Professional Documents
Culture Documents
Sebagai sebuah daerah yang dibangun oleh Raja Tengah, keturunan dari raja
Brunei Darussalam, pada tahun 1620 M. dan menobatkan diri sebagai sebuah
kerajaan sepuluh tahun kemudian. Maka wilayah Sambas adalah daerah yang
telah memiliki ciri-ciri kemusliman khusus sejak Raden Sulaiman yang bergelar
Muhammad Tsafiuddin dinobatkan sebagai Sultan Sambas pertama.
Pada waktu itu, rakyat Sambas hidup dari garis agraris dan nelayan. Hingga
ditandatanganinya perjanjian antara Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin (1815-
1828) dengan pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1819 M. Perjanjian ini
membentuk sebuah pola baru bagi masyarakat Sambas yakni, perdagangan
maritim.
www.tris.co.nr 1
Syekh Ahmad Khatib Sambas
keturunan Melayu dan menetap di Makkah. Sejak saat itu, Ahmad Khatib
Sambas memutuskan menetap di Makkah sampai wafat pada tahun 1875 M.
Ketika kemudian Ahmad Khatib telah menjadi seorang ulama, ia pun memiliki
andil yang sangat besar dalam perkembangan kehidupan keagamaan di
Nusantara, meskipun sejak kepergiannya ke tanah suci, ia tidaklah pernah
kembali lagi ke tanah air.
Salah satunya adalah Syeikh Abdul Karim Banten yang terkenal sebagai
Sulthanus Syeikh. Ulama ini terkenal keras dalam imperialisme Belanda pada
tahun 1888 dan mengobarkan pemberontakan yang terkenal sebagai
pemberontakan Petani Banten. Namun sayang, perjuangan fisiknya ini gagal,
kemudian meninggalkan Banten menuju Makkah untuk menggantikan Syeikh
Ahmad Khatib Sambas.
Syeikh Ahmad Khatob Sambas dalam mengajarkan disiplin ilmu Islam bekerja
sama dengan para Syeikh besar lainnya yang bukan pengikut thariqat seperti
Syaikh Tolhah dari Cirebon, dan Syaikh Ahmad Hasbullah bin Muhammad dari
www.tris.co.nr 2
Syekh Ahmad Khatib Sambas
Ajarah Syeikh Ahmad Khatib Sambas hingga saat ini dapat dikenali dari karya
Fathul Arifin yang merupakah notulensi dari ceramah-ceramahnya yang ditulis
oleh salah seorang muridnya, Muhammad Ismail bin Abdurrahim. Notulensi ini
dibukukan di Makkah pada tanggal tahun 1295 H. kitab ini memuat tentang tata
cara, baiat, talqin, dzikir, muqarobah dan silsilah Thariqah Qadiriyyah wan
Naqsyabandiyah.
Buku inilah yang hingga saat ini masih dijadikan pegangan oleh para mursyid
dan pengikut Thariqah Qadiriyyah wan Naqsyabandiyah untuk melaksanakan
prosesi-prosesi peribadahan khusus mereka. Dengan demikian maka tentu saja
nama Syeikh Ahmad Khatib Sambas selalu dikenang dan di panjatkan dalam
setiap doa dan munajah para pengikut Thariqah ini.
www.tris.co.nr 3
Syekh Ahmad Khatib Sambas
menurut Wan Mohd. Shaghir Abdullah, seorang ulama penulis asal tanah
Melayu. Kandungan manuskrip ini, membicarakan masalah seputar Jum’at, juga
membahas mengenai hukum penyembelihan secara Islam.
Pada bagian akhir naskah manuskrip, terdapat pula suatu nasihat panjang,
manuskrip ini ditutup dengan beberapa amalan wirid Beliau selain amalan
Tariqat Qadiriyah-Naqsyabandiyah.
Karya lain (juga berupa manuskrip) membicarakan tentang fikih, mulai thaharah,
sholat dan penyelenggaraan jenazah ditemukan di Kampung Mendalok, Sungai
Kunyit, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, pada 6 Syawal 1422 H/20
Disember 2001 M. karya ini berupa manuskrip tanpa tahun, hanya terdapat
tahun penyalinan dinyatakan yang menyatakan disalin pada hari kamis, 11
Muharam 1281 H. oleh Haji Ahmad bin Penggawa Nashir.
Umar Abdul Jabbar, menyebut bulan Safar 1217 H (kira-kira bersamaan 1802
M.) sebagai tanggal lahirnya demikian pun Muhammad Sa’id al-Mahmudi.
Namun mengenai tahun wafatnya di Mekah, terdapat perbedaan. Abdullah
Mirdad Abul Khair menyebut bahwa Syeikh Ahmad Khatib wafat tahun 1280 H.
(kira-kira bersamaan 1863 M.), tetapi menurut Umar Abdul Jabbar, pada tahun
1289 H. (kira-kira bersamaan 1872 M.).
Tahun wafat 1280 H. yang disebut oleh Abdullah Mirdad Abul Khair sudah pasti
ditolak, karena berdasarkan sebuah manuskrip Fathul Arifin salinan Haji
Muhammad Sa'id bin Hasanuddin, Imam Singapura, menyebutkan bahwa
Muhammad Sa'ad bin Muhammad Thasin al-Banjari mengambil tariqat (berbaiat)
dari gurunya, Syeikh Ahmad Khatib sedang berada di Makkah menjalani khalwat.
Manuskrip ini menyebutkan bahwa baiat ini terjadi pada hari Rabu ketujuh bulan
Dzulhijjah, tahun 1286 H. Jadi berarti pada tanggal 7 Dzulhijah 1286 H. Syeikh
Ahmad Khathib Sambas masih hidup. Oleh tanggal wafat Syeikh Ahmad Khatib
Sambas, yang wafat tahun 1289 H. yang disebut oleh Umar Abdul Jabbar lebih
mendekati kebenaran. Wallahu A’lam Bisshowab (Syaifullah Amin)
Sumber : nu.or.id
www.tris.co.nr 4