia masih disini ya? Aku bahkan masih bisa merasakan keberadaannya diatas panggung, bernyanyi bersama. Suaranya memang tidak tergantikan, Air mataku menitik saat mendengar ucapan Donghae Oppa barusan. Aku menoleh memandang Donghae Oppa, lalu Ia balas memandangku. Oppa mengenai masalah itu aku minta maaf aku tidak memberitahumu. Aku takut kalau aku akan merusak hubungan kalian Kau pikir selama ini aku tidak tahu? ucapan Donghae Oppa membuatku terhenyak. Dari caranya memandangmu, menatapmu aku sudah tahu sebelum kalian menceritakannya. Mungkin seharusnya akulah yang minta maaf pada kalian. Aku sudah hadir di tengah-tengah kalian Oppa sahutku tak percaya. Tapi aku bersumpah yang kusukai hanya kau

Ara seraya mengelus rambutku pelan. Seandainya waktu itu dia tidak menyembunyikan penyakitnya.. mungkin aku akan mengalah padanya. Bagaimana bisa dia mengatakan hanya sakit maag biasa. Kanker lambung stadium akhir aku sama sekali tidak menyangka Aku menundukkan wajahku. Oppa pantas saja saat itu dia kelihatan begitu terburu-buru begitu memaksa kalau aku tahu dokter telah memvonis dia hanya bisa bertahan sebulan lagi mungkin aku Seandainya kau tahu dia sakit separah itu, apa kau akan mencintainya? potong Donghae Oppa. Aku menghela nafas. Bukan, Oppa. Sudah kukatakan yang kucintai itu hanya kau. Tapi bagaimanapun dia adalah sahabatku, jadi Ara . ara Donghae Oppa kemudian meraih tengkukku, lalu membenamkan kepalaku dalam pelukannya. Aku kan hanya bilang seandainya Donghae Oppa mengelus-elus rambutku. Aku merindukannya, Oppa, Ne, aku juga. Aku akan memenuhi permintaannya yang terakhir kali. Aku akan menjagamu sampai akhir hayatku, Donghae Oppa mengeratkan pelukannya. Aku melingkarkan tanganku ke pinggangnya, membalas pelukannya. Tiba-tiba aku merasa ada yang menarik ujung gaunku. Aku melepaskan pelukan Donghae Oppa sebentar untuk mengeceknya. Seorang anak laki-laki yang mewarisi hidung Lee Donghae dan mataku menatap kami dengan pandangan murung. Appa, Eomma aku lapar. Aku mau pulang rengeknya. Aku dan Donghae Oppa berpandangan lalu tersenyum pada anak laki-laki dengan wajah cemberut itu. Dengan tangannya yang besar Donghae Oppa mengangkat anak itu, menggendongnya di pundak. Anak itu adalah buah hatiku bersama Donghae Oppa. Dia lahir tepat setahun setelah Kyuhyun dinyatakan meninggal. Wajahnya tampan, dia mewarisi hidung Donghae Oppa yang mancung dan mataku yang besar. Bibirnya tipis dan selalu mengulum senyum, persis seperti Appanya. Aku pikir kalau sudah besar dia pasti bisa membentuk boyband saingannya Super Junior.

Ah, mianhae. Kau pasti sudah lapar. Ayo kita pulang, ujarku sambil tertawa padanya. Aku menoleh sekilas pada pusara Cho Kyuhyun disana, seolah meyakinkan diriku bahwa dia akan baik-baik saja. Annyeongirago, Cho Kyuhyun. Kuharap kau baik-baik saja disana, dengan begitu akupun akan baik-baik menjalani hidupku. Aku membalikkan badanku, menyusul Donghae dan anak kecil di pundaknya yang sudah berjalan lebih dulu. Aku menggamit tangan Donghae Oppa yang kemudian tersenyum lembut padaku. Ya, apa kau tahu tadi itu makam siapa? tanya Donghae Oppa pada anak kecil yang sedang duduk di pundaknya. Anak kecil itu menggeleng. Dia adalah orang yang sangat sangat sangat menyayangi Eommamu. Dan coba tebak, nama kalian sama ! Jadi Lee Kyuhyun kau harus selalu menyayangi dan menjaga Eomma ya? Ne, Appa!! seru Kyuhyun keras-keras. Aku berpandangan dengan Donghae Oppa lalu tersenyum. Aku menoleh sekilas lagi ke arah pusara Kyuhyun yang nampak semakin mengecil. Kau lihat kan, Kyuhyun ? Aku tidak akan melupakanmnu. Demi dirimu juga, aku, Donghae Oppa, dan Kyuhyunku akan hidup baik-baik. Terima kasih sudah menyayangiku.. chingu.

You might also like