You are on page 1of 7

TUGAS KELOMPOK 3

18 Sebutkan tiga skema yang di gunakan dalam penyaluran dana bank syariah? 19 Jelaskan perbedaan antara jual beli dalam bentuk murabahah dengan jual beli dalam bentuk salam dan istishna? 20 jelaskan kelebihan dan kekurangan jual beli dalm bentuk salam dan istishna jika dibandingkan jual beli dalam bentuk murabahah? 21 Jelaskan perbedaan antara jual beli istishna dengan jual beli istishna parallel? 22 Jelaskan perbedaan antara jual beli salam dengan jual beli salam parallel? 23 Jelaskan perbedaan prinsip investasi dengan skema mudharabah dan investasi dengan skema musyarakat? 24 Jelaskan perbedaan antara prinsip sewa dengan skema ijarah dan prinsip sewa dengan skema ijarah muntahiya bittamlik? 25 Dalam kondisi apakah skema ijarah dan skema ijarah muntahiya bittamlik cocok digunakan?

Jawab
18. Skema-skema produk perbankan syariah A. Pendanaan/Penghimpunan dana: Wadiah dan mudharabah. - Wadiah (titipan)
Dengan skema wadiah, nasabah menitipkan dananya kepada bank syariah. Nasabah memperkenankan dananya dimanfaatkan oleh bank syariah untuk beragam keperluan (yang sesuai syariah). Namun bila nasabah hendak menarik dana, bank syariah berkewajiban untuk menyediakan dana tersebut. Umumnya skema wadiah digunakan dalam produk giro dan sebagian jenis tabungan. BSM menggunakan skema ini untuk BSM Giro, BSM TabunganKu dan BSM Tabungan Simpatik.

- Mudharabah (investasi)
Dengan skema mudharabah, nasabah menginvestasikan dananya kepada bank syariah untuk dikelola. Dalam skema ini, BSM berfungsi sebagai manajer investasi bagi nasabah dana. Nasabah mempercayakan pengelolaan dana tersebut untuk keperluan bisnis yang menguntungkan (dan sesuai syariah). Hasil keuntungan dari bisnis tersebut akan dibagi hasilkan antara nasabah dana dengan BSM sesuai nisbah yang telah disepakai di muka. BSM menggunakan skema ini untuk BSM Deposito, Tabungan BSM, BSM Tabungan Berencana, BSM Tabungan Mabrur, BSM Tabungan Investa Cendekia dan BSM Tabungan Kurban.

B. Pembiayaan/Penyaluran dana: Murabahah, ijarah, istishna, mudharabah, musyarakah dsb. - Murabahah


Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah akan membeli barang kebutuhan nasabah untuk kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan marjin yang telah disepakati. Harga jual (pokok pembiayaan + marjin) tersebut akan dicicil setiap bulan selama jangka waktu yang disepakati antara nasabah dengan bank syariah. Karena harga jual sudah disepakati di muka, maka angsuran nasabah bersifat tetap selama jangka waktu pembiayaan. Hampir seluruh pembiayaan konsumtif BSM (BSM Griya, BSM Oto) menggunakan skema ini. Skema ini juga banyak dipergunakan BSM dalam pembiayaan modal kerja atau investasi yang berbentuk barang. Sekitar 70% pembiayaan bank syariah menggunakan skema murabahah.

- Ijarah
Merupakan akad sewa antara nasabah dengan bank syariah. Bank syariah membiayai kebutuhan jasa atau manfaat suatu barang untuk kemudian disewakan kepada nasabah. Umumnya, nasabah membayar sewa ke bank syariah setiap bulan dengan besaran yang telah disepakati di muka. BSM mengaplikasikan skema ini pada BSM Pembiayaan Eduka (pembiayaan untuk kuliah) dan BSM Pembiayaan Umrah. Beberapa pembiayaan investasi juga menggunakan skema ijarah, khususnya skema ijarah muntahiya bit tamlik (IMBT).

- Istishna
Merupakan akad jual beli antara nasabah dengan bank syariah, namun barang yang hendak dibeli sedang dalam proses pembuatan. Bank syariah membiayai pembuatan barang tersebut dan mendapatkan pembayaran dari nasabah sebesar pembiayaan barang ditambah dengan marjin keuntungan. Pembayaran angsuran pokok dan marjin kepada bank syariah tidak sekaligus pada akhir periode, melainkan dicicil sesuai dengan kesepakatan. Umumnya bank syariah memanfaatkan skema ini untuk pembiayaan konstruksi.

- Mudharabah
Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah menanggung sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi.

- Musyarakah
Merupakan akad berbasis bagi hasil, dimana bank syariah tidak menanggung sepenuhnya kebutuhan modal usaha/investasi (biasanya sekitar 70 s.d. 80%).

C. Jasa: Wakalah, rahn, kafalah, sharf dsb. - Wakalah


Wakalah berarti perwalian/perwakilan. Artinya BSM bekerja untuk mewakili nasabah dalam melakukan suatu hal. BSM mengaplikasikan skema ini pada beragam layanannya semisal transfer uang, L/C, SKBDN dsb.

- Rahn
Rahn bermakna gadai. Artinya bank syariah meminjamkan uang (qardh) kepada nasabah dengan jaminan yang dititipkan nasabah ke bank syariah. Bank syariah memungut biaya penitipan jaminan tersebut untuk menutup biaya dan keuntungan bank syariah. BSM mengaplikasikan skema ini pada BSM Gadai Emas iB.

- Kafalah
Dengan skema kafalah, bank syariah menjamin nasabahnya. Bila terjadi sesuatu dengan nasabah, bank syariah akan bertanggung jawab kepada pihak ke-3 sesuai kesepakatan awal. BSM mengaplikasikan skema ini pada produk BSM Bank Garansi.

- Sharf
Merupakan jasa penukaran uang. BSM mengaplikasikan skema ini untuk layanan penukaran uang Rupiah dengan mata uang negara lain, semisal US$, Malaysia Ringgit, Japan Yen dsb.

19.

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tembahan keuntungan yang disepakati. Dalam istilah teknis perbankan syariah, murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan. Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti.

Istishna menyerupai produk salam, namun dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank syariah dalam beberapa kali (termin) pembayaran dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Skim istishna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

20.

Kelebihan produk salam dan istishna adalah pembayaran dilakukan secara tunai dan juga dapat dilakukan secara kredit ketika barang diserahkan ke bank, maka bank menjual harga tersebut dengan harga yang di beli dari nasabah disertai dengan keuntungan. Dalam bentuk kreditnya cicilan sudah di sepakati oleh kedua belah pihak secara pasti. Kelebihan marabahah adalah penjual dan pembeli mengetahui harga modal barang dan keuntungan yang di peroleh yang dalam artiannya tidak ada dusta diantara penjual dan pembeli karena masing-masing pihak mengetahui harga barang tersebut. Kekurangan produk salam dan istishna adalah barang yang diperjualbelikan beluam ada atau di tangguhkan sedangkan pembayaran dilakukan dengan tunai. Sedangkan murabahah kekurangannya lebih pada rukun akad apabila salah satu pihak tidak mengetahui harga dan keuntungan maka jual beli ini dianggap bathil. Perbedaan Antara Jual Beli Istishna dengan Jual Beli IstihnaParalel. Sbb : Kajian Teori Fiqh Tentang Jual Beli Istishna DEFINISI DASAR Secara etimologi, istishna berarti permintaan mem- buatkan sesuatu. Secara terminologi Akad yg dilakukan oleh mustashni dan shani untuk membuat kerja tertentu yang jadi tanggungan shani RUKUN SYARAT

21.

o o o o o o o o o

Al-Quran Surat Al-Kahfi: 92-97 Hadits riwayat Nafi bahwa: ... . . Ijma ulama, karena kebutuhan manusia terhadap praktik istishna Dalil istihsan Aqid atau orang yang berakad, yaitu Shani dan Mustashni yang telah baligh dan mumayyiz. Maqud alaih atau objek akad berupa mashnu dan tsaman. Sighat ijab qabul Syarat Mashnu : Menjelaskan jenis, bentuk,kadar,sifat, kualitas, kuantitas

Syarat Tsaman : Diketahui semua pihak, bisa dibayar saat akad, dicicil / tangguh. Harga tidak berubah kecuali disepakati Jual Beli Istishna Paralel
o

Istishna merupakan fasilitas penyaluran dana untuk pengadaan objek atau barang investasi yang diberikan berdasarkan pesanan nasabah. Pembiayaan ini memerlukan proses produksi/ pembangunan/renovasi. Pihak produsen/pemasok/kontraktor bisa ditunjuk oleh bank atau nasabah sendiri.

Bank menjual barang yang dipesan nasabah sebesar harga pokok plus margin keuntungan. Penyerahan barang kepada nasabah dilakukan setelah barang selesai atau sesudah melewati masa proses produksi/pembangunan/ renovasi. Setelah memenuhi prosedur, persyaratan seperti uang muka dan kelayakan mengenai kemampuan angsuran dan lainnya, nasabah sebagai pembeli dapat memanfaatkan fasilitas angsuran untuk jangka waktu tertentu. Keunggulan: Jumlah angsuran tetap tidak berubah, walaupun terjadi fluktuatif suku bunga. Kewajiban angsuran dapat dilakukan setelah masa proses produksi.

BANK (Shani & Mustashni) 2a. Akad istishna I PEMESAN (Nasabah) (Mustashni) 2b. Akad istishna II 1a. Pesan barang sesuai kriteria 1b. Minta membuatkan barang 4. Membuat Barang PEMASOK (Shani) BARANG PESANAN (Mashnu) 5b. Kirim Dokumen 5a. Kirim Mashnu yang telah selesai dibuat 3a. Bayar 3b. Bayar 8 . Salam : Akad jual beli muslam fiil (barang pesanan) dengan penagguhan pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual). Pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang tersebut diterima sesuai dengan syarat- syarat tertentu.

22.

Salam Paralel adalah suatu transaksi dengan Bank melakukan dua akad salam dalam waktu yang sama. Dalam akad salam pertama, Bank (selaku muslim) melakukan pembelian suatu barang kepada pihak penyedia barang (muslam ilaihi) dengan pembayaran di muka dan pada akad salam kedua, Bank (selaku muslam ilaihi) menjual lagi kepada pihak lain (muslim) dengan jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama. Pelaksanaan kewajiban Bank selaku muslam ilaih (penjual) dalam akad salam kedua tidak tegantung pada akad salam yang pertama. 23.
Perbedaan prinsip investasi dengan skema mudharabah dan investasi dengan skema musyarakat?

Beberapa kalangan masyarakat masih mempertanyakan perbedaan antara bank syariah dengan konvensional. Bahkan ada sebagian masyarakat yang menganggap bank syariah hanya trik kamuflase untuk menggaet bisnis dari kalangan muslim segmen emosional. Sebenarnya cukup banyak perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional, mulai dari tataran paradigma, operasional, organisasi hingga produk dan skema yang ditawarkan. Paradigma bank syariah sesuai dengan ekonomi syariah yang telah dijelaskan di muka. Sedangkan perbedaan lainnya adalah sbb.: Jenis perbedaan Landasan hukum Basis operasional Skema produk Bank syariah Bank konvensional

Al Qur`an & as Sunnah + Hukum Hukum positif positif Bagi hasil Bunga Berdasarkan syariah, semisal Bunga mudharabah, wadiah, murabahah, musyarakah dsb Dana masyarakat merupakan titipan/investasi yang baru Dana masyarakat merupakan simpanan yang

Perlakuan terhadap Dana Masyarakat

mendapatkan hasil bila diputar/diusahakan terlebih dahulu Sektor penyaluran dana Organisasi Perlakuan Akuntansi Harus yang halal Harus ada DPS (Dewan Pengawas Syariah) Accrual dan cash basis (untuk bagi hasil)

harus dibayar bunganya saat jatuh tempo Tidak memperhatikan halal/haram Tidak ada DPS Accrual basis

Terdapat perbedaan pula antara bagi hasil dan bunga bank, yaitu sbb.: Bunga Suku bunga ditentukan di muka Bunga diaplikasikan pada pokok pinjaman (untuk kredit) Suku bunga dapat berubah sewaktu-waktu secara sepihak oleh bank Bagi hasil Nisbah bagi hasil ditentukan di muka Nisbah bagi hasil diaplikasikan pada pendapatan yang diperoleh nasabah pembiayaan Nisbah bagi hasil dapat berubah bila disepakati kedua belah pihak

24. perbedaan antara prinsip sewa dengan skema ijarah dan prinsip sewa dengan skema ijarah muntahiya bittamlik, sebagai berikut : Sewa ijarah dilandasi adanya perpindahaan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa. Sedangkan ijarah munthhiyah bittamlik, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.
25.

apakah skema ijarah dan skema ijarah muntahiya bittamlik cocok digunakan sebagai

contoh: Misalnya nasabah membutuhkan manfaat dari suatu barang pada saat ini (akad) hingga periode ke depan. Nasabah tidak memiliki kemampuan untuk membayar total keseluruhan sewa di muka. Nasabah hanya mampu melakukan pembayaran sewa secara bulanan.

Maka, digunakan struktur akad berikut: (1) Akad I: Ijarah: a. Pelaku: Bank, bertindak sebagai penyewa; Pemberi sewa, bertindak sebagai yang menyewakan kepada bank; b. Transaksi: Bank menyewa barang (ijarah) kepada pemberi sewa dengan pembayaran sewa di muka untuk periode. Dengan kondisi ini: (i) Bank mengeluarkan uang (cash out) sebesar Rpxxx sebagai sewa dibayar di muka; (ii) Bank telah dapat memanfaatkan fungsi dari barang tersebut selama periode, tapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan barang. (2) Akad II: Ijarah: a. Pelaku: Bank, bertindak sebagai pemberi sewa; Nasabah, bertindak sebagai penyewa; b. Bank menyewakan barang kepada nasabah dengan pembayaran uang sewa secara bulanan selama z periode sesuai dengan kebutuhan nasabah. Dengan kondisi akad ini: (i) Bank menyerahkan hak penggunaan manfaat barang kepada nasabah selama z periode. (ii) Bank menerima pembayaran sewa (cash in) sebesar Rpxx setiap bulannya selama z periode yang disepakati. Sumber Pendanaan: Karena bank menerima pemasukan (cash in) setiap bulannya, pembiayaan ini dapat didanai dengan menggunakan URIA sehingga bank dapat membayarkan bagi hasil setiap bulannya kepada pemegang URIA.

You might also like