You are on page 1of 6

HVAC ( HEATING VENTILATING AIR CONDITIONER) Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Mesin Termal

Disusunoleh: Silvi Wildia Hariadi 2B/ 101711062 Dosen Pembimbing: Ika Yuliani, ST. Tanggal Pengumpulan Laporan: Selasa, 01 November 2011

TEKNIK KONVERSI ENERGI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2011 MESIN TERMAL HVAC (Heating Ventilating Air Conditioner) A. TUJUAN Memahami prinsip kerja HVAC sebagai Mesin pendingin atau Heat Pump Mengukur dan menghitung performasi (COP) dari HVAC sebagai mesin pendingin atau Heat Pump Mengukur dan menghitung effisiensi atau effektifitas dari kompresor, kondensor, dan evaporator B. DASAR TEORI

Sistem kontrol HVAC adalah sistem kontrol komputerisasi untuk kontrol iklim dala m bangunan. Berdiri sendiri perangkat kontrol mungkin pneumatik atau elektronik. Beberapa mungkin memiliki mikroprosesor, melainkan untuk dianggap sebagai "sist em kontrol" untuk konteks artikel ini, terkomputerisasi dan jaringan diharapkan persyaratan. HVAC singkatan untuk pemanas, ventilasi, AC. Seringkali, ini mengin tegrasikan kebakaran, keamanan, dan kontrol pencahayaan ke dalam satu sistem. Si stem ini biasanya menggunakan satu atau lebih controller sentral untuk perintah dan memantau unit remote terminal controller, dan mereka berkomunikasi dengan sa tu atau lebih komputer pribadi yang digunakan sebagai antarmuka operator. Sistem

kontrol biasanya digunakan pada bangunan komersial dan industri besar untuk mem ungkinkan kontrol pusat unit HVAC banyak di sekitar gedung (s). Sistem terbaru m enggunakan ethernet untuk komunikasi antara pengendali pusat - memungkinkan akse s remote dari web browser. Langsung digital kontrol Pusat pengendali dan unit pengendali paling terminal diprogram, yang berarti kod e kontrol program langsung digital bisa dikustomisasi untuk penggunaan yang dima ksudkan. Fitur program ini adalah jadwal waktu, setpoints, controller, logika, t imer, tren log, dan alarm. Unit pengendali biasanya memiliki input analog dan di gital yang memungkinkan pengukuran variabel (suhu, kelembaban, atau tekanan) dan keluaran analog dan digital untuk mengontrol media transportasi (panas / air di ngin dan / atau uap). input digital biasanya (kering) kontak dari perangkat kont rol, dan input analog biasanya pengukuran tegangan atau arus dari sebuah variabe l (suhu, kelembaban, kecepatan, atau tekanan) perangkat pengindera. output digit al biasanya relay kontak digunakan untuk memulai dan menghentikan peralatan, dan keluaran analog biasanya sinyal tegangan atau arus untuk mengontrol pergerakan medium (udara / air / uap) kontrol perangkat seperti katup, damper, dan motor. Kelompok pengendali DDC, jaringan atau tidak, membentuk suatu lapisan sistem sen diri. Ini "subsistem" sangat penting untuk kinerja dan operasi dasar dari sistem HVAC keseluruhan. Sistem DDC adalah "otak" dari sistem HVAC. Hal ini menentukan posisi setiap peredam dan katup dalam suatu sistem. Ini menentukan fans, pompa dan menjalankan chiller dan pada apa kecepatan atau kapasitas. Dengan ini intell igency dikonfigurasi dalam "otak", kita bergerak dengan konsep otomatisasi bangu nan. [1] Sistem Otomasi Gedung Lebih kompleks HVAC sistem dapat antarmuka untuk Bangunan Sistem Otomasi (BAS), untuk memungkinkan para pemilik gedung untuk memiliki kontrol lebih besar atas u nit pemanasan atau pendinginan. Pemilik bangunan dapat memonitor sistem dan mena nggapi alarm yang dihasilkan oleh sistem dari lokasi lokal atau remote. Sistem i ni dapat dijadwalkan untuk hunian atau konfigurasi dapat diubah dari BAS. Kadang -kadang BAS secara langsung mengendalikan komponen HVAC. Tergantung pada antarmu ka BAS yang berbeda dapat digunakan. Gambar skematis pengujian

Mesin pompa panas yang digunaka dalam percobaan ini adalah jenis siklus tekanan uap rankine.

Penjelasan : 1. Refrigerant yang digunakan adalah R-12. 2. Kondensor: mengkondensasikan uap referigan menjadi fluida cair 3. Kompresor: mengkompresikan uap tekanan rendah menjadi uap tekanan tinggi 4. Evaporator: mengevaporasikan referigeran uap campuran menjadi uap kering 5. Katup Exspansi: mengekspansikan uap tekanan tinggi menjadi uap campuran tekanan rendah dengan mengasumikan h3=h4 Ada tal TA1 TA2 TA4 TA5 14 titik temperatire pada saluran yang di amati yang ditunjukkan dengan digi yaitu : = temperature bola kering udara masuk = temperatur bola basah udara masuk = temperatur bola kering udara keluar = temperatur bola basah udara keluar

Tw7 Tw8 Tf1 Tf2 Tf3 Tf4 Tf5 Tf6 Tf7 Tf8 i

= temperatur air masuk kondensor = temperatur keluar kondensor = temperatur fluida refrigerant masuk kompressor = temperatur fluida refrigerant keluar kompressor = temperatur fluida refrigerant keluar dari pendingin = temperatur fluida refrigerant keluar dari HE = temperatur fluida refrigerant masuk ke katup expansi = temperatur fluida refrigerant masuk ke evaporator = temperatur fluida refrigerant keluar evaporator =temperatur fluida refrigerant masuk setelah melakukan penukara panas kembal

Dilengkapi juga 9 katup kendali: V101 = katup kendali aliran air. V102 = katup untuk menghentikan keluaran fluida kerja dari kondensor. V103 = katup untuk menghentikan keluaran fluida kerja dari kompressor. V104 = katup untuk menghentikan masukkan fluida kerja dari kompressor. V105 = katup untuk menghentikan keluaran fluida kerja dari kompressor. V106 = katup expansi. V107 = katup untuk mengisi kembali fluida kerja. V108 = katup expansi otomatis. siklus thermodinamika prinsip kerja Heat Pump : 1. Fase berubah dari cairan ke uap dan dari uap ke cair. 2. Temperatire pengembunan dan penguapan suatu zat tergantung tekanan. Maki n tinggi tekanan makin tinggi temperature penguapa maupun pengembunan. Prinsip kerjanya sbb : Refrigerant setelah melalui pompa hampa di embunkan dan di kembalikan ke cairan. Refrigerant yang telah di embunkan kemudian di lewatkan ke ketel penguapan dan refrigerant aka mulai menguap lagi. Dalam usaha mengembunkan kembali uap, perlu menaikkan tekanan pada kondensor den gan menggunakan pompa maka sistem akan mempunyai tekanan di atas atmosfer. Denga n tekanan semakin tinggi, volume spesifik uap makin kecil sehingga volume kompre ssor lebih kecil juga pipa-pipa dan HE. Fluida kerja dimampatkan kedalam kompressor dari tingakt 1 menjadi 2. Pada tekan an tinggi ini fluida kerja di dinginkan dengan udara di kompressor dan air pendi ngin di kondensor pada takanan tetap. Kemudian fluida kerja dilewatkan kr HE hin gga kondisi pendinginan lanjut. Fluida kerja di expansikan dengan katup expansi sehingga tekanan akan turun dan terjadi penguapan di evaporator pada AHU. Pada proses penguapan, fluida kerja akan mengambil panas dari udara yang di lewa tkan AHU. Sebagai penyempurna fluida berbentuk uap maka di lewatkan ke HE sebelu m ke kompressor

No

W Kompresor

Air

Udara TdB inpu %K outpu 28 27 28 29 29 29 29 29 29 30

Debit air L/Min Ta input ( C) Ta output (C) Pu t Twb input Tdb output Twb output %K input t 1 861 W 9 27 29 7.1 29 29 28 45 45 2 896 W 10 27 29 7.1 30 30 29 44 44 3 872 W 10 27 29 7.2 30 30 29 45 44 4 904 W 9 27 29 10.3 30 30 29 44 43 5 910 W 10 28 30 10.2 30 30 29 43 42 6 889 W 9.8 27 30 10.2 30 30 29 43 42 7 929 W 9.8 27 30 14.3 30 30 30 41 42 8 930 W 9.8 27 30 14.2 30 30 30 42 41 9 916 W 9 27 30 14.3 31 30 30 41 42 10 920 W 9 28 30 14.3 31 31 30 42 42 Debit Ref Refrigerant Posisi Fan Tekanan Temperatur P1 (Bar) P2 ( bar) P5 (bar) P7 (Bar) T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 2 L/ Min 0.5 6.9 6.2 0.5 26 108 30 30 -7 24 26 1 2 L/ Min 0.5 6.9 6.4 0.5 26 111 32 30 -3 24 25 2 L/ Min 0.5 6.9 6.4 0.6 26 112 32 30 -2 24 26 2 L/ Min 0.5 7 6.5 0.6 27 113 32 31 -2 24 26 2 2 L/ Min 0.5 7 6.5 0.6 27 114 32 31 -2 24 26 2 L/ Min 0.5 7 6.5 0.6 27 114 33 31 -1 24 26 2 L/ Min 0.5 7 6.5 0.6 27 115 32 31 -2 25 26 3 2 L/ Min 0.5 7 6.5 0.6 27 115 32 31 -2 25 27 2 L/ Min 0.5 7 6.5 0.6 27 115 32 31 -2 25 27 2 L/ Min 0.5 7 6.5 0.6 28 116 32 31 -2 25 27

T1 30 31 31 31 31 32 32 32 32 32

Pembahasan Sebelum memulai praktikum ini, kita harus mengecek terlebih dahulu ketersediaan air untuk mengukur suhu udara basah (wet bulb). Jika airnya tidak tersedia akan mengakibatkan data suhu udara kering dan basah akan sama. Pastikan air pendingin pada kondensor sudah mengalir, karena jika tidak mengal ir suhu kondensor akan semakin panas dan dapat mengganggu kerja heat pump. Fluida pendingin dalam kondensor bisa berupa air dan udara, yang penting memilik i suhu yang cukup rendah. Tapi, yang paling umum digunakan adalah air, karena ma ssa jenis air lebih besar dari massa jenis udara, sehingga volume yang dibutuhka n untuk mendinginkan fluida kerja akan lebih sedikit. Jika menggunakan udara mem butuhkan alat bantu yaitu fan yang berukuran lebih besar, namun hal ini kurang e fektif. COP atau koefisiensi performa secara luas memiliki pengertian yang sama, yaitu seberapa baik performa / kinerja dibandingkan dengan kerja yang dilakukan. K oefisien performa adalah rasio seberapa besar panas yang dipindahkan dibandingka n dengan kerja yang dibandingkan. Semakin besar panas yang dapat dipindahkan den gan sejumlah kerja, maka semakin tinggi COPnya. COP pemanasan berbeda dengan COP pendinginan. Pada heta pump digunakan COP pemanasan, dan COP pendinginan diguna kan pada refrigerator atau AC Pada percobaan didapatkan hasil COP berkisar antara 1,8-4,6. COP pemanasan (pada Heat pump) dengan nilai 3,5 merupakan performa yang efisien.

KESIMPULAN Fluida kerja R-12 (freon / CCl2F2 /dichlorodifluoro carbon). Refrigerant jenis i ni tidak digunakan lagi dan dilarang di dunia industry karena R-12 dapat mengiki s ozon. Hal ini terjadi karena Cl dari Freon dapat mengikat atom O+2 dari O3 (oz on) dan membentuk senyawa ClO. Reaksinya adalah Cl+ + O3 ClO + O2 Clo yang terbentuk tidak stabil dan akan terurai kembali menjadi ion-ion Cl- dan O2 , namun senyawa O2 tidak dapat kembali membentuk O3 (ozon). Sedangkan ion Cl - akan kembali mengikat ozon sehingga lama kelamaan ozon akan menipis. Komponen utama heat pump atau alat pompa kalor adalah kondensor, kompresor, evap orator, katup ekspansi ditambah dengan heat exchanger. Heat exchanger digunakan untuk memperluas kerja pada mesin heat pump. Heat excha nger menjadikan fluida kerja panas semakin panas dan fluida kerja dingin menjadi lebih dingin. Sehingga efisiensi heat pump semakin maksimal.

Daftar Pustaka Wuryanti, Ir Sri. Buku Ajar Perpindahan Panas dan Penerapannya. Bandung: urusan Teknik Konversi Energi POLBAN. 2010 www.wikipedia.com Kepustakaan Holman. J. P .1986. Heat Transfer, Sixth Edition. Mc-Graw Hill Book co : Singapore Stoecker, Wilbert F.1982. Refrigeration and Air Conditioning. Erlangga : Bandung Wuryanti, Sri. 2010. Buku Ajar Perpindahan Panas dan Penerapannya. Polban : Bandun g

You might also like