You are on page 1of 3

ANAK-ANAK LANGIT Lidah matahari bergerak lamban kea rah garis laut sebelah barat.

Bagi mereka senja hari adalah peta udara dimana mereka merajut harapan yang telah terangkai sepanjang bentangan matahari. Pak Daming adalah salah satu lelaki yang tegar menjalani kehidupan keras metropolitan Jakarta . Konon di sebuah ujung malam ,di pinggiran desa Lumordowo ,seworang perempuan berperut besar bertatih-tatih mendatangi sebuah puskesmas .Ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang kemudian di beri nama Daminik. Daminik adalah pribadi yang penuh semangat heroic.Ia menginjak pelataran Jakarta dengan sekumpulan energi luar biasa,kejujuran,di sertai kesabaran panjang. Namun,hidup adalah misteri yang tak tertebak. Saat ia menangani sebuah proyek pembangunan jembatan terjadi kecelakaan .Beberapa teang pancang roboh .Jembatan yang belum rampung itu bergetar keras sebelum akhirnya runtuh menimpa beberapa pekerja .Sebuah musibah yang membaea Daminik terkapar dalam lembah kegelapan. Tahun-tahun sejak peristiwa itu adalah masa-masa sarat pergolakan batin.Sejak itulah Daminik menjadi seorang dari barisan pasukan kuning. Ketika melangkah menyusuri jalanan dengan sapu di tangan,tatkala matahari hendak merapat pada serambi malam,ia melihat seorang bocah duduk menyudut di apitan dua pagar sebuah rumah mewah. Daminik menatap wajah gadis kecil itu. Itulah awal pertemuan Daminik dengan Ziza.Daminik sangat menyayangi Ziza.Bagi Ziza,hadirnya Pak Daming adalah anugrah besar dalam hidupnya. Pak Daming memang belum lama mengenal Ziza.Namun,setiap kali memandang wajah polos itu. Ia seperti berada di sebuah wilayah yang meriah.Meski provesi Pak Daming hanya seorang penyapu jalanan,tapi lelaki ini selalu memperhatikan semua kebutuhan sekolah Ziza. Sejak hidup bersama Ziza,Pak Daming merasa semesta ini berdetak kembali.Sekarang ini Ziza adalah bagian dari detak nadi hidupnya. Keesokan harinya,tiba-tiba lingkaran di sekitar Tugu Pancoran berubah tegang. Namun,kabar angina berhembus akan terjadi demonstrasi besar-besaran . Menjelang siang, tiba-tiba terlihat arak-arakan bus kota dan kendaraan truk terbuka berisi puluhan orang menyisir kawasan tugu.Dua hari kemudian,suasana baru tenang.Aparat petugas dari empat angkatan sudah mampu memegang kendali keamanan ibukota. Empat hari yang mencemaskan itu,Ziza tidak kuasa merebahkan pikirannya.Ziza merasakan sebuah kehidupan yang dikepung kesepian berat. Di sebuah hari yang baru mengantar matahari menjelajahi angkasa bumi, Ziza bersama anak-anak berdiri bertebaran di sekitar area tanah kosong.Baginya sekarang,anak-anak adalah sahabat,keluarga,sekaligus dunianya. Dalam sepuluh hari terakhir ini,ia dan sahabatnya telah memulai sejarah baru,menjual suara dari satu bus ke bus lain. Selama tiga bulan ini, ia baru

menyadari bahwa sesungguhnya ia justru banyak belajar dari mereka tentang persahabatan,ketulusan,kepolosan,dan energi cinta. Dalam beberapa bulan ini ia telah berhasil menciptakan kedisiplinan dalam mengisi sore hari mereka.Bila ada sesuatu yang tersisa dari kebimbangannya ,ia adalah harapan agar dapat menjalin hubungan lebih teduh dengan hatinya hingga bisa menemukan sebuah kepastian. Sore hari,Ziza menemukan dua wajah baru yang ikut dalam kegiatannya. Dua anak itu bernama Hambari dan Hambara. Meraka anak kembar. Kehadiran Hambari dan Hambara membuat anak yang lain makin percaya diri dan menumbuhkan semangat untuk menatap masa depan. Di atas ranjang,di salah satu ruang VIP rumah sakit, tubuh Hambari tergolek lemas. Menurut diagnosis para dokter, Hambari menderita sakit lambung akibat tubuhnya tidak menerima pasokan makanan.Sejak kedua orang tuanya menerapakan aturan larangan bagi Hambari dan Hambara untuk menjalin hubungan dengan Ziza dan sahabat-sahabatnya, gadis kecil ini memang menjauhi makanan . Wajah Hambari yang dulu selalu penuh keceriaan sekarang membeku tak berpanorama seumpama tuna-tuna tumbuhan yang layu karena media sekitarnya tak menyediakan tempat berteduh dari sengatan matahari sepanjang hari. Di luar dugaan,mendadak Hambari berpaling dan memberikan senyum pada ayahnya. Ronggo Subekti terkesima dan hamper tak yakin. Ronggo Subekti tertegun. Perlahan tangannya mengambil kertas berlipat dari tangan Hambari. Pada lipatan kertas itu, ia menemukan tulisan Hambari. AKU RINDU KAK ZIZA DAN SAHABAT-SAHABAT DI TANAH KOSONG. Ia menyadari tulisan itulah yang membuat anaknya tersenyum. Sore ini,Ziza bersama Dimitar telah memasuki rumah sakit . Benar bahwa Ziza sudah membaca pesan Hambara,namun mengingat pertemuan dengan ibu kedua bocah itu minggu silam,hatinya tak henti dibayangi rasa kebimbangan. Rionggo Subekti buru menepi.Ziza melangkah mendekati ranjang Hambari. Perlahan-lahan Hambari tersenyum.Keheningan berbicara diantara mata mereka yang basah. Ziza memeluk d irinya, ia tak tahan membendung tangis.

You might also like