You are on page 1of 4

Affandi Koesoema

Affandi Koesoema (Cirebon, Jawa Barat, 1907 - 23 Mei 1990) adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, mungkin pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya ekspresionisnya yang khas. Pada tahun 1950-an ia banyak mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat. Pelukis yang produktif, Affandi telah melukis lebih dari dua ribu lukisan. Affandi di mata dunia Affandi memang hanyalah salah satu pelukis besar Indonesia bersama pelukis besar lainnya seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah dan lain-lain. Namun karena berbagai kelebihan dan keistimewaan karya-karyanya, para pengagumnya sampai menganugerahinya berbagai sebutan dan julukan membanggakan antara lain seperti julukan Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia bahkan julukan Maestro. Adalah Koran International Herald Tribune yang menjulukinya sebagai Pelukis Ekspressionis Baru Indonesia, sementara di Florence, Italia dia telah diberi gelar Grand Maestro. Berbagai penghargaan dan hadiah bagaikan membanjiri perjalanan hidup dari pria yang hampir seluruh hidupnya tercurah pada dunia seni lukis ini. Di antaranya, pada tahun 1977 ia mendapat Hadiah Perdamaian dari International Dag Hammershjoeld. Bahkan Komite Pusat Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castelo San Marzano, Florence, Italia pun mengangkatnya menjadi anggota Akademi Hak-Hak Azasi Manusia. Dari dalam negeri sendiri, tidak kalah banyak penghargaan yang telah diterimanya, di antaranya, penghargaan "Bintang Jasa Utama" yang dianugrahkan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1978. Dan sejak 1986 ia juga diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun ISI (Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta. Bahkan seorang Penyair Angkatan 45 sebesar Chairil Anwar pun pernah menghadiahkannya sebuah sajak yang khusus untuknya yang berjudul "Kepada Pelukis Affandi". Untuk mendekatkan dan memperkenalkan karya-karyanya kepada para pecinta seni lukis, Affandi sering mengadakan pameran di berbagai tempat. Di negara India, dia telah mengadakan pameran keliling ke berbagai kota. Demikian juga di berbagai negara di Eropa, Amerika serta Australia. Di Eropa, ia telah mengadakan pameran antara lain di London, Amsterdam, Brussels, Paris, dan Roma. Begitu juga di negara-negara benua Amerika seperti di Brasil, Venezia, San Paulo, dan Amerika Serikat. Hal demikian jugalah yang membuat namanya dikenal di berbagai belahan dunia. Bahkan kurator terkenal asal Magelang, Oei Hong Djien, pernah memburu lukisan Affandi sampai ke Rio de Janeiro.

Basoeki Abdullah
Basoeki Abdullah (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 Januari 1915 meninggal 5 November 1993 pada umur 78 tahun) adalah salah seorang maestro pelukis Indonesia.Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia, disamping menjadi barang koleksi dari berbagai penjuru dunia. Aktivitas Pada masa Pemerintahan Jepang, Basoeki Abdullah bergabung dalam Gerakan Poetra atau Pusat Tenaga Rakyat yang dibentuk pada tanggal 19 Maret 1943. Di dalam Gerakan Poetra ini Basoeki Abdullah mendapat tugas mengajar seni lukis. Murid-muridnya antara lain Kusnadi (pelukis dan kritikus seni rupa Indonesia) dan Zaini (pelukis impresionisme). Selain organisasi Poetra, Basoeki Abdullah juga aktif dalam Keimin Bunka Sidhosjo (sebuah Pusat Kebudayaan milik pemerintah Jepang) bersama-sama Affandi, S.Sudjoyono, Otto Djaya dan Basoeki Resobawo. Di masa revolusi Bosoeki Abdullah tidak berada di tanah air yang sampai sekarang belum jelas apa yang melatarbelakangi hal tersebut. Jelasnya pada tanggal 6 September 1948 bertempat di Belanda Amsterdam sewaktu penobatan Ratu Yuliana dimana diadakan sayembara melukis, Basoeki Abdullah berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropa dan berhasil keluar sebagai pemenang.
Lukisan "Balinese Beauty" karya Basoeki Abdullah yang terjual di tempat pelelangan Christie's di Singapura pada tahun 1996.

Sejak itu pula dunia mulai mengenal Basoeki Abdullah, putera Indonesia yang mengharumkan nama Indonesia. Selama di negeri Belanda Basoeki Abdullah sering kali berkeliling Eropa dan berkesempatan pula memperdalam seni lukis dengan menjelajahi Italia dan Perancis dimana banyak bermukim para pelukis dengan reputasi dunia. Basoeki Abdullah terkenal sebagai seorang pelukis potret, terutama melukis wanita-wanita cantik, keluarga kerajaan dan kepala negara yang cenderung mempercantik atau memperindah seseorang ketimbang wajah aslinya. Selain sebagai pelukis potret yang ulung, diapun melukis pemandangan alam, fauna, flora, tema-tema perjuangan, pembangunan dan sebagainya. Basoeki Abdullah banyak mengadakan pameran tunggal baik di dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain karyanya pernah dipamerkan di Bangkok (Thailand), Malaysia, Jepang, Belanda, Inggris, Portugal dan negara-negara lain. Lebih kurang 22 negara yang memiliki karya lukisan Basoeki Abdullah. Hampir sebagian hidupnya dihabiskan di luar negeri diantaranya beberapa tahun menetap di Thailand dan diangkat sebagai pelukis Istana Merdeka dan sejak tahun 1974 Basoeki Abdullah menetap di Jakarta.

Manuella Wijayanti
Manuella Wijayanti (Jakarta, 8 Mei 1990) adalah seorang pelukis muda. Manuella Wijayanti atau akrab dipanggil Ella atau EllaWijt merupakan putri ketiga dari pasangan Djohan dan Diah Pangestuti, ia juga mempunyai 2 kakak laki-laki kembar dan seorang adik perempuan. Sejak kecil hobi atau bakat melukisnya sudah muncul, ia senang menggambargambar dikertas bahkan tembok pun pernah dijadikan alas menggambar menggunakan lipstik ibunya. Bakat ini didukung sepenuhnya oleh orang tua-nya dengan mendatangkan guru lukis proffesional seperti Mozes Misdy, dan ia juga mendapat dukungan dari seniman besar seperti Jeihan. School of Art Institute Chicago di Amerika Serikat-pun telah memberikan beasiswa bagi eLLa untuk menuntut ilmu seni lukis (art of painting) di institut seni tersebut. Sampai usianya yang ke-17 ini sudah banyak karya yang berhasil ia ciptakan, lebih dari 40 buah lukisan yang sudah ia ciptakan. Beberapa judul karya yang pernah ia buat antara lain The Biggest (lukisan terbesar yang berukuran 185cm x 581cm), Only One, Antioxidant, Twins, Sweet & Creamy, Torns, Shine, When The Sun Goes Down (lukisan yang goresan awalnya dilakukan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan Juwono Sudarsono), dan masih banyak lagi. Selain menghasilkan karya-karya, karya-karya-nya pun pernah pernah diikutkan dalam pameran-pameran bergengsi antara lain pameran bersama "Pesona Melonia XXX Day of Glory" di Sahid Jaya Hotel (2-8 Agustus 2005), pameran bersama "Indonesian Art I" di Hotel Crowne Plaza (3-11 Oktober 2006), pameran lukisan bersama "Karya Prajurit ke20" di WTC (3-17 November 2006), dan pameran bersama "Indonesian Art II" di Hotel Crown Plaza (16-22 Desember 2006), serta pameran tunggal terbesarnya yang sekaligus memperingati hari ulang tahun-nya yang ke-17 yaitu SOLO PAINTING EXHIBITION yang berjudul "It's just been started!" di Museum Nasional atau Museum Gajah, Jl. Merdeka Barat, Jakarta Pusat (19-29 Mei 2007).

Made Wianta
Wianta lahir di desa Apuan, Tabanan, Bali. Diberikan konsentrasi yang intens energi, dia menggelembung dan terus-menerus bergerak. Ciptaan-Nya mengalir dari kedalaman jiwanya. Lebih dari dua dekade, sekitar 14.000 karya seni telah muncul dari energi dan kreativitas. Karya-karya seni secara luas dikenal dan telah dipamerkan secara nasional maupun internasional di galeri dan museum bergengsi. Wianta adalah seniman multimodal. Penguasaan warna dan bentuk pada kanvas cocok dengan penguasaan kata-kata dalam puisi, gerakan tubuh dalam tarian dan rasa irama dalam musik. Dia sering menggabungkan semua tiga menjadi "instalasi" atau "terjadi" seni seperti yang akan terjadi di Art mendatang dan acara Perdamaian.

Wianta adalah seniman dengan rasa yang kuat kesadaran lingkungan dan tanggung jawab sosial. Kesadaran lingkungan-Nya telah terwujud dalam beberapa seni instaltations / kejadian seperti "Hutan dan Kehidupan" di Apuan, Tabanan (1999) "Sound dan Alam" di Apuan, Tabanan (1997); "Air, Api, dan Air" di Apuan, Tabanan dan Gajah Wong sungai, Yogyakarta, Jawa Tengah (1995). Rasa yang kuat tentang tanggung jawab sosial mendorongnya untuk mengadakan beberapa pameran untuk menyumbangkan lukisannya untuk sate dalam mendukung penyebab sosial. Ini termasuk sebuah pameran penggalangan dana bersama-sama dengan seniman lain di Bali Cliff Hotet untuk membantu daerah miskin Bati (1995) dan penjualan beberapa lukisan untuk membantu penelitian AIDS di San Francisco dan korban gempa Flores, Indonesia (1993). Sejak tahun 1992, melalui Yayasan nya "Wianta", ia telah berkolaborasi dengan Ford Foundation untuk membantu melestarikan seni tradisional yang terancam punah dan budaya di Bati. Dan, pada tahun 1991, ia melancarkan "Camp Seni" di Apuan untuk menyatukan banyak bahasa Indonesia dan cendekiawan internasional dan seniman kontemporer. Sebagai penghargaan atas nafas. kreativitas dan kedalaman kesadaran sosial dan lingkungan, Wianta telah dianugerahi Penghargaan Dharma Kusuma oleh Pemerintah Provinsi Bali (1999). Dia memegang gelar Profesor untuk Corrrespondence dari Academie dari Academia Internationate Gressi-Marino, Italia (1996).

You might also like