Professional Documents
Culture Documents
DIAGNOSIS
Secara klinis ensefalitis dapat didiagnosis dengan menemukan gejala klinis seperti
tersebut diatas.
Diagnosis etiologis dapat ditegakkan dengan :
1. Biakan : dari darah, viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar
untuk mendapatkan hasil yang positif; dari cairan serebrospinal atau jaringan
otak (hasil nekropsi); dari feses untuk jenis enterovirus sering didapat hasil
yang positif.
2. !emeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan
uji neutralisasi.
3. !emeriksaan patologi anatomis post mortem.
Hasil pemeriksaan ini juga tidak dapat memastikan diagnosis. Telah diketahui bahwa
satu macam virus dengan gejala-gejala yang sama dapat menimbulkan gambaran
yang berbeda. Bahkan pada beberapa kasus yang jelas disebabkan virus tidak
ditemukan sama sekali tanda radang yang khas. !ada beberapa penyakit yang
mempunyai predileksi tertentu, misalnya poliomyelitis, gambaran patologi anatomis
dapat menyokong diagnosa.
DIAGNOSIS ANDING
Meningitis Bakterialis
Meningitis Bakterialis merupakan salah satu jenis penyakit infeksi pada selaput
pembungkus otak atau meningen serta cairan yang mengisi ruang subarakhnoid.
Meningitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri seperti Haemophillus influenzae,
Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitides. Dan selebihnya disebabkan
oleh virus, parasit serta jamur. Gejalanya bersifat akut dengan tanda-tanda khas
"trias klasik yang berupa demam, penurunan kesadaran, dan tanda rangsang
meningeal seperti kaku kuduk.
Ensefalopati
Merupakan kelainan pada otak yang disebabkan bukan oleh infeksi. Dapat
disebabkan hipoksia-iskemia otak, hipoglikemia, gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit, hipertensi, Dibedakan dengan ensefalitis berdasarkan pemeriksaan
cairan serebrospinal yaitu didapatkan peningkatan protein dan tanpa atau sedikit
peningkatan dari jumlah sel. Serta terdapatnya anemia.
Sindrom Reye
Ensefalopati disertai degenerasi lemak pada organ viscera terutama hati. Dapat
disebabkan infeksi virus influenza, varisela dan infeksi virus lainnya.
Tumor otak
!eningkatan dari protein cairan serebrospinal ditemukan pada sejumlah tumor otak,
terutama pada medulloblastoma dan neurinoma. !emeriksaan morfologik dari sel
sedimen cairan serebrospinal yang disentrifus sering memungkinkan diagnosis awal
secara sitologik.
PENATALAKSANAAN
1. !erawatan
!ada beberapa anak dengan ensefalitis yang sangat ringan dapat dirawat dirumah,
tetapi sebagian besar perlu dirawat dirumah sakit terutama di CU. Dimana akan
dimonitor tekanan darah, denyut jantung dan frekuensi pernafasan serta cairan-
cairan tubuh untuk mencegah pembengkakan lebih lanjut dari otak.
2. Suportif
!enatalaksanaan secara umum tidak spesifik. Tujuannya adalah mempertahankan
fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap terbuka, pemberian makanan
enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi
gangguan asam basa darah.
3. Simptomatik
!enatalaksanaan ensefalitis termasuk pengobatan kejang, hiperpireksia, gangguan
respirasi, peninggian tekanan intracranial, edema otak dan infeksi sekunder.
!erbedaan utama adalah pada ensefalitis herpes simpleks kita dapat memberikan
antivirus yang spesifik.
Obat antikonvulsif dapat diberikan segera untuk memberantas kejang. Tergantung
dari kebutuhan obat diberikan intramuskulus atau intravena. Obat yang diberikan
adalah valium, dan atau luminal.
Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan surface cooling dengan menempatkan es
pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan
kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan diatas kepala.
Sebagai hibernasi dapat diberikan largatil 2 mg/kg bb/hari dan phenergan 4 mg/kg
bb/hari secara intravena atau intramuskulus dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat
juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah
memungkinkan pemberian obat peroral.
!ada pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lendir pada tenggorok, paralysis
pita suara dan otot nafas dilakukan drainase postural dan aspirasi mekanis yang
periodik.
Bila terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial dapat diberikan manitol 0,5-2
g/kg bb iv selama lebih kurang 15 menit, dapat diulangi dalam periode 8-12 jam
apabila diperlukan. Berikan dexamethason 0,5 mg/kg BB/kali dilanjutkan dengan
dosis 0,1 mg/kg BB/kali tiap 6 jam untuk menghilangkan edema otak.
Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
!ada ensefalitis Herpes Simpleks, pengobatan dengan antivirus harus dimulai sedini
mungkin untuk mencegah terjadinya nekrosis hemoragik yang irreversible yang
biasanya terjadi 4 hari setelah muncul gejala ensefalitis. Hal ini menimbulkan
kesulitan besar karena pada fase awal tidak ada cara untuk membuktikan diagnosis.
Sebelumnya obat antivirus Vidarabin efektif menurunkan mortalitas penderita
ensefalitis dari 70% menjadi 40%. Tetapi obat pilihan pertama yang saat ini
digunakan dan telah dibuktikan lebih baik untuk pengobatan ensefalitis herpes
simpleks adalah Asiklovir.
!reparat asiklovir tersedia dalam 250 mg dan 500 mg, yang harus diencerkan
dengan aquadest atau larutan garam fisiologis. Dosis asiklovir 10 mg/kg BB/hari
dapat diberikan secara intravena setiap 8 jam. !emberian secara perlahan-lahan,
diencerkan menjadi 100 ml larutan, diberikan selama 1 jam. Efek sampingnya
adalah peningkatan kadar ureum dan kreatinin, tergantung kadar obat dalam
plasma. !emberian asiklovir secara perlahan-lahan akan mengurangi efek samping.
Asiklovir diberikan selama 10 hari, kalau terbukti bukan ensefalitis herpes simpleks,
pengobatan dihentikan walaupun belum 10 hari.
4. Rehabilitasi Medik
Terutama untuk penderita ensefalitis dengan kerusakan otak yang parah yang telah
sembuh tapi dengan disertai sequele dapat dilakukan fisioterapi.
PENCEGAHAN
!encegahan biasanya dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan mencegah
penyakit-penyakit yang memungkinkan terjadinya ensefalitis. Misalnya measles,
mumps dan cacar air yang dapat dicegah dengan imunisasi.
!ada daerah dimana ensefalitis dapat ditularkan melalui gigitan serangga, terutama
nyamuk, seharusnya dilakukan pencegahan misalnya dengan memasang kelambu,
obat semprot nyamuk, mengatur drainase yang baik, membersihkan tempat-tempat
yang memungkinkan nyamuk berkembang biak dan lai-lain.
KOMPLIKASI
Kebanyakan anak-anak dengan daya tahan tubuh yang bagus, dapat sembuh
secara penuh. !ada sebagian kecil penderita ensefalitis dengan pembengkakan
otak dapat menyebabkan timbulnya kerusakan otak permanen dan komplikasi
lanjutan seperti gangguan belajar, gangguan berbicara, kehilangan memori dan
gangguan kontrol dari otot-otot. Fisioterapi sangat penting.
Komplikasi atau gejala sisa lainnya dapat berupa paresis atau paralisis, pergerakan
koreoatetoid, gangguan penglihatan atau gejala neurologis lain. ritabel, emosi tidak
stabil, sulit tidur, halusinasi, enuresis, anak menjadi perusak dan melakukan
tindakan asosial lain.
!enderita yang sembuh tanpa kelainan neurologis yang nyata dalam perkembangan
selanjutnya masih mungkin menderita retardasi mental, masalah tingkah-laku dan
epilepsi.
Komplikasi yang paling buruk adalah kematian. Untuk anak-anak kurang dari 1
tahun mempunyai resiko paling besar mengalami kematian. Ensefalitis herpes
simpleks biasanya fatal bila tidak diobati segera dengan obat antivirus.
PROGNOSIS
Angka kematian untuk ensefalitis berkisar antara 35-50%. !asien yang
pengobatannya terlambat atau tidak diberikan antivirus (pada ensefalitis Herpes
Simpleks) angka kematiannya tinggi bisa mencapai 70-80%. !engobatan dini
dengan asiklovir akan menurukan mortalitas menjadi 28%.
Sekitar 25% pasien ensefalitis meninggal pada stadium akut. !enderita yang hidup
20-40%nya akan mempunyai komplikasi atau gejala sisa.
Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada ensefalitis yang tidak
diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan prognosis
buruk, demikian juga koma. !asien yang mengalami koma seringkali meninggal atau
sembuh dengan gejala sisa yang berat.
KESIMPULAN
Diagnosis dini pada pasien ensefalitis terutama ensefalitis herpes simpleks adalah
saat yang menentukan, karena penyakit ini dapat diobati dengan obat antivirus.
Berhubung membuat diagnosis pasti secara dini sukar dilaksanakan, maka kita
harus selalu memikirkan kemungkinan ensefalitis bila dijumpai pasien dengan
demam, kejang terutama kejang fokal, manifestasi neurologist fokal lain seperti
hemiparesis atau afasia dengan disertai penurunan kesadaran progresif.
!rognosis tergantung kepada cepatnya pengobatan dan kesadaran pasien.