Professional Documents
Culture Documents
Alat : 1. Spuit injeksi 2. Stopwatch 3. Alat bedah 4. Mortir dan stamper 5. Neraca 6. Tabung reaksi 7. Tabung sentrifuge
8. Pipet volume 0,5 dan 1 ml
CARA KERJA
Buat seri kadar larutan parasetamol 0; 25; 50; 100; 200 dan 400 g/mL
Diamkan 5 menit
Tambah N (1-naftil) etilendiamin 0,1% sebanyak 0,2 mL, diamkan di tempat dingin dan gelap selama 3-5 menit
Baca intensitas warnanya dengan spektrofotometer pada 450 nm dengan operating time selama 15 menit
Timbang masing masing tikus, beri sulfadiazin dosis 150 mg/kg BB dan masukkan dalam sangkar metabolik
Diamkan 5 menit
Tambah N (1-naftil) etilendiamin 0,1% sebanyak 0,2 mL, diamkan di tempat dingin dan gelap selama 3-5 menit
Baca intensitas warnanya dengan spektrofotometer pada 450 nm dengan operating time selama 15 menit
Timbang masing masing tikus, beri sulfadiazin dosis 150 mg/kg BB secara intraperitoneal
Tunggu 90 menit
Diamkan 5 menit
Tambah N (1-naftil) etilendiamin 0,1% sebanyak 0,2 mL, diamkan di tempat dingin dan gelap selama 3-5 menit
Baca intensitas warnanya dengan spektrofotometer pada 450 nm dengan operating time selama 15 menit
Berdasarkan hasil percobaan pada pembuatan kurva baku, di dapat nilai absorbansi, dari nilai absorbansi tersebut kita bisa mendapatkan persamaan kurva baku dengan membuat regresi linier antara kadar (sebagai x) dan absorbansi (sebagai y). Persamaan kurva baku yang didapat yaitu : y = 5,4028x10-5 x + 0,0554 Dari persamaan kurva baku tersebut kita bisa mendapatkan kadar obat dalam ginjal,hepar dan feses. Kadar obat yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Sampel Ginjal Y Kelomp ok Abs. sampel Abs. blangk o (abs.sampe labs.blangk o) 0,200 I 0,234 0,034 -396,091 (dianggap 0) II 0,278 0,078 418,302 (g/ml) X (kadar)
III
0,304
0,104
899,534 -655,216
IV
0,220
0,020
(dianggap 0)
2. Sampel Hepar Y Kelomp ok Abs. sampel Abs. blangko (abs.sampel abs.blangko ) I II III IV 0,230 0,245 0,300 0,213 0,145 0,085 0,100 0,155 0,068 547,864 825,498 1843,489 233,212 X (kadar) (g/ml)
3. Sampel Feses Y (Abs. Sampe l) 0,707 X (kadar) (g/ml) 12060,41 3 0,293 0,366 0,239 4397,720 5748,871 3398,238
Kelomp ok
I II III IV
Selain itu , dapat dihitung pula kadar obat dalam organ dengan cara memasukkannya dalam rumus:
ka d a r o b a t b era _ o rg a n _ t b era _ sa m p e l t
1. Organ Ginjal Kadar Kelomp ok dalam sampel (g/ml) I -396,091 418,302 899,534 -655,216 Berat organ (g) 1,13 Berat sampel (g) 0,32 Kadar dalam organ (g/ml) -1398,696 (dianggap 0) 1,74 1,1899 1,05 0,40 0,30 0,413 1819,614 3567,852 -1665,803 (dianggap 0)
II III IV
2. Organ Hepar Kadar Kelomp ok dalam sampel (g/ml) I 547,864 Berat organ (g) 8,06 Berat sampel (g) 1,00 Kadar dalam organ (g/ml) 4415,784
II III IV
Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa kadar sulfadiazine dalam hepar yang paling besar adalah 9582,952 g/ml, sedangkan kadar sulfadiazine yang paling besar dalam ginjal adalah 3567,852 g/ml. Hal ini berarti sudah sesuai dengan teori. Kadar obat dalam ginjal lebih kecil dibandingkan dalam hati, karena enzim pemetabolisme di ginjal berjumlah lebih sedikit daripada di hati. Selain itu, disebabkan pula oleh waktu pengukuran yang dilakukan setelah 1 jam pemberian obat di mana fase absorpsi lebih dominan dibandingkan fase eliminasi sehingga obat yang disekresikan kecil.