You are on page 1of 3

AEROSOLUM Erosol Erosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang

diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan isinya sampai habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan menggunakan propelan yang cocok. Jika digunakan sebagai obat dalam atau secara inhalasi, erosol diperlengkapi dengan pengatur dosis. Erosol boleh mengandung bahan pensuspensi, emulgator dan pelarut pembantu. Komponen Komponen-komponen terpenting dari suatu erosol adalah: 1. Wadah: terbuat dari kaca, plastik, logam atau kombinasi dari bahan tersebut. Logam yang umum dipakai adalah baja tahan karat, aluminium, baja berlapis timah. Plastik dapat digunakan untuk melapisi wadah yang terbuat dari logam guna mencegah perkaratan atau digunakan untuk melapisi wadah yang terbuat dari kaca agar aman. 2. Katup: berfungsi untuk mengatur pengaliran keluar zat berkhasiat dan propelan. Terbuat dari karet plastik, aluminium atau baja tahan karet dan harus inert. 3. Propelan: berfungsi untuk menghasilkan tekanan dalam sistem erosol sehingga dapat mendorong bahan dari wadah dalam kombinasi dengan komponen lain dapat merubah bahan menjadi suatu bentik fisika lain yang dikehendaki. Propelan merupakan gas yang dicairkan atau dimampatkan hingga tekanan uapnya lebih besar dari tekanan luar. Sebagai propelan dapat digunakan hidrokarbon terutama derivate kloro dan fluoro dari metana dan etana, hidrokarbon berbobot molekul rendah seperti butana, pentana dan gas yang dimampatkan misalnya karbondioksida, nitrogen, dinitrogenmonoksida. Campuran propelan sering digunakan untuk memperoleh tekanan, penyemprotan dan sifat-sifat hasil semprotan yang dikehendaki. 4. Aktuator: merupakan bagian yang berhubungan dengan tangkai katup yang jika ditekan atau digerakkan, katup akan terbuka dan zat berkhasiat atau formulasi akan menyemprot ke daerah yang dikehendaki. Sifat semprotan dipengaruji oleh ukuran lubang, bentuk ruang pengembangan, sifat propelan dan zat berkhasiat atau formulasi. 5. Pelarut pembantu: berfungsi untuk memperbaiki kelarutan suatu zat berkhasiat atau formulasi dalam propelan. Pada umumnya digunakan etanol karena mudah bercampur dengan sebagian besar propelan dan mempunyai daya melarutkan yang baik. Dapat juga digunakan polietilenglikol, polipropilenglikol, propiletilenglikol, dietillenglikol, monoetileter atau derivatderivatnya. 6. Zat berkhasiat: zat utama yang akan digunakan sebagai obat.

Pembuatan Erosol dibuat dengan salah satu cara berikut: 1. Cara dingin: propelan dan formulasi didinginkan dibawah suhu 0, masin-masing dengan ukuran tertentu. Masukkan ke dalam wadah yang telah didinginkan. Pasang katup dan aktuator pada wadah sehingga tertutup kedap. 2. Cara tekanan: hilangkan udara dalam wadah dengan cara penghampaan atau dengan menambahkan sedikit propelan. Isikan konsentrat ke dalam wadah, tutup kedap wadah, masukkan propelan dengan penekanan melalui lubang katup ke dalam wadah.

Syarat baik Erosol harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Wadah harus tahan tekanan. 2. Bentuk katup harus dibuat untuk mendapatkan jarak penyemprotan atau luas penyemprotan yang baik. Katup yang baik harus memungkinkan propelan keluar bersama-sama dengan zat berkhasiat atau formulasi agar tercapai sifat semprotan yang tepat dan untuk mencapai keseimbangan tekanan yang dikehendaki pada waktu erosol digunakan. 3. Propelan yang baik harus mempunyai sifat tekanan uap yang cocok, sesuai dengan komponen lain dari erosol tersebut. Propelan juga sebaiknya memiliki sifat melarutkan yang baik. 4. Actuator yang baik dapat menentukan arah semprotan dan melindungi tangan atau jari dari efek propelan yang mendinginkan. 5. Pelarut pembantu sebaiknya memiliki daya melarutkan yang baik dan mudah bercampur dengan sebagian besar propelan.

Cara pengujian 1. Derajat semprotan Pilih tidak kurang dari 4 wadah, lepaskan tutup, tekan aktuator massing-masing wadah selama 2 sampai 3 detik. Timbang seksama masing-masing wadah, celupkan ke dalam penangas pada suhu tetap 25 1 hingga tekanan dalam tetap. Diperiksa menurut cara yang tertera pada pengujian tekanan. Keluarkan wadah dari penangas, hilangkan air dari kertas saring, tekan aktuator masing-masing wadah selama tepat 5,0 detik dengan menggunakan pencatat waktu kemudian timbang masing-masing wadah. Masukkan kembali wadah ke dalam penangas bersuhu tetap, ulangi percobaan 3 kali untuk masing-masing wadah. Hitung derajat semprotan rata-rata masing-masing wadah dalam gram tiap detik. 2. Pengujian kebocoran Pilih 12 wadah, catat tanggal dan waktu dengan pembulatan sampai jam. Timbang satu per satu, catat bobot sebagai W1. Biarkan wadah dengan posisi tegak selama tidak kurang dari 3

hari. Timbang kembali masing-masing wadah, catat bobot sebagai W2 dan catat tanggal serta waktu dengan pembulatan sampai jam. Hitung waktu percobaan dalam jam dan catat sebagai T. hitung derajat kebocoran masing-masing wadah dalam mg tiap tahun dengan rumus: (W1-W2) X 365/T X 24 Sediaan yang memenuhi syarat jika kebocoran rata-rata tiap tahun dari 12 wadah tidak lebih dari 3,5% dari bobot yang tertera pada etiket dan jika tidak satupun bocor lebih dari 5,0% dari bobot yang tertera pada etiket. Jika 1 wadah bocor lebih dari 5,0% tiap tahun, tetapkan kebocoran dengan menggunakan 24 wadah lainnya. Sediaan memenuhi syarat jika dari 36 wadah yang diperiksa, tidak lebih dari 2 wadah bocor lebih dari 5,0% tiap tahun dan jika tidak satupun bocor 7,0% tiap tahun dari bobot yang tertera pada etiket.

3. Pengujian tekanan Pilih tidak kurang dari 4 wadah, lepaskan tutup, celupkan ke dalam penangas bersuhu tetap 25 1 hingga tekanan tetap. Keluarkan wadah dari dalam penangas, kocok baik-baik, lepaskan aktuator dan jika ada air hilangkan dari tangkai katup. Letakkan masing-masing wadah dengan memasang suatu alat pengukur tekanan pada tangkia katup. Baca tekanan dalam wadah pada alat pengukur tekanan. Contoh sediaan: Flixonase nasal spray (Glaxo Smith and Kline).

You might also like