You are on page 1of 9

STAINLESS STEEL

T=f(x) Stainless steel


390 370 350 T(K) 330 310 290 270 250 1 2 3 Jarak (x) 4 5 6 100 125 150 175

Dari grafik diketahui bahwa temperatur tertinggi terletak dititik 1 karena titik ini dekat dengan heater. Dari grafik deketahui titik 1-2 lebih landai dari titik 2-3. Hal ini dikarenakan perbedaan material antara titik 2 dan 3 yaitu matrial tembaga dan stainless steel sedangkan 1-2 lebih landai karena berada dalam 1 spesimen tembaga. Begitu juga seterusnya titik 3-4 lebih landai lagi karena berada di 1 matrial, 4-5 lebih curam lagi dan titik 5-6 landai. Dari grafik diatas set point 175 merupakan set point yang memiliki temperatur paling tinggi, diikuti set point 150, 125, dan 100. Hal ini dikarenakan input awal temperatur set point 175 adalah input temperatur yang paling tinggi kemudian semakin menurun pada set point berikutnya. Pada praktikum kami lakukan tidak ada penyimpangan data sesuai dengan teori yang telah ada.

BESI

390 370 350

T=f(x) Besi

T(K)

330 310 290 270 250 1 2 3 Jarak (x) 4 5 6

100 125 150 175

Dari grafik diketahui bahwa temperatur tertinggi terletak dititik 1 karena titik ini dekat dengan heater. Dari grafik deketahui titik 1-2 lebih landai dari titik 2-3. Hal ini dikarenakan perbedaan material antara titik 2 dan 3 yaitu matrial tembaga dan besi, sedangkan 1-2 lebih landai karena berada dalam 1 spesimen tembaga. Begitu juga seterusnya titik 3-4 lebih landai lagi karena berada di 1 matrial, 4-5 lebih curam lagi dan titik 5-6 landai. Dari grafik diatas set point 175 merupakan set point yang memiliki temperatur paling tinggi, diikuti set point 150, 125, dan 100. Hal ini dikarenakan input awal temperatur set point 175 adalah input temperatur yang paling tinggi kemudian semakin menurun pada set point berikutnya. Pada praktikum kami lakukan tidak ada penyimpangan data sesuai dengan teori yang telah ada.

Alumunium

T=f(x) Aluminium
360 350 340 330 320 310 300 290 1 2 3 Jarak (x) 4 5 6

T(K)

100 125 150 175

Dari grafik diketahui bahwa temperatur tertinggi terletak dititik 1 karena titik ini dekat dengan heater. Dari grafik deketahui titik 1-2 lebih landai dari titik 2-3. Hal ini dikarenakan perbedaan material antara titik 2 dan 3 yaitu matrial tembaga dan aluminium, sedangkan 1-2 lebih landai karena berada dalam 1 spesimen tembaga. Begitu juga seterusnya titik 3-4 lebih landai lagi karena berada di 1 matrial, 4-5 lebih curam lagi dan titik 5-6 landai. Dari grafik diatas set point 175 merupakan set point yang memiliki temperatur paling tinggi, diikuti set point 150, 125, dan 100. Hal ini dikarenakan input awal temperatur set point 175 adalah input temperatur yang paling tinggi kemudian semakin menurun pada set point berikutnya. Pada praktikum kami lakukan tidak ada penyimpangan data sesuai dengan teori yang telah ada.

Kteori dan Kaktual Vs Tavg

Konduktifitas bahan
250 200 k teori SS k (W/m.K) 150 100 50 0 310 315 320 T avg (K) 325 330 k teori Besi k teori Aluminium k praktikum SS k praktikum Besi k praktikum Aluminium

Dari grafik diatas diketahui bahwa grafik aluminium terletak paling atas kemudian diikuti grafik besi dan grafik stainlees steel. Dengan kata lain nilai konduktifitas thermal aluminium paling besar diikuti konduktifitas thermal besi, dan stainlees steel. Hal ini sama halnya dengan grafik yang sesuai dengan teori yaitu pada suhu antara 300 K sampai 330 K nilai k untuk aluminium paling tinggi, kemudian di bawahnya ada k untuk besi dan yang paling rendah adalah stainlesstel. Sehingga dapat dikatakan bahwa praktikum sesuai dengan teori yang telah di pelajari. Berdasarkan grafik diatas nilai k teori berbeda jauh dengan nilai k praktikum. Hal ini bertentengan dengan hasil yang diharapkan yaitu k teori harus berhimpit dengan k praktikum. Perbedaan ini dikarenakan isolasi sistem yang tidak sempurna sehingga asumsi 1 dimensi tidak terpenuhi karena ada perpindahan ke arah radial. Dismapimg itu juga terjadi heat loses pada sistem yang disebabkan isolasi yang tidak sempurna.

T(x) Set Point 1


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0 y = 8178.6x2 - 101.29x + 43.143 y = 7660.7x2 - 280.36x + 46.029 kecepatan 1 kecepatan 2 y = 7750x2 - 296x + 47.86 kecepatan 3 Poly. (kecepatan 1) Poly. (kecepatan 2) 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 Poly. (kecepatan 3)

T(C)

Jarak (m)

Dari grafik di atas dapat di lihat bahwa dari titik x = 0 ke x = 0,02 terjadi peningkatan, begitu juga dengan seterusnya peningkatan disertai peningkatan jarak terhadap sumber pendinginan (kipas). Pola ini diikuti oleh setiap kecepatan, akan tetapi letak grafik pada tiap kecepatan berbedabeda. dari kecepatan 1 cenderung berada di bawah kecepatan 2 dan 3, kecepatan 2 berada di tengah dan kecepatan 3 cenderung berada paling atas. Titik 0 ini adalah titik titik yang paling dekat dengan sumber pendinginan sehingga pada titik ini proses pendinginan akan berlangsung lebih cepat, pada titik 2 adalah titik yang paling dekat dengan sumber pendinginan dengan sumber kipas setelah titik 1 sehingga proses pendinginan akan cepat akan tetapi masih lebih cepat pendinginan pada titik 1, begitu juga seterusnya hingga titik ke 5 yang paling jauh dengan sumber pendinginan sehingga laju pendinginan lebih lambat dan mengakibatkan suhu permukaan lebih tinggi.

T(x) Set Point 2


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 y = 3.1643x2 - 10.796x + 64 y = 3.1786x2 - 10.741x + 66.68 y = 2.825x2 - 5.115x + 52.475 kecepatan 1 kecepatan 2 kecepatan 3 Poly. (kecepatan 1) Poly. (kecepatan 2) Poly. (kecepatan 3) 0 0.02 0.04 Jarak (m) 0.06 0.08

Dari grafik di atas dapat di lihat bahwa dari titik x = 0 ke x = 0,02 terjadi peningkatan, begitu juga dengan seterusnya peningkatan disertai peningkatan jarak terhadap sumber pendinginan (kipas). Pola ini diikuti oleh setiap kecepatan, akan tetapi letak grafik pada tiap kecepatan berbedabeda. dari kecepatan 1 cenderung berada di bawah kecepatan 2 dan 3, kecepatan 2 berada di tengah dan kecepatan 3 cenderung berada paling atas. Titik 0 ini adalah titik titik yang paling dekat dengan sumber pendinginan sehingga pada titik ini proses pendinginan akan berlangsung lebih cepat, pada titik 2 adalah titik yang paling dekat dengan sumber pendinginan dengan sumber kipas setelah titik 1 sehingga proses pendinginan akan cepat akan tetapi masih lebih cepat pendinginan pada titik 1, begitu juga seterusnya hingga titik ke 5 yang paling jauh dengan sumber pendinginan sehingga laju pendinginan lebih lambat dan mengakibatkan suhu permukaan lebih tinggi.

T(C)

T(x) Set Point 3


140 120 100 T(C) 80 60 40 20 0 0 0.02 0.04 Jarak (m) 0.06 0.08 y = 5.2214x2 - 19.679x + 86.18 y = 4x2 - 13.18x + 75.34 y = 3.25x2 - 10.35x + 65.44 kecepatan 1 kecepatan 2 kecepatan 3 Poly. (kecepatan 1) Poly. (kecepatan 2) Poly. (kecepatan 3)

Dari grafik di atas dapat di lihat bahwa dari titik x = 0 ke x = 0,02 terjadi peningkatan, begitu juga dengan seterusnya peningkatan disertai peningkatan jarak terhadap sumber pendinginan (kipas). Pola ini diikuti oleh setiap kecepatan, akan tetapi letak grafik pada tiap kecepatan berbedabeda. dari kecepatan 1 cenderung berada di bawah kecepatan 2 dan 3, kecepatan 2 berada di tengah dan kecepatan 3 cenderung berada paling atas. Titik 0 ini adalah titik titik yang paling dekat dengan sumber pendinginan sehingga pada titik ini proses pendinginan akan berlangsung lebih cepat, pada titik 2 adalah titik yang paling dekat dengan sumber pendinginan dengan sumber kipas setelah titik 1 sehingga proses pendinginan akan cepat akan tetapi masih lebih cepat pendinginan pada titik 1, begitu juga seterusnya hingga titik ke 5 yang paling jauh dengan sumber pendinginan sehingga laju pendinginan lebih lambat dan mengakibatkan suhu permukaan lebih tinggi.

h=f(v)
1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 1 2 Kecepatan kipas 3

h(W/mK)

Set point 150 Set point 175 Set point 200

Pada grafik h vs V kipas, semakin tinggi kecepatan kipas nilai h cenderung naik, kecuali grafik pada set point 200 yang mengalami penurunan nilai h saat kecepatan kipas di perbesar. Pada set point 150, nilai h pada kecepatan kipas 2 lebih besar daripada nilai h pada kecepatan kipas 1 dan nilai h pada kecepatan kipas 3 adalah g paling besar pada set point 150. Nilai h pada set point 175 meningkat signifikan pada titik 2-3, namun pada titik 1-2 perubahan nilai h tidak terlalu besar. Pada set point 200 setiap penambahan kecepatan kipas nilaih cenderung turun setiap titik dan pada kecepatan kipas 3 nilai h adalah yg paling kecil pada set point 200. Melalui persamaan q=v.i dengan peningkatan V dan I pada set point maka nilai q akann meningkat. Dan dengan persamaan perpindahan panas konveksi, q=h.A. T . Dengan meningkatnya nilaiq maka nilai h akan meningkat. Dapat diambil kesimpulan dengan peningkatan set point maka nilai h akan semakin meningkat. Akan tetapi besar nilai koefisien konveksi berbeda dengan teori persamaannya karena adanya perpindahan panas yang tidak dihitung ke arah dimensi lain dan adanya kebocoran pada sistem atau faktor radiasi

KRSIMPULAN 1. Semakin jauh-suhu turun 2.

You might also like