You are on page 1of 9

LAMBUNG/GASTER/MAAG

label : fisiologi

ANATOMI LAMBUNG (GASTER)

Lambung berbentuk seperti huruf J dan merupakan pembesaran dari saluran pencernaan.
Lambung terletak tepat dibawah diafragma pada daerah epigastrik, umbilikal, dan
hipokardiak kiri di perut. Bagian superior lambung merupakan kelanjutan dari esofagus.
Bagian inferior berdekatan dengan duodenum yang merupakan bagian awal dari usus
halus. Pada setiap individu, posisi dan ukuran lambung bervariasi. Sebagai contoh,
diafragma mendorong lambung ke bawah pada setiap inspirasi dan menariknya kembali
pada setiap ekspirasi. Jika lambung berada dalam keadaan kosong bentuknya menyerupai
sosis yang besar, tetapi lambung dapat meregang untuk menampung makanan dalam
jumlah yang sangat besar.

Lambung dibagi oleh ahli anatomi menjadi empat bagian, yaitu bagian fundus, kardiak,
“body” atau badan, dan pilorus. Bagian kardiak mengelilingi lower esophageal sphincter.
Bagian bulat yang terletak diatas dan disebelah kiri bagian kardiak adalah fundus. Di
bawah fundus adalah bagian pusat yang terbesar dari lambung, yang disebut dengan
“body” atau badan lambung. Bagian yang menyempit, pada daerah inferior adalah
pilorus. Tepi bagian tengah yang berbentuk cekung dari lambung disebut dengan lesser
curvature atau lekukan kecil. Tepi bagian lateral ( samping ) yang berbentuk cembung
disebut dengan greater curvature atau lekukan besar. Pilorus berkomunikasi dengan
bagian duodenum dari usus halus melalui sphincter yang disebut dengan pyloric
sphincter.
Dinding lambung disusun oleh empat lapisan dasar yang sama dengan dinding saluran
pencernaan, dengan beberapa modifikasi. Ketika lambung berada dalam keadaan kosong,
mukosa berada dalam bentuk lipatan-lipatan besar yang dinamakan rugae, yang dapat
dilihat dengan mata telanjang. Pemeriksaan mikroskopis dari mukosa menampakkan
lapisan epitel kolumna yang sederhana (sel permukaan mukosa) mengandung banyak
lubang sempit yang memanjang sampai lamina propria yang disebut gastric pits. Pada
bagian bawah lubang adalah mulut atau lubang dari kelenjar lambung (gastric glands).
Setiap kelenjar terdiri dari empat tipe sel sekretori, yaitu : zymogenic, parietal, mucous,
dan enterendocrine. Zymogenic (peptic) atau sel kepala (chief cells) mengeluarkan
prekursor utama enzim lambung, pepsinogen. Asam klorida (HCL) terlibat dalam
perubahan pepsinogen menjadi enzim aktif yaitu pepsin, dan faktor intrinsik, terlibat
dalam penyerapan vitamin B12 untuk produksi sel darah merah, yang diproduksi oleh sel
parietal.
Sel mukosa, merupakan lapisan pertama (terdalam) yang mengeluarkan mukus. Sekresi
dari sel zymogenic, parietal dan mucous secara bersama-sama disebut dengan gastric
juice. Sementara itu, sel enteroendocrine mengeluarkan hormon gastrin yang merupakan
hormon yang dapat merangsang sekresi dari asam klorida (HCl) dan pepsinogen, dapat
merangsang kontraksi dari lower esophageal sphincter, meningkatkan motilitas saluran
pencernaan dan membuat pyloric sphincter berelaksasi.
Lapisan submukosa (lapisan kedua) pada lambung tersusun atas jaringan ikat lunak yang
menghubungkan mukosa dengan otot (muskularis).
Lapisan muskularis (lapisan ketiga), tidak seperti daerah lain pada saluran pencernaan,
lambung mempunyai tiga lapisan otot (muskularis) halus ; lapisan longitudinal di sebelah
luar, lapisan otot miring (oblique) di tengah, lapisan sirkular (melingkar) dibatasi oleh
bagian badan dari lambung. Susunan serat ini memungkinkan lambung berkontraksi
dalam berbagai cara untuk mengaduk makanan, memecahnya menjadi partikel-partikel
kecil, mencampurnya dengan gastric juice dan membawanya ke duodenum.
Lapisan yang terakhir yaitu lapisan serosa yang menutupi lambung adalah bagian dalam
peritonium. Pada kurvatura minor, dua lapisan visceral peritonium menyatu dan
memanjang ke atas hingga ke liver (hati) menjadi omentum minus. Pada kurvatura
mayor, visceral peritonium melanjutkan ke bawah menjadi omentum majus menggantung
di atas usus.

FISIOLOGI LAMBUNG (GASTER)

Fungsi lambung terdiri dari:


1. menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik
lambung dan getah lambung.
2. getah asam lambung yang dihasilkan:
Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton)
HCl, fungsinya mengasamkan makanan, sebagai antiseptik dan desinfektan, dan
membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin
Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari
kaseinogen (kaseinogen dan protein susu)
Lipase lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang
merangsang sekresi getah lambung
Otot lambung yang tebal berfungsi untuk mengaduk dan menggerus bahan makanan
didalamnya serta mencampur secara sempurna dengan getah sekret pencernaan yang
dikeluarkan oleh lambung. Dinding lambung terdiri atas 4 lapisan, yaitu :
1. mukosa, berfungsi mensekresikan sesuatu yang diperlukan untuk mengabsorpsi
vitamin B12. Didalam mukosa terdapat kalenjar yang berbeda yang dibagi menjadi tiga
zona, yaitu :
kelenjar kardia, berfungsi menghasikan lisozom¬
kelenjar lambung, berfungsi mensekresikan asam, enzim-enzim, mukus, dan hormon-
hormon.¬
kelenjar pilorus, berfungsi menghasilkan hormon dan mukus.¬
2. submukosa, mengandung pembuluh darah, pembuluh limfa dan syaraf perifer.
3. muskularis
4. serosa, mengandung banyak lemak apabila umur bertambah.
PENCERNAAN DI LAMBUNG

1. MEKANIK
Beberapa menit setelah makanan memasuki perut, gerakan peristaltik yang lembut dan
berriak yang disebut gelombang pencampuran (mixing wave) terjadi di perut setiap 15-25
detik. Gelombang ini merendam makanan dan mencampurnya dengan hasil sekresi
kelenjar lambung dan menguranginya menjadi cairan yang encer yang disebut chyme.
Beberapa mixing wave terjadi di fundus, yang merupakan tempat penyimpanan utama.
Makanan berada di fundus selama satu jam atau lebih tanpa tercampur dengan getah
lambung. Selama ini berlangsung, pencernaan dengan air liur tetap berlanjut.
Selama pencernaan berlangsung di perut, lebih banyak mixing wave yang hebat dimulai
dari tubuh dan makin intensif saat mencapai pilorus. Pyloric spinchter hampir selalu ada
tetapi tidak seluruhnya tertutup. Saat makanan mencapai pilorus, setiap mixing wave
menekan sejumlah kecil kandungan lambung ke duodenum melalui pyloric spinchter.
Hampir semua makanan ditekan kembali ke perut. Gelombang berikutnya mendorong
terus dan menekan sedikit lagi menuju duodenum. Pergerakan ke depan atau belakang
(maju/mundur) dari kandungan lambung bertanggung jawab pada hampir semua
pencampuran yang terjadi di perut.
2. KIMIAWI
Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi orang dewasa,
pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin memecah ikatan peptide
antara asam amino yang membentuk protein. Rantai protein yang terdiri dari asam amino
dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut peptide. Pepsin paling efektif di
lingkungan yang sangat asam di perut (pH=2) dan menjadi inakatif di lingkungan yang
basa. Pepsin disekresikan menjadi bentuk inakatif yang disebut pepsinogen, sehingga
tidak dapat mencerna protein di sel-sel zymogenic yang memproduksinya. Pepsinogen
tidak akan diubah menjadi pepsin aktif sampai ia melakukan kontak dengan asam
hidroklorik yang disekresikan oleh sel parietal. Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh
mukus basa, khususnya setelah pepsin diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk
membentuk hambatan antara mukus dengan getah lambung.
Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase lambung memecah trigliserida
rantai pendek menjadi molekul lemak yang ditemukan dalam susu. Enzim ini beroperasi
dengan baik pada pH 5-6 dan memiliki peranan terbatas pada lambung orang dewasa.
Orang dewasa sangat bergantung pada enzim yang disekresikan oleh pankreas (lipase
pankreas) ke dalam usus halus untuk mencerna lemak.
Lambung juga mensekresikan renin yang penting dalam mencerna susu. Renin dan Ca
bereaksi pada susu untuk memproduksi curd. Penggumpalan mencegah terlalu seringnya
lewatnya susu dari lambung menuju ke duodenum (bagian pertama dari usus halus).
Rennin tidak terdapat pada sekresi lambung pada orang dewasa.

PENGOSONGAN LAMBUNG

Pengosongan lambung terjadi bila adanya faktor berikut ini :


Impuls syaraf yang menyebabkan terjadinya distensi lambung (penggelembungan)♣
♣ Diproduksinya hormon gastrin pada saat makanan berada dalam lambung. Saat
makanan berada dalam lambung, setelah mencapai kapasitas maksimum maka akan
terjadi distensi lambung oleh impuls saraf (nervus vagus). Disaat bersamaan, kehadiran
makanan terutama yang mengandung protein merangsang diproduksinya hormone
gastrin. Dengan dikeluarkannya hormone gastrin akan merangsang esophageal sphincter
bawah untuk berkontraksi, motilitas lambung meningkat, dan pyloric sphincter
berelaksasi. Efek dari serangkaian aktivitas tersebut adalah pengosongan
lambung.Lambung mengosongkan semua isinya menuju ke duodenum dalam 2-6 jam
setelah makanan tersebut dicerna di dalam lambung. Makanan yang banyak mengandung
karbohidrat menghabiskan waktu yang paling sedikit di dalam lambung atau dengan kata
lain lebih cepat dikosongkan menuju duodenum. Makanan yang mengandung protein
lebih lambat, dan pengosongan yang paling lambat terjadi setelah kita memakan makanan
yang mengandung lemak dalam jumlah besar.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN PENGOSONGAN
LAMBUNG
Pompa Pilorus dan Gelombang Peristaltik¬
Pada dasarnya, pengosongan lambung dipermudah oleh gelombang peristaltik pada
antrum lambung, dan dihambat oleh resistensi pilorus terhadap jalan makanan. Dalam
keadaan normal pilorus hampir tetap, tetapi tidak menutup dengan sempurna, karena
adanya kontraksi tonik ringan. Tekanan sekitar 5 cm, air dalam keadaan normal terdapat
pada lumen pilorus akibat pyloric sphincter. Ini merupakan penutup yang sangat lemah,
tetapi, walaupun demikian biasanya cukup besar untuk mencegah aliran chyme ke
duodenum kecuali bila terdapat gelombang peristaltik antrum yang mendorongnya. Oleh
karena itu, untuk tujuan praktisnya kecepatan pengosongan lambung pada dasarnya
ditentukan oleh derajat aktivitas gelombang peristaltik antrum.
Gelombang peristaltik pada antrum, bila aktif, secara khas terjadi hampir pasti tiga kali
per menit, menjadi sangat kuat dekat insisura angularis, dan berjalan ke antrum,
kemudian ke pilorus dan akhirnya ke duodenum. Ketika gelombang berjalan ke depan,
pyloric sphincter dan bagian proksimal duodenum dihambat, yang merupakan relaksasi
reseptif. Pada setiap gelombang peristaltik, beberapa millimeter chyme didorong masuk
ke duodenum. Daya pompa bagian antrum lambung ini kadang-kadang dinamakan
pompa pilorus.
Derajat aktivitas pompa pilorus diatur oleh sinyal dari lambung sendiri dan juga oleh
sinyal dari duodenum. Sinyal dari lambung adalah :
1) Derajat peregangan lambung oleh makanan, dan
2) Adanya hormon gastrin yang dikeluarkan dari antrum lambung akibat respon
regangan.
Kedua sinyal tersebut mempunyai efek positif meningkatkan daya pompa pilorus dan
karena itu mempermudah pengosongan lambung.
Sebaliknya, sinyal dari duodenum menekan aktivitas pompa pilorus. Pada umumnya, bila
volume chyme berlebihan atau chyme tertentu berlebihan telah masuk duodenum. Sinyal
umpan balik negatif yang kuat, baik syaraf maupun hormonal dihantarkan ke lambung
untuk menekan pompa pilorus. Jadi, mekanisme ini memungkinkan chyme masuk ke
duodenum hanya secepat ia dapat diproses oleh usus halus.
Volume Makanan¬
Sangat mudah dilihat bagaimana volume makanan dalam lambung yang bertambah dapat
meningkatkan pengosongan dari lambung. Akan tetapi, hal ini tidak terjadi karena alasan
yang diharapkan. Tekanan yang meningkat dalam lambung bukan penyebab peningkatan
pengosongan karena pada batas-batas volume normal, peningkatan volume tidak
menambah peningkatan tekanan dengan bermakna,. Sebagai gantinya, peregangan
dinding lambung menimbulkan refleks mienterik lokal dan refleks vagus pada dinding
lambung yang meningkatkan aktivitas pompa pilorus. Pada umumnya, kecepatan
pengosongan makanan dari lambung kira-kira sebanding dengan akar kuadrat volume
makanan yang tertinggal dalam lambung pada waktu tertentu.
Hormon Gastrin¬
Peregangan serta adanya jenis makanan tertentu dalam lambung menimbulkan
dikeluarkannya hormon gastrin dari bagian mukosa antrum. Hormon ini mempunyai efek
yang kuat menyebabkan sekresi getah lambung yang sangat asam oleh bagian fundus
lambung. Akan tetapi, gastrin juga mempunyai efek perangsangan yang kuat pada fungsi
motorik lambung. Yang paling penting, gastrin meningkatkan aktivitas pompa pilorus
sedangkan pada saat yang sama melepaskan pilorus itu sendiri. Jadi, gastrin kuat
pengaruhnya dalam mempermudah pengosongan lambung. Gastrin mempunyai efek
konstriktor pada ujung bawah esofagus untuk mencegah refluks isi lambung ke dalam
esofagus selama peningkatan aktivitas lambung.
Refleks Enterogastrik¬
Sinyal syaraf yang dihantarkan dari duodenum kembali ke lambung setiap saat,
khususnya bila lambung mengosongkan makanan ke duodenum. Sinyal ini mungkin
memegang peranan paling penting dalam menentukan derajat aktivitas pompa pilorus,
oleh karena itu, juga menentukan kecepatan pengosongan lambung. Refleks syaraf
terutama dihantarkan melalui serabut syaraf aferen dalam nervus vagus ke batang otak
dan kemudian kembali melalui serabut syaraf eferen ke lambung, juga melalui nervus
vagus. Akan tetapi, sebagian sinyal mungkin dihantarkan langsung melalui pleksus
mienterikus.
Jenis-jenis faktor yang secara terus menerus ditemukan dalam duodenum dan kemudian
dapat menimbulkan refleks enterogastrik adalah :
• derajat peregangan lambung,
• adanya iritasi pada mukosa duodenum,
• derajat keasaman chyme duodenum,
• derajat osmolaritas duodenum, dan
• adanya hasil-hasil pemecahan tertentu dalam chyme, khususnya hasil pemecahan
protein dan lemak.
Refleks enterogastrik khususnya peka terhadap adanya zat pengiritasi dan asam dalam
chyme duodenum. Misalnya, setiap saat dimana pH chyme dalam duodenum turun di
bawah kira-kira 3.5 sampai 4, refleks enterogastrik segera dibentuk, yang menghambat
pompa pilorus dan mengurangi atau menghambat pengeluaran lebih lanjut isi lambung
yang asam ke dalam duodenum sampai chyme duodenum dapat dinetralkan oleh sekret
pankreas dan sekret lainnya.
Hasil pemecahan pencernaan protein juga akan menimbulkan refleks ini, dengan
memperlambat kecepatan pengosongan lambung, cukup waktu untuk pencernaan protein
pada usus halus bagian atas.
Cairan hipotonik atau hipertonik (khususnya hipertonik) juga akan menimbulkan refleks
enterogastrik. Efek ini mencegah pengaliran cairan nonisotonik terlalu cepat ke dalam
usus halus, karena dapat mencegah perubahan keseimbangan elektrolit yang cepat dari
cairan tubuh selama absorpsi isi usus.
Umpan Balik Hormonal dari Duodenum – Peranan Lemak¬
Bila makanan berlemak, khususnya asam-asam lemak, terdapat dalam chyme yang masuk
ke dalam duodenum akan menekan aktivitas pompa pilorus dan pada akhirnya akan
menghambat pengosongan lambung. Hal ini memegang peranan penting memungkinkan
pencernaan lemak yang lambat sebelum akhirnya masuk ke dalam usus yang lebih distal.
Walaupun demikian, mekanisme yang tepat dimana lemak menyebabkan efek
mengurangi pengosongan lambung tidak diketahui secara keseluruhan. Sebagian besar
efek tetap terjadi meskipun refleks enterogastrik telah dihambat. Diduga efek ini akibat
dari beberapa mekanisme umpan balik hormonal yang ditimbulkan oleh adanya lemak
dalam duodenum. Oleh karena itu, saat ini, sukar menilai efek lemak duodenum dalam
menghambat pengosongan lambung, walaupun efek ¬ini penting untuk proses
pencernaan lemak dan absorpsi lemak. Kontraksi Pyloric Sphincter
Biasanya, derajat kontraksi pyloric sphincter tidak sangat besar, dan kontraksi yang
terjadi biasanya dihambat waktu gelombang peristaltik pompa pilorus mencapai pilorus.
Akan tetapi, banyak faktor duodenum yang sama, yang menghambat kontraksi lambung,
dapat secara serentak meningkatkan derajat kontraksi dari pyloric sphincter. Faktor ini
menghambat atau mengurangi pengosongan lambung, dan oleh karena itu menambah
proses pengaturan pengosongan lambung. Misalnya, adanya asam yang berlebihan atau
iritasi yang berlebihan dalam bulbus duodeni menimbulkan kontraksi pilorus derajat
sedang.
Keenceran Chyme¬
Semakin encer chyme pada lambung maka semakin mudah unruk dikosongkan. Oleh
karena itu, cairan murni yang dimakan, dalam lambung dengan cepat masuk ke dalam
duodenum, sedangkan makanan yang lebih padat harus menunggu dicampur dengan
sekret lambung serta zat padat mulai diencerkan oleh proses pencernaan lambung.
Selain itu pengosongan lambung juga dipengaruhi oleh :
Pemotongan nervus vagus dapat memperlambat pengosongan lambung.¬
Vagotomi menyebabkan atoni dan peregangan lambung yang relatif hebat.¬
¬ Keadaan emosi, kegembiraan dapat mempercepat pengosongan lambung dan
sebaliknya ketakutan dapat memperlambat pengosongan lambung.

Kolesistografi

Meskipun sudah digantikan dengan USG sebagai pemeriksaan


pilihan,kolesistografi masih digunakan jika alat USG tidak tersedia/ bila hasil USG
meragukan. Kolesistografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan
mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya,
berkontraksi serta mengosongkan isinya. .Median kontras yang mengandung iodum yang
diekskresikan oleh hati dan dipekatkan dalam kandung empedu diberikan kepada pasien.
Kandung empedu yang normal akan terisi oleh bahan radiopaque ini. Jika terdapat batu
empedu , bayangannya akan tampak pada foto rontgen.

Preparat yang diberikan sebagai bahan kontras mencakup asam iopanoal


(telepaque). Iodipamide meglomine (cholografin) dan sodium ipodate (oragrafin). Semua
preparat ini diberikan dalam dorsonal, 10 hingga 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan
sinar X sesudah diberikan preparat kontras, pasien tidak boleh mengkonsumsi apapun
untuk mencegah kontraksi dan untuk pengosongan kandung empedu.

Kepada pasien harus ditanyakan apakah ia mempunyai riwayat alergi terhadap


yodium/ makanan laut . jika tidak ada riwayat alergi , pasien mendapat preparat kontras
oral pada malam harinya sebelum pemeriksaan radiografi dilakukan Foto rontgen mula-
mula dibuat pada abdomen kuadran kanan atas. Apabila kandung empedu tampak terisi
dan dapat mengosongkan batu, kita dapat menyimpulkan bahwa tidak terjadi penyakit
kandung empedu. Apabilaterjadi penyakit kandung empedu, maka kandung empedu
tersebut mungkin tidak terlihat karena adanya obstuksi oleh batu empedu. Pengulangan
pembuatan kolesistogram oral dengan pemberian preparat kontras yang kedua mungkin
diperlukan jika kandung empedu pada pemeriksaan pertama tidak tampak.

Kolesistigrafi pada pasien yang jelas tampak ikterik tidak akan memberikan hasil
yang bermanfaat karena hati tidak dapat mengekskresikan bahan kontras radiopaque ke
dalam kandung empedu pada pasien iterik. Pemeriksaan kolesistografi oral kemungkinan
besar akan diteruskan sebagai bagian dari evaluasi terhadap pasien yang telah
mendapatkan terapi pelarutan batu empedu atau hipotripsi.

Persiapan Pasien
• Memberitahu pasien tentang tujuan dan prusedur yang akan di lakukan
• Memberikan makanan terakhir dalam bentuk makanan rendah serat dan tidak
mengandung lemak.
• Memberikan obat (zat kontras) malam sebelumnya
• Memuasakan pasien selama 12 jam
• Mengantar pasien ke ruang rontgen dengan membawa kartu opname dan hasil
foto terahir

DAFTAR PUSTAKA

(Buku Ajar, Keperawatan Medikal Bedah,Brumer & Suddarth Edisi 8 , Suzanne


C.Smeltzer, B Renda G. Bare Vol 2 Penerbit Buu Kedokteran EGC

Penyakit kanker kolon memang merupakan penyakit kanker yang sering dijumpai.
Bahkan di Amerika Serikat penyakit kanker kolon merupakan penyakit kanker peringkat
ketiga yang sering dijumpai. Di Indonesia penyakit kanker kolon juga termasuk sepuluh
penyakit kanker yang sering dijumpai. Sekitar 90 persen penderita yang didiagnosis
kanker kolon di Amerika Serikat berusia di atas 50 tahun meski terdapat juga penderita
kanker kolon yang berusia jauh lebih muda. Penyakit kanker kolon seperti juga penyakit
kanker lainnya merupakan penyakit akibat perubahan gen. Riwayat kanker kolon pada
keluarga meningkatkan risiko kanker kolon. Selain itu, polip pada usus, radang kolon
(kolitis) juga dianggap meningkatkan risiko penyakit kanker ini. Risiko pada perempuan
dan laki-laki lebih kurang sama.

Gejala kanker kolon adalah perubahan pada buang air besar, terdapat darah pada buang
air besar, nyeri perut, penurunan berat badan dan disertai rasa badan lemah. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit kanker ini selain pemeriksaan klinis
(riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik) adalah pemeriksaan laboratorium dan
kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi dilakukan dengan memasukkan pipa lentur yang
dilengkapi dengan kamera dan jarum biopsi. Melalui pemeriksaan ini selaput lendir usus
besar dapat dilihat dan bagian yang mencurigakan dapat dipotret serta dibiopsi (diambil
sedikit jaringan). Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, hanya memang
pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Cara lain untuk menunjang diagnosis kanker kolon
adalah dengan enema barium. Pada pemeriksaan ini dimasukkan barium ke dalam usus
besar melalui anus kemudian dilakukan foto rontgen. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi
kanker dan polip yang besarnya melebihi satu cm. Kelemahan pemeriksaan ini adalah
pada pemeriksaan ini tak dapat dilakukan biopsi.

Kanker kolon dianggap merupakan penyakit kanker yang perjalanannya lambat karena itu
masyarakat dianjurkan melakukan deteksi dini. Deteksi dini dapat dilakukan dengan
pemeriksaan darah dalam tinja dan kolonoskopi. Diharapkan dengan cara ini bila terdapat
kanker kolon akan didiagnosis pada tahap dini.

Terapi kanker kolon pada tahap dini memberikan hasil yang baik. Terapi pada tahap dini
adalah operasi. Bila lokasi kanker dekat anus mungkin dilakukan kolostomi menetap
(pembuatan lubang di dinding perut untuk menyalurkan tinja dari kolon). Bila kanker
kolon ditemukan pada tahap lanjut selain operasi diperlukan cara pengobatan lain
misalnya kemoterapi. Hasil pengobatan pada tahap lanjut kurang memuaskan.
_________________

You might also like