Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan atas kesehatan yang diberikan oleh-Nya sehingga kliping ini dapat dibuat dengan semaksimal mungkin.
Adapun tujuan dari pembuatan kliping ini adalah menjabarkan penyakit penyakit yang disebabkan virus guna mengetahui pengertian, penyebab, cara penularan, pencegahan serta gejala gejala penyakit tersebut.
Daftar isi
Kata pengantar.................................................................................................. 1 Daftar isi........................................................................................................... 2 AIDS................................................................................................................. 3 Kritik dan saran penyakit AIDS....................................................................... 4 Polio.................................................................................................................. 6 Kritik dan saran penyakit polio......................................................................... 7 Hepatitis............................................................................................................ 9 Kritik dan saran penyakit hepatitis................................................................... 10 Influenza........................................................................................................... 12 Kritik dan saran penyakit influenza.................................................................. 13 Campak............................................................................................................. 15 Kritik dan saran penyakit campak.................................................................... 16 Rabies............................................................................................................... 18 Kritik dan saran penyakit rabies....................................................................... 19 Herpes............................................................................................................... 21 Kritik dan saran penyakit herpes...................................................................... 22 Demam ebola.................................................................................................... 24 Kritik dan saran penyakit demam ebola........................................................... 25 Penutup............................................................................................................. 26
Surabaya - Untuk menekan angka penderita HIV/AIDS, petugas gabungan dari Satpol PP Kota Mojokerto, Dinas Kesehatan, Denpom V/Brawijaya, Garnisun dan Polresta Mojokerto kembali melakukan razia di hotel-hotel yang ada di kota itu. Hasilnya, dari 48 pasangan yang berhasil diamankan, satu perempuan positif terkena HIV/AIDS. Razia dilakukan di hotel Slamet, Tegalsari, Nagamas dan Surya ini berhasil mengamankan 48 pasangan. Setelah berhasil mengamankan, para pasangan tersebut langsung dibawa ke Kantor Satpol PP kota Mojokerto di Jalan Bhayangkara untuk didata. Setelah didata, dari 48 tersebut terdiri dari 26 pasangan suami istri, 22 tidak menikah. Setelah didata, para pasangan tersebut langsung menjalani tes HIV/AIDS yang lakukan oleh Klinik VCT Dinkes Kota Mojokerto. Dari pengamatan detiksurabaya.com, satu persatu sampel darah ke 48 pasangan tersebut diperiksa oleh petugas dengan cara mengambil darah menggunakan jarum suntik pada jari tangannya. "Dari ke 49 orang tersebut, ada satu wanita paruh baya yang positif terkena HIV/AIDS. Dia berasal dari luar Mojokerto dan tentunya identitasnya kami rahasiakan," kata staf klinik VCT Dinkes Kota Mojokerto, Puji Astutik kepada detiksurabaya.com di kantor Satpol PP, Jalan Bhayangkara, Jumat (10/6/2011). Astutik menjelaskan, sementara untuk wanita manusia lanjut usia (manula) yang terkena razia yang diketahui berumur 72 tahun, tidak akan dites HIV/AIDs. Dikarenakan umurnya yang sudah tua. "Kalau manula kan kemungkinan terkena HIV/AIDs sedikit, karena tidak mungkin bisa menularkan dengan berhubungan intim lagi," imbuhnya. Sementara itu, Kepala Satpol PP Kota Mojokerto Samsul Hadi mengatakan, dari semua pasangan yang terjaring razia teresbut hanya didata dan dites HIV/AIDs saja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Kabupaten Mojokerto, ada juga yang berasal dari Jombang, Gresik dan Sidorajo. "Yang tidak terbukti bebuat asusila akan kita pulangkan, namun yang terbukti akan kita serahkan kepada kepolisian untuk memprosesnya sesuai hukum," imbuh Samsul kepada wartawan di sela-sela pemeriksaan. Sebelumnya, pada Selasa (7/6/2011) kemarin, untuk menekan angka penularan HIV/AIDS di Kota Mojokerto, Satpol PP dan Dinas Kesehatan juga melakukan razia gelandangan dan pengemis (gepeng). Hasilnya, 25 gepeng terjaring razia dan langsung dites HIV/AIDs. (bdh/bdh)
1. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). 2. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik. 3. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam. 4. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Penanganan dan Pengobatan Penyakit AIDS Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.
KEDIRI, JUMAT - Ratusan desa di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, belum bebas dari ancaman penyakit polio. Hal itu terjadi karena bayi-bayi di sana belum mendapatkan imunisasi yang memenuhi standar Universal Child Immunisation. Selain terancam terkena polio, anak-anak di sana juga terancam terkena penyakit berbahaya seperti Tetanus, Difteri, Campak, Tuberculosis (TBC) dan Hepatitis B. Kepala Sub Dinas Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Adi Laksono, melalui Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Nur Munawaroh, Jumat (5/9) mengatakan, dari 344 desa di Kediri, sebanyak 35 persennya atau 120 desa diantaranya belum memenuhi persentase cakupan imunisasi yang standar. Sebanyak 120 desa itu berada dalam pengawasan 13 puskesmas meliputi Puskesmas Semen, Wates, Gampengrejo, Plosoklaten, Kunjang, Purwoasri, Pagu, Pranggang, Gurah, Badas, Kepung, Tarokan dan Puskesmas Sidorejo Pare. Standar imunisasi yang diharapkan adalah persentase cakupan imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) untuk Tuberculosis, DPT (Difteri Pertusis Tetanus), HB (Hepatitis B) 1 dan Polio 1 minimal telah mencapai 90 persen per tahun. Selain itu, imunisasi DPT, HB kedua, Polio 2 dan Polio 3 minimal 85 persen per tahun atau imunisasi DPT, HB 1, Polio 4 dan imunisasi Campak, minimal 80 persen per tahun. Cakupan imunisasi seluruh Kabupaten Kediri, Hepatitis B sebanyak 53,6 persen, BCG 58,2 persen, Polio 1 sebanyak 59,7 persen, Polio 2 sebanyak 56,8 persen, Polio 3 sebanyak 55,6 persen. Cakupan imunisasi untuk Polio 4 baru 55,4 persen, dan Campak 56,5 persen. Target sampai dengan Juli 2008 cakupan imunisasi BCG dan Polio 1 minimal cakupan 52,5 persen, Polio 2 dan 3 sebanyak 50 persen, serta Polio 4 dan Campak sebanyak 47 persen. "Capaian rata-rata telah melampui target, walaupun masih di bawah standar," ujarnya. Kendala yang dihadapi petugas di lapangan adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi bagi bayi mereka. Banyak ibu yang malas membawa anaknya ke Pos pelayanan terpadu (Posyandu). "Ada yang mengaku sibuk, sehingga tidak sempat ke posyandu, ada pula yang takut anaknya sakit panas karena diimunisasi," lanjutnya. Dinas Kesehatan sendiri agak menyangsikan validitas data tersebut, sebab, setelah ditelusuri banyak juga balita yang sudah diimunisasi tetapi tidak melalui posyandu. Menyikapi hal itu pihaknya akan segera melakukan validasi data. Selain itu, Dinkes juga mendatangi rumah-rumah warga untuk memastikan apakah anak-anak mereka sudah diimunisasi secara lengkap. Untuk menggugah kesadaran masyarakat, pihaknya telah menggalakkan sosialisasi dan memobilisasi warga bekerjasama dengan berbagai organisasi sosial seperti Fatayat Nahdlatul Ulama, Muslimat Aisyiyah, Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, Ikatan Bidan Indonesia dan Pramuka.
Gejala Terdapat 3 pola dasar pada infeksi polio: - Infeksi subklinis - Non-paralitik - Paralitik. 95% kasus merupakan infeksi subklinis. Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda spinalis) serta erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis.
1. Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72 jam) - demam ringan - sakit kepala - tidak enak badan - nyeri tenggorokan - tenggorokan tampak merah - muntah. 2. Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu) - demam sedang - sakit kepala - kaku kuduk - muntah - diare - kelelahan yang luar biasa - rewel - nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut - kejang dan nyeri otot - nyeri leher - nyeri leher bagian depan - kaku kuduk - nyeri punggung - nyeri tungkai (otot betis) - ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri - kekakuan otot. 3. Poliomielitis paralitik - demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
sakit kepala kaku kuduk dan punggung kelemahan otot asimetrik onsetnya cepat segera berkembang menjadi kelumpuhan lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum) peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri) sulit untuk memulai proses berkemih sembelit perut kembung gangguan menelan nyeri otot kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung ngiler gangguan pernafasan rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi refleks Babinski positif.
Penularan virus polio Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan membutuhkan kontak yang erat. Prevalensi infeksi tertinggi terjadi pada mereka yang tinggal serumah dengan penderita. Biasanya bila salah satu anggota keluarga terinfeksi, maka yang lain juga terinfeksi. Kontaminasi tinja pada jari tangan, alat tulis, mainan anak, makanan dan minuman, merupakan sumber utama infeksi.
Pengobatan Polio tidak dapat disembuhkan dan obat anti-virus tidak mempengaruhi perjalanan penyakit ini. Jika otot-otot pernafasan menjadi lemah, bisa digunakan ventilator. Tujuan utama pengobatan adalah mengontrol gejala sewaktu infeksi berlangsung. Perlengkapan medis vital untuk menyelamatkan nyawa, teruatma membantu pernafasan mungkin diperlukan pada kasus yang parah. Jika terjadi infeksi saluran kemih, diberikan antibiotik. Untuk mengurangi sakit kepala, nyeri dan kejang otot, bisa diberikan obat pereda nyeri. Kejang dan nyeri otot juga bisa dikurangi dengan kompres hangat. Untuk memaksimalkan pemulihan kekuatan dan fungsi otot mungkin perlu dilakukan terapi fisik, pemakaian sepatu korektif atau penyangga maupun pembedahan ortopedik.
Pencegahan Vaksin polio merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak. Terdapat 2 jenis vaksin polio:
Vaksin Salk, merupakan vaksin virus polio yang tidak aktif Vaksin Sabin, merupakan vaksin virus polio hidup. Yang memberikan kekebalan yang lebih baik (sampai lebih dari 90%) dan yang lebih disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut). Tetapi pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa
menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan penderita gangguan sistem kekebalan karean virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja.
JAKARTA, KOMPAS.com Indonesia menempati peringkat ketiga penderita hepatitis terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah penderita hepatitis B dan C di Indonesia diperkirakan mencapai 30 juta orang. "Setengahnya diduga memiliki penyakit liver kronis, 10 persen di antaranya menjadi kanker liver," kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Adhitama di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin kemarin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, lebih dari dua miliar penduduk dunia terinfeksi hepatitis B dengan angka kematian 250.000 orang per tahun dan 170 juta penduduk dunia mengidap hepatitis C dengan tingkat kematian 350.000 orang per tahun. Indonesia adalah negara dengan prevalensi hepatitis B dengan tingkat endemisitas tinggi yaitu lebih dari 8 persen yang sebanyak 1,5 juta orang Indonesia berpotensi mengidap kanker hati. "Kita memerlukan upaya global untuk pencegahan dan pengobatan hepatitis yang komprehensif," ujar Tjandra. Indonesia, menurut Tjandra, telah mulai memantau penyakit hepatitis sejak lama melalui upaya pengendalian penyakit mulai dari upaya promotif, preventif, dan kuratif, di antaranya lewat imunisasi hepatitis untuk bayi sejak 1997.
10
Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obatobatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.
Penularan Hepatitis A Hepatitis A menular melalui makanan dan minuman yang tercemar feses penderita hepatitis A. Kebiasaan jajan makanan dan minuman di sembarang tempat meningkatkan resiko tertular penyakit hepatitis A. Makanan mentah maupun setengah matang berpotensi terkontaminasi virus ini. Pencegahan Hepatitis A 1. Imunisasi 2. Imunitas sementara 3. Menjaga kebersihan Gejala Hepatitis B Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko.
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
1. Barang yang tercemar virus hepatitis B (VHB) sesudah digunakan pada para
transfusi darah yang terkontaminasi VHB. Pencegahan Hepatitis B 1. Imunisasi 2. Tidak menggunakan barang orang lain 3. Melakukan hubungan seks sehat dan aman
11
Gejala Hepatitis C
Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut jaundice (jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.
Penularan Hepatitis C 1. Barang yang tercemar virus hepatitis C pada para carrier positif atau
penderita hepatitis C 2. Akibat berhubungan seksual atau berciuman dengan penderita dan akibat transfusi darah yang terkontaminasi VHB.
Pencegahan Hepatitis C 1. Tidak menggunakan barang orang lain 2. Melakukan hubungan seks sehat dan aman 3. Jika terinfeksi hepatitis C jangan mendonorkan darah
12
VIVAnews - Jangan remehkan penyakit influenza. Kepala Pelaksana Harian Komisi Nasional Flu Burung dan Pendemi Influenza, Bayu Krisnamurthi mengatakan pandemi atau wabah influenza sedang mengancam dunia. Indonesia, kata dia, harus bersiap. "153 ribu orang diperkirakan akan meninggal dunia jika pandemi influenza itu menyebar di Indonesia," kata dia dalam Forum Lokakarya Nasional Simulasi Respon Pandemic Influenza di Hotel Santosa, Senggigi, Nusa Tenggara Barat, Selasa 27 Januari 2009. Saat ini, kata dia, masyarakat global sedang mengkhawatirkan jika virus flu burung (H5N1) yang menular dari unggas ke manusia, bermutasi, lalu bisa menular antarmanusia. Padahal, kata Bayu, tak hanya flu burung, pandemi juga dapat terjadi akibat mutasi virus lain. Sebagai pencegahan, tiap provinsi di Indonesia membutuhkan ventilator. "Kita tidak tahu kapan dan dimana pandemi influenza itu akan terjadi, yang terpenting saat ini semua sektor harus siap siaga menghadapinya," kata Bayu. Ditambahkan dia, pemerintah pusat dan daerah harus bekerjasama menghadapi ancaman pandemi influenza. "Indonesia perlu segera mengaktifkan program simulasi dan respon secara nasional," ujar Bayu. Komisi, kata Bayu, juga tak jalan di tempat. Hubungan komunikasi dengan lembaga kesehatan dunia serta negara lain sudah diretas. Bahkan, program kesiapsiagaan dan respon terhadap pendemi influenza global di Indonesia mendapat dukungan dari Lembaga PBB untuk urusan anak-anak atau UNICEF. Lokakarya pandemi influenza diikuti oleh tiga provinsi yaitu Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Rencananya, program kesiap siagaan dan respon terhadap pandemic influenza ini akan diadakan di sembilan kota lainnya yang mencakup 11 provinsi di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Papua.
13
Penyebab
Virus influenza tipe A atau B. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk atau bersin; atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita.
Gejala
Influenza berbeda dengan common cold. Gejalanya timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan bisa timbul secara tiba-tiba. Kedinginan biasanya merupakan petunjuk awal dari influenza. Pada beberapa hari pertama sering terjadi demam, bisa sampai 38,9-39,4o Celsius. Banyak penderita yang merasa sakit sehingga harus tinggal di tempat tidur; mereka merasakan sakit dan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di punggung dan tungkai. Sakit kepala seringkali bersifat berat, dengan sakit yang dirasakan di sekeliling dan di belakang mata. Cahaya terang bisa memperburuk sakit kepala. Pada awalnya gejala saluran pernafasan relatif ringan, berupa rasa gatal di tenggorokan, rasa panas di dada, batuk kering dan hidung berair. Kemudian batuk akan menghebat dan berdahak. Kulit teraba hangat dan kemerahan, terutama di daerah wajah. Mulut dan tenggorokan berwarna kemerahan, mata berair dan bagian putihnya mengalami peradangan ringan. Kadang-kadang bisa terjadi mual dan muntah, terutama pada anak-anak. Setelah 2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera dan demam biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5 hari. Bronkitis dan batuk bisa menetap sampai 10 hari atau lebih, dan diperlukan waktu 6-8 minggu ntuk terjadinya pemulihan total dari perubahan yang terjadi pada saluran pernafasan.
Pengobatan
Pengobatan flu yang utama adalah istirahat dan berbaring di tempat tidur, minum banyak cairan dan menghindari kelelahan. Tirah baring sebaiknya dilakukan segera setelah gejala timbul sampai 24-48 setelah suhu tubuh kembali normal. Untuk penyakit yang berat tetapi tanpa komplikasi, bisa diberikan asetaminofenn, aspirin, ibuprofen atau naproksen. Kepada anak-anak tidak boleh diberikan aspirin karena resiko terjadinya sindroma Reye. Obat lainnya yang biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap. Jika segera diberikan pada infeksi influenza A yang belum mengalami komplikasi, obat rimantadin atau amantadin bisa membantu mengurangi lama dan beratnya demam serta gejala pernafasan. Ribavirin (dalam bentuk obat hirup atau tablet) mampu memperpendek lamanya demam dan mempengaruhi kemampuan virus untuk
14
berkembangbiak, tetapi pemakaiannya masih bersifat eksperimental. Ribavirin bisa diberikan untuk meringankan gejala pneumonia virus. Infeksi bakteri sekunder diobati dengan antibiotik. Pneumonia bakteri karena pneumokokus, bisa dicegah dengan memberikan vaksin yang mengandung pneumokokus. Tetapi vaksin ini tidak diberikan kepada seseorang yang telah menderita influenza.
Pencegahan
Seseorang yang pernah terkana virus influenza, akan membentuk antibodi yang melindunginya terhadap infeksi ulang oleh virus tertentu. Tetapi cara terbaik untuk mencegah terjadinya influenza adalah vaksinasi yang dilakukan setiap tahun. Vaksin influenza mengandung virus influenza yang tidak aktif (dimatikan) atau partikel-partikel virus. Suatu vaksin bisa bersifat monovalen (1 spesies) atau polivalen (biasanya 3 spesies). Suatu vaksin monovalen bisa diberikan dalam dosis tinggi untuk melawan suatu jenis virus yang baru, sedangkan suatu vaksin polivalen menambah pertahanan terhadap lebih dari satu jenis virus. Amantadin atau rimantadin merupakan 2 obat anti-virus yang bisa melindungi terhadap influenza A saja. Obat ini digunakan selama wabah influenza A untuk melindungi orang-orang yang kontak dengan penderita dan orang yang memiliki resiko tinggi-yang belum menerima vaksinasi. Pemakaian obat bisa dihentikan dalam waktu 2-3 minggu setelah menjalani vaksinasi. Jika tidak dapat dilakukan vaksinasi, maka obat diberikan selama terjadi wabah, biasanya selama 6-8 minggu. Oba ini bisa menyebabkan gelisah, sulit tidur dan efek samping lainnya, terutama pada usia lanjut dan pada penderita kelainan otak atau ginjal.
Penularan influenza dapat disebarkan dalam tiga cara utama. Melalui penularan langsung (saat orang yang terinfeksi bersin, terdapat lendir hidung yang masuk secara langsung pada mata, hidung, dan mulut dari orang lain); melalui udara (saat seseorang menghirup aerosol (butiran cairan kecil dalam udara) yang dihasilkan saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau meludah), dan melalui penularan tangan-ke-mata, tangan-ke-hidung, atau tangan-ke-mulut, baik dari permukaan yang terkontaminasi atau dari kontak personal langsung seperti bersalaman. Moda penularan mana yang terpenting masih belum jelas, namun semuanya memiliki kontribusi dalam penyebaran virus. Pada rute penularan udara, ukuran droplet yang cukup kecil untuk dihirup berdiameter 0,5 sampai 5 m dan inhalasi satu droplet mungkin cukup untuk menimbulkan infeksi. Walaupun satu kali bersin dapat melepaskan sampai 40.000 droplet sebagian besar dari droplet tersebut cukup besar dan akan hilang dari udara dengan cepat. Seberapa lama virus influenza dapat bertahan dalam droplet udara nampaknya dipengaruhi oleh kadar kelembaban dan radiasi ultraviolet: kelembaban rendah dan kurangnya cahaya matahari pada musim dingin membantu kebertahanan virus ini.
15
VIVAnews Wabah Campak menyerang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Sebanyak 43 anak di Desa Pematang Cengal dan Desa Pekubuan, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat sejak April 2008. Langkat bahkan ditetapkan sebagai daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada Agustus 2008. Kepala Dinas Kesehatan Langkat, dr Indra Salahuddin mengatakan kasus penyakit campak yang umumnya diderita anak usia 12 tahun ke bawah, di tahun 2008 meningkat drastis dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu. Diantaranya keengganan orang tua untuk membawa anak mereka ke Posyandu untuk diimunisasi," katanya pada VIVAnews, Senin 20 Oktober 2008. Pada tahun 2003 dan 2004 tidak ditemukan adanya kasus campak di Kabupaten Langkat. Pada 2005 terjadi 3 kasus. Tahun 2006, turun menjadi hanya satu kasus. Tahun 2007, kasus campak sama sekali tidak ditemukan di Langkat. Indra mengatakan menghadapi status Kejadian Luar Biasa ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat telah memberikan vitamin A dosis tinggi kepada anak yang terkena campak di daerah berstatus KLB dan imunisasi kepada anak yang tidak terjangkit campak. Untuk melihat perkembangan penderita campak di dua desa tersebut, pihaknya juga melakukan pengambilan sample darah penderita sebanyak 5 hingga 6 orang dan imunisasi menyeluruh di wilayah kerja Puskesmas yang menjadi daerah berstatus KLB. Ditemui terpisah, salah seorang warga Desa Pekubuan, Menen (48) mengaku enggan membawa anaknya ke Posyandu untuk imunisasi. Dia mengaku sengaja melarang isterinya untuk mengimunisasikan putera puteri mereka. Saya khawatir melihat anak saya yang harus kejang-kejang di malam hari karena panas tinggi setelah diimunisasi," katanya pada VIVAnews. Selain soal demam tinggi yang timbul setelah diimunisasi, persoalan ekonomi juga menjadi salah satu alasan dirinya untuk tidak mengizinkan puteraputerinya diimunisasi. Anak yang sakit setelah diimunisasi akan menghalangi aktivitas orang tua mencari rezeki. Ditambah lagi biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati demam. Jalaluddin Ibrahim/Langkat
16
Penyebab
Campak disebabkan oleh paramiksovirus. Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - nyeri tenggorokan - hidung meler - batuk - nyeri otot - demam - mata merah - fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau). 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40o Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani tirah baring. Untuk menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
Pencegahan
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung campak, vaksin dibeirkan pada umur 9 bulan.
17
Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun.
Penularan
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
18
VIVAnews -- Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Prabowo Respatiyo Caturroso mengatakan sebagian besar wilayah di Indonesia menjadi endemis penyebaran penyakit rabies. Menurut dia, hingga saat ini masih ada 24 provinsi di Indonesia yang dinyatakan sebagai daerah endemis rabies. Namun sekalipun masih ada 24 provinsi yang endemis, pemerintah tetap optimis jika Indonesia pada tahun 2020 akan bebas rabies," kata Prabowo saat perayaan Hari Rabies 28 September di Gedung Art Center Denpasar, Rabu 28 September 2011. Menurut dia, optimisme pemerintah itu karena berbagai upaya untuk pembebasan rabies saat ini terus dilakukan, mulai dari vaksinasi, edukasi, serta sosialisasi kepada para pemilik ternak terus dilakukan. "Edukasi kepada para pemilik ternak anjing juga terus dilakukan sehingga pola perilaku para pemilik ternak lebih baik dari sebelumnya, kata dia. Prabowo mengatakan, pencapaian pembebasan rabies di Indonesia telah menunjukkan hasil yang signifikan. Hingga saat ini, sudah ada 4 provinsi yang sebelumnya dinyatakan sebagai endemis sudah bebas rabies. Ke-4 provinsi itu adalah Jateng, Jatim, DI Yogyakarta, serta DKI Jakarta. Bahkan, sebelumnya ada lima provinsi yang sejak awal tidak terjangkit rabies sama sekali. Kelima provinsi tersebut adalah NTB, Kepri, Babel, Papua, dan Papua Barat. Sehingga, sampai dengan tahun 2011 ini sudah ada 9 provinsi di Indonesia yang bebas rabies. Sementara, 24 provinsi lainnya masih diusahakan untuk bebas rabies pada tahun 2020. Prabowo menambahkan, optimisme Indonesia untuk bebas rabies pada tahun 2020 cukup beralasan. Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan dan Kementerian Pertanian telah mengedarkan lebih dari 1 juta vaksin ke seluruh daerah yang masih positif rabies. Pemerintah, lanjut dia, juga sudah menyebarkan tenaga pemantau rabies yang disiapkan oleh masing-masing provinsi yang jumlahnya saat ini mencapai ribuan orang. Selain itu, saat ini pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp 15 miliar untuk terus mendukung upaya penanggulangan rabies yang tersebar di 24 provinsi tersebut. (eh)
19
Penyebab
Virus rabies. Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini memularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan. Virus akan berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total. Meskipun sangat-sangat jarang, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar. Telah dilaporkan 2 kasus yang terjadi pada penjelajah yang menghirup udara di dalam goa dimana banyak terdapat kelelawar.
Gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala atau tempat yang tertutup celana pendek atau bila gigitan terdapat di banyak tempat. Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa terasa sakit luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
Pengobatan
Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies jarang akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing, tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies. 20
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberkan suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan. Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14 dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi. Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka resiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2). Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies pernah diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang ada yang selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung dan otak. Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.
Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terpapar virus atau segera setelah terpapar. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang beresiko tinggi terhadap pemaparan virus, yaitu : - dokter hewan - petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi - orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah dimana rabies pada anjing banyak ditemukan - para penjelajah gua kelelawar. Vaksinasi memberikan perlundungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap pemaparan selanjutnya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.
Penularan melalui
1. 2. 3. 4.
Luka gigitan hewan penderita rabies. Luka yang terkena/terkontaminasi air liur penderita rabies. Infeksi vaksin rabies masih mengandung virus yang belum mati. Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar oleh hewan penderita rabies.
21
VIVAnews - Satu dari enam orang di AS antara usia 14 - 49 tahun mengidap virus herpes atau penyakit menular seksual lain yang menyebar melalui kulit, menurut survei baru dari Centers for Disease Control (CDC). Penyakit ini bisa menyebabkan gatal, lecet dan nyeri di sekitar daerah pribadi Anda. Yang lebih mengkhawatirkan, CDC menemukan, wanita lebih rentan terserang penyakit ini dengan persentase 21 persen pada wanita dewasa. Sedangkan, pada pria hanya 12 persen. Kondisi ini terjadi karena wanita memiliki lebih banyak area permukaan pada organ intim mereka. Sehingga ada lebih banyak tempat bagi virus untuk masuk. Di tambah, area intim yang lembab secara alami akan mudah menyebarkan virus. Dan, partikel virus hanya berkembang dengan cepat dalam lingkungan lembab. Herpes tergolong penyakit yang mengganggu. Karena itu, sebaiknya segera diatasi. Namun, penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan Anda seperti klamidia dan gonore. Tapi, tetap perlu diwaspadai. Sebab, Anda tidak akan pernah tahu dampak terburuk yang mungkin terjadi.
22
Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh herpesvirus. Gejalanya akan muncul bintik bernanah yang membahayakan pada kulit, mata, mulut, dan alat kelamin.
Gejala
Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara umum adalah demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian rubuh, munculnya bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair. Keluhan lain yang kadang dirasakan penderita adalah sakit perut.
Pengobatan
Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan shock. Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan (blisters).
Pencegahan
1. Selalu menggunakan kondom Menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seks bisa menjadi cara cukup efektif. Namun, pastikan kondom yang Anda gunakan tidak mudah robek dan lepas, sehingga tidak membuka peluang terinfeksi. 2. Kenali riwayat penyakit menular seksual pasangan Seorang pria bisa saja berbohong bahwa dirinya tidak pernah berhubungan dengan wanita lain selain Anda. Namun, ada baiknya Anda mengajak pasangan untuk rutin memeriksakan kondisi ini ke dokter. Pasalnya, banyak penderita herpes yang tidak menyadari telah tertular, atau bahkan sudah mengidap penyakit ini.
Penularan
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex.
23
Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster. Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.
24
Liputan6.com, Kampala: Demam berdarah yang menjangkiti 51 orang dan merenggut 16 jiwa di Uganda, belum lama ini, dipastikan disebabkan virus ebola. "Wabah penyakit misterius di Bundibugyo, kini dipastikan sebagai penyakit Ebola," kata Sam Zaramba, Direktur Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Uganda, Kamis (29/11). Para korban demam itu tinggal di Distrik Bundibugyo, kawasan pegunungan yang berbatasan dengan Kongo. Kini, mereka mulai terserang virus mematikan tersebut. Bahkan, dalam beberapa kasus, ada warga yang meninggal pada Agustus silam. Awalnya, para pejabat kesehatan mencurigai mereka terserang marburg. Virus itu adalah sepupu dekat ebola yang menjangkiti tiga orang di daerah berbeda Uganda barat sebulan sebelumnya dan menewaskan satu orang. Namun, sampel yang diambil dari korban menunjukkan hasil negatif marburg. "Sejauh ini, 51 orang telah dilaporkan terjangkit...16 di antaranya meninggal," imbuh Zaramba. Terakhir kali Uganda diserang wabah ebola--penyakit yang membuat pasien kerap mengalami pendarahan hingga meninggal--pada tahun 2000. Ketika itu 425 orang terjangkit ebola. Setengah dari jumlah orang yang terserang itu akhirnya menemui ajal. Pemerintah Uganda menyatakan, mereka mengambil langkah-langkah untuk berupaya dan mengisolasi kasus-kasus yang ada dan mencegah wabah itu semakin meluas. "Satu tim tanggap diperkuat untuk melakukan pelacakan kontak dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat...Semua kontak dekat dari kasus yang dicurigai akan ditindaklanjuti secara cermat," ungkap Zaramba.(ANS/Ant/Reuters)
25
Penyebab Gejala
Virus Ebola
Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar, dan demam. Tingkat kematian berkisar antara 50% sampai 90%.
Pengobatan
Sejauh ini, Ebola adalah penyakit yang paling mematikan diseluruh dunia. Kesempatan untuk hidup jika terinfeksi penyakit ini masih 0% alias tidak mungkin, dan sampai sekarang masih dicari vaksinnya. Penderita biasanya bisa langsung meninggal dalam siklus 6 hari sampai 20 hari, alias sangat cepat. Sekarang bisa dikatakan bahwa Ebola adalah penyakit yang paling dihindari untuk terjangkit diseluruh dunia.
Pencegahan
Penularan
Penyakit Ebola dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit. Masa inkubasinya dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari. Saat ini telah dikembangkan vaksin untuk Ebola yang 100% efektif dalam monyet, namun vaksin untuk manusia belum ditemukan.
26
PENUTUP
Demikian kliping ini kami buat dengan sedemikian rupa. Jika terdapat kesalahan dalam pembuatan atau kata kata, kami mohon saran dan kritikan demi menyempurnakan pembuatan kliping selanjutnya
27