You are on page 1of 4

PENERAPAN KONSEP REAKSI REDOKS DALAM PENGOLAHAN LIMBAH (LUMPUR AKTIF)

Salah satu penerapan konsep reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bidang pengolahan limbah. Prinsip dasar yang dipergunakan adalah teroksidasinya bahan-bahan organik maupun anorganik, sehingga lebih mudah diolah lebih lanjut. Berbagai tipe penanganan limbah cair dengan melibatkan mikroorganisme telah dikerjakan di Indonesia, yaitu sedimentasi, kolam oksidasi, trickling filter, lumpur aktif (activated sludge), dan septic tank. Pada uraian ini akan kita pelajari salah satu teknik saja, yaitu teknik lumpur aktif (activated sludge). Proses lumpur aktif (activated sludge) merupakan sistem yang banyak dipakai untuk penanganan limbah cair secara aerobik. Lumpur aktif merupakan metode yang paling efektif untuk menyingkirkan bahan-bahan tersuspensi maupun terlarut dari air limbah. Lumpur aktif mengandung mikroorganisme aerobik yang dapat mencerna limbah mentah. Setelah limbah cair didiamkan di dalam tangki sedimentasi, limbah dialirkan ke tangki aerasi. Di dalam tangki aerasi, bakteri heterotrofik berkembang dengan pesatnya. Bakteri tersebut diaktifkan dengan adanya aliran udara (oksigen) untuk melakukan oksidasi bahan-bahan organik. Bakteri yang aktif dalam tangki aerasi adalah Escherichia coli, Enterobacter, Sphaerotilus natans, Beggatoa, Achromobacter, Flavobacterium, dan Pseudomonas. Bakter-bakteri tersebut membentuk gumpalan- gumpalan atau flocs. Gumpalan tersebut melayang yang kemudian mengapung di permukaaan limbah.

Shalawat Nariyah
Kategori: Aqidah 136 Komentar // 9 May 2008

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: Shalawat Nariyah cukup populer di banyak kalangan dan ada yang meyakini bahwa orang yang bisa membacanya sebanyak 4444 kali dengan niat menghilangkan kesulitan-kesulitan atau demi menunaikan hajat maka kebutuhannya pasti akan terpenuhi. Ini merupakan persangkaan yang keliru dan tidak ada dalilnya sama sekali. Terlebih lagi apabila anda mengetahui isinya dan menyaksikan adanya kesyirikan secara terang-terangan di dalamnya. Berikut ini adalah bunyi shalawat tersebut:

Allahumma sholli sholaatan kaamilatan Wa sallim salaaman taaman ala sayyidinaa Muhammadin Alladzi tanhallu bihil uqadu, wa tanfariju bihil kurabu, wa tuqdhaa bihil hawaaiju Wa tunaalu bihir raghaaibu wa husnul khawaatimi wa yustasqal ghomaamu bi wajhihil kariimi, wa alaa aalihi, wa shahbihi adada kulli maluumin laka Artinya:

Ya Allah, limpahkanlah pujian yang sempurna dan juga keselamatan sepenuhnya, Kepada pemimpin kami Muhammad, Yang dengan sebab beliau ikatan-ikatan (di dalam hati) menjadi terurai, Berkat beliau berbagai kesulitan menjadi lenyap, Berbagai kebutuhan menjadi terpenuhi, Dan dengan sebab pertolongan beliau pula segala harapan tercapai, Begitu pula akhir hidup yang baik didapatkan, Berbagai gundah gulana akan dimintakan pertolongan dan jalan keluar dengan perantara wajahnya yang mulia, Semoga keselamatan juga tercurah kepada keluarganya, dan semua sahabatnya sebanyak orang yang Engkau ketahui jumlahnya. Syaikh berkata: Sesungguhnya aqidah tauhid yang diserukan oleh Al-Quran Al Karim dan diajarkan kepada kita oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mewajibkan kepada setiap muslim untuk meyakini bahwa Allah semata yang berkuasa untuk melepaskan ikatan-ikatan di dalam hati, menyingkirkan kesusahankesusahan, memenuhi segala macam kebutuhan dan memberikan permintaan orang yang sedang meminta kepada-Nya. Oleh sebab itu seorang muslim tidak boleh berdoa kepada selain Allah demi menghilangkan kesedihan atau menyembuhkan penyakitnya meskipun yang di serunya adalah malaikat utusan atau Nabi yang dekat (dengan Allah). Al-Quran ini telah mengingkari perbuatan berdoa kepada selain Allah baik kepada para rasul ataupun para wali. Allah berfirman yang artinya:

Bahkan sesembahan yang mereka seru (selain Allah) itu justru mencari kedekatan diri kepada Rabb mereka dengan menempuh ketaatan supaya mereka semakin bertambah dekat kepada-Nya dan mereka pun berharap kepada rahmat-Nya serta merasa takut akan azab-Nya. Sesungguhnya siksa Rabbmu adalah sesuatu yang harus ditakuti. (QS. Al-Israa: 57). Para ulama tafsir mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang berdoa kepada Isa Al-Masih atau memuja malaikat atau jin-jin yang saleh (sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Katsir). Beliau melanjutkan penjelasannya: Bagaimana Rasul shallallahu alaihi wa sallam bisa merasa ridha kalau beliau dikatakan sebagai orang yang bisa melepaskan ikatan-ikatan hati dan bisa melenyapkan berbagai kesusahan padahal Al-Quran saja telah memerintahkan beliau untuk berkata tentang dirinya:

Katakanlah: Aku tidak berkuasa atas manfaat dan madharat bagi diriku sendiri kecuali sebatas apa yang dikehendaki Allah. Seandainya aku memang mengetahui perkara ghaib maka aku akan memperbanyak kebaikan dan tidak ada keburukan yang akan menimpaku. Sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. (QS. AlAraaf) Pada suatu saat ada seseorang yag datang menemui Rasul shallallahu alaihi wa sallam dan mengatakan:Atas kehendak Allah dan kehendakmu wahai Rasul, Maka beliau menghardiknya dengan mengatakan,Apakah kamu ingin menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah? Katakan: Atas kehendak Allah semata. Nidd atau sekutu artinya: matsiil wa syariik (yang serupa dan sejawat) (HR. Nasai dengan sanad hasan) Beliau melanjutkan lagi penjelasannya: Seandainya kita ganti kata bihi ( ) (dengan sebab beliau) dengan bihaa ( ) (dengan sebab shalawat) maka tentulah maknanya akan benar tanpa perlu memberikan batasan bilangan sebagaimana yang disebutkan tadi. Sehingga bacaannya menjadi seperti ini:

Allahumma sholli sholaatan kaamilatan wa sallim salaaman taamman ala sayyidinaa Muhammadin Allati tuhillu bihal uqadu (artinya ikatan hati menjadi terlepas karena shalawat)

Hal itu karena membaca shalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah ibadah yang bisa dijadikan sarana untuk bertawassul memohon dilepaskan dari kesedihan dan kesusahan. Mengapa kita membaca bacaan shalawat bidah ini yang hanya berasal dari ucapan makhluk biasa sebagaimana kita dan justru meninggalkan kebiasaan membaca shalawat Ibrahimiyah (yaitu yang biasa kita baca dalam shalat, pent) yang berasal dari ucapan Rasul yang Mashum?

Keutamaan Membaca Shalawat


Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallambersabda,

Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)[1]. Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan anjuran memperbanyak shalawat tersebut[2], karena ini merupakan sebab turunnya rahmat, pengampunan dan pahala yang berlipatganda dari Allah Taala[3]. Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini: - Banyak bershalawat kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merupakan tanda cinta seorang muslim kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam[4], karena para ulama mengatakan: Barangsiapa yang mencintai sesuatu maka dia akan sering menyebutnya[5]. - Yang dimaksud dengan shalawat di sini adalah shalawat yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits-hadits beliau shallallahu alaihi wa sallam yang shahih (yang biasa dibaca oleh kaum muslimin dalam shalat mereka ketika tasyahhud), bukan shalawat-shalawat bidah yang diadaadakan oleh orang-orang yang datang belakangan, seperti shalawat nariyah, badriyah, barzanji dan shalawat-shalawat bidah lainnya. Karena shalawat adalah ibadah, maka syarat diterimanya harus ikhlas karena Allah Taala semata dan sesuai dengan tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam [6]. Juga karena ketika para sahabat radhiyallahu anhum bertanya kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam, (Wahai Rasulullah), sungguh kami telah mengetahui cara mengucapkan salam kepadamu, maka bagaimana cara kami mengucapkan shalawat kepadamu? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Ucapkanlah: Ya Allah, bershalawatlah kepada (Nabi) Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan keluarga beliaudst seperti shalawat dalam tasyahhud[7]. - Makna shalawat kepada nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah meminta kepada Allah Taala agar Dia memuji dan mengagungkan beliau shallallahu alaihi wa sallam di dunia dan akhirat, di dunia dengan memuliakan penyebutan (nama) beliau shallallahu alaihi wa sallam, memenangkan agama dan mengokohkan syariat Islam yang beliau bawa. Dan di akhirat dengan melipatgandakan pahala kebaikan beliau shallallahu alaihi wa sallam, memudahkan syafaat beliau kepada umatnya dan menampakkan keutamaan beliau pada hari kiamat di hadapan seluruh makhluk[8]. - Makna shalawat dari Allah Taala kepada hamba-Nya adalah limpahan rahmat, pengampunan, pujian, kemualian dan keberkahan dari-Nya[9]. Ada juga yang mengartikannya dengan taufik dari Allah Taalauntuk mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjukNya), sebagaimana dalam firman-Nya, { } Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya (dengan memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman (QS al-Ahzaab:43).

You might also like