You are on page 1of 2

Bukankah FKM fakultas kesehatan? Kenapa masih banyak mahasiswanya yang merokok?

Lalu, apa gunanya advokasi anti merokok itu? Sekiranya begitulah isu-isu yang sedang beredar dikalangan mahasiswa FKM saat ini. Banyak yang meragukan kinerja advokasi tersebut. Seperti hanya pajangan saja. Pertanyaan dan pernyataan semacam ini diklarifikasi langsung oleh Bapak Kusyogo Cahyo, SKM.,M.Kes(6/5). Dalam kampanye Tobacco Campus sebenarnya ada 3 program: 1) KTR penuh; 2) Terbatas merokok; 3) Bukan Free Campuss. Beliau menyatakan, kebijakan yang diterapkan di FKM adalah kebijakan yang kedua. Sebenarnya jika menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 dan peraturan dari Depkes, sebenarnya tidak diprbolehkan menggunakan kebijakan yang kedua. Seharusnya kampus menerapkan kebijakan yang pertama. FKM yang mengemban kebijakan kedua, akhirnya mengadakan bilik merokok. Seharusnya bilik itu tidak digunakan untuk merokok karena menurut Depkes dan WHO orang-orang yang hendak merokok harus berada di ruangan terbuka. Jadi, jika para mahasiswa ingin merokok diperbolehkan hanya diparkiran saja. Karena jika orang yang merokok diluar ruangan, asap akan terbawa angin dan terurai. Maka dari itu, untuk FKM sendiri tak akan terpengaruhi oleh asapnya. Dimana, di lingkungan FKM sendiri pohon sudah dalam jumlah yang dikatakan banyak. Sehingga, O2 akan langsung menuju lingkungan kampus dan CO2 keluar dan terbawa angin. Tugas satgas bukan untuk melarang orang merokok karena merokok itu benar jika pada tempatnya. Konsep merokok sendiri dinyatakan sama dengan konsep minum-minuman keras yang berkaitan dengan HAM. Unit ini hanya untuk advokasi dan konseling yang memfasilitasi bagi mereka yang ingin berhenti merokok. Unit ini tidak berhak untuk melarang/memaksa orang untuk berhenti merokok. Jadi, intinya merokok sudah masalah individual. Direncanakan dalam penerimaan mahasiswa baru mendatang akan digunakan kontrak dengan mahasiswa baru untuk tidak merokok dan harus masuk klinik. Tidak memperdulikan jenis kelamin, baik itu perempuan maupun laki-laki diwajibkan untuk masuk ke klinik. Ditemukan fakta bahwa pada tahun 2011 presentase perempuan yang merokok naik dari 3,5 % menjadi 5,9 % dan ini terjadi di lingkungan kampus kita, FKM. Dari semua kegiatan yang telah dijalani dinyatakan bahwa hasilnya jauh dari maksimal. Ada beberapa program yang belum tercapai. Program jangka pendek yang masih belum tercapai diantaranya adalah seluruh UNDIP belum ada yang mengetahui bahwa ada pelayanan mengenai klinik berhenti merokok, tidak hanya mahasiswanya tetapi juga orang sekitar, yang juga alah satu sasaran program ini, belum mengetahuinya. Selain itu, mengenai Advokasi ini untuk menjadi unti tersendiri, tidak dibawah kemahasiswaan. Sehingga, advokasi ini susah untuk bergerak karena tidak tersedianya dana. Program jangka panjang yang belum tercapai adalah mengenai kebijakan pimpinan untuk melarang merokok. Karena masalah rokok juga sudah seperti masalah HIV/AIDS. Selain itu, kinerja satgas yang belum optimal karena satgas tidak hanya terdiri dari mahasiswa dan masih saja tersendat. Selain itu, anggota satgas juga terdiri dari para dosen dan karyawan yang keduanya tidak ada yang bergerak. Disamping itu, visi dan misi yang kurang jelas juga menjadi penghambat. Jika berbicara mengenai program yang telah tercapai diantaranya adalah telah berhasil melakukan advokasi ke universitas-universita lain(UDINUS, UNIMUS,UNIKAL, Ngudi Waluyo), ke pemerintahan seperti Kendal, Semarang, Salatiga. Rencana selanjutnya adalah ke UNNES dan ke Kabupaten Semarang dan Demak. Banyak yang menunjukkan partisipasinya dalam Tobacco Control dari semua komponen. Karena advokasi anti merokok ini pertama dan satu-satunya yang kemudian ditiru oleh Padang dan Bandung. Kegiatan-kegiatannya selama ini berupa fund raising, kerja sama pelatihan, sponsorship dan lain-lain.

Pak Kusyogo mengharapkan para civitas akademika terutama FKM UNDIP menjadi barometer untuk fakultas lain baik yang kesehatan maupun non kesehatan. Tobacco Control di FKM akan semakin maksimal karena BEM sendiri belum memberi support yang optimal.

You might also like