You are on page 1of 7

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi

Muhammad, keluarga dan seluruh sahabatnya:

Tidak diragukan bahwa perbuatan zina adalah perbuatan dosa besar. Dan diantara penyebab
terjerumusnya seseorang kedalam kenistaan ini ialah rendahnya iman dan moral masyarakat, serta
praktek obral aurat dengan murah, terutama dari kaum wanita.

Diantara faktor yang menyuburkan perilaku hina ini ialah merajalelanya pergaulan bebas antara
lelaki dan perempuan. Banyak dari kita yang berhati dingin tanpa takut dosa, mengumbar seluruh
indranya untuk menikmati sesuatu yang tidak halal baginya. Perilaku ini sering kali menjadi langkah
pertama begi terjerumusnya seseorang kedalam perbuatan nista ini. Oleh karena itu, jauh-jauh hari Allah
dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wassalam telah memperingatkan kita dari berbagai perangkap
perzinaan ini

ِ َ‫} وقُل لِّْلمؤِمن‬03{ ‫ضوا ِمن أَبصا ِرِىم وََي َفظُوا فُروجهم َذلِك أ َْزَكى ََلم إِ َّن اللَّو خبِري ِِبَا يصنَ عو َن‬ ِِ
‫ات‬ ُْ َ َُْ ٌ َ َ ُْ َ َُْ ُ ْ َ ْ َ ْ ْ ُّ ُ‫ني يَغ‬ َ ‫(قُل لِّْل ُم ْؤمن‬
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ‫ي ْغضضن ِمن أَب‬
َ ‫ض ِربْ َن ُِ ُم ِرى َّن ََلَى ُجيُوِ َّن َوََل يُْبد‬
‫ين‬ ْ َ‫ين ِزينَتَ ُه َّن إََِّل َما ظَ َهَر ِمْن َها َولْي‬ َ ‫وج ُه َّن َوََل يُْبد‬ َ ‫صا ِرى َّن َوََْي َفظْ َن فُ ُر‬ َ ْ ْ َْ ُ َ
‫ِزينَتَ ُه َّن إََِّل لِبُعُولَتِ ِه َّن أ َْو آبَائِ ِه َّن أ َْو آبَاء بُعُولَتِ ِه َّن أ َْو أَبْنَائِ ِه َّن أ َْو أَبْنَاء بُعُولَتِ ِه َّن أ َْو إِ ْخ َواِنِِ َّن أ َْو بَِِن إِ ْخ َواِنِِ َّن أ َْو بَِِن‬
ِ َّ ِ ِّ ‫اْلرب ِة ِمن‬ ِ َ ِ‫ت أَِْيَانُ ُه َّن أَ ِو التَّابِع‬ ِ ِ ِِ ‫أ‬
‫ين ََلْ يَظْ َه ُروا ََلَى‬ َ ‫الر َجال أَ ِو الطِّ ْف ِل الذ‬ َ َ ْ ِْ ‫ني َغ ْري أ ُْوِِل‬ ْ ‫َخ َواِت َّن أ َْو ن َسائ ِه َّن أ َْو َما َملَ َك‬ َ
)‫َجيعا أَيُّ َها الْ ُم ْؤِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬ َِ ‫ض ِربن بِأَرجلِ ِه َّن لِي علَم ما ُُيْ ِفني ِمن ِزينَتِ ِه َّن وتُوبوا إِ ََل اللَّ ِو‬
ُ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ْ َ‫ِّساء َوََل ي‬
ِ
َ ‫ََ ْوَرات الن‬
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman "hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat. Dan katakan kepada wanita yang beriman: "hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali kepada suami atau ayah, atau ayah suami atau putra-putra mereka atau putra-putra suami
mereka atau saudara laki-laki atau putra-putra saudara laki-laki atau putra-putra saudari perempuan
mereka, atau wanita-wanita muslimah atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-
laki yang tidak mempunyai keinginan (kepada wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung." (An Nur: 30-31)

Dan Rasulullah rjuga bersabda:


ِْ ‫األُ ُرَٔب‬َٚ ،ُ‫ فَ ْبٌ َؼ ْيَٕب ِْ ِصَٔبُ٘ َّب إٌَّظَش‬،َ‫ن رٌه ال َِ َحبٌَة‬ ٌ ‫ ُِ ْذ ِس‬،‫صيجُُٗ ِٓ اٌ ِّضَٔب‬ ِ َٔ ََ ‫ ثٓ آ َد‬ٍٝ‫ت ػ‬ َ ِ‫( ُوت‬
َْٜٛ ٙ‫ ْاٌمَ ٍْتُ َي‬َٚ ،‫اٌ ِّشجْ ًُ ِصَٔبَ٘ب ْاٌ ُخطَب‬َٚ ، ُ‫طش‬ ْ َ‫ ْاٌيَ ُذ ِصَٔبَ٘ب ْاٌج‬َٚ ،َُ ‫بْ ِصَٔبُٖ ْاٌ َىال‬
ُ ‫اٌٍِّ َس‬َٚ ،‫ِصَٔبُ٘ َّب اال ْس ِت َّب ُع‬
ٗ‫يُ َى ِّزثُُٗ) ِتفك ػٍي‬َٚ ‫ق رٌه ْاٌفَشْ ُج‬ َ ُ‫ي‬َٚ ،ََّّٕٝ َ‫يَت‬َٚ
ُ ‫ص ِّذ‬
"Telah ditentukan atas setiap anak Adam bagiannya dari perbuatan zina, ia pasti melakukannya. Zina
kedua mata adalah dengan memandang, zina kedua telinga adalah dengan mendengarkan, zina lisan
adalah dengan berbicara, zina kedua tangan adalah dengan menggenggam, dan zina kedua kaki adalah
dengan melangkah, sedangkan hati berkeinginan dan berandai-andai, dan kemaluan mempraktekkan
keinginan untuk berzina itu atau menolaknya." Muttafaqun 'alaih

Para ulama' menyatakan: Nabi shallallahu 'alaihi wassalam memulai dengan menyebutkan zina
mata, karena zina mata adalah asal usul terjadinya zina tangan, lisan kaki, dan kemaluan[1] .

Oleh karena itu hendaknya kita senantiasa waspada dan berusaha sekuat tenaga untuk
menjauhi perangkap-perangkap perzinaan diatas, agar tidak terjerumus kedalam kenistaan ini, Allah
ta'ala:

(ً‫س ِجيال‬
َ ْ ‫الَ تَ ْم َشث‬َٚ )
‫ َسبء‬َٚ ً‫ ئَُِّٔٗ َوبَْ فَب ِح َشة‬َٝٔ‫ا اٌ ِّض‬ُٛ
"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk." Al Isra' 32

Ketahuilah saudaraku, sesungguhnya zina adalah piutang yang pasti anda tebus, dan
tebusannya ada pada keluarga anda sendiri, dalam pepatah dinyatakan

ُ‫ا أثبءوُ يجشوُ أثٕبؤو‬ٚ‫ثش‬ٚ ُ‫أثٕبؤو‬ٚ ُ‫ا تؼف ٔسبؤو‬ٛ‫ػف‬


Jagalah dirimu niscaya istri dan anakmu mu akan menjaga dirinya dan berbaktilah kepada orang tuamu,
niscaya anakmu akan berbakti kepadamu."[2]

Dan dalam pepatah arab lainnya dinyatakan:

‫اٌضٔب ديٓ لضبؤٖ في أٍ٘ه‬


"Perbuatan zina adalah suatu piutang, dan tebusannya ada pada keluargamu."
Masing-masing dari kita seyogyanya bertanya kepada hati nurani masing-masing: Relakah kita
bila anak gadis, atau saudara wanita atau ibu kita dizinai oleh orang lain? Bila tidak rela, maka
janganlah berzina dengan anak atau seudara wanita atau ibu orang lain.

Dan bila anda telah tega menzinai anak atau saudara wanita atau ibu seseorang, maka semenjak
itu ingatlah selalu bahwa pada suatu saat perbuatan yang serupa akan menimpa anak gadis anda atau
saudara wanita anda atau bahkan ibu anda.

Oleh karena itu hendaknya anda senantiasa berpikir panjang bila tergoda setan untuk melakukan
berzina, baik zina kemaluan atau zina pandangan atau lainnya. Sebagaimana pedihnya hukuman Allah di
dunia dan akhirat senantiasa anda ingat, agar anda tidak mudah terjerembab ke dalam kenistaan ini.

Diantara bentuk hukuman yang diberikan oleh Islam kepada para pezina selain dicambuk ialah
diharamkannya menikah dengan mereka hingga mereka bertaubat. Allah Ta'ala berfirman:

ِ ‫ات والطَّيِّبات لِلطَّيِّبِني والطَّيِّبو َن لِلطَّيِّب‬


ِ ِ ِ ِ َ‫اْلبِيث‬
62 ‫ات { النور‬َ ُ ََ ُ َ َ َ‫اْلَبِيثُو َن ل ْل َخبِيث‬ َ ‫ات ل ْل َخبِيث‬
ْ ‫ني َو‬ ُ َْ }
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-
wanita yang keji (pula) dan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik
untuk wanita-wanita yang baik( pula)." (An Nur: 26)

Sebagian ulama' ahli tafsir menyatakan bahwa ayat ini ada kaitannya dengan ayat ke-3 dari
surat yang sama, yaitu firman Allah Ta'ala:

ٍَٝ‫ه َػ‬ ٌ ‫ْ ُِ ْش ِش‬َٚ‫َب ئِالَّ َصا ٍْ أ‬ٙ‫اٌ َّضا ِٔيَةُ ال َيٕ ِى ُح‬َٚ ً‫ْ ُِ ْش ِش َوة‬َٚ‫} اٌ َّضأِي ال يَٕ ِى ُح ئالَّ َصأِيَةً أ‬
َ ٌِ‫ ُح ِّش ََ َر‬َٚ ‫ن‬
{ َٓ‫ْاٌ ُّ ْإ ِِِٕي‬
"Lelaki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang
musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh lelaki yang berzina atau lelaki
yang musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang beriman." (An Nur: 3).

Sehingga penafsiran ayat ini menunjukkan bahwa lelaki yang tidak baik adalah pasangannya wanita
yang tidak baik pula, dan sebaliknya wanita yang tidak baik adalah pasangannya orang yang tidak baik
pula. Dan haram hukumnya bagi lelaki baik atau wanita baik untuk menikahi wanita atau lelaki yang
tidak baik.[3]

Sebagian ulama' menjabarkan penafsiran ini dengan lebih jelas lagi: Barang siapa yang menikahi
wanita pezina yang belum bertaubat, maka ia telah meridhai perbuatan zina. Dan orang yang meridhai
perbuatan zina, maka seakan ia telah berzina. Bila seorang lelaki rela andai istrinya berzina dengan
lelaki lain, maka akan lebih ringan baginya untuk berbuat zina. Bila ia tidak cemburu ketika
mengetahui istrinya berzina, maka akankah ada rasa sungkan di hatinya untuk berbuat serupa?! Dan
wanita yang rela bila suaminya adalah pezina yang belum bertaubat, maka berarti ia juga rela dengan
perbuatan tersebut. Barang siapa rela dengan perbuatan zina, maka ia seakan-akan telah berzina. Bila
seorang wanita rela andai suaminya merasa tidak puas dengan dirinya, maka ini pertanda bahwa iapun
tidak puas dengan suaminya.

Oleh karena itu, orang yang terlanjur terjerumus kedalam kenistaan ini, hendaknya segera
kembali kepada jalan yang benar. Hendaknya ia menyadari bahwa perbuatan zina telah meruntuhkan
kehormatan dan jati dirinya. Sebagaimana hendaknya ia juga senantiasa waspada dari balasan Allah
Ta'ala yang mungkin akan segera menimpa keluarganya.

Bila penyesalan dan rasa pilu telah menyelimuti sanubari, dan tekad untuk tidak mengulangi
kenistaan ini telah menjadi bulat, istighfar kepada Allah senantiasa dipanjatkan. Bila berbagai jalan-jalan
yang akan menjerumuskan kembali kedalam kenistaan ini, telah ditinggalkan, maka semoga berbagai
dosa dan hukuman Allah atas perbuatan ini dapat terhapuskan.

Mungkin ada yang bertanya: bagaimana halnya dengan hukuman dera atau cambuk yang belum
ditegakkan atas pezina tersebut, apakah taubatnya dapat diterima?

Ketahuilah saudaraklu, bahwa: Sahabat Ma'iz bin Malik t mengaku kepada, Rasulullah r bahwa ia
telah berzina. Berdasarkan pengakuan ini, Rasulullah r memerintahkan agar ia dirajam. Tatkala
perajaman telah dimulai, dan sahabat Ma'iz merasakan pedihnya dirajam, iapun berusaha melarikan
diri. Akan tetapi para sahabat yang merajamnya berusaha untuk mengejarnya dan merajamnya hingga
meninggal. Ketika Rasulullah r dikabarai bahwa sahabat Ma'iz berusaha melarikan diri, beliau bersabda:

‫ أخرجو أمحد وأبو داود وابن أ يب شيبة‬. ) ‫(ىال تركتموه لعلو أن يتوب فيتوب اهلل َليو‬

"Tidahkah kalian tinggalkan dia, mungkin saja ia benar-benar bertaubat, sehingga Allah akan
mengampuninya." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Abi Syaibah.

Berdasarkan hadits ini dan juga lainnya para ulama' menyatakan bahwa orang yang berzina
taubatnya dapat diterima Allah, walaupun tidak ditegakkan padanya hukum dera atau rajam. Dinatara
yang menguatkan pendapat ini ialah firman Allah Ta'ala:

ِّ ‫َّللاُ ئِالَّ ثِ ْبٌ َح‬


َِٓ َٚ َُْٛٔ‫ال يَ ْض‬َٚ ‫ك‬ َّ ََ ‫س اٌَّتِي َح َّش‬َ ‫َْ إٌَّ ْف‬ٍُُٛ‫ال يَ ْمت‬َٚ ‫ًب آ َخ َش‬ٌَِٙ‫َّللا ئ‬ ِ َّ ‫َْ َِ َغ‬ٛ‫اٌَّ ِزيَٓ ال يَ ْذ ُػ‬َٚ ]
َ َ‫} ئِالَّ َِٓ ت‬86{ ‫َبًٔب‬ُِٙ ِٗ ‫يَ ْخٍُ ْذ فِي‬َٚ ‫ْ ََ ْاٌمِيَب َِ ِة‬َٛ‫َف ٌَُٗ ْاٌ َؼ َزاةُ ي‬
‫بة‬ ْ ‫ض بػ‬ َ ُ‫} ي‬86{ ‫ك أَثَب ًِب‬ َ ٍْ َ‫ه ي‬
َ ٌِ‫يَ ْف َؼًْ َر‬
ِ ‫سًا س‬ُٛ‫َّللاُ َغف‬
[ ‫َّحي ًّب‬ َّ َْ‫ َوب‬َٚ ‫ت‬ ٍ ‫ ُْ َح َسَٕب‬ِٙ ِ‫َّللاُ َسيِّئَبت‬ َ ِ‫ْ ٌَئ‬ُٚ‫صبٌِ ًحب فَأ‬
َّ ‫ه يُجَ ِّذ ُي‬ َ ً‫ َػ ِّ ًَ َػ َّال‬َٚ ََِٓ ‫آ‬َٚ
"Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain berserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barang siapa
yang melakukan demikian itu niscaya dia mendapat pembalasan atas dosanya. Yakni akan dilipat
gandakan azab untuknya pada hari qiyamat dan ia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.
Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh, maka kejahatannya diganti
Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Al Furqaan 68-70

Ibnu Katsir berkata: "Tafsiran kedua: bahwa kejelekan yang telah lalu dengan benar-benar
bertaubat akan berubah menjadi kebaikan. Yang demikian itu karena setiap kali pelaku dosa teringat
akan lembaran kelamnya, ia menyesali, hatinya pilu, dan bertaubat/ memperbaharui penyesalannya.
Dengan penafsiran demikian ini, dosa-dosa itu berubah menjadi ketaatan kelak pada hari qiyamat.
Walaupun dosa-dosa itu tetap saja tertuliskan atasnya, akan tetapi itu semua tidak
membahayakannya. Bahkan itu akan berubah menjadi kebaikan pada lembaran catatan amalnya,
sebagaimana dinyatakan dalam hadits-hadits yang shohih, dan keterangan ulama' salaf."[4]

Berdasarkan keterangan ini, maka banyak dari ulama' yang berkredibilitas tinggi membolehkan
kita untuk menikah dengan pezina yang benar-benar telah bertaubat.

Syeikh As Syinqithy berkata: "Ketahuilah bahwa menurutku pendapat ulama' yang paling kuat adalah:
bila lelaki pezina dan wanita pezina telah berhenti dari perbuatan zina, menyesali perbuatan mereka, dan
bertekad untuk tidak mengulanginya, maka pernikahan mereka adalah sah. Sehingga seorang lelaki
dibenarkan untuk menikahi wanita yang pernah ia zinahi setelah keduanya bertaubat. Sebagaimana
dibolehkan bagi orang lain untuk menikahi mereka, tentunya setelah mereka bertaubat. Yang demikian
itu karena orang yang telah bertaubat dari dosa bagaikan orang yang tidak pernah melakukan dosa."[5]

Bila pezina adalah seorang wanita, dan ia hamil dari hasil perzinaan itu, maka untuk dapat
menikahinya disyaratkan hal lain, yaitu ia telah melahirkan anak yang ia kandung, sebagaimana
ditegaskan pada fatwa Komite Tetap Untuk Fatwa Kerajaan Saudi Arabia berikut : "Tidak dibenarkan
menikahi wanita pezina dan tidak sah akad nikah dengannya, hingga ia benar-benar telah bertaubat
dan telah selesai masa iddahnya."[6]

Saudaraku, ketahuilah bahwa diantara perwujudan dari taubat kita dari perbuatan dosa ialah
dengan tidak menceritakan perbuatan dosa kita kepada orang lain. Karena menceritakan lembaran kelam
kepada orang lain merupakan pertanda akan lemahnya rasa malu, penyesalan dan rasa takut kepada
Allah. Bahkan bisa saja perbuatan ini menjadi pertanda adanya kebanggaan dengan perbuatan nista
tersebut. Simaklah sabda Rasulullah r berikut:

‫ يا فالن‬: ‫ فيقول‬. ‫(كل أميت معاىف إَل اجملاىرين وإن من اجملاىرة أن يعمل الرجل َمال بالليل مث يصبح وقد سرته اهلل‬
‫ متفق َليو‬. ) ‫َملت البارحة كذا وكذا وقد بات يسرته ربو ويصبح يكشف سرت اهلل َنو‬

"Setiap ummatku akan diampuni, kecuali orang-orang yang berterus-terang dalam bermaksiat. Dan
diantara perbuatan berterus-terang dalam bermaksiat ialah bila seseorang melakukan kemaksiatan pada
malam hari, lalu Allah telah menutupi perbuatannya, akan tetapi ia malah berkata: wahai fulan, sungguh
tadi malam aku telah berbuat demikian dan demikian. Padahal Tuhan-Nya telah menutupi perbuatannya,
dan ia malah menyingkap tabir Allah dari dirinya." Muttafaqun 'Alaih. Dan pada hadits lain beliau
bersabda:

‫ فإنو من يبد لنا صفحتو نقم‬، ‫ فمن أَل فليسترت بسرت اهلل َز وجل‬، ‫( اجتنبوا ىذه القاذورة اليت ِنى اهلل َز وجل َنها‬
)‫َليو كتاب اهلل‬
"Jauhilah olehmu perbuatan-perbuatan nista yang telah Alla Azza wa Jalla larang, dan barang siapa
yang melakukannya, maka hendaknya ia menutupi dirinya dengan tabir Allah Azza wa Jalla, karena
barang siapa yang menampakkan kepada kami jati dirinya, maka kamipun akan menegakkan hukum
Allah." Riwayat Al Baihaqi dan dihasankan oleh Al Albani.

Berdasarkan dalil ini dan juga lainnya, para ulama' menyatakan bahwa dianjurkan bagi orang
yang telah terjerumus ke dalam dosa, agar merahasiakan dosanya tersebut, dan tidak
menceritakannya. Oleh karena itu tidak sepantasnya anda menceritakan masa lampau anda kepada
siapapun termasuk kepada lelaki yang melamar anda. Terlebih-lebih bila anda benar-benar telah
bertaubat, dan menyesali dosa anda. Karena yang wajib untuk diceritakan kepada pelamar anda adalah
cacat atau hal-hal yang akan menghalangi atau mengurangi kesempurnaan hubungan suami
istri.[7]Adapun perbuatan dosa, terlebih-lebih yang telah ditinggalkan dan disesali, maka tidak boleh
diceritakan, karena siapakah dari kita yang tidak pernah berbuat dosa?

Pada kesempatan ini saya merasa perlu untuk mengingatkan saudara-saudaraku sekalian agar
senantiasa menjadikan pasangan hidupnya sebagai cermin akan jati dirinya. Bila anda menjadi marah
atau benci karena mengetahui ada kekurangan pada pasangan anda, maka ketahuilah bahwa andapun
memiliki kekurangan yang serupa atau lainnya yang mungkin lebih besar dari kekurangannya. Dan bila
anda merasa bahwa diri anda memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh pasangan anda, maka
ketahuilah bahwa iapun memiliki kelebihan yang tidak ada pada diri anda. Oleh karena itu jauh-jauh
hari Nabi r berpesan kepada kita dengan sabdanya:

ِ
َ ‫(َل يَ ْفَرْك ُم ْؤم ٌن مؤمنة إن َك ِرَه منها ُخلُقا رضى منها‬
)‫آخَر‬
"Janganlah seorang mukmin membenci wanita mukmin, bila ia membenci suatu perangai darinya,
niscaya ia suka dengan perangai yang lain." Muslim.

Demikianlah seyogyanya seorang muslim bersikap dan berfikir, tidak sepantasnya kita bersifat
egois, hanya suka menuntut, akan tetapi tidak menyadari akan kekurangan diri sendiri. Bila kita menuntut
agar pada diri calon pasangan kita terdapat berbagai kriteria yang indah, maka ketahuilah bahwa calon
pasangan kitapun memiliki berbagai impian tentang pasangan hidup yang ia dambakan. Karenanya,
sebelum kita menuntut, terlebih dahulu wujudkanlah tuntutan kita pada diri kita sendiri, dengan demikian
kita akan dapat berbuat adil dan tidak semena-mena dalam bersikap dan menentukan kriteria ideal calon
pasangan hidup.

Semoga pemaparan singkat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan semoga Allah Ta'ala
mensucikan jiwa kita dari noda-noda kenistaan. wallahu ta'ala a'alam bisshowab.
(Dijawab oleh ust. Arifin badri,Lc,MA)

Catatan Kaki:

You might also like