You are on page 1of 9

Modul 11 Gangguan Psikologis

I. Skizofrenia dan Gangguan Psikotik Lainnya

Sejarah Konsep Skizofrenia 1. Emil Kraeplin Salah seorang bapak psikiatri modern, menyebut gangguan skizofrenia sebagai dementia praecox. Istilah ini diambil dari bahasa latin dementis yang berarti dilluar (de) jiwa seseorang (mens), dan akar yang membentuk akar precocious, berarti sebelum tingkat kematangan dari seseorang. Dementia praecox selanjutnya mengacu hendaya premature (premature impairement) dari kemampuan mental. Kraeplin menyakini bahwa dementia praecox adalah suatu proses penyakit yang disebabkan oleh patologi yang spesifik, meskipun tidak diketahui dalam tubuh Kraeplin menulis bahwa Dementia praecox melibatkan hilangnya lesatuan didalam (diri) antara pemikiran, perasaan dan tindakan. Sindrom dimulai pada masa awal kehidupan, dan proses deteriorasi yang sering kali menghasilkan disintegrasi kepribadian yang menyeluruh Deskripsi kraeplin tentang Dementia praecox meliputi bentuk bentuk prilaku seperti waham, halusinasi, dan prilaku motorik yang aneh, bentuk bentuk prilaku yang biasanya menjadi karakteristik gangguan tersebut saat ini. 2. Eugen Bleuler Beliau mengganti nama Dementia praecox menjadi skizofrenia, dari kata yunani schistos, yang berarti terpotong atau terpecah, dan phren berarti otakBleuler memfokuskan pada karakteristik utama dari sindrom, yaitu terpisahnya fungsi otakyang mempengaruhi kognisi, respon perasaan atau afektif, dan tingkah laku. Seseorang yang menderita skizofrenia, misalnya mungkin tertawa dengan cara yang tidak sesuai ketika membicarakan peristiwa yang menyedihkan, atau tidak menunjukkan emosi yang sesuai dalam menghadapi tragedi. Bleuler mengemukakan bahwa perkembangan skizofrenia lebih bervariasi. Dalam beberapa kasus, episode akut terjadi secara sebentar sebentar. Pada kasus lain, mungkin terdapat sedikit kemajuan dan bukan deteriorasi yang tidak terelakkan, Bleuler menyakini bahwa

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM II

skizofrenia dapat dikenali berdasarkan empat ciri atau simtom primer, saat menyebutnya empat A (four A):

ini kita

1. Asosiasi. Asosiasi (associations) atau hubungan antara pikiran pikiran menjadi terganggu. Sekarang kita menyebutkan jenis gangguan seperti ini sebagai gangguan pikiran (thought disorder) atau asosiasi longgar (looseness of associations) Asosiasi longgar berarti ide saling terangkai dengan sedikit atau tanpa hubungan antara hal tersebut dan tampaknya pembicara tidak menyadari ketiadaan hubungan tersebut. Pembicaraan orang tersebut bagi orang lain tampak seperti ngelantur dan membingungkan. 2. Afek. Afek (affect) atau respon emosional, menjadi datar atau tidak sesuai. Individu mungkin menunjukkan hilangnya respons terhadap peristiwa yang tidak menyenangkan, atau tertawa terbahak bahak setelah mendengar anggota keluarga atau teman meninggal dunia. 3. Ambivalensi, (ambivalence) orang yang menderita skizofrenia memiliki perasaan ambivalen atau konflik terhadap orang lain, seperti mencintai dan membenci mereka pada saat yang sama. 4. Autisme, Autisme (autism) adalah istilah yang menjelaskan penarikan diri ke dunia fantasi pribadi yang tidak terikat oleh prinsip prinsip logika. Dalam pandangan Bleuler, halusinasi dan waham mewakili simtom sekunder simtom simtom yang menyertai simtom - simtom primer namun tidak menjelaskan gangguan. 3. Kurt Schneider meyakini bahwa criteria dari bleuler (empat A) terlalu samar untuk tujuan diagnostic dan criteria itu gagal untuk membedakan secara adekuat antara skizofrenia dengan gangguan lainnya. Kontibusi Schneider yang paling penting adalah membedakan ciri ciri skizofrenia yang diyakininya sebagai inti untuk diagnosis, yag disebutnya simtom peringkat pertama (first-rank symptoms) dan simtom peringkat kedua (second-rank symptom) yang diyakininya tidak hanya ditemukan pada skizofrenia, namun juga pada gangguan psikosis lain dan pada beberapa gangguan non psikosis, seperti gangguan kepribadian Dalam pandangan scheider apabila pada simtom tingkat pertama muncul dan tidak disebabkan oleh faktor organic, maka diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan. Halusinasi dan waham Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM II

adalah simtom peringkat pertama yang utama. Gangguan mood dan kekacauan pikiran dianggap sebagai simtom peringkat kedua. Meskipun peringkat Schneider untuk prilaku yang terganggu membantu membedakan skizofrenia dari gangguan orang yang mengalami gangguan lain , terutama gangguan bipolar. Meskipun simtom tingkat pertama secara jelas diasosiasikan dengan skizofrenia, simtom ini tidak unik pada gangguan tersebut.

Penerapan Diagnosis Kotemporer


Ciri ciri klinis utama skizofrenia : A. Dua atau lebih dari hal hal berikut harus muncul dalam porsi yang signifikan selama munculnya penyakit dalam waktu 1 bulan. 1. Waham / delusi 2. Halusinasi 3. Pembicaraan yang tidak koheren atau ditandai oleh asosiasi longgar 4. Prilaku tidak terorganisir atau katatonik 5. Ciri ciri negatif (misalnya afek datar) B. Fungsi pada bidang bidang seperti hubungan sosial, pekerjaan, atau perawatan diri selama perjalanan penyakit secara nyata berada dibawah tingkatan yang dapat dicapai sebelum munculnya gangguan. Apabila gangguan muncul pada masa kanak kanak atau remaja, terdapat suatu kegagalan untuk mencapai tingkat perkembangan sosial yang diharapkan. C. Tanda tanda gangguan terjadi secara terus menerus selama masa setidaknya 6 bulan. Masa 6 bulan ini harus mencakup fase aktif yang berlangsung setidaknya satu bulan dimasa terjadi simtom psikotik, yang merupakan karakteristik skizofrenia. D. Gangguan tidak dapat didistribusikan sebagai dampak zat zat tertentu (misalnya penyalahgunaan zat atau pengobatan yang diresepkan) atau pada kondisi medis umum.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM II

Bentuk Bentuk Lain dari Psikosis 1. Gangguan Psikotik Singkat


Beberapa episode psikotik tidak berkembang menjadi skizofrenia. Katagori DSM-IV untuk gangguan psikotik singkat (brief psychotic disorder) diberlakukan pada gangguan psikotik yang berlangsung satu hari hingga satu bulan dan ditandai dengan setidaknya satu dari ciri ciri berikut : waham, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisir, atau prilaku yang tidak terorganisasi atau katatonik. Pada akhirnya individu kembali secara penuh pada tingkat fungsi sebelumnya. Gangguan psikotik singkat sering sekali dihubungkan dengan satu atau beberapa stressor yang signifikan, seperti kehilangan orang yang dicintai atau mengalami trauma yang brutal selama masa perang. Beberapa kasus pada perempuan melibatkan onset postpartum (pasca melahirkan) yang dimulai dalam bulan pertama setelah kelahiran bayi.

2. Gangguan Skizofreniform
Gangguan skizofreniform (schizophreniform disorder) merupakan prilaku abnormal yang indentik dengan skizofrenia, yang telah menetap setidaknya 1 bulan namun kurang dari 6 bulan. Sehingga pada gangguan ini belum dapat di tegakkan diagnosis skizofrenia. Meskipun beberapa kasus menunjukkan hasil yang baik, pada kasus lain gangguan ini menetap hingga lebih dari 6 bula, dan dapat dilakukan penggolongan kembali menjadi skizofrenia atau mungkin bentuk gangguan psikotik lainnya, seperti gangguan skizoafektif. Bagaimanapun tetap ada pertanyaan berkaitan dengan validitas dari diagnosis ini. Mungkin akan lebih tepat mendiagnosis pasien yang menunjukkan cirri cirri psikotik yang berasal dari bentuk terakhir ini dengan klasifikasi gangguan psikotik jenis yang tidak spesifik sampai informasi tambahan secara jelas mengindikasikan adanya jenis gangguan yang lebih spesifik.

3. Gangguan Delusi
Banyak dari kita,atau bahakan mungkin sebagian besar dari kita, merasa curiga terhadap motif orang lain pada satu ketika. Kita mungkin merasa orang lain memiliki motif tertentu terhadap kita atau menyakini bahwa orang lain membicarakan kita dibelakang kita.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM II

Namun, bagi kebanyakan dari kita, pemikiran paranoidtidak dalam bentuk waham yang nyata, Diagnosis gangguan delusi (delusional disorder) diterapkan pada orang yang memiliki keyakinan delusi yang persistendan jelas, sering kali melibatkan tema tema paranoid. Gangguan delusi diperkirakan tidak terlalu umum, mempengaruhi 5 hingga 10 dari 10.000 orang sepanjang kehidupan mereka. Pada gangguan delusi, keyakinan delusi menyangkut peristiwa peristiwa yang mungkin terjadi, seperti ketidak setiaan pasangan, penganiyaan oleh orang lain, atau merebut cinta dari orang terkenal.Keyainan keyakinan yang secdara nyata masuk akal tersebut, mungkin membuat orang lain menganggapnya serius dan memeriksanya sebelum menyimpulkan bahwa hal hal tersebut ternyata tidak di temukan. Terpisah dari wahamnya , prilaku individu tidka menunjukkan bukti adanya prilaku yang aneh.atau benar benar ganjil. Orang yang mengalami gangguan delusi tidak menunjukkan karakteristik pikiran yang kacau atau tercampur aduk seperti skizofrenia. Halusinasi, jika terjadi, tidak terlalu menonjol. Waham pada skizofrenia tersisip dalam kesatuan yang lebih besar dari pikiran,persepsi, dan prilaku yang terganggu. Pada gangguan delusi, wahammya sendiri mungkin merupakan satu satunya tanda yang jelas dari ketidaknormalan. 4.

Gangguan Spektrum Skizofrenia


Beberapa orang memiliki pola yang menetapdari pemikiran atau respons emosional

yang tidak biasa yang tampaknya terletak pada spectrum yang lebih luas dari masalah skizofrenia, namun mungkin tidak sesuai dengan definisi yang ketat dari skizofrenia. Spektrum skizofrenia meliputi gangguan gangguan yang bervariasi tingkat keparahannya mulai dari gangguan kepribadian yang lebih ringan (jenis schizoid, paranoid, dan skizotipal) hingga ke skizofrenia sendiri. Digolongkan pula dalam spektrum skizofrenia adalah gangguan skizoafektif

(schizoaffective disorder) yang ditandai dengan campuran berbagai simtom termasuk ciri ciri psikotik seperti halusinasi dan waham, bersama dengan gangguan mood, seperti maniak atau depresi mayor. Sebagaimana skizofrenia, gangguan skizoaffektif cenderung mengikuti perjalanan yang kronis yang ditandai dengan kesulitan yang menetap dalam menyesuaikan terhadap tuntunan dari kehidupan orang dewasa.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM II

Skizofrenia
Skizofrenia biasanya berkembang pada masa remaja akhir atau dewasa awal.,tepatnya pada saat orang mulai keluar dari keluarga menuju dunia luar (Cowan & Kandel, 2001) Orang yang mengidap skizofrenia semakin lama semakin terlepas dari masyarakat. Meraka gagal berfungsi sesuai peran yang diharapkan sebagai pelajar, pekerja atau pasangan dan keluarga serta komunitas mereka menjadi kurang toleran terhadap prilaku mereka yang menyimpang. Gangguan ini biasanya berkembang pada akhir masa remaja atau awal usia 20 tahun-an, pada masa dimana otak sudah mencapai kematangan yang penuh. Pada sekitar tiga atau empat kasus, tanda tanda pertama dari skizofrenia tampak pada usia 25 tahun. Ciri ciri utama skizofrenia Skizofrenia adalah penyakit pervasive yang mempengaruhi lingkup yang luas dari proses psikologis, mencakup kognisi, afek, dan prilaku (Arango, Kirkparick &Buchanan, 2000). Orang orang dengan skizofrenia menunjukkan kemunduran yang jelas dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Mereka mungkin mengalami kesulitan mempertahankan pembicaraan, membentuk pertemanan, mempertahankan pekerjaan atau memperhatikan kebersihan pribadi mereka. Namun demikian tidak ada satu pola perilaku yang unik pada skizofrenia, demikian pula tidak ada satu pola prilaku yang selalu muncul pada skizofrenia. Penderita skizofrenia mungkin menunjukkan waham, masalah dalam berfikir assosiatif, dan halusinasi, pada satu atau lain waktu namun tidak selalu semua tampil pada saat bersamaan. Juga terdapat perbedaan ragam atau jenis skizofrenia, dicirikan oleh pola pola prilaku yang berbeda. Laki laki penderita skizofrenia tampak berbeda dari peremuan yang mengalami gangguan ini dalam beberapa hal. Mereka pada umumnya mengalami onset pada usia yang lebih muda , memiliki tingkat penyesuaian diri yang lebih buruk sebelum menunjukkan tanda tanda gangguan, dan memiliki lebih banyak hendaya kognitif, defisit tingkah laku, dan reaksi yang lebih buruk terhadap terapi obat dibandingkan perempuan yang mengalami skizofrenia. Berikut mari kita mempelajari bagaimana skizofrenia mempengaruhi pikiran, pembicaraan, proses atensi dan persepsi, proses emosi, serta tingkah laku yang di sengaja. Gangguan dalam pikiran dan pembicaraan skizofrenia ditandai dengan gangguan dalam pemikiran dan dalam mengekspresikan pikiran melalui pembicaraan yang koheren dan bermakna. Gangguan dalam berfikir dapat ditemukan baik pada isi maupun bentuk pikiran. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM II

Gangguan dalam isi pikiran. Gangguan yang paling nyata pada isi pikiran mencakup waham, atau keyakinan yang salah menetap pada pikiran seorang tanpa mempertimbangkan dasar yang tidak logis dan tidak adanya bukti untuk mendukung keyakinan tersebut. Waham ini cenderung tidak tergoyahkan meskipun dihadapkan pada bukti yang bertentangan. Waham dapat memiliki bentuk yang berbeda. Beberapa yang umum adalah : Waham perkusi (misalnya :CIA tiba unutk menangkap saya ) Waham referensi (misalnya : orang dibis membicarakan saya atau orang orang di TV menjadikan saya sebagai lelucon) Waham dikendalikan (Meyakini bahwa pikiran, perasaan, impuls impuls, atau tindakannya di kendalikan oleh kekuatan dari luar, seperti suruhan setan) Waham kebesaran (meyakini bahwa dirinya Yesus atau menyakini dirinya dalam misi khusus dalam menyelamatkan dunia). Waham yang lain umunya terjadi meliputi pemancaran pikiran (meyakini entah bagaimana pikirannya disebarkan ke dunia luar sehingga orang lain dapat mendengarnya). Penyisipan pikiran (meyakini bahwa pikirannya telah ditanamkan oleh pihak luar), dan penarikan pikiran (meyakini pikirannya telah dipindahkan dari dalam otaknya, Gangguan dalam bentuk pikiran. Orang yang mengalami skizofreniacenderung berfikir dalam bentuk yang tidak terorganisir dan tidak logis. Pada skizofrenia, bentuk atau proses pikiran dan juga isinya sering kali terganggu Klinis sering menyebutnya gangguan ini sebagai gangguan pikiran (Thoght disorder). Gangguan pikiran dikenali melalui gangguan dalam organisasi, pemrosesan, dan kendali pikiran. Kelonggaran dalam asosiasi, yang sekarang kita kenal sebagaitanda pokok dari gangguan pikiran, merupakan satu konsep empat A Bleuler. Bentuk pembicaraan orang yang mengalami skizofrenia sering kali tidak teratur atau kacau, dengan bagian bagian kata dikombinasikan secara tidak sesuai atau kata kata dirangkai bersama untuk membauat rima rima yang tidak bermakna. Pembicaraan mereka dapat melompat dari satu topik ke topik lainnya, namun kurang menunjukkan keterkaitan antara ide atau pikiran yang diekspresikan. Orang orang dengan gangguan pikiran biasanya tidak mmenyadari bahwa pikiran dan tingkah

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM II

laku mereka tampak tidak normal. Pada kasus yang parah, pembicaraan mereka dapat menjadi tidak koheren sama sekali atau tidak dapat dipahami. Tanda lain yang juga umum pada gangguan pikiran adalah minimnya melakukan pembicaraan. Tanda tanda yang kurang umum terjadi mencakup neologisme (neologism) kata-kata yang dibuat oleh pembicara yang kurang atau tidak memilki arti bagi orang lain, perserverasi (perseveration) pengulangan yang tidak sesuai namun menetap pada kata kata yang sama, clanging, merangkaikan secara bersama kata kata atau bunyi berdasarkan rima misalnya : saya tahu siapa saya tapi saya tidak tahu dia, dan blocking tanpa dikehendaki dan secara tiba tiba pembicaraan atau pikiran terputus. Kekurangan dalam pemusatan pikiran Kraeplin dan Bleuler, mengemukakan bahwa skizofrenia mencakup kerusakan dalam proses pemusatan perhatian. Orang orang dengan skizofrenia tampak mengalami kesulitan menyaring keluar stimulus yang tidak relevan dan mengganggu, kekurangan yang menyebabkan hampir tidak mungkin untuk memusatkan perhatian pada tugas yang relevan dan menyaring keluar informasi yang tidak penting (Braff, 1993). Para ilmuwan telah menemukan kerusakan genetic yang terkait dengan ketidaknormalan otak, yang dapat menjelaskan kekurangan dalam penyaringan ini. Ibu dari seorang anak laki laki yang mengalami skizofrenia menjelaskan kesulitan anak laki lakinya dalam menyaring keluar suara suara yang tidak relevan. Orang yang mengalami skizofrenia juga tampak waspada berlebihan, atau menjadi benar benar sensitive terhadap suara suara yang tidak relevan, terutama selama tahap awal gangguan. Para peneliti menduga bahwa berkurangnya perhatian yang berhubungan dengan skizofrenia diwariskan sampai derajat tertentu (Finkelstein, dkk, 1977). Meskipun mekanisme yang mendasarinya tidak sepenuhnya jelas., gangguan perhatian mungkin berhubungan dengan tidak berfungsinya bagian subkortikal otak yang mengatur perhatian terhadap stimulus dari luar, seperti ganglia basalis (Cornblatt & Kelip, 1994). Para ilmuwan menduga kemungkinan adanya mekanisme gerbang pada otak yang bertanggung jawab untuk menyaring stimulus yang tidak relevan , seperti menutup gerbang pada sebuah jalan dapat menghentikan aliran lalu lintas (Freedman, dkk, 1997). Hubungan antara gangguan pemusatan perhatian dan skizofrenia didukung oleh berbagai penelitian yang berfokus pada aspek psikofisiologis dari perhatian (Carter dkk, 1997).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM II

Halusinasi, bentuk gangguan persepsi yang paling umum pada skizofrenia, adalah gambaran yang dipersepsikan tanpa adanya stimulus dari lingkungan. Hal ini sulit dibedakan dari kenyataan. Halusinasi dapat melibatkan setiap indra. Halusinasi auditoris (mendengar suara) adalah yang paling umum, Halusinasi taktil (seperti digelitik , sensasi listrik atau terbakar) dan halusinasi somatis (seperti ada ular yang menjalar diperut)j juga umum. Halusinasi visual (melihat sesuatu yang tidak ada ) dan halusinasi alfaktoris (mencium bau yang tidak ada) lebih jarang. Halusinasi pendengaran terjadi pada sekitar 70% dari kasus skizofrenia (cleghorn dkk, 1992). Pada halusinasi pendengaran, suara suara mungkin didengar sebagai perempuan atau lelaki seperti dari dalam atau dari luar kepala individu (Asaad & Shapiro, 1996). Orang yang mengalami halusinasi mungkin mendengar suara tersebut berbicara tentang mereka dalam bentuk orang ketiga , memperdebatkan kebaikan kebaikan atau kesalahan kesalah mereka.Beberaa kasus ada juga orang yang mengalami halusinasi perintah, dimana mereka merasa ada suara yang memerintahkan mereka melakukan susuatu. (Rogers dkk., 1990). Halusinasi mungkin juga terjadi akibat respon obat obatan halusinogenik, seperti LSD. Halusinaasi juga mungkin terjadi selama reaksi berkabung , ketika bayangan orang yang meninggal tampak, dan dalam kondisi yag sangat menimbulkan stress lainnya. Halusinasi karena obat cenderung berupa visual dan sering meliputi bentuk bentuk abstrak seperti lingkaran, bintang, kilatan cahaya.Halusinasi skizofrenia, kebalikannya cenderung lebih berbentuk penuh dan kompleks. Halusinasi mungkin juga terjadi sebagai efek samping dari pengobatan atau pada gangguan neurologis misalnya Parkinson.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sri Wulandari, S.Psi, Psi PSIKOLOGI UMUM II

You might also like