Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN JURNALISTIK
1. JURNALISTIK
Pada dasarnya, lembaga penyebaran informasi yang disebut sebagai pers atau media massa lahir dari naluri alamiah manusia untuk mengetahui apa yang terjadi di sekitarnya. Pers atau media massa dibentuk manakala penyebaran informasi kepada masyarakat dilakukan secara lebih sistematis, terorganisasi, dan menggunakan teknologi komunikasi modern. Fungsi utama dari lembaga pers adalah: mengantarkan informasi kepada khalayak. Menurut Wright (1988), pers sebagai bagian dari media massa, memiliki 4 fungsi, yaitu: (1) fungsi pengawasan; (2) fungsi korelasi; (3) fungsi transmisi warisan sosial atau pendidikan; dan (4) fungsi hiburan. Pengertian jurnalistik: Djafar H. Assegaff: kegiatan untuk menyampaikan pesan/berita kepada khalayak ramai (massa), melalui saluran media, entah media tadi media cetak maupun elektronika" Mursito BM: kegiatan mencari, mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menyiarkan informasi. Walaupun inti kegiatan jurnalistik nampaknya sederhana, yaitu hanya mengumpulkan, menulis, dan menyiarkan informasi; namun sebenarnya kegiatan jurnalistik sangat kompleks dan rumit, sebab ada tarik menarik berbagai kepentingan (idealisme jurnalistik, tuntutan masyarakat, kekuatan politik dan keamanan, dan kepentingan ekonomi atau bisnis).
Impartialitas Netralitas Kebenaran dan akurasi dapat dicapai apabila wartawan di dalam menggali informasi berusaha untuk melakukan verifikasi (pengujian) terhadap fakta yang ditemuinya. Istilah yang seringkali digunakan adalah melakukan check dan recheck, artinya menggali berbagai sumber untuk memperoleh satu informasi. Relevansi berarti bahwa fakta-fakta yang ditampilkan harus relevan dan kontekstual dengan peristiwa yang diberitakan. Sekalipun suatu banyak fakta yang bisa ditulis, namun apabila fakta tersebut tidak berkaitan langsung dengan peristiwa; berita yang diturunkan bisa tidak lagi obyektif, namun bersifat spekulatif. Dimensi pertama dari impartialitas adalah: keseimbangan, atau sering juga disebut dengan istilah: cover both sides. Di dalam pemberitaannya, pers dituntut untuk memberikan porsi yang sama kepada semua pihak yang terlibat di dalam suatu peristiwa. Impartialitas juga memiliki sisi yang lain, yaitu: netralitas. Di dalam pemberitaan, pers tidak boleh berdiri di salah satu pihak atau pendapat/pandangan atas suatu peristiwa. Pers hanya boleh berdiri di satu pihak saja, yaitu: kebenaran.
4. Proximity (dekat): kejadian yang memiliki kedekatan dengan pembaca, baik secara geografis maupun emosional/psikologis. 5. Prominence (tenar): menyangkut hal atau orang yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. 6. Human interest (manusiawi): menyangkut hal-hal yang bisa menyentuh perasaan pembaca. Sekalipun suatu peristiwa memiliki nilai berita, namun tidak secara otomatis peristiwa itu bisa disiarkan sebagai berita. Ada satu kriteria lagi yang harus dipenuhi, yaitu: layak cetak (fit to print). Tidak semua peristiwa yang memiliki news value layak untuk dicetak, yaitu peristiwa-peristiwa yang dinilai bisa mendatangkan keresahan atau persoalan dalam masyarakat.
Berita sebagai hasil liputan langsung (dan wawancara) adalah berita yang dianggap memiliki nilai paling tinggi. Sumber-sumber berita yang lain digunakan sebagai sumber bahan/informasi pendukung hasil liputan.
5. MENCARI BERITA
Dari mana saja seorang wartawan memperoleh berita? Ada beberapa tempat yang bisa menjadi titik awal pencarian berita: 1. News Room Briefing Biasanya, setiap hari diadakan pertemuan di ruang berita (news room) suatu surat kabar untuk memberikan briefing kepada para wartawan dan redaktur mengenai berita apa saja yang harus diliput pada hari itu dan pembagian tugas-tugas liputan. Dalam briefing itu juga dibuat rencana peliputan bagi peristiwa-peristiwa yang sudah diduga atau yang sudah terjadwal sebelumnya, atau follow up (pengembangan) dari suatu berita yang lalu. 2. Regular contacts/informers Setiap wartawan harus memiliki kontak/informan yang secara teratur menjadi sumber berita. Setiap hari wartawan mendatangi atau menghubungi kontak/informan itu untuk mengetahui apakah ada peristiwa atau hal yang penting untuk diberitakan. Kontak-kontak itu antara lain bisa diperoleh di: kantor polisi, rumah sakit, kantor pengadilan, kantor humas lembaga tertentu, dan tempat atau individu lain yang selama ini telah menjalin hubungan sebagai sumber berita bagi wartawan. Selain untuk memperoleh berita baru, kontak/informan ini sangat berperan ketika seorang wartawan ingin melakukan follow up/pengembangan sebuah berita yang sudah dimuat sebelumnya. 3. Tip off (lead) Seringkali, wartawan memperoleh petunjuk (tip off/lead) mengenai suatu kejadian yang baru saja terjadi. Petunjuk ini bisa datang dari mana saja. Ada wartawan kriminal yang memiliki radio scanner untuk memonitor lalu-lintas komunikasi polisi atau UGD rumah sakit, sehingga ia bisa mengetahui dengan cepat ketika terjadi suatu peristiwa. 4. Langsung di tempat peristiwa yang tak terduga Sekalipun sangat jarang terjadi, namun kadang-kadang wartawan secara kebetulan sedang berada di lokasi di mana suatu peristiwa yang tak terduga terjadi. Wartawan bisa melakukan liputan langsung (on the spot). Oleh karena hal ini sangat jarang terjadi, maka berita yang dihasilkan secara on the spot ini bernilai sangat tinggi. Karena ini benar-benar menunjukkan kemampuan seorang wartawan untuk peka/sensitif terhadap apa yang sedang teradi di sekitarnya, ketajamannya untuk mencium nilai berita, dan kemampuannya untuk mengumpulkan informasi tanpa persiapan sebelumnya. Setelah seorang wartawan mendapat petunjuk yang jelas mengenai peristiwa apa yang akan diliput, maka langkah selanjutnya adalah mendatangi lokasi peristiwa tersebut untuk melakukan pengumpulan informasi, baik melalui observasi maupun wawancara.
Oleh karena biasanya peristiwa yang akan diliput itu merupakan peristiwa yang sudah terjadi, maka sumber informasi utama seorang wartawan adalah dari hasil wawancara dengan sumber-sumber berita (informan).
4. Apabila diminta, wartawan bisa memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu, agar sumber berita siap dengan bahan yang diperlukan. 5. Persiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk mencatat atau merekam hasil wawancara, misalnya: notes, pena, dan alat perekam. Pelaksanaan wawancara: 1. Cek lebih dahulu perjanjian yang sudah dibuat dengan sumber berita. 2. Bersikap sopan dan memperkenalkan diri lebih dahulu dengan menyebutkan identitas (nama dan asal media massa). 3. Ajukan pertanyaan secara ringkas, jelas, dan to the point. 4. Apabila sumber berita terkesan berusaha menutupi informasi, ajukan pertanyaan yang tidak langsung. 5. Jangan memberondong sumber berita dengan pertanyaan. Dengarkan apa jawaban sumber berita atas pertanyaan sebelumnya. 6. Membuat suasana santai. Jangan mengeluarkan notes, alat perekam, atau mengambil foto tanpa lebih dahulu meminta ijin. 7. Cara terbaik adalah: tidak mencatat selama melakukan wawancara. Namun, berusaha mengingat isi pembicaraan; dan setelah selesai wawancara, baru menuliskan catatannya. 8. Berusaha untuk menjaga agar masalah tidak keluar dari kerangkanya atau melebar ke pembicaraan yang tidak relevan. 9. Tidak mengajukan pertanyaan yang bodoh. Misalnya pertanyaan yang klise, atau pertanyaan retoris, atau pertanyaan yang tidak peka kepada perasaan sumber berita. 10. Apabila akan mengalihkan percakapan ke permasalah yang berbeda, mintalah ijin terlebih dahulu kepada sumber berita. 11. Menjaga/melindungi kerahasiaan identitas sumber berita Yang ideal adalah apabila sumber berita mau disebutkan identitasnya dengan jelas. Namun apabila ia berkeberatan, maka wartawan harus menjaga kerahasiaan identitasnya. 12. Wartawan juga harus menghormati permintaan untuk off the record, di mana informasi yang diberikan oleh sumber berita hanya boleh diketahui oleh wartawan dan redaktur, namun tidak boleh dimuat di dalam berita di media massa. 13. Apabila mengakhiri wawancara, ucapkan terima kasih, dan mintalah kesediaan sumber berita untuk dihubungi lagi pada kesempatan yang lain.
7. UNSUR-UNSUR BERITA
Pembuatan berita adalah suatu proses; dimulai sejak suatu peristiwa itu terjadi, sampai dengan informasi tentang peristiwa itu dibaca oleh khalayak. Oleh karena berita harus segera dimuat dan aktual, maka berita haruslah padat, langsung, singkat, dan dengan bahasa yang lugas (tidak berbungabunga). Penulisan berita harus disesuaikan dengan kebutuhan pembaca, yang karena kesibukannya tidak memiliki banyak waktu untuk membaca berita berlama-lama.
Unsur-unsur berita yang harus dicakup meliputi jawaban atas 6 (enam) pertanyaan yang lazim disebut 5W + 1H (what, who, where, when, why, dan how): Apa yang terjadi? Siapa(-siapa) yang terlibat dalam kejadian itu? Di mana kejadiannya? Bilamana (kapan) peristiwa itu tejadi? Mengapa (apa yang menyebabkan) kejadian itu timbul? Bagaimana kejadiannya (proses dan/atau duduk perkaranya)? 1. Apa Berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan oleh pelaku maupun korban (kalau ada) dalam suatu kejadian. 2. Siapa Mengandung fakta yang berkaitan dengan setiap orang yang terliba dalam suatu kejadian. Orang yang terlibat itu harus dapat diidentifikasi selengkap-lengkapnya: nama, usia, alamat, pekerjaan, jabatan, dan atribut-atribut lain yang melekat pada diri orang tersebut. 3. Di mana Menyangkut tempat kejadian. Nama tempat harus bisa diidentifikasi dengan jelas. Akan lebih baik apabila karakteristik tempat kejadian tersebut juga diberitakan. 4. Bilamana Berkaitan dengan waktu kejadian atau kemungkinan (perkiraan waktu) yang berkaitan dengan kejadian tersebut. 5. Mengapa Berisi fakta yang mengandung latar belakang atau penyebab terjadinya suatu peristiwa. 6. Bagaimana Memberikan fakta yang berkaitan dengan proses kejadian yang diberitakan: bagaimana terjadinya, bagaimana pelaku melakukan perbuatannya, atau bagaimana kroabn mengalami nasibnya.
Menulis lead merupakan pekerjaan tersulit. Lead merupakan bagian terpenting, paling kuat/menonjol; merupakan rangkuman inti sari dari sebuah berita. Kadang lead memuat keseluruhan unsur 5W + 1H. Dalam kasus di mana lead tidak memuat seluruh unsur 5W + 1H, maka beberapa unsur yang paling menonjol dalam peristiwa itu yang dimuat di sana. Bagian tubuh (body) menguraikan lebih lanjut unsur-unsur fakta yang terdapat di dalam lead. Unsur mengapa dan bagaimana biasanya yang paling banyak diuraikan. Di bagian ini terdapat bagian yang disebut dengan perluasan bagian utama/lead, biasanya memuat unsur-unsur berita yang belum termuat di dalam lead. Assegaff (1982:54) menyarankan 5 pedoman pokok dalam penulisan berita: (1) laporan berita haruslah bersifat menyeluruh; (2) ketertiban dan keteraturan mengikuti gaya menulis berita; (3) tepat dalam penggunaan bahasa dan tata bahasa; (4) ekonomi kata harus diperhatikan; (5) gaya penulisan haruslah hidup, punya makna, warna dan imaginasi, Penutup merupakan akhir dari uraian berita, namun bukan berupa kesimpulan. Dalam struktur piramida terbalik, bagian ini tidak terlalu penting. Ketika suatu berita ternyata memakan tempat melebihi space yang tersedia di halaman surat kabar, maka bagian inilah yang akan dipotong (dihilangkan) paling dahulu. Contoh-contoh teknik penulisan judul, lead, body, dan penutup bisa dilihat dalam Mursito (1999:63-75) dan Assegaff (1982:51-54). Kepustakaan: Assegaff, D.H. (1982). Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 9-55. Mursito, B.M. (1999). Penulisan Jurnalistik: Konsep dan Teknik Penulisan Berita. Surakarta: Spikom. Hal. 25-75.
Bagaimana : Tanggal 14 Agustus 2007, Widodo (Kasubdin Kebersihan DKP Pemkot Solo) dan petugas Satpol PP memberikan pengarahan kepada para pemilik kios, bahwa dinding yang mengelilingi Benteng Vastenburg akan dibongkar. Para pemilik kios setuju, karena akan mendapat jatah selter sebagai pengganti kios. Tanggal 15 Agustus 2007, pembongkaran dinding oleh petugas dari DKP. Tanggal 16 Agustus 2007 pemilik kios mulai melakukan pembongkaran, mendapat bantuan truk DKP untuk mengangkut barang dagangan. Straight News KIOS PKL DI JL. MAYOR KUSMANTO DIBONGKAR Solo (Suara Solo) Mulai Kamis (16/8) pagi, sejumlah kios pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang Jl Mayor Kusmanto dibongkar sendiri oleh para PKL menyusul dibongkarnya dinding yang mengelilingi Benteng Vastenburg yang selama ini menjadi tempat menempelnya kios-kios tersebut. Pembongkaran dinding yang ada di seputar Benteng Vastenburg sendiri telah mulai dilakukan oleh petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Pemkot Solo sejak tanggal Rabu (15/8) lalu. Kasubdin Kebersihan DKP Pemkot Solo, Widodo menyatakan, Selasa (14/8), dirinya bersama para petugas Satpol PP telah memberikan pengarahan kepada para pemilik kios, bahwa dinding yang selama ini menjadi penyangga kios mereka akan dibongkar. Dalam pengarahan tersebut, para pedagang yang memiliki kios telah menyatakan persetujuan untuk melakukan pembongkaran, oleh karena mereka dijanjikan akan memperoleh atah selter sebagai pengganti kios yang dibongkar. Pemkot Solo sendiri menetapkan batas waktu pembongkaran sampai dengan tanggal 28 Agustus. Untuk membantu proses pembongkaran kioskios tersebut, para pedagang memperoleh fasilitas truk DKP untuk mengangkut dan memindahkan barang dagangan mereka.