You are on page 1of 4

Fakta tentang Ilmuwan Muslim: Ibnu Al-Nafis (Aviccena)

Author

:Dr.Sharif Kaf A-Ghazal

Foundation for ScienceTechnology and Civilisation 27 Turner Street, Manchester, M4 1DY, United Kingdom, FSTC Limited, April 2007

Selayang tentang Ibnu Al-Nafis.. Ala-al-Din Abu al-Hasan Ali bin Abi al-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi (dikenal dengan Ibnu Al-Nafis) lahir pada tahun 1213 AD di Damaskus. Beliau belajar di sebuah Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran Bimaristan Al-Noori. Beliau adalah seorang ahli fiqih Syafi'i disamping sebagai dokter terkenal. Pada 1236 Ibnu Nafis berhijrah ke Mesir dan bekerja di sebuah Rumah Sakit kemudian beliau diangkat menjadi kepala dokter dan dokter pribadi Sultan. Beliau meninggal pada 1288 M. Berbagai buku karyanya telah berkontribusi besar bagi perkembangan ilmu kedokteran di dunia. Salah satunya adalah penemuan tentang sirkulasi paru, yang ditemukan kembali oleh ilmu pengetahuan modern setelah selang tiga abad. Beliau adalah tokoh pertama yang menggambarkan konstitusi paru-paru dan memberikan deskripsi dari bronkus dan interaksi antara udara dan darah dalam pembuluh darah manusia. Selain itu, beliau menguraikan fungsi dari arteri koroner dalam vaskularisasi otot jantung. Penemuan sirkulasi paru-paru Sulit kita pungkiri bahwa sampai saat ini konsep dan pandangan tentang penemuan dan perkembangan berbagai ilmu pengetahuan adalah berkat adanya pemikiran para ilmuwan non-Muslim. Jika kita pelajari dan amati secara kritis, justru terdapat banyak peran yang besar dari ilmuwan dan cendikiawan Muslim atas penemuan-penemuan tersebut. Salah satu perdebatan dalam hal ini adalah tentang penemuan sirkulasi paru-paru. Banyak yang berpandangan bahwa penemuan ini dimulai di Eropa pada abad ke-16 oleh Servetus, Vesalius, Colombo, dan kemudian Harvey. Namun, pada beberapa manuskrip kuno, telah dikatakan bahwa kredit nyata untuk penemuan sirkulasi paru-paru adalah milik seorang dokter terkemuka dari abad ke-13: Ibnu Al-Nafis.

Pada tahun 1924 seorang dokter Mesir, dr.Muhyo Al-Deen Altawi, menemukan script yang berjudul "Commentary on the Anatomy of Canon of Avicenna". Script ini dianggap salah satu buku ilmiah terbaik, di mana Ibnu Al-Nafis menggambarkan subyek dalam anatomi, patologi, dan fisiologi. Penemuan ini terfokus pada fakta ilmiah penting yang telah diabaikan, yakni tentang deskripsi pertama sirkulasi paru-paru. Teori pertama sebelum Ibnu Al-Nafis adalah dikemukakan oleh Galen pada abad ke-2, yang mengatakan bahwa darah mencapai sisi kanan jantung melalui pori-pori yang tak terlihat, kemudian menuju septum ke sisi kiri jantung dimana ini akan bercampur dengan udara dan kemudian didistribusikan ke tubuh. Namun, Ibnu Al-Nafis (Avicenna), berdasarkan pengetahuan ilmiahnya tentang anatomi, menyatakan bahwa: 1. Darah dari ruang kanan jantung harus tiba di ruang sebelah kiri tetapi tidak ada jalur langsung antara mereka. Septum tebal jantung tidak berlubang dan tidak memiliki pori-pori. Darah dari ruang kanan harus mengalir melalui arteriosa vena (arteri paru-paru) menuju paru-paru, menyebar dan bercampur dengan udara, melewati arteria venosa (vena paru-paru) untuk mencapai ruang kiri jantung dan ada suatu tekanan yang vital. 2. Jantung hanya memiliki dua ventrikel dan lebih tebal daripada di tempat lain. 3. Paru-paru terdiri dari beberapa bagian, antara lain bronchi, cabang-cabang arteria venosa, cabang-cabang vena arteriosa, mereka semua terhubung oleh jaringan longgar berpori. 4. di saat ketersediaan darah di paru-paru kurang, arteriosa vena mentransportasikan darah yang telah dihangatkan di dalam jantung menuju paru-paru, sehingga apa yang keluar melalui pori-pori pada cabang-cabang pembuluh menuju alveoli paruparu bisa bercampur dengan apa yang ada di dalam udara. Darah tersebut dibawa ke rongga kiri jantung oleh arteria venosa . 5. Tidak benar jika darah yang ada di sisi kanan jatung adalah untuk menyehatkan jantung, untuk makanan ke jantung adalah dari darah yang melewati pembuluh yang menembus tubuh jantung. Statmen-statmen tersebut telah dikenal di Eropa sampai 300 tahun kemudian dan dipelajari oleh banyak ilmuwan non Muslim, diantaranya adalah: 1. Beberapa karya Ibnu Al-Nafis diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Andrea Alpago pada tahun 1547. 2. Michael Servetus menjelaskan teori sirkulasi paru-paru dalam buku teologinya "Christianismi Restitutio" pada tahun 1553, ia menulis "Udara dan darah

bercampur dan dikirim dari paru ke jantung melalui pembuluh arteri, sehingga campuran dibuat di paru-paru dan berwarna cerah." 3. Andreas Vesalius menjelaskan dalam bukunya "De fabrica",tentang sirkulasi paru-paru yang mirip dengan deskripsi Ibnu Nafis. Pengamatan yang menarik adalah bahwa dalam edisi pertama dari buku tersebut (1543), Vesalius setuju dengan Galen bahwa darah dapat bercampur melalui septum dari ventrikel kanan ke kiri ". Kemudian pada edisi kedua (1555) ia mengubah deskripsinya bahwa sampai saat itu ia belum menemukan bukti yang nyata tentang adanya lubang antara kedua ventrikel tersebut. 4. Realdus Kolombo pada tahun 1559 dalam bukunya "De re anatomica" juga berpendapat sama dengan Andreas. 5. William Harvey yang, pada 1628, melakukan pengamatan anatomi secara langsung pada hewan laboratorium, gerakan darah dari ventrikel kanan ke paruparu dan kemudian mengamati darah yang kembali ke sisi kiri jantung melalui vena paru-paru dan ia menyatakan bahwa ia tidak dapat menemukan pori-pori di septum interventriculare. Dia menulis dalam monografi, "Exercitatio anatomica de motu Cordis et sanguinis in animalibus": "Ada semacam pergerakan seperti dalam lingkaran, darah didorong oleh hentakan ventrikel kiri dan didistribusikan melalui arteri ke seluruh tubuh dan kembali melalui vena ke vena cava dan kemudian kembali ke arium kanan, sama seperti yang dikirim dari ventrikel kanan ke paruparu melalui arteri paru-paru dan kembali dari paru-paru melalui vena paru ke ventrikel kiri, sebagaimana dijelaskan sebelumnya". Namun, ia tidak memahami fisiologi sirkulasi paru-paru (disipasi dari karbon dioksida dan penggantian dengan oksigen) yang selanjutnya dijelaskan oleh Lavoisier di abad ke-18. Subhanallah, dari satu tokoh Muslim saja telah bisa memberikan inspirasi dan kontribusi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Maka, kita sebagai calon Dokter Muslim PASTI BISA memperkaya dunia dengan ilmu-ilmu Allah yang luar biasa.

You might also like