You are on page 1of 10

UREA Urea adalah suatu zat padat yang mudah larut dalam air dan berbentuk kristal berwarna

putih yang diproduksi dengan mereaksikan bahan amoniak dengan karbon dioksida pada temperature dan tekanan tinggi. Rumus umumnya : CO(NH2)2 Kegunaan urea Urea biasanya digunakan untuk : -Pupuk -Sumber protein bagi hewan pemamah biak -Bahan pembuatan plastik, melamin, resin urea formaldehid -Bahan pelapis -Bahan anti ciut dalam pembuatan tekstil -Intermediate untuk amonium sulfamat, asama sulfamat dan flatosianina. Proses pembuatan urea Proses pembuatan urea dilakukan dengan : -Proses Woehler Dimana proses Woehler lebih praktis, sederhana, bahan bakunya padat. -Proses Bassarow Pada Bassarow ada 3 proses yaitu: a.Once through process Proses ini menggunakan peralatan yang tidak banyak, prosesnya sederhana, hemat steam, tetapi boros bahan baku, air dan listrik. b.Partial recycle process Proses ini menggunakan perlatan tidak terlalu banyak juga, prosesnya sederhana, hemat listrik dan air pendingin, tetapi boros steam dan bahan baku banyak terbuang. c.Total recycle process Proses ini hemat bahan baku dan listrik tetapi peralatannya rumit dan steam dan air pendinginnya boros Reaksi pembuatan urea N2 + 3 H2 CO2+2 NH3----NH2COONH4 Karbon dioksidaAmoniakAmonium karbamat NH2COONH4 ----NH2CONH2+H2O Amonium karbamatUreaair FORMALDEHID Formaldehid adalah suatu bahan kimia dengan rumus umum HCHO atau CH2O. formaldehida yang juga disebut metanal yang merupakan aldehida yang berbentuk gas. Pada suhu normal dan tekanan atmosfer formaldehide berada dalam bentuk gas yang tidak berwarna yang berbau sangat merangsang, beracun, mudah larut dalam air dengan berat molekul 30,03. Formaldehid dalam bentuk padat disebut trioksan (CH2O)3 yaitu bentuk polimer ada formaldehid, dengan formaldehid 8 100 unit., tetapi pada suhu 150oC formaldehid akan terkomposisi menjadi metanol dan karbon

monoksida. Formaldehid dapat dihasilkan dari membakar bahan yang mengandung karbon, misalnya: asap knalpot kendaraan, kebakaran hutan, asap tembakau, dan lain-lain. Formaldehid dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan seperti metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. Formaldehida awalnya disintesa (dibuat) oleh kimiawan asal Rusia Aleksander Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehid memiliki banyak nama, seperti : formalin, formol, meil aldehid, metilen oksida, paraforin, tri oxane, formoform. Sifat fisik dan kimia formaldehid Sifat fisik : BM:30,03 gas:1,04 ; titik lebur:-118 oC ; Titik didih:19oC(gas) ,,96oC(cair) ; Konstanta Henry:0,02 Pa m3/mol ; Tekanan uap:101,3 kPa pada -19oC ; 52,6 kPa pada -33oC ; Kekuatan dalam air:> 100 g/100 ml (20oC) ; dalam etanol,aseton:> 100g/100ml Sifat kimia: a.Reaksi dengan air Formaldehid dengan adanya air dapat membentuk methylenglikol H CH2 = O+ H2OHO C OH H b.Reaksi dengan asetaldehid Formaldehid dengan asetaldehid dalam larutah NaOH dapat membentuk pantaerythritol dan sodium format. CH2=O+CH3-CHO+ NaOHC(CH2OH)2+ HCOONa c.Reaksi dengan asetilen Dengan asetilen akan membentuk 2butene-1,4 diol yang dapat dihidrogenasi membentuk 1,4 butendiol CHO + C2H2 HOCH2C=CCH2OH HOCH2C=CCH2OH + 2 H2HO(CH2)4OH Formaldehid larut dalam eter, benzen, pelarut organik, dan tidak larut dalam kloroform. Walaupun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, dapat dipakai dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik dan senyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena karena keadaannya katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi

Cannizaro yang menghasilkan asam format (HCOOH) dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1, 3, 5-trioksan atau polimer linier polioksimetilen. Formasi zat ini menjadikan tingkah laku gas formaldehida berbeda dari hukum gas ideal, terutama dalam tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfir menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi dapat larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang formalin atau formal). Untuk digunakan sebagai pengawet perlu ditambahkan 15% metanol sebagai katalisator agar formalin tidak berubah menjadi zat yang lebih beracun yaitu: paraformaldehid. Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi, sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Cara menyimpan formalin adalah dengan cara : tidak disimpan pada suhu dibawah 15oC, tempatnya harus dalam baja tahan karat, tidak boleh dalam baja biasa, harus di alumunium murni, polietilen, poliester yang dilapisi fiberglass, bila menggunakan alumunium tidak boleh diatas 60oC. Proses pembuatan formaldehid Ada beberapa macam proses yang dapat digunakan untuk membuat formaldehid. Proses-proses tersebut adalah sebagai berikut: a.Proses Hidrokarbon Proses ini adalah proses yang dikembangkan pada awal perkembangan industri formaldehid. Proses ini merupakan proses oksidasi langsung dari hidrokarbon yang lebih tinggi dan hidrokarbon ini bereaksi pada suhu 673-773oK.Biasanya menggunakan etilena dengan katalis asam borat atau asam phospat atau garamnya dari campuran clay atau tanah diatome. Proses ini mempunyai kelemahan yang merupakan alasan mengapa proses ini tidak dikembangkan. Dalam proses ini diperoleh hasil samping yang terbentuk bersama-sama dengan formaldehid antara lain asetaldehid dan asam-asam organik, sehingga diperlukan pemurnian. Dengan demikian proses menjadi mahal dan kurang ekonomis. CH2=CH2 (g)+O2 (g)2CH2O (g)+ H2O (g) 1.Proses Silver Catalyst Proses ini pertama kali dikembangkan oleh industri kimia BASF. Proses ini menggunakan katalis perak (Ag) dengan reaktor fixed bed multitube. Katalis ini berbentuk kristal-kristal perak yang ditumpuk pada tube. Katalis ini

mempunyai umur sekitar 12 bulan dan mudah teracuni oleh sulfur dan beberapa logam dari golongan transisi. Keuntungannya adalah yield yang dihasilkan cukup besar yaitu 90 %. Kondisi operasi 600-650 oC dan tekanan 1 atmosfer. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Kat. Ag T = 923oK, P = 1,3 atm

Oksidasi CH3OH(g) + H2O(g)DH=-37,3 kkal/mol b. O2(g)HCHO(g) +

Kat. Ag Dehidrogenasi T = 973oK, P = 1,3atm CH3OH(g)HCHO(g) + H2(g)DH = 20,3 kkal/mol Secara keseluruhan reaksinya adalah reaksi eksotermis dan pada suhu yang tinggi yaitu 923-973oK dan tekanan sedikit diatas tekanan atmosfer. Pada proses ini udara yang dimurnikan direaksikan dengan metanol dalam reaktor katalitik. Produk didinginkan dengan cepat dengan pendingin dowthermA, selanjutnya dialirkan ke menara absorber dimana metanol, air dan formaldehid terkondensasi di dasar menara. Untuk memurnikan produk sesuai dengan keinginan dilakukan dengan proses destilasi. Konversi yang diperoleh dapat mencapai 65,1% dengan yield keseluruhan mencapai 89,1%. Proses silver catalyst dibagi menjadi dua bagian yaitu: a.Complete conversion of methanol (BASF) b.Incomplete conversion and destillative recovery of methanol (ICDRM) 1.Proses Oksidasi Metanol Proses Haldor Topsoe Proses pembuatan formaldehid dengan menggunakan metanol dan katalis Iron Molybdenum Oxide(katalis oksida besi). Proses ini beroperasi pada suhu 250 - 290 oC, dan tekanan1 - 1,5 atm. Metanol uap dicampur dengan udara dan gas recycle kemudian direaksikan dengan katalis iron-molybdenum oxide(Fe2O3MoO3Cr2O3) dalam sebuah reaktor fixed bed multitube. Katalis ini dapat berumur sampai dengan 18 bulan. Konversi yang diperoleh mencapai 98,4 % dengan yield formaldehid94,4 %. Gas yang keluar dari

reaktor pada suhu 260 o C, didinginkan sampai suhu70 oC sebelum memasuki absorber. T= 505-560oK P = 1,5 atm Gas yang keluar dari reaktor didinginkan melalui waste heat boilersebelum memasuki absorber. CH3OH(g) + O2(g)HCHO(g) + H2O(g)DH=-37,3 kkal/mol

Tabel 2.1 Proses Pembuatan Formaldehid Proses Suhu Oper asi Konve rsi Katalis/bulan

Hidrokar 673As. borat/fosfat o bon 773 K Sliver 92365,1% Ag/12 catalyst 973 oK Haldor 50598,4% Fe2O3 MoO3Cr2 Topsoe 560 oK O3/18 Dari berbagai proses diatas digunakan proses Haldor Topsoe, dengan pertimbangan: 1.Konversi maupun yieldnya tinggi 2.Suhu dan tekanan operasi rendah 3.Proses yang sederhana 4.umur katalis panjang (12-15 bulan)

Kegunaan formaldehid Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besarbakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan, Formalin dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang dan pakaian. Formaldehid dalam industri tekstil sebagai bahan anti kusut, anti susut dan tahan panas pada kain. Pada industri pakaian jadi (garmen) rata-rata exposure levelnya cukup tinggi yaitu 0,64 ppm. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkatkutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai. Formaldehid banyak digunakan dalam industri kimia terutama sebagai chemical intermediate, diantaranya adalah dalam pembuatan plastik. Formaldehid kalau digabungkan dengan fenol, urea, ataumelamin, formaldehid akan menghasilkan resintermoset yang keras. Sebagian besar produk formaldehid digunakan dalam pabrik urea formaldehid, resin fenol formaldehid, dan resin melamin formaldehid. Resin-resin ini bereaksi

dengan asam dan katalis alkalin yang mana material produknya dapat diperlakukan dengan perubahan suhu (thermosetting), resin ini berfungsi untuklaminating/pelapisan,coating dan protective coating yang digunakan luas untuk pabrik kertas yang dapat meningkatkan ketahanan kertas terhadap minyak dan air. dan tekstil. Resin-resin ini juga berguna sebagai zat adesif untuk plywood dan produk kayu lainnya. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai Kat. Fe2O3MoO3Cr 2O3 untukkayulapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa-nya sebagaiinsulasi. Produksi resin formaldehida menghabiskan lebih dari setengahnya dari produksi formaldehida. Turunan formaldehida yang lain adalah metilen difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretan, sertaheksametilen tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Formaldehid juga merupakan bahan yang penting pada pembuatan produk-produk kimia yang lain, seperti : Melamine formaldehid, Urea formaldehid, Phenol formaldehid, Tryoxane, 1,4 Butadienol,Bahan pengawet pada industri fiber dan plywood, Desinfektan, Hexamine Kegunaan yang lain : y Pengawet mayat y Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya. y Bahan pembuatan sutrasintetis, zat pewarna, cermin, kaca y Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi. y Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. y Bahan untuk pembuatan produk parfum y Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. y Pencegah korosi untuk sumur minyak y Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumenseperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet. Pengaruh formaldehid terhadap tubuh Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0.1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan. Kalau terpapar

formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya. Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan sehingga terikatnya DNA oleh protein, mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidungdan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik. Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah, bakso, ikan asin dan tahu yang beredar di pasaran. Tetapi, tidak semua produk pangan mengandung formalin. Alat makan yang erat sekali hubungannya dengan kita juga mengandung formaldehid yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh kita. Formaldehid sebagai pembuat bahan baku melamin berupa perabot rumah tangga, peralatan makan dan minum. Kalau sekitar tahun 19701980an melamin masih terbatas warna maupun coraknya, maka kini desain melamin bisa bersaing dengan barang pecah belah lainnya. Produk pecah belah melamin begitu banyaknya sehingga barang ini tak hanya bisa dibeli di toko tertentu, tetapi juga di pasar tradisional sampai di pedagang kaki lima. Cikal bakal melamin dimulai tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut bakelite. Penemuan itu merupakan salah satu peristiwa bersejarah keberhasilan teknologi kimia awal abad ke-20. Pada awalnya bakelite banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama. Namun, pada perkembangannya kemudian, hasil penemuan Baekeland dikembangkan dan dimanfaatkan pula dalam industri peralatan rumah tangga. Salah satunya adalah sebagai bahan dasar peralatan makan, seperti sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan tempayan, seperti yang dihasilkan dari melamin.Peralatan makan yang terbuat dari melamin di satu sisi menawarkan banyak kelebihan. Selain desain warna yang beragam dan menarik, fungsinya juga lebih unggul

dibanding peralatan makan lain yang terbuat dari keramik, logam, atau kaca. Melamin lebih lebih ringan, kuat, dan tak mudah pecah. Harga peralatan melamin pun relatif lebih murah dibanding yang terbuat dari keramik. Dengan segala kelebihan melamin, tak heran kalau sebagian orang tidak menyadari bahwa melamin menyimpan potensi membahayakan bagi kesehatan manusia. Menurut pengajar pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Bambang Ariwahjoedi PhD, MSc, melamin berpotensi menghasilkan monomer beracun yang disebut formaldehid (formalin). Selain berfungsi sebagai bahan pengawet, formaldehid juga digunakan untuk bahan baku melamin. Menurut Ariwahjoedi, melamin merupakan suatu polimer, yaitu hasil persenyawaan kimia (polimerisasi) antara monomer formaldehid dan fenol. Apabila kedua monomer itu bergabung, maka sifat racun dari formaldehid akan hilang karena telah terlebur menjadi satu senyawa, yakni melamin. Berdasarkan kerja sama penelitian antara Universitas Indonesia dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), diketahui kandungan formaldehid dalam perkakas melamin mencapai 4,76?9,22 miligram per liter.Permasalahannya, dalam polimerisasi yang kurang sempurna dapat terjadi residu, yaitu sisa monomer formaldehid atau fenol yang tidak bersenyawa sehingga terjebak di dalam materi melamin. Sisa monomer formaldehid inilah yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk dalam tubuh manusia? ujar Ariwahjoedi. Dalam sistem produksi melamin yang tidak terkontrol, bahan formaldehid yang digunakan cenderung tidak sebanding dengan jumlah fenol. Maka, kerap terjadi residu.Ini bukan berarti proses produksi yang sudah menerapkan well controlled dan tidak menghasilkan residu terbebas dari potensi mengeluarkan racun. Menurut Ariwahjoedi, formaldehid di dalam senyawa melamin dapat muncul kembali karena adanya peristiwa yang dinamakan depolimerisasi (degradasi). Dalam peristiwa itu, partikel-partikel formaldehid kembali muncul sebagai monomer, dan otomatis menghasilkan racun. Ariwahjoedi menjelaskan, senyawa melamin sangat rentan terhadap panas dan sinar ultraviolet. Keduanya sangat berpotensi memicu terjadinya depolimerisasi. Selain itu, gesekangesekan dan abrasi terhadap permukaan melamin juga berpotensi mengakibatkan lepasnya partikel formaldehid.Ariwahjoedi menambahkan, formaldehid sangat mudah masuk ke tubuh manusia, terutama secara oral (mulut). Formaldehid juga dapat masuk melalui saluran pernapasan dan cairan tubuh.Monomer formaldehid yang masuk ke tubuh manusia berpotensi membahayakan kesehatan. Formalin kan berfungsi untuk

membunuh bakteri. Kalau bakteri saja tidak bisa hidup, berarti tinggal selangkah lagi meracuni makhluk yang lain? ungkapnya berilustrasi.Formaldehid yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel.Dalam jangka pendek, hal ini bisa mengakibatkan gejala berupa muntah, diare, dan kencing bercampur darah. Sementara untuk jangka panjang, akumulasi formaldehid yang berlebih dapat mengakibatkan iritasi lambung, gangguan fungsi otak dan sumsum tulang belakang. Bahkan, fatalnya dapat mengakibatkan kanker (karsinogenik). Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat: Akut efek pada kesehatan manusia langsung terlihat. 1. Bila terhirup Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru. Tanda-tada lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. 2. Bila terkena kulit Akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar. 3. Bila terkena mata Akan menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur ,dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata. 4. Bila tertelan Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Efek pada kesehatan manusia terlihat kronik setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang. 1. Bila terhirup Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang.Gangguan haid dan kemandulan pada perempuanKanker pada

hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak. 2. Bila terkena kulit Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung. 3. Bila terkena mata Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput mata. 4. Bila tertelan Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada. Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh. Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut tergantung konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit : berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsang muntah pada korban karena akan menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Di rumah sakit: lakukan bilas lambung (gastric lavage), berikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan bila nantinya dilakukan tindakan endoskopi). Untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna dapat dilakukan tindakan endoskopi. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodyalisis (tindakan cuci darah), indikasi tindakan cuci darah ini bila terjadi keadaan asidosis metabolik berat pada korban. Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan resiko traumakorosif pada saluran cerna atas. Di rumah sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodyalisis (cuci darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan

tanda-tanda asidosis metabolik berat. 2.3 Termosetting Resin Termoseting dapat berbentuk cair ataupun padat pada suhu ruang, dan tidak berubah bentuk melalui proses pemanasan. Pada termoseting plastik memiliki ikatan kovalen antara rantai yang satu dengan yang lainnya. Resin termosetting dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu: y Fenolik resin yaitu resin yang berasla dari gabungan fenol dan formaldehid. Reaksi antara fenol dan formaldehid secara simultan akan membentuk polimer dan ikatan crosslink. Hasil reaksi ini akan membentuk material yang sangat keras dan kaku. Contoh penggunaan resin ini adalah sebagai bahan baku pembuatan bolabilliard. y Amino plastik merupakan polimer yang terbentuk melalui reaksicrosslink, tetapi gugus fenol yang terdapat pada resin fenolik adalah amina pada tipe resin ini. Amino plastik memiliki kekuatan permukaan yang tinggi sehingga jenis resin ini sering dimanfaatkan sebagai material pelapis. y Unsaturated polyester dan material yang memiliki berat molekul rendah lainnya yang memiliki ikatan rangkap dapat digunakan untuk membentuk ikatan crosslink dengan menggunakan mekanisme radikal bebas dapat membentuk reaksi polimerisasi adisi. Material yang dihasilkan lebih rapuh dibandingkan dengan fenolik resin dan amino plastik diatas. Epoxi adalah polimer yang memiliki tiga gugus pada ujung rantai polimer. Gugus ini merupakangugus aktif yang dapat bereaksi dengan polimer lain membentuk rantai crosslink. Epoxi merupakan material yang kuat dan kaku. Imides crosslink dibentuk melalui reaksi polimerisasi kondensasi antara molekul yang mengandung gugus imides. Material jenis ini memilki ketahanan termal yang baik. Polyurethane dibentuk melalui reaksi antara poliol dan isosianat. Reaksi ini berlangsung sederhana yaitu dengan mencampurkan kedua reaktan Yaitu poliol dan isosianat, lalu akan terbentukuretan linkage. Uretan dapat digolongkan sebagai

termoplastik ataupun termoset. Material ini merupakan material yang fleksibel. Elastomer merupakan material yang memiliki rantai crosslink.

Resin Urea-Formaldehid Urea formaldehid resin adalah suatu polimer yang dihasilkan dari polimerisasikondensasi antara urea dengan formaldehid, dimana resin ini termasuk dalam kelas thermosetting resin yang mempunyai sifat tahan terhadap asam, tahan terhadap basa, dan tidak meleleh. Resin urea-formaldehid atau biasa disebut resin urea adalah resin termoset yang didapat lewat reaksi urea dan formalin, dimana urea dan formaldehid (37% formalin) bereaksi dalam alkali netral dan lunak. Untuk resin cetakan, ditambah 97160 gram formalin 37% (1,2-2,0 mol sebagai formaldehid pada 60 gram (1 mol) urea), dan pH diatur sampai 7-8,5 dengan air ammonia, larutan natrium hidroksida dalam air, trietanolamin, dan sebagainya, dan biarkan reaksi berturut-turut untuk 2-3 jam pada suhu 40oC atau 1,0-1,5 jam pada 70oC. Larutkan kondensat awal yang didapat dalam heksametilentetramin 1-8% (heksamin), dan tambahkan 29-48 gram bubur selulosa ( -selulosa) dan campurkan secukupnya untuk kira-kira 1 jam. Makin sedikit bubur selulosa yang terdapat sebagai pengisi, semakin transparan produk yang didapat, tetapi berkurang kekuatannya, menyusut lebih banyak dan lebih mudah retak. Resin campuran ini dikeringkan untuk 2-3 jam mulai 60oC sampai 9095oC, didehidrasi dan dikondensasi. Bahan yang kering kemudian dibubukkan untuk 20-48 jam, lalu ditambahkan bahan pewarna, pemplastis, pengeras (asam oksalat, asam ftalat, amonium ftalat dan garam-garam lain). Di samping itu, bahan digunakan sebagai perekat, cat, pengubah kertas dan serat (formalin sisa dilarang menurut hukum). Resin urea sendiri lebih jelek dari pada resin fenol, resin melamin, dan sebagainya,dalam hal ketahanan air , kestabilan dimensi dan ketahanan terhadap penuaan, karena itu, beberapa bahan lain ditambahkan, atau diproses menjadi kopolimer dengan fenol, melamin dan sebagainya, untuk memperbaiki sifat-sifat tersebut diatas dilakukan :

-Pencetakan Proses yang dipakai yaitu pencetakan tekan, pengalihan dan injeksi. Dalam pencetakan tekan, bahan diproses pada temperature cetakan 130-150oC, tekanan 150-300 kg/cm2, selama 30-40 detik per 1 mm ketebalan dari benda cetakan. -Penggunaan Bila benda cetakan kaku, tahan terhadap pelarut dan busur listrik, jernih dan dapat diwarnai secara bebas, maka bahan ini banyak digunakan untuk barang-barang kecil yang diperlukan seharihari seperti perlindungan cahaya, soket, alat-alat listrik, kancing, tutup wadah, kotak, baki dan mangkuk. Beberapa permasalahan yang masih ada yaitu ketahanan terhadap penuaan dan ketahanan terhadap air. Permintaan terhadap urea-formaldehid dewasa ini belum meningkat. Reaksi urea formaldehid pada pH > 7 adalah reaksi metilolasi yaitu addisi formaldehid pada gugus amino urea, dan menghasilkan metilol urea. Derivat-derivat metilolasi merupakan monomer, penyebab terjadinya reaksi polimerisasi kondensasi, atau kondensasi polimer yang dihasilkan mula-mula mempunyai rantai lurus dan masih larut dalam air. Semakin lama kondensasi berlangsung, polimer mulai membentuk rantai tiga dimensi dan semakin berkurang kelarutannya dalam air. Pada proses curing kondensasi tetap berlangsung terus, polimer membentuk rangkaian tiga dimensi yang sangat kompleks dan menjaditermosetting resin. Hasil reaksi kecepatannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : y Perbandingan molekul pereaksi y Katalis (pH sistem) y Temperatur y Waktu reaksi. Perubahan pada kondisi akhir, menghasilkan resin yang sangat bervariasi, sehingga produk akhir yang dihasilkan mempunyai sifat fisis, kimia, dan mekanis yang berbeda. Oleh sebab itu kondisi reaksi ditentukan oleh produk akhir yang dikehendaki. Pada prinsipnya, pembuatan produkproduk urea formaldehid melalui beberapa tahap : y Tahap pembuatan intermediate, yaitu sampai didapatkan resin yang masih berupa cairan yang larut dalam air/pelarut lain. y Tahap persiapan (prepation sebelum proses curing), yaitu pencampuran denagn zat-zat kimia, filter dll. y Tahap curing, yaitu proses terakhir yang dipengaruhi katalis, panas dan tekanan tinggi, resin berubah sifatnya menjadithermosetting resin.

Resin UreaFormaldehid
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Resin urea-formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang merupakan hasil kondensasi urea dengan formaldehid. Polimer jenis ini banyak digunakan di industri untuk berbagai tujuan seperti bahan adesif (61%), papan fiber berdensitas medium (27%),hardwood plywood (5%) dan laminasi (7%) pada produk mebelir (furniture), panel dan lain-lain. Urea-formaldehid (dikenal juga sebagai ureametanal) adalah suatu resin atau plastik thermosetting yang terbuat dari urea dan formaldehid yang dipanaskan dalam suasana basa lembut seperti amoniak atau piridin. Resin ini memiliki sifat tensile-strength dan hardness permukaan yang tinggi, dan absorpsi air yang rendah. Reaksi urea-formaldehid merupakan reaksi kondensasi antara urea dengan formaldehid. Pada umumnya reaksi menggunakan katalis hidroksida alkali dan kondisi reaksi dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak terjadi reaksi Cannizaro, yaitu reaksi diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol dan asam karboksilat. Untuk menjaga agar pH tetap maka dilakukan penambahan ammonia sebagai buffer ke dalam campuran. Reaksi ini secara umum berlangsung dalam 3 tahap yakni inisiasi, propagasi (kondensasi), dan proses curing. 1. Tahap metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada gugus amino dan amida dari urea, dan menghasilkan metilol urea 2. Tahap selanjutnya propagasi, yaitu reaksi kondensasi dari monomer-monomer mono dan dimetilol urea membentuk rantai polimer yang lurus 3. Tahap terakhir adalah proses curing yaitu ketika kondensasi tetap berlangsung, polimer membentuk rangkaian 3 dimensi yang sangat kompleks dan menjadi resin thermosetting. Resin thermosetting mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa, serta tidak dapat melarut dan meleleh. Temperatur curing dilakukan pada sekitar temperatur 120 Celcius dan pH < 5

Daftar isi [sembunyikan] 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi UreaFormaldehid o 1.1 Katalis o 1.2 Temperatur o 1.3 Waktu Reaksi 2 Reaksi Pembuatan o 2.1 Kondensasi 3 Pranala luar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi UreaFormaldehid Katalis Penggunaan katalis pada suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi tersebut. Begitu juga yang terjadi pada reaksi urea-formaldehid ini. Laju reaksinya akan meningkat jika digunakan katalis. Katalis yang diguanakan pada percobaan ini adalah NH4OH karena reaksi ini berlangsung pada kondisi basa. Temperatur Kenaikan temperatur selalu mengakibatkan peningkatan laju suatu reaksi. Namun, kenaikan temperatur ini dapat mempengaruhi jumlah produk yang terbentuk, bergantung pada jenis reaksi tersebut (eksoterm atau endoterm). Oleh karena itu, diperlukan suatu optimasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kenaikan temparatur juga dapat menurunkan berat molekul (Mr) resin ureaformaldehid. Hal tersebut dikarenakan adanya pembentukan pusat-pusat aktif yang baru, sehingga memperkecil ukuran molekul resin. Waktu Reaksi Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga dipengaruhi oleh waktu reaksi. Makin lama waktu reaksi, jumlah produk yang dihasilkan makin banyak akibatnya, resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi dan memiliki Mr tinggi. Reaksi Pembuatan Kondensasi Reaksi kondensasi ini dilakukan dalam sebuah labu berleher yang dilengkapi kondensor ohmmeter, termometer, agitat or. Kondensor berfungsi mengembunkan air yang menguap selama proses polimerisasi. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan reaksi. Agitator berfungsi membuat larutan tetap homogen selama proses berlangsung. Kerugian penggunaan urea-formaldehid sebagai resin dibandingkan polimer lain adalah resistensinya terhadap kadar air (moisture) apalagi jika dikombinasikan dengan panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan melepaskan monomer monomer yang belum sempurnya bereaksi membentuk polimer. Monomer ini biasanya beracun misalnya formaldehid yang dapat menyebabkan kanker. Oleh sebab itu, ada baiknya bila kita akan menggunakan peralatan makan yang

terbuat dari bahan polimer, sebaiknya peralatan tersebut direndam dahulu dengan air panas dengan tujuan agar monomer monomer yang belum sempurna bereaksi terlepas pada air rendaman.

Resin urea-formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang merupakan hasil kondensasi urea dengan formaldehid. Polimer jenis ini banyak digunakan di industri untuk berbagai tujuan seperti bahan adhesif (61%), papan fiber berdensitas medium (27%), hardwood plywood (5%) dan laminasi (7%) pada produk furnitur, panel dan lainlain. Urea-formaldehid (dikenal juga sebagai ureametanal) adalah suatu resin atau plastik dan thermosetting yang terbuat dari urea

formaldehid yang dipanaskan dalam suasana basa lembut seperti amoniak atau piridin. Resin ini memiliki sifat tensile-strength dan hardness permukaan yang tinggi, dan absorpsi air yang rendah. Reaksi urea-formaldehid merupakan reaksi kondensasi antara urea dengan formaldehid. Pada umumnya reaksi menggunakan katalis hidroksida alkali dan kondisi reaksi dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak terjadi reaksi Cannizaro, yaitu reaksi diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol dan asam karboksilat. Untuk menjaga agar pH tetap maka dilakukan penambahan ammonia sebagai buffer ke dalam campuran. Reaksi ini secara umum berlangsung dalam 3 tahap yakni inisiasi, propagasi (kondensasi), dan proses curing. 1. Tahap metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada gugus 2. Tahap amino dan amida dari urea, yaitu dan reaksi menghasilkan metilol urea selanjutnya propagasi, kondensasi dari monomer-monomer mono dan dimetilol urea membentuk rantai polimer yang 1. lurus Tahap terakhir adalah proses curing yaitu ketika kondensasi tetap berlangsung, polimer membentuk rangkaian 3 dimensi yang sangat kompleks dan menjadi resin thermosetting. Resin thermosetting mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa, serta tidak dapat melarut dan meleleh. Temperatur curing dilakukan pada sekitar temperatur 120 Celcius dan pH < 5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Urea-Formaldehid Katalis Penggunaan katalis pada suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi tersebut. Begitu juga yang terjadi pada reaksi urea-formaldehid ini. Laju reaksinya akan meningkat jika digunakan katalis. Katalis yang diguanakan pada percobaan ini adalah

NH4OH karena reaksi ini berlangsung pada kondisi basa. Temperatur Kenaikan temperatur selalu mengakibatkan peningkatan laju suatu reaksi. Namun, kenaikan temperatur ini dapat mempengaruhi jumlah produk yang terbentuk, bergantung pada jenis reaksi tersebut (eksoterm atau endoterm). Oleh karena itu, diperlukan suatu optimasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kenaikan temparatur juga dapat menurunkan berat molekul (Mr) resin urea-formaldehid. Hal tersebut dikarenakan adanya pembentukan pusat-pusat aktif yang baru, sehingga memperkecil ukuran molekul resin. Waktu Reaksi Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga dipengaruhi oleh waktu reaksi. Makin lama waktu reaksi, jumlah produk yang dihasilkan makin banyak akibatnya, resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi dan memiliki Mr tinggi. Pembuatan resin urea formaldehid skala laboratorium dapat dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut: 1. Masukkan 500 ml formalin (37%-w/w ) ke dalam labu bundar berleher yang dilengkapi kondensor, termometer, agitator, dan water bath (heater) 2. Tambahkan 2 gram Na2CO3H2O sebagai buffering agent 3. Tambahkan 206,5 ml NH4OH sebagai katalis 4. Tambahkan 3,8 mol Urea kemudian aduk secara teratur hingga tampak homogen 5. Panaskan larutan secara perlahan sampai mendidih 6. Setelah mendidih, akan terjadi refluks 7. Setelah terjadi refluks, atur temperatur heater menjadi 65 oC 8. Panaskan selama 3 jam sejak terjadi refluks pertama 9. Setelah 3 jam, ambil larutan secukupnya kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang tahan panas misalnya cawan penguap 10. Masukkan larutan dalam cawan penguap ke dalam oven dengan temperatur pemanasan sekitar 120 oC selama 24 jam hingga larutan mengeras membentuk resin
Reaksi kondensasi ini dilakukan dalam sebuah labu berleher yang dilengkapi kondensor ohm meter, termometer, agitator. Kondensor berfungsi mengembunkan air yang menguap selama proses polimerisasi. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan reaksi. Agitator berfungsi membuat larutan tetap homogen selama proses berlangsung.

Kerugian penggunaan urea-formaldehid sebagai resin dibandingkan polimer lain adalah resistensinya terhadap kadar air (moisture) apalagi jika dikombinasikan dengan panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan melepaskan monomer monomer yang belum sempurnya bereaksi membentuk polimer. Monomer ini biasanya beracun misalnya formaldehid yang dapat menyebabkan kanker. Oleh sebab itu, ada baiknya bila kita akan menggunakan peralatan makan yang terbuat dari bahan polimer, sebaiknya peralatan tersebut direndam dahulu dengan air panas dengan tujuan agar monomer monomer yang belum sempurna bereaksi terlepas pada air rendaman. Sumber:

You might also like