You are on page 1of 46

Surat

An-Naas
Muhtawa Mawashofat yang
ingin dicapai

Sasaran
Pembelajaran Tujuan Umum

Sarana Evaluasi Arah


dan Mutaba’ah Maddah Tujuan Khusus

Pilihan Kegiatan
Pendukung Sasaran Afektif

Kegiatan Sasaran
Pembelajaran Psikomotorik
Muwashafat yang ingin dicapai

• Hafal surat Adh-dhuha sampai An-Naas


• Tidak berhubungan dengan jin (p)
• Tidak meminta tolong kepada orang yang berlindung
kepada jin (p)
• Tidak menghadiri majlis dukun dan peramal (p)
• Mengimani rukun iman (s)
• Tidak mengadu domba (p)
• Tidak ghibah (p)
• Menjauhi dosa besar (p)

Rasm
I. TUJUAN UMUM
Memperkuat tali ikatan dengan
Kitabullah, dasar pemahaman yang
benar, penanaman cinta, penguasaan
untuk mengajarinya, merasa terikat
dengan taujihnya, mengamalkan
kandungannya, memburnikan sasaran-
sasaran dengan menyesuaikan ruang
dan waktu, dan kembali kepada Al-
Qur’an ketika berselisih.
Rasm
II. TUJUAN KHUSUS
1. Menjelaskan kosa kata dan
dilalahnya
2. Menjelaskan surat yang setara
dengan sepertiga surat dengan
menerangkan dalil-dalilnya dari
sunah
3. Mengenali surat-surat pengusir
syetan, pembatal sihir, dan penjaga
manusia dari godaan syetan
Rasm
III. SASARAN AFEKTIF
1. Baik bacaannya, hafalan dan pemahaman kandungan surat.
2. Meluruskan pemahaman yang salah yang ada di Masyarakat.
3. Tetap bertawakal kepada Allah dan bergantung kepadaNya
4. Senantiasa mempersiapakan diri untuk bertemu Allah dengan
bekal ketakwaan
5. Mencari petunjuk dari ayat-ayat Allah swt dalam pembahasan
ilmiah.
6. Menjauhi para penjajah nafsu orang munafik da berlindung
kepada Allah dari mereka

Rasm
IV. SASARAN PSIKOMOTORIK.

1. Memperindah bacaan surah


Annas
2. selalu mewiridkan surat Annas
diwaktu pagi dan petang
3. membacanya pada waktu-
waktu tertentu

Rasm
V. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah:


1. Kegiatan Pembuka
 Mengkomunikasikan tentang urgensi mengkaji Tafsir surat An-Nas
2. Kegiatan Inti:
• Kajian tentang Tafsir surat An-Nas
• Berdikusi dan tanya jawab seputar pokok bahasan ( lihat tujuan
Kognitif, afektif dan psikomotor
• Penekanan dari murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung
dalam materi tersebut
3. Kegiatan Penutup:
 Tugas mandiri (lihat kegiatan pendukung)
 Evaluasi (dibuat soal sesuai tujuan khusus, afektif, dan psikomotor)

Rasm
VI. PILIHAN KEGIATAN PENDUKUNG.
1. Belajar membaca surat Al-Qur’an dan menghapalnya
2. Mendokumentasikan film yang berbicara tentang kehebatan Al-
Qur’an.
3. Merangkum inti-inti surat dan menulisnya pada kertas di dinding agar
mudah dihafal .
4. Menulis cerita yang berkenaan dengan kemulian orang yang bertaqwa
dan kehinaan orang yang durhaka
5. Mengadakan Rihlah individu untuk merenungi ayat-ayat Allah.
6. Mengadakan halaqah tahsin Al-Qur’an beserta tafsir untuk remaja dan
pemuda.
7. Membahas rahasia-rahasia dan mukjizat yang ada dalam Al-Qur’an
8. Melengkapi buku-buku kaset video dan kaset tafsir yang sederhana
9. Melengkapi kaset-kaset muratal di perpustakaan masjid seperti
murattal Syaikh Mahmud Al-Hushori.

Rasm
VII. SARANA EVALUASI DAN MUTABA’AH.

1. Menguji peserta sekitar hukum-hukum


tajwid baik teori maupun praktek
2. Menguji hafalan surat setiap peserta secara
lafazh dan maknanya
3. Mengevaluasi perilaku peserta dan
komitmennya terhadap adab-adab Al-Quran
4. Membuat format untuk mengevaluasi
keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan di
atas
Rasm
VIII. SASARAN PEMBELAJARAN.

1. Paruh kedua dari Juz Amma (Al-‘ala s/d An-nas)


2. Menjelaskan makna dari kosakata dan dilalah yang ada
3. Menerangkan kesesuian risalah Islam dengan ciptaan
Allah.
4. Menyebutkan tugas-tugas Rasul dari kesimpulan surat
tersebut .
5. Menjelaskan kehancuran orang-orang zhalim dan
dampaknya dalam kemenangan dakwah para da’i, dan
meluasnya dakwah islamiyyah.
6. Menerangkan rahasia dibalik ujian Allah, dan pengaruh
ujian tersebut terhadap manusia, dan bagaimana sikap
seorang mukmin menghadapinya.
7. Menjelaskan fadilah menyegerakan berbuat kebajikan.
8. Memaparkan peranan dai dalam menyebarluaskan akhlak
islami
Rasm
‫‪Muhtawa‬‬
‫ُمقَ ِّد َمةٌ‬

‫َر ُّب النَّا ِ‬ ‫س ْو َرةُ النَّا ِ‬


‫س‬
‫س‬ ‫ُ‬

‫تفسير اآليات‬
‫َملِ ِك النَّا ِ‬
‫س‬ ‫ص َد ُر‬
‫َم ْ‬
‫ستِ َعا َذ ِة‬
‫اال ْ‬
‫ِ‬

‫إِلَ ِه النَّا ِ‬
‫س‬ ‫ستِ َعا َذةُ‬
‫اال ْ‬
‫ِ‬
‫س فِي‬‫س ِو ُ‬ ‫يُ َو ْ‬ ‫ش ُر ْو ُر‬
‫من ُ‬ ‫ع‬‫نَ ْو ُ‬
‫الصد ُْو ِر‬
‫ُّ‬ ‫س‬‫س َوا ِ‬ ‫ا ْل َو ْ‬ ‫ستِ َعا َذ ِة‬
‫اال ْ‬
‫ِ‬

‫النَّ ُ‬
‫اس‬ ‫ا ْل ِجنَّةُ‬
‫‪Rasm‬‬
Pendahuluan
Teks surat An-Naas
ِ ‫س ا ْل َخنَّا‬
)4( ‫س‬ ْ ‫ش ِّر ا ْل َو‬
ِ ‫س َوا‬ َ ْ‫) ِمن‬3( ‫س‬ ِ ‫) إِلَ ِه النَّا‬2( ‫س‬
ِ ‫) َملِ ِك النَّا‬1( ‫س‬ ِ ‫ب النَّا‬ ُ ‫قُ ْل أَع‬
ِّ ‫ُوذ بِ َر‬
)6( ‫س‬ ِ ‫) ِم َن ا ْل ِجنَّ ِة َوالنَّا‬5( ‫س‬ ِ ‫ص ُدو ِر النَّا‬
ُ ‫س فِي‬ ْ ‫الَّ ِذي يُ َو‬
ُ ‫س ِو‬
1. Katakanlah, "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia. 2. Raja manusia. 3. Sembahan manusia. 4.
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, 5. Yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan)
jin dan manusia. 6. Dari (golongan) jin dan manusia."
Kedudukan dan keuatamaan surat
An-Naas

Menurut pendapat para ulama di


bidang tafsir, diantaranya Ibnu
Katsir, Asy Syafi’i dan Asy Syaikh
Abdurrahman As Sa’dy bahwa
surat An-Naas termasuk golongan
surat Makkiyah (turun sebelum
hijrah).
 Surat An Naas merupakan salah satu Al
Mu’awwidzataini. Yaitu dua surat yang mengandung
permohonan perlindungan, yang satunya adalah surat
Al Falaq.
 Kedua surat ini memiliki kedudukan yang tinggi
diantara surat-surat yang lainnya. Rasulullah SAW
bersabda:
ُّ َ‫ َل أَ ْو أُ ْن ِزلَتْ َعلَ َّي آيَاتٌ لَ ْم يُ َر ِم ْثلُ ُه َّن ق‬z‫أُ ْن ِز‬
‫ط ا ْل ُم َع ِّو َذتَ ْي ِن‬
“Telah diturunkan kepadaku ayat-ayat yang tidak semisal dengannya yaitu Al
Mu’awwidataini (surat An Naas dan surat Al Falaq).” (Muslim no. 814,
Tirmidzi no. 2827, Nasa’i no. 944)

 Setelah turunnya dua surat ini, Rasulullah SAW


mencukupkan keduanya sebagai bacaan (wirid) untuk
membentengi diri dari pandangan jelek jin maupun manusia.
(Tirmidzi no. 1984, dari shahabat Abu Sa’id ra)
 Namun bila disebut Al Mu’awwidzat, maka
yang dimaksud adalah dua surat ini dan surat Al
Ikhlash. Al Mu’awwidzat, salah satu bacaan
wirid/dzikir yang disunnahkan untuk dibaca
sehabis shalat. Shahabat ‘Uqbah bin ‘Amir
membawakan hadits dari Rasulullah SAW, bahwa
beliau SAW bersabda:

‫صالَ ٍة‬ ‫ل‬ ُ


‫ك‬ ‫ر‬
َ ِّ ِ ُ ْ‫ب‬‫د‬ُ ‫ِي‬ ‫ف‬ ِ
‫ت‬ ‫ا‬ َ
‫ذ‬ ‫و‬ ‫ع‬ ‫م‬
ِّ َ ُ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫وا‬ُ ‫ا ْق َرأ‬
“Bacalah Al Mu’awwidzat pada setiap sehabis
shalat.” (Abu Dawud no. 1523, dishahihkan oleh
Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no.
1514)
 Al Mu’awwidzat juga dijadikan wirid/dzikir di waktu pagi
dan sore. Nabi saw bersabda: “Barangsiapa yang
membacanya sebanyak tiga kali diwaktu pagi dan sore,
niscaya Allah subhanahu wata’ala akan mencukupinya
dari segala sesuatu”. (Abu Daud no. 4419, Naasaa’i no.
5333, dan Tirmidzi no. 3399)
 Demikian pula disunnahkan membaca Al Mu’awwidztat
sebelum tidur. Caranya, membaca ketiga surat ini lalu
meniupkan pada kedua telapak tangannya, kemudian
diusapkan ke kepala, wajah dan seterusnya ke seluruh
anggota badan, sebanyak tiga kali. (Bukhari 4630
 Al Muawwidzat juga bisa dijadikan bacaan ‘ruqyah’
(pengobatan ala islami dengan membaca ayat-ayat Al
Qur’an). Dipenghujung kehidupan Rasulullah saw, beliau
dalam keadaan sakit. Beliau meruqyah dirinya dengan
membaca Al Muawwidzat, ketika sakitnya semakin parah,
maka Aisyah yang membacakan ruqyah dengan Al
Muawwidzat tersebut. (Al Bukhari no. 4085 dan Muslim
no. 2195)
HUBUNGAN SURAT
Hubungan surat An-Naas dengan surat sebelumnya
◦ Kedua-duanya sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya
kepada Allah-lah menyerahkan diri dari segala kejahatan
◦ Surat Al-Falaq memerintahkan untuk memohon perlindungan dari
segala bentuk kejahatan, sedang surat An-Naas memerintahkan
untuk memohon perlindungan dari jin dan manusia.
TAFSIR
AYAT
Kosa Kata
Arti Mufradat

1. Yang membisikkkan kata-kata ‫الو ْس َواس‬


َ .1
jahat di dada manusia.
2. Bentuk hiperbola dari kata Al- ِ ‫ اخلَن‬.2
‫َّاس‬
Khunus yang berarti kembali atau
terlambat. Karena kalau ia diusir ia
mundur dan kembali.
3. Makhluk tersembunyi, tidak ada
yang mengetahuinya selain ‫ ِم َن اجلِنَّة‬.3
Penciptanya.
TAFSIR AYAT 1-3
Memohon perlindungan kepada Allah

‫س‬
ِ ‫ا‬َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ب‬
ِّ ‫ر‬
َ ِ ‫ب‬ ُ
‫وذ‬‫ع‬ُ َ ‫أ‬ ‫ل‬ُ
ْ‫ق‬
“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Aku
berlindung kepada Rabb manusia.”
‫س‬ َّ
ِ ‫َملِ ِك الن‬
‫ا‬
“Raja manusia.”
‫س‬
ِ ‫ا‬َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ه‬
ِ َ ‫إِل‬
“Sembahan manusia.”
 Tiga ayat diatas merupakan sebuah tarbiyah ilahiyah, Allah
memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk memohon perlindungan hanya
kepada-Nya. Karena Dia adalah:
* Rabb (yaitu sebagai pencipta, pengatur, dan pemberi rizki),
* Al Malik (pemilik dari segala sesuatu yang ada di alam ini),
* Al Ilah (satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi).
 Dengan ketiga sifat Allah SWT ini, Nabi Muhammad diperintah
untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya, dari kejelekan was-
was yang dihembuskan syaithan dan dari kejahatan karena kedengkian
jin dan manuisa.
 Sebuah pendidikan Rabbani, bahwa semua yang makhluk Allah SWT
adalah hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nya SWT. Termasuk
Nabi Muhammad SAW beliau adalah manusia biasa yang butuh akan
pertolongan-Nya. Sehingga beliau adalah hamba yang tidak boleh
disembah, bukan tempat untuk meminta pertolongan dan perlindungan,
dan bukan tempat bergantung.
TAFSIR AYAT 4
Jenis permohonan perlindungan

ِ ‫اس ا ْل َخ َّن‬
‫اس‬ ِ ‫ش ِّر ا ْل َو ْس َو‬
َ ‫مِن‬
“Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi.”

 Makna Al was-was adalah bisikan yang betul-betul tersembunyi dan


samar,  Sementara makna al khannas adalah mundur.
Bagaimana maksud dari ayat ini?
 Maksudnya, bahwasanya syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan
yang menyesatkan manusia disaat manusia lalai dari berdzikir kepada Allah
SWT. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Rabb yang Maha Pemurah
(Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan). Maka
syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az Zukhruf:
36)
Adapun ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala,
maka syaithan bersifat khannas yaitu ‘mundur’ dari perbuatan menyesatkan
manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang
yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.” (An Nahl: 99)
Al Imam Ibnu Katsir di dalam
kitab tafsirnya ketika membawakan
penafsiran dari Sa’id bin Jubair dan
Ibnu ‘Abbas, yaitu: “Syaithan
bercokol di dalam hati manusia,
apabila dia lalai atau lupa maka
syaithan menghembuskan was-was
padanya, dan ketika dia mengingat
Allah subhanahu wata’ala maka
syaithan lari darinya.
TAFSIR AYAT 5
Cara kejahatan
‫اس‬
ِ ‫ُور ال َّن‬
ِ ‫صد‬ُ ‫س فِي‬ ُ ‫ا َّلذِي ُي َو ْس ِو‬
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”
Inilah misi syaithan yang selalu berupaya menghembuskan was-was
kepada manusia;
* Menghiasi kebatilan sedemikian indah dan menarik.
* Mengemas kebenaran dengan kemasan yang buruk.
Sehingga seakan-akan yang batil itu tampak benar dan yang benar itu
tampak batil.
Cobalah perhatikan, bagaimana rayuan manis syaithan yang
dihembuskan kepada Nabi Adam dan istrinya. Allah SWT kisahkan
dalam firman-Nya :
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk
menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu
auratnya, dan syaitan berkata: “Rabb-mu tidak melarangmu untuk
mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi
malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam al
jannah/surga)”. (Al A’raf: 20)
Demikian pula, kisah ketika Rasulullah saw sedang beri’tikaf.
Shafiyyah bintu Huyay (salah seorang istri beliau saw)
mengunjunginya di malam hari. Setelah berbincang beberapa
saat, maka Rasulullah saw mengantarkannya pulang ke
kediamannya. Namun perjalanan keduanya dilihat oleh dua
orang Al Anshar. Kemudian syaithan menghembuskan ke dalam
hati keduanya perasaan was-was (curiga). Rasulullah saw
melihat gelagat yang kurang baik dari keduanya. Oleh karena itu
Rasulullah saw segera mengejarnya, seraya bersabda:
.‫سو َل هللا‬ ُ ‫ان هللا يَا َر‬
َ ‫س ْب َح‬ ُ :َ‫صفِيَّةُ ِب ْنتُ ُحيَ ّي فَقَاال‬ ْ ‫َعلَى ِر‬
َ ‫ إِنَّ َها‬,‫سلِ ُك َما‬
ْ‫ش ْيتُ أَن‬
ِ ‫ َوإِنِّي َخ‬,‫ان يَ ْج ِري ِم ِن ا ْب ِن آ َد َم َم ْج َرى ال َّدم‬ َّ ‫ إِ َّن ال‬:‫فَقَا َل‬
َ ‫ش ْي‬
َ ‫ط‬
َ ‫ أَ ْو‬,ً‫ش ْيئا‬
‫ش ًّرا‬ َ ‫يُ ْق َذ‬.
َ ‫ف فِي قُلُوبِ ُك َما‬
“Tenanglah kalian berdua, dia adalah Shafiyyah bintu Huyay. Mereka
berdua berkata: “Maha Suci Allah wahai Rasulullah. Maka Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya syaithan mengalir di tubuh bani Adam sesuai
dengan aliran darah, dan aku khawatir dihembuskan kepada kalian
sesuatu atau keburukan.” (H.R Muslim no. 2175)
Demikianlah watak syaithan selalu menghembuskan
bisikan-bisikan jahat ke dalam hati manusia. Apalagi Allah
subhanahu wata’ala dengan segala hikmah-Nya telah
menciptakan ‘pendamping’ (dari kalangan jin) bagi setiap
manusia, bahkan Rasulullah saw juga ada
pendampingnya. Sebagimana sabdanya shalallahu ‘alaihi
wasallam:
‫ َوإِيَّا َك‬:‫ قَالُوا‬،‫الج ِّن‬ ِ ‫َما ِم ْن ُك ْم ِمنْ أَ َح ٍد إِالّ َقَ ْد ُو ِّك َل بِ ِه قَ ِر ْينُهُ ِم َن‬
،‫سلَ َم‬ ْ َ ‫ إِالَّ أَ َّن هللا أَ َعانَنِي َعلَ ْي ِه فَأ‬،‫ي‬ َ ‫ َوإِيَّا‬:‫سو َل هللا ؟ قَا َل‬ ُ z‫يَا َر‬
.‫فَالَ يَأْ ُم ُرنِي إِالَّبِ َخ ْي ٍر‬
“Tidaklah salah seorang dari kalian kecuali diberikan seorang pendamping dari
kalangan jin, maka para shahabat berkata: Apakah termasuk engkau wahai
Rasulullah? Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Ya, hanya saja
Allah telah menolongku darinya, karena ia telah masuk Islam, maka dia tidaklah
memerintahkan kepadaku kecuali kebaikan”. (Muslim no. 2814)
TAFSIR AYAT 6
Sumber kejahatan

ِ ‫ِم َن ا ْل ِجنَّ ِة َو النَّا‬


‫س‬
“Dari (golongan) jin dan manusia.”

Dari ayat ini tampak jelas bahwa yang melakukan bisikan ke dalam dada
manusia tidak hanya dari golongan jin, bahkan manusia pun bisa
berperan sebagai syaithan. Hal ini juga dipertegas dalam ayat lain:
“Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu
syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka
membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang
indah-indah untuk menipu (manusia)” (Al An’am: 112)
Maka salah satu jalan keluar dari bisikan dan godaan syaithan baik dari
kalangan jin dan manusia adalah sebagaimana firman Allah SWT: “Dan
jika syaithan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah
perlindungan kepada Allah.” (Fushshilat: 36)
PENUTUP
 Melalui surat ini jelas bagi kita bahwa
memohon pertolongan dan perlindungan
hanya kepada Allah subhanahu wata’ala
semata.
 Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh
makhluk berada di bawah pengaturan dan
kekuasaan-Nya subhanahu wata’ala.
 Bahwa semua kejadian ini terjadi atas
kehendak-Nya SWT.
 Dan tiada yang bisa memberikan
pertolongan dan menolak mudharat kecuali
atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala pula.
Semoga Allah SWT
menjadikan kita sebagai
hamba-hamba-Nya yang
senantiasa meminta
pertolongan, perlindungan
dan mengikhlaskan seluruh
peribadahan hanya kepada-
Nya.
Dalam tafsir fi
Zhilalil Qur’an
‫ َملِ ِك‬، ‫اس‬ ِ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ِّ‫ب‬ ‫ر‬
َ ‫ب‬
ِ ‫ة‬ِ ‫ر‬
َ ‫ُو‬ ْ ‫س‬ ‫ال‬ ‫ه‬
ِ ‫ذ‬ ِ ‫ه‬
َ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ُ ‫ة‬ َ
‫ذ‬ ‫اإلسْ ِت َعا‬
ِ
ُّ‫ َشر‬: ‫ َو ْالمُسْ َت َع ُاذ ِم ْن ُه ه َُو‬. ‫اس‬ ِ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ه‬ ِ َ
‫ل‬ ِ ِ ‫ال‬
‫إ‬ ، ‫اس‬ ‫ن‬ َّ
‫ص ُد ْو ِر‬ُ ‫ الَّ ِذي ي َُوسْ ِوسُ ِفي‬، ‫اس‬ ِ ‫ن‬ َّ ‫خ‬َ ْ
‫ال‬ ‫اس‬ ِ ‫و‬َ ْ‫س‬ ‫و‬ َ ْ
‫ال‬
. ‫اس‬ ِ َّ
‫ن‬ ‫ال‬‫و‬َ ‫ة‬
ِ َّ
‫ن‬ ‫ج‬
ِ ْ
‫ال‬ ‫ن‬
َ ‫م‬
ِ ، ‫اس‬ ِ ‫ال‬ ‫ن‬ َّ
Memohon perlindungan yang disebutkan
pada surat ini adalah kepada Tuhan
manusia, raja manusia dan sembahan
manuisa.
Yang dimintakan perlindungan darinya
adalah
Jahatnya bisikan yang bersumber dalam
dada manusia; baik dari jin atau manuisa
، ‫ اإلِ َل ُه‬، ‫ ْال َملِ ِك‬، ِّ‫السْ ِت َعا َذةُ ِبالرَّ ب‬ ِ ‫َوا‬
‫هللا ُسب َْحا َن ُه َما ِب ِه َي ْد َف ُع‬
ِ ‫ت‬ ِ ‫ص َفا‬ ِ ْ‫ض ُر ِمن‬ ِ ْ‫َتسْ َتح‬
.‫ص ًة‬ َ ‫اس َخا‬ ِ َّ
‫ن‬ َ
‫خ‬ ْ
‫ال‬ ‫اس‬
ِ ‫و‬َ ْ‫س‬‫و‬َ ْ
‫ال‬ َّ‫ر‬ ‫ش‬َ ‫و‬
َ ، ‫ة‬ً ‫م‬ َ ‫ا‬ ‫ع‬َ َّ‫ر‬ َّ
‫ش‬ ‫ال‬
Memohon perlindungan kepada
Tuhan, Raja dan Ilah akan
menghadirkan sifat-sifat Allah
yang dapat menolak segala
kejahatan secara umum dan
kejahatan bisikan secara khusus.
. ‫اعي َو ْال َحا ِمي‬ ِ َّ‫بِّي َو ْالم َُوجِّ ُه َوالر‬m‫َفالرَّ بُّ ه َُو ْال ُم َر‬
‫ َواإلِ َل ُه ه َُو ْالمُسْ َتعْ لِي‬. ُ‫صرِّ ف‬ َ ‫ك ْال َحا ِك ُم ْال ُم َت‬ُ ِ‫ك ه َُو ْال َمال‬ ُ ِ‫َو ْال َمل‬
‫ِّر‬m ‫ات ِف ْي َها ِح َما َي ٌة ِم َن ال َّش‬
ُ ‫ص َف‬ِّ ‫ َو َه ِذ ِه ال‬. . ‫ط‬ ُ ِّ‫ْالمُسْ َت ْولِي ْال ُم َت َسل‬
َ ‫ َو ِه َي الَ َتعْ ِرفُ َكي‬. . ‫ص ُد ْو ِر‬
‫ْف َت ْد َف ُع ُه‬ ُّ ‫الَّ ِذي َي َتدَ سَّسُ إِ َلى ال‬
. ‫ألَ َّن ُه َمسْ ُت ْو ٌر‬
Ar-Rabb adalah murabbi (yang membimbing,
mengarahkan, memelihara dan melindungi.
Al-Malik adalah yang memiliki, yang menentukan dan
mengatur.
Al-Ilah adalah yang Maha tinggi, berkuasa dan
menekan.
Sifat-sifat ini dapat memberikan perlindungan dari
segala kejahatan yang berasal dari dada (hati), yang
kebanyakan manusia tidak mampu melakukannya karena
tersembunyi
، ‫ك ُك ِّل َشيْ ٍء‬ ُ ِ‫ َو َمل‬، ‫َوهللاُ َربُّ ُك ِّل َشيْ ٍء‬
‫ص ْيصُ ِذ ْك ِر‬ ِ ‫ َو َل ِك ْن َت ْخ‬. ‫َوإِ َل ُه ُك ِّل َش ْي ٍء‬
‫ ْم َي ُحس ُّْو َن ِب ْالقُ ْر َبى ِفي‬m‫اس ُه َنا َي ْج َعلُ ُه‬
ِ ‫ال‬ َّ
‫ن‬
. ‫ف ْال ِع َيا ِذ َواالِحْ ِت َما ِء‬ ِ ‫َم ْو ِق‬
Allah adalah Pengatur dan penata dari segala
sesuatu, pemilik dari segala sesuatu dan Ilah
(Tuhan) yang berhak disembah dari segala
sesuatu. Namun dikhususkan penyebutan beriring
dengan sebutan manusia membuat mereka
merasakan kedekatan terutama pada saat
memohon perlindungan dan penjagaan.
‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫َوهللاُ ِب َرحْ َم ٍة ِم ْن ُه ي َُوجِّ ُه َرس ُْو َل ُه‬
‫ار َم َعا ِني‬ ‫ض‬
َ ْ‫ح‬ ‫ت‬
ِ ْ‫اس‬ ‫ع‬َ ‫م‬
َ ، ‫ه‬
ِ ْ
‫ي‬ َ
‫ل‬ ‫إ‬ ‫ء‬
ِ ‫ا‬‫ج‬َ ‫ت‬
ِ ْ
‫ل‬ ِ ‫ال‬ ‫ا‬‫و‬َ ‫ه‬
ِ ‫ب‬ ‫ذ‬
ِ ‫ا‬‫ي‬َ ‫ع‬
ِ ْ
‫ال‬ ‫ى‬ َ
‫ل‬ ‫إ‬ ‫ه‬
ُ َ
‫ت‬ ‫م‬
َّ ُ ‫َوأ‬
ِ ِ ِ ِ
َّ‫ الَ ِق َب َل َل ُه ْم ِبدَ ْف ِع ِه إِال‬، ‫ب‬ ِ ‫ ِمنْ َشرٍّ َخ ِفيِّ ال َّد ِب ْي‬، ‫ص َفا ِت ِه َه ِذ ِه‬ ِ
َ‫ْث ال‬ُ ‫ َفه َُو َيأْ ُخ ُذ ُه ْم ِمنْ َحي‬. ‫ِب َع ْو ٍن ِم َن الرَّ بِّ ْال َملِ ِك اإلِ َل ِه‬
.. ‫ْث الَ َيحْ َت ِسب ُْو َن‬ ُ ‫ َو َيأْ ِتي ِْه ْم ِمنْ َحي‬، ‫َي ْش ُعر ُْو َن‬
Allah dengan rahmat-Nya memberikan pengarahan
kepada Rasulullah saw dan umat untuk senantiasa
berlindung dan bersimpuh kepada-Nya, diiringi dengan
menghadirkan makna dari sifat-sifat-Nya dari berbagai
bisikan yang tersembunyi yang tidak memiliki kekuatan
untuk menghadapinya kecuali dengan pertolongan
Allah; Rabb, al-Malik dan al-Ilah. Karena bisikan tersebut
hadir dari arah yang tidak dapat mereka rasakan, datang
dari arah yang tidak mereka duga.
. . } ‫اس‬ ِ ‫ { ْال َوسْ َو‬: ً‫ص َف َة أَوَّ ال‬
ِ ‫اس ْال َخ َّن‬ ِّ ‫َو َق ْد أَ ْط َل َق ال َّنصُّ ال‬
‫ ُث َّم َح َّد َد‬. } ‫اس‬ ُ ‫ { الَّ ِذيْ ي َُوسْ ِوسُ ِفي‬: ‫َو َح َّد َد َع َم َل ُه‬
ِ ‫ص ُد ْو ِر ال َّن‬
ِّ‫ َو َه َذا ال َّترْ ِتيْبُ ُي ِث ْي ُر ِفي ْال ِحس‬. . } ‫اس‬ ِ ‫ { ِم َن ْال ِج َّن ِة َوال َّن‬: ‫َما ِه َي ُت ُه‬
‫ َبعْ َد‬، ‫اس‬ ِ ‫اس ْال َخ َّن‬ِ ‫ت َواالِ ْن ِت َباهُ لِ ُت َبي َِّن َح ِق ْي َق َة ْال َوسْ َو‬ُ ‫ْال َي ِق َظ ُة َوال َّت َل ُّف‬
ِ ‫ص َف ِت ِه ِفي أَوَّ ِل ْال َكالَ ِم؛ َوإلِ ْد َر‬
‫اك َط ِر ْي َق َة ِفعْ لِ ِه الَّ ِتي َي َت َح َّق ُق‬ ِ ‫إِ ْطالَ ِق‬
!‫ َتأ َ ُّهبًا لِ َد ْف ِع ِه أَ ْو م َُرا َق َب ِت ِه‬، ُ‫ِب َها َشرَّ ه‬
Dalam nash disebutkan sifat pertama: “Al-Was was al-
khannas” (bisikan orang yang kembali), dan menetapkan
pekerjaannya “yang membisikkan di dada manusia” kemudian
ditetapkan pula substansinya “dari jin dan manusia”.
Urutan ini membangkitkan perasaan sadar, hati-hati dan
perhatian untuk menjelaskan bisikan al-khannas, setelah
menyebutkan secara global karakternya pada awal pembicaraan;
ini untuk memberikan pemahaman akan pebuatan yang
mengarah pada kejahatan dan memberikan arahan untuk
menolak atau memantaunya!
َّ‫اظ أَن‬ ِ ‫ْق َواإلِ ْي َق‬ ِ ‫فُ َبعْ دَ َه َذا ال َّت ْش ِوي‬m‫َوال َّن ْفسُ ِحي َْن َتعْ ِر‬
‫اس ُخ ْف َي ًة‬ِ َّ
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ر‬
ِ ‫و‬ ْ ُ
‫د‬ ‫ص‬
ُ ‫ي‬ ‫ف‬
ِ ُ‫س‬ ‫و‬ِ ْ‫س‬ ‫ُو‬ َ ‫ي‬ ‫اس‬
َ َّ
‫ن‬ َ
‫خ‬ ْ
‫ال‬ ‫اس‬
َ ‫و‬َ ْ‫س‬ ‫و‬ َ ْ
‫ال‬
‫ك ال َّناسُ الَّ ِذي َْن‬ َ ِ‫ َوه َُو َك َذل‬، ‫ َوأَ َّن ُه ه َُو ْال ِج َّن ُة ْال َخا ِف َي ُة‬، ً‫ا‬m‫َو ِسر‬
‫ َوي َُوسْ ِوس ُْو َن‬، ‫ُّس ْال ِج َّن ِة‬ َ ‫ص ُد ْو ِر َتدَ س‬ ُّ ‫َي َتدَ َّسس ُْو َن إِ َلى ال‬
ُ‫فُ َه َذا َت َتأَهَّب‬m‫ ال َّن ْفسُ ِحي َْن َتعْ ِر‬. . ‫ْن‬ ِ ‫اطي‬ِ ‫َوسْ َو َس َة ال َّش ِي‬
َّ ‫ت ْال َم ْك َم َن َو ْال َم ْد َخ َل َو‬ ْ ‫ َو َق ْد َع َر َف‬، ‫اع‬
!‫الط ِري َْق‬ ِ ‫لِل ِّد َف‬
Dan kata “jiwa” ketika dipahami setelah adalah kesadaran dan
kehati-hatian bahwa bisikan al-khannas senantiasa membisikkan di
dalam dada manusia secara sembunyi-sembunyi dan rahasia, adalah
Jin yang tidak tampak, dan manusia yang selalu membisikkannya ke
dada manusia seperti yang dilakukan oleh jin.. Dan mereka
membisikkan itu seperti halnya bisikan syaitan.. Dan karena itu, jika
jiwa telah memahami ini maka akan tergerak untuk
mempertahankkannya, karena dirinya telah mengetahui celahnya,
tempat masuknya danjalannya!.
‫ْف َت ِت ُّم ‪َ ،‬و َل ِك َّنا‬ ‫َو َوسْ َو َس ُة ْال ِج َّن ُة َنحْ نُ الَ َن ْد ِري َكي َ‬
‫س َو َوا ِق ُع ْال َح َيا ِة ‪َ .‬و َنعْ ِرفُ‬ ‫ِ‬ ‫و‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ف‬ ‫ُّ‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ع‬
‫ِ‬ ‫ق‬
‫ِ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ي‬ ‫ف‬
‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫ار‬
‫َ‬ ‫ث‬ ‫َ‬ ‫آ‬ ‫ُ‬
‫د‬ ‫ج‬
‫ِ‬ ‫َ‬
‫ن‬
‫أَنَّ ْال َمعْ َر َك َة َبي َْن آدَ َم َوإِ ْبلِيْسُ َق ِد ْي َم ٌة َق ِد ْي َم ٌة؛ َوأَنَّ‬
‫ان َق ْد أَعْ َل َن َها َحرْ با ً َت ْن َب ِث ُق ِمنْ َخلِ ْي َق ِة ال َّشرِّ ِف ْي ِه ‪،‬‬ ‫ال َّش ْي َط َ‬
‫ان! َوأَ َّن ُه َق ْد‬ ‫َو ِمنْ ِكب ِْر َيا ِئ ِه َو َح َس ِد ِه َو َح ْق ِد ِه َع َلى اإلِ ْن َس ِ‬
‫هللا إِ ْذنا ً ‪َ ،‬فأ َ َذ َن ِف ْي َها ُسب َْحا َن ُه لِ ِح ْك َم ٍة‬ ‫اسْ َتصْ دَ َر ِب َها ِم َن ِ‬
‫ان ِف ْي َها م َُجرَّ داً ِم َن ْال ُع َّد ِة ‪َ .‬ف َق ْد‬ ‫ُك اإلِ ْن َس َ‬ ‫َي َرا َها! َو َل ْم َي ْتر ِ‬
‫الذ ْك ِر ُع َّد ًة ‪،‬‬ ‫ان ُج َّن ًة ‪َ ،‬و َج َع َل َل ُه ِم َن ِّ‬ ‫ِ ِ‬ ‫م‬‫َ‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫اإل‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫م‬ ‫ِ‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫َج َع َل‬
‫اإل ْن َسانُ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ف‬ ‫غ‬‫ْ‬ ‫السْ ِت َعا َذ ِة ِسالَحا ً ‪َ . .‬فإِ َذا أَ‬ ‫ِ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫َ‬ ‫م‬ ‫ِ‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫َ‬
‫ل‬ ‫َو َج َع َل‬
‫ِ‬
‫ُج َّن َت ُه َو ُع َّد َت ُه َو ِسالَ َح ُه َفه َُو إِ َذنْ َوحْ َدهُ ْال َملُ ْو ُم!‬
Adapun bisikan jin kita tidak mengetahui bagaimana
caranya, namun kita mendapatkannya melalui dampak yang
terjadi di dalam tubuh setiap jiwa dan realita kehidupan.
Sebagaimana kita fahami bahwa perang antara Adam dan
Iblis adalah laten; dan syetan telah mengumandangkan
perang yang bersumber dari akhlak yang jahat di dalamnya,
oleh karena kesombongannya, kedengkitannya,
kebenciannya terhadap manusia! Dan syaitan telah meminta
izin kepada Allah dan Allah mengizinkan untuk melihat
adanya hikmah dibalik semua itu! Sementara manusia tidak
dibiarkan begitu saja, namun diberikan kepadanya benteng
dan menjadikan zikir sebagai tameng dan menjadikan
istiadzah sebagai senjata… karena itu jika manusia lalu;
bentengnya, perangkatnya dan senjatanya maka pada
hakikatnya dia sendiri yang tercela!
‫ قال رسو ُل هللا صلى‬: ‫َّاس َقا َل‬ ٍ ‫ْن َعب‬
ِ ‫َع ِن اب‬
ِ ‫ «ال َّشيطانُ َجا ِث ٌم على َق ْل‬: ‫هللا عليه وسلم‬
‫ب‬
َ ‫ذكر هّللا َخ َن‬
‫س وإذا َغ َف َل‬ َ ‫ فإذا‬، ‫ابن آدَ َم‬
ِ
»‫س‬َ ‫َوسْ َو‬
Dari ibnu Abbas RA berkata: Nabi saw
bersabda: “Syaitan selalu berada di hati
anak cucu Adam, jika ia berdzikir kepada
Allah maka ia akan menjauh namun jika
lengah maka ia akan membisiki” (Jami’ Al-
Ushul)
‫وأما الناس فنحن نعرف عن وسوستهم الشيء الكثير ‪ .‬ونعرف منها ما‬
‫هو أشد من وسوسة الشياطين!‬
‫رفيق السوء الذي يتدسس بالشر إلى قلب رفيقه وعقله من حيث ال‬
‫يحتسب ومن حيث ال يحترس ‪ ،‬ألنه الرفيق المأمون!‬
‫وحاشية الشر التي توسوس لكل ذي سلطان حتى تتركه طاغية جباراً‬
‫مفسداً في األرض ‪ ،‬مهلكا ً للحرث والنسل!‬
‫والنمام الواشي الذي يزين الكالم ويزحلقه ‪ ،‬حتى يبدو كأنه الحق‬
‫الصراح الذي ال مرية فيه ‪.‬‬
‫وبائع الشهوات الذي يتدسس من منافذ الغريزة في إغراء ال تدفعه إال‬
‫يقظة القلب وعون هللا ‪.‬‬
‫وعشرات من الموسوسين الخناسين الذين ينصبون األحابيل ويخفونها ‪،‬‬
‫ويدخلون بها من منافذ القلوب الخفية التي يعرفونها أو يتحسسونها ‪ . .‬وهم‬
‫شر من الجنة وأخفى منهم دبيبا ً!‬
Adapun manusia kita banyak tahu akan bisikan mereka. Dan
kita tahu bahwa ia lebih berbahaya dari bisikan syaitan!
-Teman yang jahat yang selalu membisikkan kejahatan ke
dalam hati dan akal teman lainnya dari arah yang tidak disangka dan
tidak dijaga, karena ia mengira adalah sahabat karibnya!
-Bawahan –pejabat- yang jahat selalu membisikkan kepada
pemimpinnya sehingga ia akan melakukan segala kejahatan dan
kediktatoran serta kerusakan di muka bumi, menghancurkan dan
membinasakan tanaman dan keturunan
-Para pengadu domba (pengumpat) yang senantiasa menghiasi
dan membuat elok ucapannya, sehingga tampak seakan sebagai
kebenaran yang tidak ada keraguan di dalamnya.
-Para penjual syahwat yang selalu membisikkan melalui pintu-
pintu syahwat, mempedaya yang tidak mampu ditolak kecuali bagi
siapa yang memiliki hati dan jiwa yang waspada dan pertolongan
Allah.
Dan para pembisik lainnya yang senantiasa bergentayangan
dan menyembunyikannya, masuk dari berbagai pintu hati yang
tersebut yang tidak disadari dan dirasa,.. Mereka adalah lebih jahat
dari jin dan lebih tersembunyi dari derap semut hitam!
‫ ومن ثم يدله هللا على عدته وجنته وسالحه‬. ‫واإلنسان عاجز عن دفع الوسوسة الخفية‬
!‫في المعركة الرهيبة‬
‫ فهذه الصفة تدل من‬. . } ‫وهناك لفتة ذات مغزى في وصف الوسواس بأنه { الخناس‬
‫ ولكنها من جهة أخرى‬. ‫جهة على تخفيه واختبائه حتى يجد الفرصة سانحة فيدب ويوسوس‬
‫ فهو سواء كان من الجنة أم‬. ‫خل صدره‬m‫ ويحمي مدا‬، ‫توحي بضعفه أمام من يستيقظ لمكره‬
‫ أو كما قال الرسول‬. ‫ وقبع واختفى‬، ‫ وعاد من حيث أتى‬، ‫ناس إذا ووجْ ه خنس‬m‫كان من ال‬
. » ‫ وإذا غفل وسوس‬، ‫ « فإذا ذكر هللا تعالى خنس‬: ‫الكريم في تمثيله المصور الدقيق‬
‫ ضعيف أمام عدة‬. ‫ فهو خناس‬. ‫وهذه اللفتة تقوي القلب على مواجهة الوسواس‬
. ‫المؤمن في المعركة‬
Bahwa manusia memang lemah dari menolak bisikan yang tersembunyi. Karena
itulah Allah memberikan petunjuk dengan perangkat, benteng dan senjata dalam perang
yang sangat mengerikan!
Ada pelajaran yang sangat penting dalam mensifati kata-kata “Al-waswas” yaitu
dengan Al-Khannas… bahwa sifat ini –dari satu sisi- menunjukkan tersembunyi dan samar
sehingga mendapatkan kesempatan yang baik untuk membisikkan dan merayu. Namun –
dari sisi lain- mengisyaratkan kelemahannya dihadapan orang-orang yang sadar akan tipu
daya dan selalu melindungi pintu-pintu masuk yang ada di dadanya. Baik yang berasal
dari jin atau dari manusia, jika mampu dihadapai akan lambat dan kembali lagi
sebagaimana semula, lalu menutup dan bersembenyi. Atau seperti yang disabdakan oleh
nabi saw: “jika ia berdzikir kepada Allah maka ia akan menjauh namun jika lengah maka ia
akan membisiki”
Dari pelajaran ini akan memperkuat hati dalam menghadapi berbagai bisikan, karena
ia adalah lambat, lemah dihadapan orang yang beriman dan sadar terhadap perang ini.
‫ولكنها من ناحية أخرى معركة طويلة ال تنتهي أبداً ‪ .‬فهو أبداً قابع خانس ‪،‬‬
‫مترقب للغفلة ‪ .‬واليقظة مرة ال تغني عن اليقظات ‪ . .‬والحرب سجال إلى يوم القيامة؛‬
‫كما صورها ا‪m‬لقرآن الكريم في مواضع شتى ‪ ،‬ومنها هذه الصورة العجيبة في سورة‬
‫اإلسراء ‪:‬‬
‫{ وإذ قلنا للمالئكة اسجدوا آلدم ‪ ،‬فسجدوا إال إبليس ‪ ،‬قال ‪ :‬أأسجد لمن خلقت‬
‫مت علي لئن أخرتني إلى يوم القيامة ألحتنكنَّ ذريته‬ ‫طيناً؟ قال ‪ :‬أرأيتك هذا الذي كرّ َ‬
‫واستفز ْز من‬
‫ِ‬ ‫إال قليالً ‪ .‬قال ‪ :‬اذهب فمن تبعك منهم فإن جهنم جزآؤكم جزاء موفوراً ‪.‬‬
‫استطعت منهم بصوتك ‪ ،‬وأجلب عليهم بخيلك ورجلك ‪ ،‬وشاركهم في األموال‬
‫واألوالد ‪ ،‬وعدهم ‪ ،‬وما يعدهم الشيطان إال غروراً ‪ .‬إن عبادي ليس لك عليهم سلطان‬
‫‪ .‬وكفى بربك وكيال } وهذا التصوُّ ر لطبيعة المعركة ودوافع الشر فيها سواء عن‬
‫طريق الشيطان مباشرة أو عن طريق عمالئه من البشر من شأنه أن يشعر اإلنسان‬
‫أنه ليس مغلوبا ً على أمره فيها ‪ .‬فإن ربه وملكه وإلهه مسيطر على الخلق كله ‪ .‬وإذا‬
‫كان قد أذن إلبليس بالحرب ‪ ،‬فهو آخذ بناصيته ‪ .‬وهو لم يسلطه إال على الذين يغفلون‬
‫عن ربهم وملكهم وإلههم ‪ .‬فأما من يذكرونه فهم في نجوة من الشر ودواعيه ال‪m‬خفية ‪.‬‬
‫فالخير إذن يستند إلى القوة التي ال قوة سوا‪m‬ها ‪ ،‬وإلى الحقيقة التي ال حقيقة غيرها ‪.‬‬
‫يستند إلى الرب الملك اإلله ‪ .‬وا‪m‬لشر يستند إلى وسواس خناس ‪ ،‬يضعف عن المواجهة‬
‫‪ ،‬ويخنس عند اللقاء ‪ ،‬وينهزم أمام العياذ باهلل ‪. .‬‬
‫وهذا أكمل تصور للحقيقة ا‪m‬لقائمة عن الخير والشر ‪ .‬كما أنه أفضل تصور‬
‫يحمي القلب من الهزيمة ‪ ،‬ويفعمه بالقوة والثقة والطمأنينة ‪. .‬‬

You might also like