Professional Documents
Culture Documents
1
Epidemiologi
Insiden meningkat setelah usia 40; pada usia ini pria lebih sering terkena
daripada wanita[9]. Dupuytren adalah penyakit yang sangat spesifik, dan sering terjadi
pada:
2
Etiologi
abnormal
3
Fungsi utama dari fibroblas adalah untuk menjaga integritas struktural
jaringan penghubung dengan senantiasa mensekresi prekursor dari matriks
ekstraseluler. Seperti sel-sel lain dari jaringan ikat, fibroblas berasal dari mesenkim
primitif. Dengan demikian mereka mengekspresikan protein filamen vimentin
menengah, fitur yang digunakan sebagai penanda untuk membedakan asal
mesodermal mereka. Dalam situasi tertentu sel-sel epitel dapat menimbulkan
fibroblas, proses yang disebut transisi epitelial-mesenchymal (EMT).
Sebaliknya, fibroblast dalam beberapa situasi dapat menimbulkan epitel dengan
melakukan mesenchymal untuk transisi epitel (MET) dan mengatur menjadi kental,
terpolarisasi, lateral dihubungkan lembar epitel benar.
4
terdiri dari peritendinous aponeurosis, spiral band, pembungkus jari lateral, dan
ligamen Grayson. Satu-satunya jaringan yang tidak terlibat dalam spiral cord adalah
ligamen natatory. Spiral cord sering kali membuat neurovaskular dari jari bermasalah.
Seperti contracture interphalang, neuro vascular terdorong ke atas dan ke arah tengah.
[1)
Patofisiologis
Penyakit ini berkembang dalam beberapa tahap. Tahap proliferasi ini ditandai
dengan perkembangan bintil atau nodul, lesi pathognomonic dari Dupuytren
contracture. Nodul terdiri dari fibroblas dan kolagen tipe III. Tahap proliferatif adalah
fase yang paling biologis aktif penyakit. Nodul multiple umum dan lunak untuk
palpasi. Mereka sering terletak di dekat lipatan palmaris distal tetapi mungkin
ditemukan di seluruh telapak tangan dan bahkan di jari.
Setelah nodul ada, kontraktil aktif, atau involutional. Fase lanjut merupakan
keadaan penyakit yang lebih lanjut, tetapi secara biologis agak kurang aktif dari tahap
proliferasi. Cord mulai berkembang dari proksimal ke nodul, dan alur atau lubang-
5
lubang di kulit menunjukkan fiksasi kulit fasia yang mendasarinya. Selama fase ini,
myofibroblasts menggantikan fibroblas sebagai jenis sel utama, mereka menunjukkan
kesamaan morfologis untuk fibroblas dan sel otot polos. Myofibroblasts mampu
memproduksi kolagen dan menyebabkan kontraksi karena mengandung myofibrils
dalam sel-sel. Myofibroblasts juga memiliki hubungan antar sel satu sama lain, yang
memungkinkan penyesuaian peningkatan kekuatan kontraktil. Sel-sel ini ditemukan
tidak hanya dalam nodul dan cord tetapi juga di seluruh fasia palmaris.
6
Histopatologi
Perubahan dalam fasia palmaris serta dalam jaringan yang berdekatan dan
mengamati bahwa "perubahan karakteristik adalah proliferasi dari fibroblas di nodul
dari kontraktur". Nodul adalah menunjukkan aktivitas penyakit. Sehubungan dengan
perubahan jaringan ikat di sekitarnya, mereka mencatat bahwa dalam kasus-kasus
lanjut penyakit Dupuytren's "bukti dari jaringan adiposa subkutan tidak terungkap dan
kelenjar keringat jarang atau sama sekali tidak ada". Ini adalah hasil dari peningkatan
ukuran dan jumlah pita jaringan ikat yang biasanya memisahkan lobulus lemak. Ada
juga peningkatan jumlah kapiler dalam jaringan ikat interstisial dan kapiler yang
disusupi oleh limfosit.
7
Figure 6-2: Varying cell density within an
active lesion (haematoxylin & eosin). The
fibroblasts do not align themselves. a cellular
and dark staining area; b less cellular but
still abnormal area
Gejala
8
biasanya pecah dan timbul kembali. Tetapi penyakit Dupuytren tidak
menimbulkan nyeri yang khas. Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah
sulit meregangkan jari-jari. Karena jari-jari selalu menekuk ketelapak tangan,
mereka sering mengeluhkan sulit beraktivitas saat menggunakan tangan mereka.
Progrevitasnya tidak dapat dipastikan, beberapa orang hanya memiliki benjolan
dan celah, beberapa orang juga sampai mengalami pembengkokan jari.
[4]
Beberapa juga sering mengenai pada usia muda.
Pemeriksaan fisik pada telapak tangan ditemukan penebalan jaringan (fibrosis) dan
keterbatasan gerak. [6][7]
Pemeriksaan Fisik[2]
Look
Feel
9
Move
Pemerikssaan Histopatologis
Terapi
Pengobatan untuk Dupuytren seringkali tidak perlu, bahkan tidak ada cara
permanen untuk menghentikan atau menyembuhkan kondisi tersebut. Pemotongan
jari mungkin diperlukan untuk penyakit yang berat atau berulang, atau sebagai
komplikasi dari pembedahan.
Pembedahan
Manajemen bedah terdiri dari pembukaan kulit yang terkena dampak dan
excising (menghapus) jaringan berserat. Prosedur ini tidak kuratif dalam fasia karena
masih dapat timbul penyakit Dupuytren di kemudian hari, dan karena itu pasien
mungkin perlu mengulang operasi. Selain itu, fasia yang menebal sering dekat atau
membungkus saraf digiti dan arteri, sehingga risiko cedera saraf atau arteri dapat
terjadi. Peninjauan 20 tahun komplikasi bedah terkait dengan operasi terbuka
(fasciectomy) untuk Dupuytren menunjukkan bahwa komplikasi utama terjadi pada
15,7%, termasuk cedera saraf digiti 3,4%, cedera arteri digiti 2%, infeksi 2,4%,
hematoma 2,1%, dan nyeri di area yang terkena 5,5% di samping komplikasi kecil
termasuk reaksi yang menyakitkan 9,9%, dan penyembuhan luka komplikasi di
22,9%.
10
Indikasi pembedahan
• MCP >30o
• Ketidakmampuan fungsional adalah gejala yang memungkinkan untuk
dilakukan pembedahan
• Pada kasus yang mengenai kedua tangan atau parah dan mengenai tangan
dominan harus dilakukan operasi.
- Fasiotomi
Tindakan menyayat fasia yang terlibat dan dapat memberikan bantuan jangka
pendek tetapi juga tingkat kekambuhan sangat tinggi. Prosedur ini dapat memperbaiki
suatu contracture sendi MCP tapi hampir tidak akan memperbaiki kelainan bentuk
sendi PIP. Fasiotomi dilakukan dengan cara melakukan insisi di bagian tengah dari
11
benjolan dan membebaskan vaskular dan saraf yang terjepit.
- Fasciectomy
12
Aponeurotomy Needle
13
Kolagenase
Terapi radiasi
Terapi lainnya
Prognosis
14
Gangguan tersebut berlangsung pada tingkat yang tidak terduga. Pembedahan
biasanya bisa mengembalikan gerakan normal jari. Penyakit ini dapat timbul kembali
setelah operasi dalam beberapa kasus.
Komplikasi
Kesimpulan
15
References
16
3. Steve Lee MD, Michael Baytion MD, Derek L Reinke MD, Yelena Bogdan.
Dupuytren contracture. E-medicine article. 2010 February 3. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1238712
4. American Society for Surgery of the Hand. Developed by the ASSH Public
Education Commitee 2010. Available from:
www.assh.org/Public/HandConditions/Pages/DupuytrensDisease.aspx
5. Mark.D.Miller, M.D. Review of othopedics 3th ed.Pennsylvania.W.B.
Saunders Company; 2000.
6. Calandruccio JH. Dupuytren contracture. In: Canale ST, Beatty JH, eds.
Campbell's Operative Orthopaedics. 11th ed. Philadelphia, Pa: Mosby
Elsevier; 2007:chap 72.
7. Mercier LR. The forearm, wrist, and hand. In: Mercier LR, ed. Practical
Orthopedics. 6th ed. Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2008:chap 7.
8. Hurst LC, Badalamente MA, Hentz VR, Hotchkiss RN (September 2009).
"Injectable Collagenase Clostridium Histolyticum for Dupuytren's
Contracture". The New England Journal of Medicine 361 (10): 968–971.
doi:10.1056/NEJMoa0810866. PMID 19726771.
9. A.Graham Apley, Louis Solomon. Tangan. In: dr.Edi Nugroho, editor. Buku
Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.Jakarta: Widya Medika; 1995.p.51-
55.
17