You are on page 1of 27

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Propinsi Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki wilayah daratan 94.561 km2 dan 3.241 pulau-pulau yang memiliki empat satuan wilayah sungai yaitu sungai Rokan, sungai Siak, Sungai Kampar dan sungai Indragiri yang merupakan perairan yang potensial untuk pembangunan usaha perikanan. (Yuniarti, 2000). Kondisi perairan Riau yang cukup potensial untuk dijadikan usaha perikanan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Riau. Dengan kondisi demikian juga ditunjang oleh cukup banyaknya spesies ikan yang terdapat di daerah Riau. Untuk mencapai target produksi perikanan sesuai dengan yang diharapkan, berbagai permasalahan menghambat upaya peningkatan produksi tersebut, antara lain kegagalan produksi akibat serangan wabah penyakit ikan yang bersifat patogenik baik dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus. Parasit adalah merupakan organisme yang hidup pada organisme lain yang mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang tempatnya makan (inang) akan mengalami kerugian. Parasitisme adalah hubungan dengan salah satu spesies parasit dimana inangnya sebagai habitat dan merupakan tempat untuk memperoleh makanan atau nutrisi, tubuh inang adalah lingkungan utama dari parasit sedangkan lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan keduanya (Kabata, 1985). Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat

mengganggu proses kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal.

Secara umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003). Penyakit akibat infeksi parasit menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada area yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebar tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh terhadap berkembangnya sutu penyakit. Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat (Irianto, 2005).

1.2. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui jenis-jenis parasit yang menginfeksi ikan serta organ-organ yang terinfeksi, mengetahui gejala klinis ikan yang terkena bahan pollutan, dan mengetahui bentuk-bentuk bakteri setelah pewarnaan gram.

1.3. Manfaat Praktikum Manfaat dari pratikum ini adalah agar praktikan bisa mengetahui bentuk dari parasit dan cara mengatasi masalah dari parasit yang menginfeksi ikan budidaya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Parasit dan Penyakit Ikan Parasit dapat ditemukan menginfeksi seluruh organ tubuh ikan baik pada permukaan tubuh maupun yang terdapat pada bagia dalam tubuh. Parasit yang menginfeksi bagian luar tubuh ikan seperti sirip, permukaan tubuh, operculum, dan insang disebut ektoparasit, sedangkan yang menginfeksi organ bagian dalam tubuh ikan seperti hati, saluran pencernaan dan ginjal disebut endoparasit. Umumnya ikan-ikan yang hidup di alam dapat terinfeksi oleh berbagai jenis parasit cacing-cacingan seperti Monogenea, Digenea, Nematoda dan Acanthocepala. Monogenea umumnya ektoparasit dan jarang bersifat endoparasit. Hal ini sesuai dengan pendapat Kabata (1985) bahwa monogenea salah satu parasit yang sebagian besar menyerang bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) jarang menyerang bagian dalam tubuh ikan (endoparasit) biasanya menyerang kulit dan insang. Ektoparasit adalah parasit yang terdapat di luar tubuh host (inang). Dari sekian banyaknya ektoparasit di dunia termasuk dalam filum Arthropoda. Filum Arthropoda terdiri dari berbagai sub filum yaitu Trilobitomorpha (sudah punah), Onychophora (onychoporans), Tardigrada (water bears), Pycnogonida (sea spiders), Chelicerata (mites, ticks, spiders, scorpions dll) dan Mandibulata (crustaceans, centipedes dan millipedes serta insects). Sub filum Chelicerata (contoh: mites, ticks) dan sub filum Mandibulata (contoh: insecta) merupakan sub filum yang paling penting dalam dunia veteriner. Pentingnya kedua sub filum di atas karena dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit at patologis pada

hewan dan manusia, memproduksi racun/substan toksik, berperan sebagai inang antara untuk protozoa dan helminth, berperan sebagai vektor bagi bakteri, virus, spirochaeta, ricketsia, chlamydia dan agen penyakit lainnya (Bowmans 1999). Argulus sp adalah sejenis udang renik yang termasuk ke dalam famili Argulidae dan merupakan ektoparasit. Argulus sp memiliki bentuk tubuh bulat pipih seperti kuku. Tubuh Argulus sp ini dilengkapi dengan alat yang dapat digunakan untuk mengaitkan tubuhnya pada insang dan mengisap sari makanan. Serangan parasit ini umumnya tidak menimbulkan kematian pada ikan . Argulus sp ini hanya mengisap darah ikan saja sehingga ikan menjadi kurus, Luka bekas alat pengisap ini merupakan bagian yang mudah diserang oleh bakteri atau jamur. Infeksi sekunder inilah yang bisa menyebabkan kematian ikan secara masal. Argulus sp. merupakan ektoparasit ikan yang menyebabkan argulosis. Akibat yang ditimbulkan oleh infeksi Argulus sp. pada ikan adalah beberapa sisik tubuh terlepas, terdapat titik-titik merah pada kulit, insang berwarna kehitamhitaman dan timbulnya lendir (mukus) yang berlebih pada sirip. Pertahanan pertama ikan terhadap serangan penyakit berada di permukaan kulit, yaitu mukus, jaringan epitelia, insang. Mukus melapisi seluruh permukaan integumen ikan, termasuk kulit, insang dan perut. Pada saat terjadi infeksi atau iritasi fisik dan kimiawi, sekresi mukus meningkat. Lapisan mukus secara tetap dan teratur akan diperbarui sehingga kotoran yang menempel di tubuh ikan juga ikut dibersihkan. Mukus ikan mengandung lisosim, komplemen, antibody (ig M) dan protease yang berperan untuk mendegradasi dan mengeliminer patogen. Parasit ini masuk ke dalam tempat pemeliharaan biasanya melalui pergesekan antar kulit ikan yang terinfeksi Argulus sp. Sifat parasitik Argulus sp. cenderung temporer yaitu

mencari inangnya secara acak dan dapat berpindah dengan bebas pada tubuh ikan lain atau bahkan meninggalkannya. Hal ini dapat dilakukan karena Argulus sp. mampu bertahan hidup selama beberapa hari di luar tubuh ikan (Purwakusuma, 2007). Ikan yang terserang penyakit atau parasit pada organ (alat-alat) dalamnya biasanya menunjukan ciri utama terjadi pembengkakan di bagian perut disertai dengan berdirinya sisik (dropsy). Dapat terjadi pula bahwa ikan yang terserang organ dalamnya memiliki perut yang sangat kurus. Jika dijumpai pada kotoran ikan sudah dijumpai bercak darah, ini berarti pada usus terjadi pendarahan (peradangan). Jika serangannya sudah mencapai gelembung renang biasanya keseimbangan badan ikan sudah menjadi terganggu sehingga gerakan

berenangnya jungkir balik tidak terkontrol. (Mason, 1980). Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mengganggu proses kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara

umum penyakit dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organisme hidup seperti parasit, jamur, bakteri, dan virus dan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan (Afrianto dan Liviawaty, 2003). Penyakit ikan biasanya timbul berkaitan dengan lemahnya kondisi ikan yang diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain penanganan ikan, faktor pakan yang diberikan, dan keadaan lingkungan yang kurang mendukung. Pada padat penebaran ikan yang tinggi jika faktor lingkungan kurang menguntungkan misalnya kandungan zat asam dalam air rendah, pakan yang diberikan kurang tepat

baik jumlah maupun mutunya, penanganan ikan kurang sempurna, maka ikan akan menderita stress. Dalam keadaan demikian ikan akan mudah terserang penyakit ( Sarig, 1971). oleh

2.2. Parasit Darah Salah satu ektoparasit yang dapat merugikan hewan adalah caplak, lalat, tungau dan kutu. Caplak keras (famili Ixodidae) merupakan salah satu kelompok ektoparasit penghisap darah obligat. Diperkirakan 650 spesies caplak keras terdapat pada semua hewan vertebrata kecuali ikan (Bowmans 1999). Beberapa jenis parasit golongan falagellata seperti Trypanosoma sp. Memiliki siklus hidup, dimana salah satu siklus hidupnya berada dalam darah hewan-hewan vertebrate termasuk ikan. Pada ikan air tawar golongan cyprinidaae parasit darah memasuki inang tersebut melalui perantara vector, yaitu lintah Pisciola sp. dan Hemiclepis sp. Setelah setelah ikan tergigit oleh lintah, ada fase prepaten berkisar 2-9 hari, dimana flagellata tidak ada dalam peripheral darah. Setelah fase tersebut, muncul flagellata yang bentuknya silinder pada peripheral darah, yang merupakan fase kedua dari parasit flagellate. Parasit mengalami pembelahan dan perkembangan pada fase kedua ini, yang dapat diamati pada darah. Infeksi berat dapat menyebabkan kematian pada ikan Pada ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan pada nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih). Pemeriksaan darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu penyakit. Studi hematologis merupakan kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan ikan Tripanoplasma borelli

2.3. Bahan Polutan Keberadaan senyawa kimia di perairan dapat mengakibatkan lesi nekro patotoksi kologik (biopatologik). Cemaran lingkungan cenderung tertimbun pada penyediaan produk pangan, terutama di bidang akuakultur. Salah satu perubahan yang terjadi karena pembuangan limbah ke badan perairan dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut. Oksigen penting untuk pernafasan yang merupakan komponen utama untuk metabolisma ikan dan oprganisme lain Persenyawaan organic di perairan akan dipecah oleh organisme pembusuk. Terjadinya proses ini sangat membutuhkan oksigen terlarut dalam perairan tersebut (Duffus, 1980). Disamping itu adanya senyawa racun yang terkandung di dalam limbah juga mempengruhi proses metabolisma dalam tubuh ikan, merusak jaringan usus dan fungsi ginjal (Duffus, 1980). Senyawa beracun ini juga mempengaruhi darah organ tubuh lainya. Disamping itu senyawa beracun dan logam berat dapat menghambat metabolisma serum protein (Tewari, Gill dan Plant, 1987). Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi ini dapat ditunjukkan dalam percobaan di laboratorim, di mana terjadi perubahan aktivitas pernafasan yang besarnya perobahan diukur atas dasar irama membuka dan menutupnya rongga Buccal dan operkulum (Mark, 1981). Pengukuran aktivitas pernafasan merupakan cara yang amat peka untuk menguikur reaksi ikan terhadap kehadiran senyawa pencemar. Hasil penelitian yang pernah dilakukan memperlihatkan adanya peningkatan jumlah gerakan ofer kulum Fingerlink (Cirrhina Mrigala) yang terkena deterjen .

Sebagai indikator dari toxicant sub lethal juga dapat dilihat dari frekwensi bentuk ikan. Yang mana digunakan untuk membersihkan pembalikan aliran air pada insang, yang merupakan monitoring pergerakan respiratory (Anderson dan Apolonia, 1978). Selain gerakan ofer kulum dan frekwensi batuk parameter darah merupakan indikator yang sensitif pada kehidupan sebagai peringatan awal dari kwalitas air. Perubahan faal drah ikan yang diakibatkan senyawa pencemar, akan timbul sebelum terjadinya kematian (Larsson et al, 1976). Pemeriksaan darah mempunyai kegunaan dalam menentukan adanya gangguan fisiologis tertentu dari ikan. Parameter faal darah dapat diukur dengan mengamati kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah sel darah merah (Goenarsoh, 1988).

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan tempat Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan tentang Metode Dasar Dalam Parasitologi Ikan dan Pembuatan Preparat Parasit Darah ini dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2010. Praktikum Pengamatan Terhadap Ikan yang

Keracunan Bahan Polutan dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2010. Yang bertempat di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum Metode Dasar Dalam Parasitologi Ikan dan Pembuatan Preparat Parasit Darah adalah ikan mas (Cyprinus carpio) sebagai sampel, na citrate, alcohol absolute, larutan diff quick, timbangan, mistar ukur, mikroskop, wadah untuk pengkuran ikan, talang untuk membedah ikan, timbangan, peralatan bedah ikan, pipet, slide glass, cover glass, dan pensil. Sedangkan bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum Pengamatan Terhadap Ikan yang Keracunan Bahan Polutan adalah ikan nila (Oreocromis niloticus) ukuran 50-10 cm (bersisik atau tidak), sampel air parit Al-faunas, wadah stoples volume 5-10 L, stopwatch.

3.3. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada semua praktikum parasit dan penyakit ikan ini adalah metode pengamatan secara langsung pada objek yang bersangkutan.

10

3.4. Prosedur Pratikum 3.4.1. Metode Dasar Dalam Parasitologi Ikan 3.4.1.1. Pemeriksaan Permukaan Luar Tubuh (Ektoparasit) Semua ektoparasit seharusnya diperiksa dengan menggunakan air yang sama dengan air dimana ikan itu ditangkap/ dimabil. Mukus dari ikan diambil dengan menggunakan scalpel atau slideglass, diencerkan dengan air local dan selanjudnya ditutup dengan cover glass. Semua helai insang baik insang kiri maupun kanan dilepas baru diletakkan pada petri disk secara terpisah. Buka rongga mulut periksa ada tidaknya parasit pada rongga tersebut. Cuci rongga hidung dengan menggunakan pipet. Periksa sisik dan sisi bagian dalamnya. Gunting setiap sirip dan letakkan diatas petri disk secara terpisah. Catat setiap spesies jan jumlah parasit yang ditemukan pada setiap organ. Parasit yang ditemukan harus di fiksasi pada larutan fiksasi secara tepat dan tempatkan pada botol sampel. Berikan label pada botol sampel tersebut dengan menulis nama parasit, nama inang, organ terinfeksi.

3.4.1.2. Pemeriksaan Permukaan Dalam Tubuh (Endoparasit) Semua endoparasit diperiksa dengan menggunakan larutan garam fisiologis (0,85% NaCl). Rongga tubuh bagian dalam dibuka dengan

menggunting dari anus. Hindari menggunting usus, karena kemungkinan p[arasit ada didalam usus. Periksa organ-organ viscera in situ. Organ-organ viscera (gall dan urinary bladder, hati, limpah, ginjal, gonad, jantung otak dan mata) dipindahkan pada petri disk secara terpisah untuk pemeriksaan. Gunting organ pencernaan mulai dari pangkal anus sampai pada lokasi sekitar insang. Setelah pemeriksaan permukaan luar organ pencernaan, lakukan pemotongan terhadap

11

bagian-bagian tertentu seperti lambung, pyloruc caeca, bagian anterior, tengah dan posterior usus dan rectum. Bagian-bagian tersebut dibuka dan diperiksa parasitnya. Setelah itu mucus dari organ tersebut dikeruk dengan scalpel/ slide. Dinding dari saluran pencernaan diperiksa dengan menggunakan cahaya dari bawah.

3.4.2. Pembuatan Preparat Parasit Darah


1. Ambil darah ikan mas dengan menggunakan jarum suntik. Penggumpalan darah dapat dihindari dengan menggunkan antikoagulan seperti Na-citrate 3,8 % (perbandingan dengan darah 1:4). 2. Letakkan setetes darah pada salah satu ujung slide glass yang tidak berminyak. 3. Tempelkan salah satu ujung slide glass yang mengandung darah, lalu geser menjahui darah untuk menciptakan lapisan tipis darah. 4. Biarkan kering udara lapisan specimen darah tersebut. 5. Warnai dengan larutan Diff Quick. 6. Berikan 1 sampai 2 tetes etellan atau Canada balsam pada specimen, lalu tutup dengan cover glass. 7. Amati dan gambar parasit darah di bawah mikroskop.

3.4.3. Pengamatan Terhadap Ikan yang Keracunan Bahan Polutan

1. Siapkan wadah kemudian isi wadah dengan air 2. Larutkan bahan pencemar berupa sampel air parit Al-faunas, kemudian aduk sampai homogen. 3. Masukkan ikan 4. Amati tingkah laku ikan dan hitung bukaan operculum.

12

5. Catat. Setiap 5 menit pengamatan, sampai menit ke 30. Lihat keadaan mucus, perubahan warna, bukaan overculum dan tingkah laku ikan tersebut 6. 30 menit Bedah ikan. Amati jantung, insang, hati dan ginjal.

13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 4.4.1. Metode Dasar Dalam Parasitologi Ikan Parasit yang ditemukan adalah Argulus sp. (ektoparasit) yang terdapat pada insang ikan mas. Argulus sp. diklasifikasikan kedalam filum Arthropoda, kelas Crustacea, subkelas Entomostsaca, ordo Copepod, subordo Branchiora, family Argulidae, genus Argulus dan spesies Argulus sp.

Gambar 1. Argulus sp. (a. Preoral stylet, b. Sucker, c. Maxilla, d. Kaki thorax pertama dan e. Abdomen)

Ciri-ciri ikan terserang Argulus sp.: 1. Insang pucat 2. Tubuh lemah 3. Gerakannya lambat 4. Suka berenang ketepi 5. Matanya bengkak dan warnanya pucat

14

4.4.2. Pembuatan Preparat Parasit Darah Parasit yang ditemukan pada preparat darah ikan mas adalah Tripanoplasma borelli yang diklasifikasikan kedalam filum, kelas Flagellata, subkelas, ord, subordo, family, genus Tripanoplasma dan spesies Tripanoplasma borelli .

Gambar 2. Tripanoplasma borelli

4.4.3.Pengamatan Terhadap Ikan yang Keracunan Bahan Polutan (Tabel 1)

Menit keNo Ikan 5 10 15 20 25 30 Mucus Nomal

Bukaan overculum

Ikan Nila Ikan Nila Ikan Nila Ikan Nila Ikan Nila Ikan Nila -

Normal

Normal Mulai banyak Semakin banyak Semakin banyak

Keterangan Perubahan warna Tidak terjadi Cepat perubahan warna Tidak terjadi Lambat perubahan warna Tidak terjadi Lambat perubahan warna Tidak terjadi Lambat perubahan warna Lambat Sudah mulai pucat Pucat

Tingkah Laku Berenang cepat karna baru beradaptasi Bergerak lambat dan mulai melemah Semakin lambat dan banyak diam Mulai berenang ke permukaan Ikan diam dan bergerak mengapung Pergerakan keatas dan leih cepat

Semakin lambat

15

4.2. Pembahasan Bentuk tubuh Argulus sp. adalah pipih bulat dengan diameter 5 mm. Tubuhnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu cephalothorax, thorax, dan abdomen. Ciri utama yang paling menonjol pada Argulus sp. adalah adanya sucker besar pada bagian ventral. Sucker merupakan modifikasi maxillae pertama dan berfungsi sebagai organ penempel utama pada Argulus sp. dewasa. Selain itu terdapat preoral dan proboscis untuk melukai dan menghisap sari makanan dari inang (Peter walker, 2005). Sifat parasitik Argulus sp. Cenderung temporer atau dapat berpindah pada tubuh ikan lain, hal ini dapat dilakukan karena Argulus sp. Mampu bertahan hidup selama beberapa hari di luar tubuh ikan. Perpindahan ke inang baru dapat terjadi dengan berbagai sebab, misalnya karena inang mati, inang berhasil melepaskan diri dari parasit, Argulus jantan mencari pasangan untuk kawin atau Argulus betina melepaskan diri untuk meletakkan telur dan kemudian bebas kembali mencari inang (R. Heckmann, 2003). Serangan parasit lebih sering mematikan pada ikan-ikan muda yang biasanya berukuran kecil karena belum berkembangnya sistem pertahanan tubuh. Selain menginfeksi ikan, Argulus sp. juga dapat berperan sebagai vektor bagi virus atau bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan. Bakteri, virus dan organisme penyakit lainnya dapat masuk ke dalam tubuh ikan karena integumen sebagai pertahanan pertama ikan telah dirusak oleh Argulus sp. (R. Heckmann,
2003).

Air yang tercemari detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang hidup di dalamnya, salah satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak

16

organisme lain, seperti fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan lain-lain. Jika organisme-organisme seperti fitoplankton mati, maka zooplankton akan mati karena tidak ada makanan, ikan-ikan pun akan mati karena zooplankton yang biasa dimakan tidak ada. Dengan kata lain detergen dan polutan lainnya yang mencemari air dapat memusnahkan seluruh organisme yang hidup di dalamnya. Besar tidaknya pengaruh detergen dan polutan lainnya pada ikan dan makhluk hidup lain tergantung pada konsentrasi polutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi polutan, semakin besar pengaruhnya.

17

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Dari hasil praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang dapat mematikan ikan. Parasit Argulus sp dapat dijumpai pada ikan mas pada bagian sirip-

siripnya. Adapun ciri ciri yang terlihat jika ikan terserang Argulus sp adalah insang pucat, tubuh lemah, gerakannya lambat, suka berenang ke tepi dan matanya bengkak dan warnanya pucat. Parasit Tripanoplasma borelli dapat dijumpai pada preparat darah ikan mas. Adapun daerah penyerangan Tripanoplasma borelli, tergolong protozoa kelas flagellate. Ikan yang diberi zat polutan berupa minyak jelantah tidak terlalu memberikan dampak yang nyata pada ikan nila, tidak ada ikan yang mati. Minyak jelantah mengakibatkan ikan memproduksi feses lebih banyak. Karena adanya bioakumulasi minyak jelantah di dalam tubuh ikan.

5.2. Saran Adapun saran yang dapat dilakukan adalah dalam pengamatan endoparasit dan ektoparasit pada ikan sebaiknya mengguanakan ikan yang sudah terindikasi terserang oleh parasit dan pada pengamatan bakteri sebaiknya bakteri dapat dikultur dengan baik sehingga praktikan dapat melakukan praktikum dengan semestinya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, P. D. and S.D. Apollonia 1978. aquatic.Animal. Department of Biological Sciencies. Ottawa. Canada. Afrianto dan Liviawaty. 1992. Pengendalian hama dan penyakit ikan. Penerbit kanisius. Yogyakarta. Bowman DD. 1999. Parasitology for Veterinarians seventh edition. Philadelphia. Wb Saunders Company. Duffus, H. J. 1980. Environment Toxicologi. Department of brewing and Biological Science. Hariot-Watt. University Edinbueg. Geonarso, D. 1988. Perubahan faal ikan sebagai Indikator kehadiran insektisida dan Detergen dalam air. Disertasi. ITB. Bandung. Heckmann, R. (2003), Other Ectoparasites Infesting Fish; Copepods, Branchiurans, Isopods, Mites and Bivalves, Aquaculture Magazine, USA Hutagalung, H.P dan H. Razak. 1982. Pengamatan Pendahuluan Kadar Pb dan Cd dalam Air dan Biota di Estuari Muara angke. Oseanologi. Indonesia. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Universitas Terbuka Press. Jakarta. Kabata, Z. 1985. Parasires and diseases of fish cultured in the tropics. Penerbit taylor dan prancis. London and Philadelphia. Larson, A., B.E. Bengston and O. Svaberg. 1976. Effect of Cadmium for Hematologys and Biochemis on Fish. Chambridge University Press. London. New York. Melboum. Mark, Jr.H.B. 1981. Water Quality Measurement The Modern Analytical Techniques. Departments of Chemistry of Cincinate. Ohio. Mason, C.F. 1980. Biological pf FreshWater Pollution. London. New York. Poels, C.L.M. 1983. Sub lethal Effect of RhineWater of Rainbouw Trout. Testing and research Institute of the Netherlands Water Undertakings. KIWA Ltd. Rijswijk. Netherlands. Sarig, S. 1971. Diseases of Warmwater Fishes. TFH Publ., Neptune New Jersey. City,

19

Sudarmadi, Sigit. 1993. toksiologi Limbah pabrik kulit terhadap Cyprinus Carpio L. dan Kerusakan insang. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan 13;4 : hal. 247 260. Jakarta. Tewari, H.,T.S. Gill and J. Plant. 1987. Impact of Chronic Lead Poisoning on the Hematological and Biochemistry Profiles on a Fish Barbus Chonchonius (Ham) Bull. Embirom. Contam. Walker, Peter. (2005), Problematic Parasites, Department of Animal Ecology and Ecophysiology Radboud University Nijmegen, Netherlands

20

LAMPIRAN

21

Lampiran 1. Alat-alat yang digunakan selama praktikum:

Pena

Pensil

Jarum suntik

Gunting Bedah

Timbangan Ohaus

Mikroskop

22

LAPORAN PRAKTIKUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

METODE DASAR DALAM PARASITOLOGI IKAN DAN PEMBUATAN PREPARAT DARAH IKAN MAS (Cyprinus carpio) SERTA PENGAMATAN TERHADAP IKAN NILA ( Oreochromis niloticus )YANG KERACUNAN BAHAN POLUTAN

OLEH ANISA LATIPAH 0804113865 BUDIDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2010

23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan petunjuknya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Parasit dan Penyakit Ikan yang berjudul Metode Dasar Dalam Parasitologi Ikan, Pembuatan Preparat Parasit Darah dan Pengamatan Terhadap Ikan yang Keracunan Bahan Polutan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen Hatchery serta para asisten yang telah membantu penulis selama pratikum sampai pada penulisan laporan ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan kearah yang lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 07 Desember 2011

ANISA LATIPAH

24

DAFTAR ISI

Isi Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................. DAFTAR GAMBAR ................................................................................ DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1.1. Latar Belakang....................................................................... 1.2. Tujuan Praktikum .................................................................. 1.3. Manfaat Praktikum ................................................................ II. III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. BAHAN DAN METODE ........................................................... 3.1. Waktu dan Tempat ................................................................ 3.2. Bahan dan Alat ...................................................................... 3.3. Metode Praktikum ................................................................. 3.4. Prosedur Praktikum ............................................................... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 4.1. Hasil ....................................................................................... 4.2. Pembahasan .......................................................................... V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 5.1. Kesimpulan ........................................................................... 5.2. Saran ..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN i ii iii iv v 1 1 2 2 3 9 9 9 9 10 13 13 15 17 17 17

25

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman 13 14

1. Argulus sp. ........................................................................................... 2. Tripanoplasma Borelli .........................................................................

26

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengamatan Terhadap Ikan yang Keracunan Bahan Polutan ............

Halaman 14

27

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar alat yang digunakan ................................................................

Halaman 22

You might also like