You are on page 1of 29

A.

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara dengan komoditas pertanian yang sangat besar.
Pertanian merupakan salah satu sumber penghasilan Negara Indonesia yang utama.
Kondisi pertanian Indonesia sudah dalam keadaan baik terbukti dengan naiknya laju
ekspor hasil pertanian ke Negara lain. Salah satu faktor penentu lajunya ekspor adalah
sektor perkebunan seperti produksi CPO Indonesia yang terus meningkat. Banyak
perusahaan ataupun orang pribadi mencoba membuka lahan kelapa sawit guna
mendapatkan keuntungan. Kelapa sawit juga telah mendongkrak kekayaan beberapa
orang-orang Indonesia.
Dengan kebutuhan manusia yang tidak terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidup
seperti makanan dan bahan bakar kendaraan, dapat dilihat bahwa sektor kelapa sawit
memiliki prospek yang baik di masa depan. Karena produk kelapa sawit dapat di olah
menjadi minyak goreng dan bahan bakar biodiesel pengganti bahan bakar premium.
Permintaan negara-negara terhadap produk CPO terus menunjukkan peningkatan yang
pesat dan menurut harian Kompas, harga CPO akan terus naik pada tahun 2011.
Selain itu sebagian besar orang terkaya di Indonesia menurut majalah Forbes,
memiliki perusahaan atau menguasai saham dari perusahaan yang sudah terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Kebanyakan dari perusahaan tadi bergerak di bidang pertambangan
dan kelapa sawit.
Jika kita melihat di dalam Bursa Efek Indonesia terdapat beberapa emiten yang
bergerak di bidang perkebunan. Namun yang menonjol salah satunya adalah perusahaan
Astra Agro Lestari, Tbk., dan dikenal sebagai salah satu unit bisnis strategik dari PT
Astra International, Tbk yang juga salah satu emiten ternama di BEI.
Analisis fundamental emiten BEI merupakan faktor yang sangat penting bagi para
investor dalam membantu pengambilan keputusan investasi jangka panjang yang lebih
akurat dan handal. Minimnya analisis fundamental berdasarkan kinerja jangka panjang
melalui data historis sekitar 5 tahun menjadi kendala utama dalam menciptakan iklim
invetasi yang lebih efisien di pasar modal Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kebanyakan hasil analisis emiten yang dirilis sekuritas dinilai mengandung unsur
conflict of interest yang kental. Konflik kepentingan antara pihak sekuritas yang
melakukan analisis dengan pihak investor menyebabkan berbagai praduga yang kurang
kondusif terhadap objektivitas penelitian tersebut. Untuk memecahkan masalah konflik
kepentingan tersebut, maka diperlukan analisis yang lebih objektif dan independen agar

1
para investor dapat menggunakannya sebagai dasar pengambilan keputusan investasi
jangka panjangnya.
Berdasarkan hal tersebut, analisis terhadap prospek perusahaan tentu saja penting
dilakukan untuk mengetahui tentang perkembangan perusahaan. Terkait dengan prinsip
akuntansi going concern (kelangsungan usaha) analisis terhadap prospek perusahaan ini
juga penting dilakukan untuk menilai kemampuan perusahaan bertahan dalam dunia
persaingan saat ini.

B. Tujuan Analisis
Analisis terhadap PT Astra Agro Lestari, Tbk. bertujuan untuk:
1. Mengetahui perkembangan kinerja perusahaan Astra Agro Lestari, Tbk pada
periode 2004-2008.
2. Mengetahui prospek dan resiko perusahaan Astra Agro Lestari, Tbk di masa
mendatang.
3. Mengetahui pengaruh harga CPO dunia terhadap pendapatan perusahaan Astra
Agro Lestari, Tbk.
4. Mengetahui prestasi perusahaan Astra Agro Lestari, Tbk relatif terhadap
industri.

C. Gambaran Umum Perusahaan


PT Astra Agro Lestari Tbk. adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertanian
khususnya perkebunan kelapa sawit yang didirikan pada tahun 1981. Bermula dari
dibentuknya Divisi Agribisnis PT Astra International pada tahun 1983, yang memiliki
usaha perkebunan ubi kayu seluas 2.000 hektar yang kebun ini kemudian dikonversi
menjadi perkebunan karet. Budidaya tanaman kelapa sawit baru dimulai pada tahun 1984,
yaitu dengan mengakuisisi PT Tunggal Perkasa Plantations, yang pada saat itu mengelola
15.000 hektar kebun kelapa sawit yang berlokasi di Riau, Sumatera.
Pada tanggal 3 Oktober 1988, didirikanlah PT Suryaraya Cakrawala yang
kemudian pada tahun 1989 berubah namanya menjadi PT Astra Agro Niaga. Pada tahun
1997 PT Astra Agro Niaga melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya
Bahtera dan namanya berubah menjadi PT Astra Agro Lestari. Pada tanggal 9 Desember
1997, PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL) menjadi perusahaan publik yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya, yang kini menjadi Bursa Efek Indonesia, dengan

2
menawarkan 125.800.000 lembar saham kepada publik dengan harga Rp 1.550 per
lembar saham. Bisnis utamanya adalah oil palm plantations yang memproduksi dan
memasarkan produk unggulan Crude Palm Oil (CPO) yang didapat melalui pengolahan
buah kelapa sawit yang berfungsi sebagai bahan dasar minyak goreng (cooking oil),
margarine sekaligus bahan bakar alternatif Biodiesel.
Kantor pusat Perusahaan dan anak perusahaan berlokasi di Jalan Pulo Ayang Raya
Blok OR no. 1, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Perkebunan kelapa sawit
Perusahaan seluas 4.059 hektar pada tanggal neraca berlokasi di Kalimantan Selatan dan
pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatra Utara. Perkebunan dan pabrik pengolahan
anak perusahaan berlokasi di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 1995. Luas areal Hak Guna
Usaha yang dimiliki Perusahaan dan anak perusahaan adalah seluas 241.295 hektar
(2008: 228.772 hektar) dengan luas areal tertanam seluas 207.305 hektar (2008: 194.217
hektar). Beberapa anak perusahaan mengembangkan perkebunan plasma dan membina
kerjasama dengan petani plasma untuk areal tertanam seluas 57.239 hektar (2008: 57.174
hektar).
Pabrik pengolahan Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal neraca
berkapasitas produksi efektif 940 ton tandan buah segar (TBS) per jam, dan 600 ton inti
sawit per hari, 300 ton minyak kelapa sawit (CPO) per hari. Pada tanggal 9 Desember
1997, Perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham Perusahaan kepada
masyarakat sebanyak 125,8 juta saham dengan nilai nominal Rp 500 (Rupiah penuh) per
saham dengan harga penawaran sebesar Rp 1.550 (Rupiah penuh) per saham.
Sebagian besar saham perusahaan dengan moto Take Care for the Future ini, lebih
dari 79% dimiliki oleh PT Astra Internasional, Tbk dan sisanya sekitar 21% dimiliki oleh
publik. Pada tahun 2004, perusahaan agrobisnis tersebut mendivestasi semua bisnisnya
yang selain CPO dengan tujuan lebih berkosentrasi pada produk CPO yang dinilai
memiliki masa depan yang lebih menjanjikan.
Sampai 2007, harga CPO dunia terus mengalami kenaikan, seiring dengan
meningkatnya permintaan dari China dan India yang mencoba mengeksploitasi sumber
daya alam nabati, karena tekanan kenaikan harga minyak dunia yang semakin tinggi.
Namun akibat pengaruh krisis finansial di tahun 2008 harga-harga berbagai komoditas
dunia mengalami penurunan, termasuk harga CPO ini. Pada bulan Agustus 2008 harga
minyak sawit mentah (CPO) terus merosot sejak dua bulan terakhir.

3
Pada oktober 2008, harga CPO di bursa Rotterdam hanya berada di kisaran US$
733 per ton. Padahal, harga rata- rata pada bulan sebelumnya masih berada pada tingkat
US$ 1.175 per ton. Tingkat persaingan pada sektor perkebunan kelapa sawit dengan
produk andalan CPO juga semakin meningkat signifikan.
Beberapa pemain yang potensial terus melakukan ekspansi kapasitas pabrik kelapa
sawit (PKS) dan perluasan area perkebunan baik di Sumatera, Kalimantan bahkan
Sulawesi. Pesaing utama bagi AALI sebagian besar tercatat (listing) juga sebagai emiten
di BEI seperti PT Sampoerna Agro, Tbk (SGRO), PT London Sumatera Plantation, Tbk,
(LSIP), PT Bakrie Plantation, Tbk (UNSP) dan PT Tunas Baru Lampung, Tbk (TBLA).
Pesaing-pesaing ini belum termasuk perusahaan CPO yang tidak tercatat di BEI yang
jumlah produksinya cukup besar.

Dewan Direksi
Di bawah ini adalah nama-nama dewan direksi pada PT Astra Argo Lestari Tbk:
Nama Direksi Jabatan Direksi Direktur
Widya Wiryawan Presiden Direktur
Tonny Hermawan Koerhidayat Wakil Presiden Direktur
Juddy Arianto Direktur
Bambang Palgoenadi Direktur
Joko Supriyono Direktur
Santosa Direktur

Nama Komisaris Jabatan Komisaris


Michael Dharmawan Ruslim Presiden Komisaris
Chiew Sin Cheok Wakil Presiden Komisaris
Simon John Wawson Komisaris
Gunawan Geniusahardja Komisaris
Patrick Morris Alexander Komisaris
Stephen Zacharia Satyahadi Komisaris
Harbrinderjit Singh Dillon Komisaris

Visi dan Misi


Visi dari PT. Astra Argo Lestari Tbk Menjadi Perusahaan Agrobisnis yang paling
Produktif dan paling Inovatif di dunia.

4
Misi dari PT. Astra Argo Lestari Tbk adalah Menjadi Panutan dan Berkontribusi untuk
Pembangunan serta Kesejahteraan Bangsa.

Bidang Usaha
PT. Astra Argo Lestari Tbk bergerak di sektor perkebunan antara lain industri kelapa
sawit, karet, manufaktur dan jasa.

Produk
Produk yang dihasilkan berupa minyak CPO dan juga minyak goreng (cooking oil) merk
Lazizah dan palmeco.

Nama Perusahaan dan Aktivitas Utama


Perkebunan dan industri kelapa sawit : Lokasi
PT Karya Tanah Subur Aceh
PT Perkebunan Lembah Bhakti Aceh
PT Tunggal Perkasa Plantations Riau
PT Sari Lembah Subur Riau
PT Eka Dura Indonesia Riau
PT Sawit Asahan Indah Riau
PT Kimia Tirta Utama Riau
PT Surya Panen Subur Riau
PT Sari Aditya Loka Jambi
PT Laras Astra Kartika Sum-Sel
PT Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi Kal-Teng
PT Agro Menararachmat Kal-Teng
PT Gunung Sejahtera Dua Indah Kal-Teng
PT Gunung Sejahtera Puti Pesona Kal-Teng
PT Gunung Sejahtera Raman Permai Kal-Teng
PT Suryaindah Nusantarapagi Kal-Teng
PT Gunung Sejahtera Yoli Makmur Kal-Teng
PT Persadabina Nusantaraabadi Kal-Teng

5
PT Bhadra Cemerlang Kal-Teng
PT Ciptanarada Lestari Kal-Teng
PT Nirmala Agro Lestari Kal-Teng
PT Cakradenta Agung Pertiwi Kal-Sel
PT Waru Kaltim Plantation Kal-Tim
PT Sukses Tani Nusasubur Kal-Tim
PT Letawa Sul-Sel
PT Suryaraya Lestari Sul-Sel
PT Mamuang Sul-Sel
PT Pasang Kayu Sul-Sel
PT Lestari Tani Teladan Sul-Teng

Perkebunan dan industri kelapa sawit dan


karet Kal-Sel
PT Cakung Permata Nusa

Perkebunan dan industri karet : Lampung


PT Huma Indah Mekar Sul-Sel
PT Bhadra Sukses

Perkebunan dan industri Teh : Jawa Barat


PT Bantar Jawa Barat
PT Bukit Sari Jawa Barat
PT Sankawangi Jawa Tengah
PT Rumpun Sari Kemuning Jawa Tengah
PT Rumpun Sari Medini

Perkebunan dan industri Kakao : Jawa Barat


PT Topasari Jawa Barat
PT Pandji Waringin Lampung
PT Gunung Aji Jaya

Perkebunan dan industri Kakao dan Karet : Jawa Tengah

6
PT Rumpun Sari Antan

Manufaktur dan Jasa : Riau


PT Eka Dura Perdana

D. Metode Analisis
Dalam menganalisis prospek dan resiko PT Astra Agro Lestari, Tbk., kami
menggunakan beberapa analisis antara lain:
1. Analisis Time Series
Analisis time series yang digunakan untuk menganalisis tren-tren yang mungkin
timbul pada saham PT Astra Agro Lestari Tbk. Data historis perusahaan
dibandingkan dengan data historis industry untuk melihat apakah tren perusahaan
bergerak relatif lebih baik terhadap tren industry. Analisis ini menggunakan data dari
tahun 2004-2008. Dalam analisis time series ini kami melakukan perhitungan dengan
menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method) dalam analisis trend-
linier untuk memprediksi pendapatan dan laba perusahaan di masa depan.
Rumus metode Least Square:
Yt = a + bX
Nilai a dan b dihitung sebagai berikut:
a = E(Y) – b E(X)

2. Analisis Rasio
Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angka di dalam
laporan keuangan seperti neraca atau laba rugi. Dengan rasio, diharapkan perbedaan
ukuran akan hilang. Analisis rasio juga digunakan untuk menilai prospek dan resiko
PT Astra Agro Lestari Tbk. yang meliputi analisis:
a. Rasio likuiditas: rasio lancar dan rasio quick
b. Rasio aktivitas: rata-rata umur piutang, perputaran aktiva tetap, dan perputaran
total aktiva
c. Rasio solvabilitas: total hutang terhadap total asset dan Time Interest Earned
d. Rasio profitabilitas: Profit Margin, Return On Assets, dan Return On Equity

7
Adapun jenis data yang kami gunakan adalah data sekunder, berupa laporan keuangan
PT Astra Agro Lestari Tbk. tahun 2004-2008 dan ringkasan kinerja PT Astra Agro
Lestari Tbk. tahun 2008-2009. Data diperoleh dengan metode studi kepustakaan untuk
memperoleh gambaran mengenai PT Astra Agro Lestari Tbk.

E. Hasil dan Pembahasan


1. Analisis Time Series
Berdasarkan tujuan analisis untuk melihat prospek perusahaan di masa depan
digunakan perhitungan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square
method) dalam analisis trend-linier. Metode ini digunakan untuk meramalkan prospek
perusahaan untuk beberapa tahun ke depan dari segi laba dan pendapatan perusahaan.
Berikut ini perhitungan ramalan laba bersih dan pendapatan operasi PT Astra Agro
Lestari Tbk. untuk beberapa tahun ke depan.
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun (X) Pendapatan Usaha (Y) X Y XY X2
2004 3,472,524 -2 3,472,524 -6,945,048 4
2005 3,370,936 -1 3,370,936 -3,370,936 1
2006 3,757,987 0 3,757,987 0 0
2007 5,960,954 1 5,960,954 5,960,954 1
2008 8,161,217 2 8,161,217 16,322,434 4
∑ 0 24,723,618 11,967,404 10

Rumus: Y= a + bx

= 1196740,4

a = E(Y) – b E(X)
= 4944723.6

Y = 4944723.6 + 1196740,4 X

8
Dari perhitungan di atas, dapat diramalkan besarnya pendapatan usaha untuk
periode di masa datang, misalnya untuk tahun 2009–2012. Nilai x yang digunakan
mulai dari 3 sampai 6 dan seterusnya diurutkan untuk menghitung pendapatan tahun
berikutnya. Maka hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tahun X Pendapatan Usaha


2004 -2 Rp 3,472,524
2005 -1 Rp 3,370,936
2006 0 Rp 3,757,987
2007 1 Rp 5,960,954
2008 2 Rp 8,161,217
2009 3 Rp 8,534,944.8
2010 4 Rp 9,731,685.2
2011 5 Rp 10,928,425.6
2012 6 Rp 12,125,166
(Dalam Jutaan Rupiah)
Dari perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa untuk periode beberapa tahun ke
depan, pendapatan perusahaan akan terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat saja
benar terjadi, melihat kinerja perusahaan dalam meningkatkan tingkat produksi dan
efisiensi yang cukup baik.

Grafik Data Pendapatan Usaha dan Tren Pendapatan Usaha

Dapat dilihat jika pada tahun 2005-2006 terdapat jarak antara pendapatan real
dan garis regresi atau proyeksi pendapatan perusahaan. Namun seiring dengan

9
peningkatan kinerja perusahaan pada tahun 2007-2008, pendapatan kembali
meningkat dan melebihi proyeksi pendapatannya.

Berikut adalah tabel perhitungan regresi linier untuk laba bersih PT Astra Agro
Lestari Tbk. :
(Dalam Jutaan Rupiah)
Tahun (X) Laba Bersih (Y) X Y XY X2
2004 800,764 -2 800764 -1601528 4
2005 790,410 -1 790410 -790410 1
2006 787,318 0 787318 0 0
2007 1,973,428 1 193428 193428 1
2008 2,631,019 2 2631019 5262038 4
∑ 0 5202939 3063528 10

Dengan cara yang sama, maka dapat diprediksi pula laba bersih yang akan
diperoleh perusahaan di masa mendatang, misalnya dari tahun 2009 – 2012. Tabel
berikut ini menunjukkan hasil perhitungannya :
Y= 1040587,8 + 306352,8 X

Tahun X Laba Bersih


2004 -2 Rp 800,764
2005 -1 Rp 790,410
2006 0 Rp 787,318
2007 1 Rp 1,973,428
2008 2 Rp 2,631,019
2009 3 Rp 1,959,646
2010 4 Rp 2,265,999
2011 5 Rp 2,572,352
2012 6 Rp 2,878,705
(Dalam Jutaan Rupiah)
Berdasarkan tabel perhitungan di atas, dapat dilihat juga bahwa laba bersih
untuk beberapa periode ke depan menunjukkan pergerakan yang sama seperti
pergerakan pendapatan. Memang perhitungan secara statistik, baik pendapatan
maupun laba bersih cenderung bergerak naik, akan tetapi hal ini merupakan suatu
ketidakpastian. Namun dengan perhitungan ini, dapat membantu manajemen
perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk penetapan strategi pengembangan
perusahaan di masa datang.

10
Jika melihat grafik data tren pendapatan usaha dan laba usaha PT Astra Agro
Lestari Tbk. dapat dilihat akan terjadi tren naik pada pendapatan dan laba usaha
perusahaan. Isu lingkungan ternyata tak mampu meruntuhkan kinerja ekspor minyak
sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari Indonesia. Sepanjang 2004 hingga 2008,
volume ekspor CPO terutama produk turunannya justru mengalami peningkatan
sebesar 94,27 persen yakni dari 8,66 juta ton di 2004.
Perusahaan perkebunan PT Astra Agro Lestari Tbk., hingga kuartal pertama
2004 mencatat kenaikan produksi CPO (crude palm oil) sebesar 30,5 persen menjadi
183.956 ton metrik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
140.910 ton. Meningkatnya produksi CPO selama kuartal 1-2004 itu karena adanya
kenaikan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit perseroan sebesar 27,98
persen menjadi 723.022 ton dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 565.407
ton.
Untuk tahun 2004 sendiri, perseroan menaikkan produksi CPO sekitar 10-15
persen dari target produksi semula. Kecuali pada tahun 2006 terjadi sloope negatif
antara laba real terhadap garis regresi linier. Ini diakibatkan karena terjadi penurunan
laba perusahaan dibandingkan tahun sebelumnya.
Sejak minyak mentah menembus level psikologis US$ 100 per barel, harga
CPO ikut terkerek. Tengok, saja Bursa Derivatif Malaysia. Kontrak perdagangan CPO
pengiriman April 2008 mencetak harga tertinggi sepanjang sejarah, yaitu RM 4.321
(US$ 1.363,74) per ton pada Maret 2008.
Pada bulan yang sama, harga CPO di Pelabuhan Rotterdam mencetak rekor
tertinggi US$ 1.407 per ton. Padahal, harga rata-rata CPO pada 2007 sekitar US$ 700
per ton. Selain harga minyak yang meninggi, ada beberapa sebab lain yang membuat
harga CPO melonjak. Pertama, CPO merupakan komoditas vital yaitu sebagai energi
alternatif yang dipakai di seluruh dunia, seperti untuk sabun dan minyak goreng.
Kedua, China yang merupakan salah satu pemasok CPO dunia mengalami
kerusakan lahan akibat musim dingin. Ketiga, suhu politik Malaysia yang memanas.
Terakhir, wacana kenaikan pajak ekspor komoditas perkebunan dan tambang di
Indonesia. Dua penyebab terakhir ini sangat berpengaruh, mengingat Indonesia dan
Malaysia adalah pemasok 85% CPO di pasar internasional. Jika ekspor kedua negara
itu berkurang, harga CPO pun bisa naik lebih tinggi.
Sepanjang tahun 2008, PT Astra Agro Lestari (AALI) membukukan kenaikan
laba bersih hingga 33% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,63 triliun

11
dari sebelumnya Rp 1,97 triliun sementara untuk penjualan bersih tercatat naik 37%
dari sebelumnya Rp 5,96 triliun menjadi Rp 8,12 triliun, dan untuk laba usaha tercatat
naik 16% menjadi Rp 3,38 triliun sedangkan sebelumnya sebesar Rp 2,9 triliun.

Grafik Data Laba Usaha dan Tren Laba Usaha

Dari segi ekonomi pada tahun selanjutnya akan terjadi pertumbuhan


pendapatan dan laba usaha perusahaan. Ini seiring dengan pertumbuhan harga CPO
dunia dan tingginya kebutuhan dunia akan produk hasil kelapa sawit.

2. Analisis Rasio
Dari laporan keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk. periode 2004-2008
didapatkan hasil rasio keuangan sebagai berikut:
Rasio Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk.
(%)
2004 2005 2006 2007 2008
Rasio Likuiditas
Rasio Lancar
120.91 169.63 87.33 160.30 194.42
Rasio Quick 106.65 123.06 53.29 120.05 117.53

12
Rasio Aktivitas
Rata-rata Umur Piutang
7.29 10.88 2.29 7.05 1.10
(hari)
Perputaran Aktiva Tetap 1327.3 1005.0 1187.2 670.3 557.7
Perputaran Total Aktiva 162.31 134.82 125.07 160.88 179.60
Rasio Solvabilitas
Total Hutang terhadap
102.65 105.62 107.46 111.36 125,18
Total Asset (aktiva)
Time Interest Earned 220648
1167.8 2573.3 4709.4 39302
8.3
Rasio Profitabilitas
Profit Margin 23.06 23.45 20.95 33.11 32.24
Return On Asset (ROA) 23.67 24.76 22.51 36.87 40.35
Return On Equity (ROE) 101.82 100.39 99.99 226.61 302.12

Current Ratio didapat dengan cara membagi aktiva lancar dengan hutang
lancar. Nilai rasio lancar yang rendah akan berdampak pada resiko piutang dan
persediaan. Indikator rasio lancar adalah semakin rendah rasio lancar, maka semakin
buruk tingkat likuiditas sebuah perusahaan, semakin tinggi rasio lancar berarti
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya baik. Dan Quick
Ratio adalah rasio yang membagi aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang
lancar.
Di sini pertumbuhan pada tahun 2004 sampai 2008 di atas 100% kecuali pada
tahun 2006, rasio lancar berada di bawah 100% karena kas perusahaan mengalami
penurunan, oleh karena itu perusahaan meminjam kepada bank dalam jangka pendek
sehingga pinjaman pada tahun 2006 yang sangat besar dibandingkan tahun yang lain.
Namun terjadi peningkatan rasio lancar pada tahun 2007 dan 2008 karena
perusahaan dapat membayar hutang perusahaan dengan baik.
Grafik Rasio Likuiditas

13
Serta terjadi peningkatan kas pada tahun 2007-2008 sebesar 52% dan
peningkatan piutang perusahaan kepada piha ketiga sebesar 53%. Persediaan
perusahaan juga menunjukkan peningkatan sebesar 22%. Jadi peningkatan rasio
lancar didongkrak karena peningkatan aktiva lancar sebesar 33% pada tahun 2006
sampai dengan 2007. Keadaan ini meningkatkan rasio lancar karena hutang
perusahaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan, hanya 18%.
Rasio aktivitas dipakai untuk mengukur aktivitas suatu perusahaan dalam
mengelola sumber dana yang dimilikinya. Definisi rasio aktivitas adalah rasio yang
membandingkan antara penjualan dengan berbagai aktiva pendukung untuk
penjualan. Data yang dipakai berasal dari data laporan laba/rugi. Kondisi perusahaan
dikatakan sehat apabila angka yang dihasilkan dari berbagai perhitungan semakin
besar. Artinya, perusahaan dapat menciptakan volume bisnis yang besar (efektif)
walaupun persediaan aktiva tetap atau total aktiva dalam jumlah yang sama.
Inventory Turnover (Perputaran Piutang) adalah rasio yang membagi antara
penjualan dengan persediaan. Persediaan dapat ditentukan secara rata-rata. Tujuannya
untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam menagih piutang. Menurut teori
keuangan, semakin tinggi rata-rata pengembalian piutang berarti semakin tinggi pula
dana yang diserap oleh piutang. Artinya, rata-rata pengembalian berbanding lurus
dengan sumber daya yang diserap oleh piutang.
Dalam mencari rata-rata pengembalian piutang, diperlukan 2 langkah.
Pertama, mencari rata-rata penjualan/hari. Langkah ini untuk membandingkan antara
penjualan selama kuartal/setahun dengan jumlah hari dalam setahun/kuartal. Kedua,
menghitung rata-rata pengumpulan piutang. Rasio yang membandingkan antara
piutang dengan langkah pertama (perhitungan rata-rata penjualan harian).
Dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah hari perputaran piutang pada
tahun 2008 dikarenakan banyak piutang yang telah tertagih oleh perusahaan. Pada
tahun 2008 terjadi penurunan piutang perusahaan sebesar 14% dibandingkan tahun
lalu. Jadi perusahaan telah mengefektifkan penagihan puitang perusahaan.
Grafik Rasio Aktivitas

14
Perputaran aktiva tetap adalah resiko yang membandingkan antara penjualan
dan aktiva tetap, dengan tujuan untuk mengukur efektifitas pemakaian aktiva tetap.
Indikatornya semakin tinggi rasio perputaran aktiva tetap, semakin efektif manajemen
perusahaan dalam pemakaian aktiva tetap, rasio rendah membuat manajemen bekerja
keras memutar otak untuk mengevaluasi strategi, pemasaran pengeluaran modal pada
perusahaan.
Jika melihat rasio perputaran aktiva tetap perusahaan periode 2004-2008,
terjadi penurunan rasio perputaran aktiva tetap diakibatkan pada tahun 2008
perusahaan akan mengurangi cakupan ekspansi dan mengubah fokus menjadi
pemeliharaan lahan dan tanaman yang telah ada. Pada tahun 2007, lahan perkebunan
perseroan yang tertanam mencapai 235.000 hektare di mana pada tahun 2006
perseroan juga melakukan ekspansi lahan baru yang belum tertanam seluas 70.000-
90.000 ha.
Tambahan lahan baru di 2007 tersebut, rencananya akan dimulai ditanami
secara bertahap pada 2008 hingga 2009 di mana sumber pembiayaannya akan
menggunakan kas internal perseroan. Jika ditambah ekspansi lahan di 2008, maka
total lahan milik perseroan pada tahun 2008 mencapai 500.000 hektare.
Belanja modal (capital expenditure/CAPEX) perseroan pada 2008 mencapai
Rp1,5 triliun atau naik dibandingkan 2007 sebesar Rp800 miliar. Dari total belanja
modal itu, sekitar 20-25 persen akan digunakan untuk ekspansi lahan baru, dan
sisanya digunakan untuk kegiatan produksi, perawatan, serta sarana infrastruktur
seperti jalan dan perumahan bagi karyawan.
Rasio perputaran total aktiva digunakan untuk mengukur efektifitas
penggunaan total aktiva Total asset turnover adalah perbandingan penjualan dengan
total aktiva. Jika dilihat dari hasil perhitungan rasio perputaran total aktiva dapat
dilihat bahwa terjadi peningkatan signifikan dari tahun 2005-2008. Ini dikarenakan

15
perusahaan masih akan fokus di plantation dan belum berencana masuk ke industri
hilir.
Grafik Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan


memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio hutang adalah rasio yang
membandingkan antara total hutang dengan total aktiva. Tujuan rasio ini adalah untuk
mengukur seberapa besar perusahaan memakai hutang untuk kegiatan operasional.
Dapat dilihat jika terjadi peningkatan rasio pada periode 2004-2008. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan banyak menggunakan hutang untuk membiayai
kegiatan operasionalnya. Total kewajiban perusahaan cenderung mengalami
peningkatan, dimana peningkatan paling besar terjadi di tahun 2007 dari tahun
sebelumnya yakni sebesar 74,9%. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan hutang usaha
perusahaan. Kenaikan paling besar yakni hutang pajak perusahaan yang naik dari
tahun 2006 sebesar Rp 87.899 juta menjadi Rp 556.828 juta pada tahun 2007,
sehingga mengakibatkan jumlah kewajiban lancar perusahaan naik.
Rasio Time Interest Earned Ratio (TIE) ini membagi laba sebelum hutang dan
pajak (EBIT) dengan beban bunga, yakni laba operasi dibagi dengan beban bunga.
Rasio ini bertujuan mengetahui seberapa jauh laba mengalami penurunan, tanpa
mengganggu kewajiban perusahaan terhadap kreditur. Semakin tinggi TIE, semakin
sehat kondisi perusahaan.
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), membukukan pertumbuhan penjualan
CPO di tahun 2007 sebesar 58,5%, padahal volume penjualan turun 6,2%. Hal itu
disebabkan kenaikan harga rata-rata CPO AALI sebesar 69% bila dibandingkan

16
dengan harga di tahun 2006. Berdasarkan data dalam keterbukaan informasi di BEI,
Jakarta, Kamis (24/1/2008), harga CPO AALI pada 2006 sebesar Rp 3.552/kg. Di
tahun 2007, harga CPO AALI meningkat 69% menjadi Rp 6.002/kg. Total penjualan
CPO AALI di tahun 2006 sebesar 914,69 ribu ton. Dengan demikian total nilai
penjualan AALI di tahun 2006 sebesar Rp 3,25 trilliun.
Pada tahun 2008 terjadi peningkatan TIE yang sangat tinggi karena beban
bunga pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 97% sehingga kondisi
perusahaan dalam keadaan yang sehat. Karena bunga yang harus dibayarkan
perusahaan sangat kecil jika dibandingkan laba sebelum pajak dan beban perusahaan.
Seperti pada tahun 2008 beban bunga perusahaan hanya sekitar Rp 180 (dalam jutaan),
dibandingkan dengan laba sebelum pajak dan beban yang dimiliki perusahaan yang
berkisar antara Rp 1,5 juta (dalam jutaan) sampai Rp 3 juta (dalam jutaan).
Jika dilihat rasio profit margin periode 2004-2008 maka nilai
rasio mengalami peningkatan yang baik namun tidak terlalu besar.
Hal ini dipicu karena pada tahun 2006 terjadi penurunan harga CPO
dunia. Namun pada tahun 2007-2008 laba perusahaan kembali
meningkat pesat seiring dengan efisiensi lahan dan naiknya harga
CPO dunia.
Pengembalian atas aktiva yang biasa disebut Return On Asset
(ROA), merupakan suatu ukuran keseluruhan profitabilitas
perusahaan, rasio ini membandingkan imbalan untuk pemegang
saham dan kreditor dengan jumlah aset (jumlah sumber daya yang
dipasok oleh para pemegang saham dan kreditor ). Rasio tingkat
pengembalian aktiva menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dari modal yang diinvestasikan dalam aktiva perusahaan.
Grafik Rasio Profitabilitas

17
Nilai Return on Assets (ROA) pada perusahaan mengalami peningkatan di tiap
triwulan maupun di tiap tahun antara tahun 2006 sampai dengan 2008. Peningkatan
ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang lebih besar dari peningkatan total
aktiva yang sama-sama meningkat juga di periode yang sama. Hal ini menandakan
bahwa perusahaan terus mengalami perbaikan kinerja dalam pengelolaan atas aset
yang dimiliki.
Nilai ROA rata-rata tertinggi terjadi di tahun 2008 sebesar 49,35 persen.
Peningkatan ini dikarenakan adanya peningkatan laba bersih perusahaan, penurunan
beban bunga dan keuntungan selisih kurs. Perusahaan dapat meningkatkan laba
bersihnya di tahun 2008 dikarenakan kenaikan harga CPO di pasar. Sedangkan arti
40,35 adalah dalam setiap satu rupiah aset akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp
0,40 (dalam jutaan).
Rasio rata-rata industri sejenis, yakni industri perkebunan menunjukkan
perusahaan masih lebih baik. Pada tahun 2006, rata-rata industri sebesar 11,35 persen,
tahun 2007 sebesar 13,75 persen dan tahun 2008 sebesar 14,26 persen.Rasio ROE
mengukur seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modal
sendiri yang ditanamkan untuk pembiayaan usaha.
Tahun 2008 menjadi tahun yang menggembirakan bagi AALI. Anak
perusahaan Astra International ini berhasil membukukan laba bersih 2007 Rp 1,9
triliun atau melonjak 150,7% dari tahun sebelumnya. Sedangkan penjualan 2007
sebesar Rp 5,96 triliun atau naik 58,6% dari tahun 2006. Padahal, volume penjualan
CPO AALI tahun ini 857.824 ton, turun 6,2% dari tahun sebelumnya.
Tabel Perbandingan ROA Perusahaan dan Industri
(%)
Tahun ROA Perusahaan ROA Industri
2004 23.67 4.04
2005 24.76 10.96
2006 22.51 11.35
2007 36.87 13.75
2008 11.64 14.26

18
Untuk meningkatkan kinerja, AALI telah menganggarkan belanja modal Rp
1,5 triliun tahun ini. Sekitar 20% sampai 25% dari dana itu akan digunakan untuk
berburu lahan baru. Saat ini luas lahan AALI sudah mencapai 300.000 ha; terdiri dari
235.000 ha lahan tertanami dan 70.000 ha lahan yang belum tertanami.
Grafik Perbandingan ROA Perusahaan dan Industri

Kenaikan nilai rasio ini disebabkan oleh persentase kenaikan nilai ekuitas
perusahaan yang lebih kecil dari persentase kenaikan nilai laba bersihnya. Kenaikan
yang terjadi pada tahun 2008 menunjukkan semakin meningkatnya kemampuan
modal sendiri perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, sehingga profitabilitasnya
lebih baik dari tahun 2006 dan 2007. Nilai Return on Equity (ROE) rata-rata di tahun
2008 sebesar 36,59 persen yang berarti setiap satu rupiah modal sendiri (ekuitas)
mampu menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,3659 (dalam jutaan rupiah) atau
sebesar Rp 365.900.
Penganalisis juga menganalis apakah ada pengaruh antara harga CPO dunia
terhadap laba perusahaan. Dari grafik yang ditampilkan, dapat di lihat bahwa terdapat
pola yang sama antara pendapatan dan harga CPO dunia. Seiring dengan naiknya
harga CPO dunia maka pendapatan perusahaan juga meningkat. Namun hal ini tidak
bisa dijadikan patokan yang mutlak karena tidak didukung oleh teknik analisis
ataupun perhitungan, perbandingan ini dianalis hanya untuk mengetahui pola
pergerakan harga CPO dunia terhadap pendapatan perusahaan saja.
Harga jual CPO yang membaik hingga akhir tahun 2005 menggembirakan
Indonesia karena produksi dan ekspor minyak sawit nasional mengalami peningkatan
setiap tahun sejalan dengan perluasan areal tanaman itu. Tahun 2005 misalnya,

19
produksi CPO Indonesia diprediksi sebesar 13,6 juta ton, dimana sebanyak 9,6 juta
ton sampai 10 juta ton untuk di ekspor.

Perusahaan perkebunan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatat


kenaikan penjualan minyak sawit mentah (CPO/crude palm oil) sebesar 13 persen
pada semester I-2005. Meski produksi penjualan naik, AALI mengalami penurunan
harga CPO selama semester I-2005 sebesar 19 persen. AALI mencatat volume
penjualan CPO sebesar 388,529 ribu ton pada atau naik 13 persen dibanding periode
yang sama tahun lalu sebesar 342,763 ribu ton. Dari total penjualan tersebut sekitar 27
persen atau sebesar 105,252 ribu ton diserap di pasar ekspor. Selama semester I-2005
harga jual rata-rata CPO mengalami penurunan sekitar 19 persen menjadi Rp 3.275
per kilogram sebagai dampak melemahnya harga minyak kedelai dan sawit dunia
yang masing-masing sekitar 18 persen dan 19 persen.
Perusahaan perkebunan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) selama tahun
2005 mencatat penurunan ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO)
sebesar 22 persen menjadi 258.347 ton dibanding tahun 2004. Meski ekspor turun,
total penjualan CPO AALI untuk tahun 2005 meningkat 13 persen dari 722.593 pada
tahun 2004 menjadi 818.011 ton. Penurunan ini terjadi akibat menguatnya permintaan
pasar dalam negeri. Ekspor CPO AALI paling banyak diserap oleh India yang
mencapai 84.644 ton atau 33 persen. Diikuti Belanda dan Malaysia masing-masing
20,8 persen dan 20,5 persen. Walaupun total volume penjualan meningkat, namun
harga rata-rata CPO tahun 2005 lebih rendah dibanding tahun 2004. Harga per

20
kilogram CPO tahun 2005 hanya sebesar Rp 3,389 sedangkan tahun 2004 mencapai
Rp 3,739.
Rencana ekspor CPO 2005 sebanyak 9,6 juta ton sampai 10 juta ton itu
disebutkannya mengalami kenaikan cukup besar dibandingkan realisasi ekspor 2004
yang masih sebesar 8,66 juta ton atau ekspor 2003 sejumlah 6,4 juta ton.
Analisis laporan keuangan tidak terlepas dari resiko yang mungkin dialami
oleh perusahaan dalam mengukur prospek perusahaan ke depannya, maka kami juga
menganalisis resiko yang mungkin dialami perusahaan adalah:
1. Internasional:
a. Ketidakstabilan harga CPO di pasar dunia, harga CPO yang terus berubah
membuat pendapatan perusahaan berubah seiring perkembangan harga
CPO dunia. Resiko ini dapat mengakibatkan harga saham turun atupun
naik.
b. Perubahan jumlah permintaan CPO di pasar dunia, perubahan jumlah
permintaan CPO juga akan turut mempengaruhi laba perusahaan.
Permintaan dunia terus meningkat, namun suatu saat bisa saja permintaan
akan CPO akan berhenti karena telah ditemukan sumber daya baru
pengganti CPO.
c. Perubahan nilai kurs, dapat membuat keuntungan ataupun kerugian selisih
kurs. Nilai kurs yang fluktuatif akan mempengaruhi nilai transaksi
perusahaan sehingga ada selisih antara nilai kurs dalam suatu waktu
tertentu.
2. Domestik:
a. Tingkat inflasi di Indonesia, tingkat inflasi yang tinggi akan membuat
harga naik. Ini dapat memperkecil laba perusahaan karena biaya yang
dikeluarkan akan semakin tinggi pula.
b. Perubahan iklim demografi Indonesia, iklim Indonesia yang berubah-ubah
dapat mempengaruhi tanaman kelapa sawit. Bencana gempa bumi,
tsunami, dan gunung meletus dapat membuat resiko perusahaan semakin
tinggi.
3. Industri:
a. Perubahan teknologi dalam memproduksi CPO dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan. Jika perusahaan tidak mengikuti perkembangan

21
teknologi maka perusahaan dapat ketinggalan zaman dan tidak efisien
dalam proses memproduksi CPO.
b. Persaingan antar perusahaan perkebunan juga turut dapat memperbesar
resiko yang dialami oleh perusahaan. Daya saing yang tinggi akan
membuat perusahaan harus terus berkembang mengungguli saingannya.
Proses persaingan ini akan memaksa perusahaan membuat strategi-strategi
untuk mengatasinya. Sedangkan siklus hidup perusahaan pasti akan terus
berjala, naik dan turun.
4. Perusahaan:
a. Perubahan strategi perusahaan, seperti strategi menjual lahan yang tidak
produktif lagi, tidak membagikan dividen, atau memperbesar utang akan
memberi resiko terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Karena strategi
yang dilakukan hasil yang dicapai belum tentu sesuai harapan manajemen
perusahaan.
b. Resiko terkena bencana, seperti bencana kebakaran dan wabah hama
tanaman perkebunan adalah resiko perusahaan yang sangat mungkin
terjadi dan harus di antisipasi dari awal.

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis time series dapat dilihat prospek perusahaan Astra Agro
Lestari Tbk. masih sangat menjanjikan. Ini didukung dengan naiknya harga CPO
dunia serta kebutuhan masyarakat global terhadap CPO.
2. Kondisi perusahaan juga menunjukkan kondisi yang baik dalam hal likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas. Walaupun sempat mengalami kondisi yang
kurang baik pada tahun 2006, namun perusahaan dapat memperbaikinya dan terus
meningkat dari periode 2007-2008.
3. Sebagian besar pengukur kinerja keuangan perusahaan Astra Agro Lestari
Tbk. mengalami peningkatan. Sehingga cukup baik bagi investor untuk menanamkan
modalnya di PT Astra Agro Lestari Tbk. setidaknya sampai satu tahun ke depan dan
selama masih di atas rata-rata industri sejenis lainnya, jika tidak sebaiknya dipikirkan
kembali dan melihat keadaan pasar modal secara menyeluruh.

22
G. Saran
Saran kami dari hasil penelitian ini adalah:
1. Perusahaan dapat meningkatkan kinerja dengan cara meningkatkan laba operasional
melalui menambah jumlah penjualan, diawali dengan ekspansi lahan perkebunan,
lalu melakukan pengembangan bisnis minyak gorengnya dengan cara melakukan
pembangunan pabrik minyak goreng di pulau Jawa sebagai antisipasi untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi akan minyak goreng kelapa sawit yang tumbuh
cukup tinggi. Serta melepaskan aset yang kurang produktif seperti melepaskan aset
lahan perkebunan karena adanya tumpang tindih antara lahan perkebunan dan
pertambangan yang menyebabkan aset tidak produktif, sehingga perusahaan dapat
mengoptimalkan penggunaan modal dan asetnya agar menghasilkan laba yang
optimal.
2. Investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan perkebunan, PT Astra Agro Lestari
Tbk adalah pilihan yang baik. Hal tersebut terkait dengan data historis perusahaan
pada peride 2004-2008 kinerja keuangan perusahaan menunjukkan kondisi yang
baik, sehingga harapan investor untuk tingkat pengembalian bagi investasinya ada
dan keadaan rasio keuangan PT AALI Tbk pun rata-rata berada lebih baik dari rata-
rata industri sejenisnya.
3. Perhitungan kinerja keuangan suatu perusahaan selanjutnya dibuat dengan bantuan
program komputer sehingga perhitungan dapat berlangsung cepat dan efisien.
Periode analisis juga dapat diperbanyak mengingat analisis ini hanya dalam periode
5 tahun saja. Dengan periode penelitian yang lebih banyak maka hasil yang didapat
diharapkan dapat lebih mencerminkan keadaan perusahaan.

23
Daftar Pustaka

http://www.financeindonesia.org/archive/index.php/t-481.html

http://klasik.kontan.co.id/investasi/news/31289/Menanti-Datangnya-Musim-Panen-Sawit-
AALI

http://idsaham.com/blog-news-saham-SAHAM-KL-KEPONG-DAN-AALI-TURUN-
SEIRING-ANJLOKNYA-SAWIT-2993.html

http://library.monx007.com/economy/sahamkebun/1

http://idsaham.com/blog-news-saham-INILAHCOM--Koleksi-Saham-Komoditas-Perbankan-
2028.html

http://idsaham.com/blog-news-saham-INILAHCOM--Apakah-Trio-Astra-Bertahan-Pekan-
Ini-2792.html

http://idsaham.com/blog-news-saham-Analisa-saham-AALI-2990.html

http://www.google.co.id/search?
q=daftar+penghargaan+yang+diperoleh+PT+astra+agro+lestari+indonesia&hl=id&prm
d=iv&ei=hMj9TPCsE8esrAePluGXCA&start=10&sa=N

http://www.bmw.astra.co.id/images/databank/2006052911510052.pdf

http://202.155.2.90/corporate_actions/new_info_jsx/jenis_informasi/01_laporan_keuangan/0
4_Annual%20Report/2007/ASII/AR%20ASTRA%20INTL%202007.pdf

http://idsaham.com/saham.html

http://library.monx007.com/adbrite_728x90.htm

24
Lampiran 1
Tabel Perhitungan ROA
(%)
AALI 2004 2005 2006 2007 2008
Total Aset 3,382,821 3,191,715 3,496,955 5,352,986 6,519,791
Laba Bersih 800,764 790,410 787,318 1,973,428 2,631,019
ROA 23.67 24.76 22.51 36.87 40.35

LSIP
Total Aset 2,362,930 2,602,173 2,985,212 3,938,140 4,921,310
Laba Bersih -247,198 355,724 303,105 564,034 927,555
ROA -10.46 13.67 10.15 14.32 18.85

SGRO
Total Aset 2,088,002 2,156,164
Laba Bersih 215,083 439,516
ROA 10.30 20.38

SMAR
Total Aset 3,972,684 4,597,227 5,311,931 8,063,169 10025915
Laba Bersih -107,960 304,203 628,005 988,944 1046389
ROA -2.72 6.62 11.82 12.26 10.44

TBLA
Total Aset 1,352,092 1,451,439 2,049,163 2,457,120 2802497
Laba Bersih 16,455 6,219 52,884 97,227 63336
ROA 1.22 0.43 2.58 3.96 2.26

UNSP
Total Aset 1,124,746 1,244,909 1,783,001 4,310,904 4,700,319
Laba Bersih 95,567 115,716 172,898 206,575 173,569
ROA 8.50 9.30 9.70 4.79 3.69

GZCO
Total Aset 1,428,610
Laba Bersih 54,750
ROA 3.83
ROA
4.04 10.96 11.35 13.75 14.26
INDUSTRI

25
Perhitungan Rasio Keuangan
2004 2005 2006 2007 2008
Aktiva Lancar 1243319 691345 492195 1647854 1975656
Hutang Lancar 1028286 407551 563599 1027958 1016167
RASIO LANCAR 120,91 169,63 87,33 160,30 194,42

Aktiva Lancar 1243319 691345 492195 1647854 1975656


Persediaan 146655 189813 191861 413813 781363
Hutang Lancar 1028286 407551 563599 1027958 1016167
QUICK RATIO 106,65 123,06 53,29 120,05 117,53

Piutang 69308 100482 23549 115158 24705


Pendapatan
Operasional 3472524 3370936 3757987 5960954 8161217
9513,76 9235,44 10295,8 16331,3
4 1 5 8 22359,4986
RECEIVBLE
TURN. 7,29 10,88 2,29 7,05 1,10

Pendapatan
Operasional 1946570 1907582 2277740 2773747 4357818
Aktiva Tetap 146655 189813 191861 413813 781363
AT TURN 1327,3 1005,0 1187,2 670,3 557,7

Pendapatan
Operasional 3472524 3370936 3757987 5960954 8161217
Total Aktiva 2139502 2500370 3004760 3705132 4544135
TA TURN 162,31 134,82 125,07 160,88 179,60

Total Hutang 3472524 3370936 3757987 5960954 8161217


Total Aktiva 3382821 3191715 3496955 5352986 6519791
TH TRHDP TA 102,65 105,62 107,46 111,36 125,18

EBIT 1350456 822368 1179234 2921709 3949614


Beban Bunga 115642 31958 25040 7434 179
TIE 1167,8 2573,3 4709,4 39302,0 2206488,3

Laba Bersih 800764 790410 787318 1973428 2631019


Pendapatan
Operasional 3472524 3370936 3757987 5960954 8161217
PROFIT MARGIN 23,06 23,45 20,95 33,11 32,24

26
Laba Bersih 800740 790410 787318 1973428 2631019
Total Aktiva 3382821 3191715 3496955 5352986 6519791
ROA 23,67 24,76 22,51 36,87 40,35

Laba Bersih 800740 790410 787318 1973428 2631019


Modal Saham 786445 787373 787373 870849 870849
ROE 101,82 100,39 99,99 226,61 302,12

Harga CPO Dunia Per-bulan

Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga


Januari 2004 467,69 Januari 2006 377,92 Januari 2008 987,02
Februari 2004 501,61 Februari 2006 390,63 Februari 2008 1109,5
Maret 2004 520,57 Maret 2006 383,36 Maret 2008 1146,86
April 2004 516,34 April 2006 386,41 April 2008 1083,48
Mei 2004 481,14 Mei 2006 394,52 Mei 2008 1086,83
Juni 2004 408,98 Juni 2006 386,18 Juni 2008 1096,39
Juli 2004 386,63 Juli 2006 404,02 Juli 2008 1026,25
Agustus 2004 393,71 Agustus 2006 434,48 Agustus 2008 791,77
September 2004 401,64 September 2006 416,94 September 2008 667,04
Oktober 2004 381,61 Oktober 2006 422,32 Oktober 2008 486,4
Nopember 2004 386,67 Nopember 2006 476,74 Nopember 2008 433,1
Desember 2004 370,09 Desember 2006 528,24 Desember 2008 440,38
Januari 2005 346,63 Januari 2007 550,78
Februari 2005 347,57 Februari 2007 553,75

27
Maret 2005 374,83 Maret 2007 566,39
April 2005 375,84 April 2007 645,41
Mei 2005 370,16 Mei 2007 740,63
Juni 2005 369,64 Juni 2007 748,43
Juni 2005 369,6 Juli 2007 764,47
Agustus 2005 360,3 Agustus 2007 729,56
September 2005 369,98 September 2007 745,18
Oktober 2005 382,82 Oktober 2007 824,07
Nopember 2005 375,97 Nopember 2007 877,34
Desember 2005 368,9 Desember 2007 883,45

28
Lampiran 2
Penghargaan-penghargaan yang diperoleh PT Astra Agro Lestari Tbk.:
1. Penghargaan sebagai ‘Overall Best Company for Corporate Governance’ di Indonesia
yang dianugerahkan oleh Asia Money melalui ‘Best Managed Companies Award’.
2. Astra terpilih sebagai ‘Best Managed Indonesian Company’ yang tercantum dalam
daftar ‘Asia’s Leading Companies’ oleh Asian Wall Street Journal.
3. Majalah Investor menganugerahkan Perseroan sebagai ‘Top Performing Listed
Company’ dan ‘Best Public Company’ dalam kategori aneka industri.
4. Asia Money memberikan penghargaan peringkat pertama kepada Astra sebagai
Perusahaan dengan ‘Best Corporate Governance’.
5. The Indonesian Institute for Corporate Governance dan Majalah SWA menempatkan
Astra sebagai Perusahaan Terbaik dalam ‘Corporate Governance Perception Index’.
6. The Finance Asia memberikan penghargaan kepada Astra untuk ‘Best Managed
Company’, ‘Best CFO’, ‘Second Best Company in Corporate Governance’ and
‘Second Best Investor Relations’.
7. Astra mendapat penghargaan dari Majalah Business Review sebagai ‘Best
Performance Management’ dan CEO Astra sebagai ‘Man of the Year’.
8. Majalah Warta Ekonomi menobatkan CEO Astra sebagai CEO Terbaik.
9. The Indonesian Sustainability Report Award (ISRA) memberikan penghargaan
kepada Astra sebagai
10. ‘Best Company in Environment & Social Responsibility Award’.
11. Asosiasi Pengusaha Muda Indonesia menganugerahkan Penghargaan Adhika Pradana
kepada Astra sebagai Perusahaan Terbaik dalam dukungannya kepada usaha kecil dan
menengah.

29

You might also like