You are on page 1of 2

Tri Utami Ningrum 2010730165

Inflamasi akut memiliki tiga akibat, yaitu :


1. Resolusi. Jika cidera bersifat terbatas atau berlangsung singkat, tidak terdapat

kerusakan jaringan ataupun terdapat kerusakan kecil, dan jika jaringan mampu mengganti setiap sel yang cidera secara irreversibel, biasa terjadi perbaikan terhadap normalitas histologi dan fungsional. Proses ini meliputi netralisasi atau pembuangan berbagai mediator kimiawi, normalisasi permeabilitas vaskular, dan penghentian emigrasi leukosit diikuti kematian (lewat apoptosis) neutrofil yang mengalami ekstravasasi. Akhirnya, usaha gabungan antara drainase limfatik dan penelanan makrofag pada debris nekrotik menyebabkan pembersihan cairan edema, sel radang, dan sisa sel yang rusak dari medan pertempuran.
2. Pembentukan jaringan parut atau fibrosis terjadi setelah destruksi jaringan yang

substansial atau ketika terjadi inflamasi pada jaringan yang tidaj beregenerasi. Selain itu, eksudat fibrinosa meluas (akibat peningkatan permeabilitas vaskular) tidak bisa diabsorpsi sempurna dan terjadi organisasi dengan pertumbuhan ke dalam (ingrowth) jaringan ikat yang menimbulkan fibrosis. Pembentukan abses dapat terjadi pada keadaan meluasnya infiltrat neutrofil atau pada infeksi jamur atau bakteri tertentu (organisme ini kemudian di sebut piogenik). Oleh karena meluasnya destruksi jaringan yang mendasari, satu-satunya akibat pembentukan abses adalah pembentukan jaringan parut (scarring).
3. Kemajuan ke arah inflamasi bisa terjadi setelah inflamasi akut,

walaupun tanda

inflamasi kronik dapat muncul pada awal jejas. Inflamasi kronik dapat diikuti oleh regenerasi pada struktur dan fungsi normal (regenerasi) atau bisa menimbulkan jaringan parut, bergantung pada luasnya jejas jaringan awal dan jejas yang sama terus berlangsung, serta kemampuan jaringan yang terinfekasi untuk tumbuh kembali.

Sumber : Robbins. Cotran. Kumar (2007). Buku Ajar Patologi ed.7 vol. 1

You might also like