You are on page 1of 37

Proses masuknya Islam ke Indonesia terdiri dari 3

teori, yaitu:
1. Teori Gujarat
Waktu masuknya agama Islam: Abad 13
Pemegang peranan: Pedagang Cambay, Gujarat,
India.
Dasar teori:
a. Kurangnya bukti adanya peranan bangsa Arab
dalam penyebarana agama Islam di Indonesia
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India sudah
berlangsung sejak lama dengan jalur perdagangan
Indonesia – Cambay (Gujarat) – Timur tengah –
Eropa.
c. Ditemukannya makam Sultan Malik Al-Saleh
pada tahun 1297 dengan corak yang khas Gujarat.
2. Teori Persia
Waktu masuknya agama Islam: Abad 13
Pemegang peranan: Pedagang Persia (Iran).
Dasar teori dalam teori Persia ini adalah adanya kesamaan
budaya antara Indonesia dengan budaya Persia, yaitu:

a. Peringatan 10 Muharram atau Assyura yang sangat


dijunjung oleh bangsa Persia (Iran). Peringatan ini juga
dilakukan oleh warga di Sumatera Barat dengan upacara
Tabuik/Tabut, sedangkan di Pulau Jawa diperingati dengan
pembuatan bubur Syuro/

b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar


dengan Sufi dari Iran yaitu Al-Hallaj.

c. Penggunaan istilah dalam bahasa Iran dalam sistem mengeja


Al-quran untuk tanda-tanda Harakat.

d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim pada tahun


1419 di Gresik.

e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Gresik. Leran


diambil dari nama salah satu pendukung teori Persia.
2. Teori Makkah
Waktu masuknya: abad ke 7
pemegang perananya pedagang arab
dasar teori:
a. Tahun 674 di pantai barat sumatera terdapat
perkampungan islam yang terdiri dari bangsa arab dengan
pertimbangan bahwa perkampungan ini telah didirikan sejak
abad ke 4

b. Kerajaan samudera pasai menganut mahzab syafi’i dimana


mahzab ini berasal dari mesir dan mekkah. Sedangkan di
gujarat aliran yang dianut adalah mahzab hanafi

c. Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al Malik


gelar tersebut berasal dari mesir.
Walisongo artinya adalah sembilan orang wali.
Kesembilan orang wali ini adalah orang-
orang yang sangat besar peranannya dalam
penyebaran agama islam di Indonesia pada
akhir abad 14 M hingga pertengahan 16 M.
Mereka tidak hidup pada waktu yang sama,
tetapi berkaitan erat satu sama lainnya.
 Kesembilan Wali tersebut adalah:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2. Sunan Ampel (anak Sunan Gresik)
3. Sunan Giri (Jaka Samudra/Prabu Satmata,
keponakan Sunan Gresik)
4. Sunan Bonang (Putera Sunan Ampel)
5. Sunan Drajat (Putera Sunan Ampel)
6. Sunan Kalijaga (Murid Sunan Bonang)
7. Sunan Kudus (Keponakan Sunan Bonang, murid
Sunan Kalijaga)
8. Sunan Muria (Putera Sunan Kalijaga)
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
 Di abad 13 Masehi berdirilah kerajaan-kerajaan
Islam diberbagai penjuru di Nusantara karena
kerajaan Majapahit sebagai kerajaan hindu terbesar
mengalami konflik internal.
 Hal ini dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga yang
membina di wilayah tersebut bersama Raden Fatah
yang merupakan keturunan raja-raja Majapahit
untuk mendirikan kerajaan Islam pertama di pulau
Jawa yaitu kerajaan Demak.
 Bersamaan dengan itu mulai bermunculan pula
kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya, walaupun
masih bersifat lokal.
 Pada 1601 datanglah Belanda ke Nusantara yang
awalnya hanya berdagang tetapi akhirnya menjajah.
Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya
yakni VOC, semejak itu hampir seluruh wilayah
nusantara dijajah oleh Hindia Belanda kecuali Aceh. Saat
itu antar kerajaan-kerajaan Islam di nusantara belum
sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang
menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.

 Potensi-potensi tumbuh dan berkembang di abad 13


menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah yang
dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa
kerajaan-kerajaan Islam yang syair-syairnya berisikan
perjuangan. Belanda mengalami kewalahan yang
akhirnya menggunakan strategi-strategi.
 Politik devide et impera, pada kenyataannya mengadu
domba antara kekuatan Ulama dengan adat contohnya
perang Padri di Sumatera Barat dan perang Diponegoro
di Jawa.

 Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias


Abdul Gafar seorang Guru Besar keIndonesiaan di
Universitas Hindia Belanda juga seorang orientalis yang
pernah mempelajari Islam di Mekkah, dia berpendapat
agar pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam
hanya melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan
dilarang berbicara atau sampai melakukan politik
praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan
Belanda dan salah satunya adalah pembatasan terhadap
kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji
karena pada saat itulah terjadi pematangan perjuangan
terhadap penjajah.
 Tonggak pergerakan nasional Indonesia
dimulai dengan berdirinya Serikat Islam
(1905) dan Budi Utomo (1908). Lalu, muncul
organisasi lain yang menunjukkan identitas
kedaerahan, kelompok, dan keislaman
seperti Persis (A. Hassan, M. Natsir dkk), Al
Islamiyah (S. Ahmad A.), dan
Muhammadiyah (Ahmad Dahlan)
 Misi-misi yang dibawa organisasi-
organisasi diatas adalah membawa bangsa
kembali kepada Al-quran dan memerangi
syirik, bid’ah, kufarat, takhyul
 Young Islamited Bond yang dibina oleh
tokoh Serikat Islam (H. Agus Salim dan
Abdul Muis), berhasil bersatu sampai
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang
menyatukan pemuda Indonesia
 Dakwah Islam terus berlanjut. Tahun 1937,
Nadhlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis
menyatu menjadi MIAI (Majelis Islam A’la
Indonesia) dan pada masa pendudukan
Jepang dibubarkan dan dibentuk ulang
menjadi Masyumi (Majelis Syuro Muslimin
Indonesia)
 Pada zaman pendudukan Jepang, Jepang
berpropaganda sebagai saudara tua
Indonesia dan berusaha mengambil
simpatik bangsa Indonesia. Semua parpol di
Indonesia dibubarkan, namun MIAI tetap
diizinkan dengan tujuan memikat hati
rakyat Islam, yaitu:
 Membangun umat yang mampu
menciptakan perdamaian dan kesejahteraan
rakyat
 Membantu Jepang dan bekerja untuk Asia
Raya
 Program MIAI : mendirikan universitas islam
dan baitulmal
 MIAI berkembang pesat. Tokoh-tokohnya
mempertanyakan nasib Indonesia yang tidak sesuai
janji Jepang, menolak tegas melakukan seikeretei
(membungkukkan badan pada kaisar) karena
musyrik, dan pelarangan menggunakan bahasa
Arab.
 Tidak sesuai dengan harapan Jepang, MIAI
dibubarkan dan diganti dengan Masyumi. Sama
halnya dengan MIAI, berkembang pesat dengan
cabang di tiap karesidenan, mendapat dukungan
rakyat, menentang romusha, dan para pemimpin
Islamnya seperti M.Natsir dan Harsono
Cokroaminoto telah berhasil membina anggotanya
untuk mencintai Indonesia
 Selain Masyumi, ada organisasi lain yang
dipimpin oleh pemimpin Islam dan
merakyat seperti PUTERA (Pusat Tenaga
Rakyat) dibentuk 1 Maret 1943 dipimpin
empat serangkai : Ir. Soekarno, M. Hatta, Ki
Hajar Dewantara, dan K. H. Mas Mansyur.
Organisasi ini mendapat sambutan yang
sangat baik dari rakyat sehingga tahun
1944 dibubarkan oleh Jepang karena
banyak organisasi melebur dan mengarah
pada kemerdekaan
 Langkah Jepang berpropaganda tidak hanya
melalui organisasi kerakyatan, dibentuk pula
beberapa organisasi semimiliter, salah
satunya beranggotakan pemuda islam 15
Desember 1944 bernama Hizbullah (Tentara
Allah) yang disambut baik oleh Masyumi
 Pemimpin Hizbullah adalah K.H. Zainal Arifin.
Wakilnya Muhammad Roem.
 Tugas-tugas Hizbullah:
 Membina diri jasmani dan rohani
 Menggiatkan usaha untuk kepentingan

perang
 Membela agama dan umat Islam di Indonesia
 Janji manis Jepang ternyata berbanding
terbalik dengan fakta. Rakyat mulai antipati
terhadap Jepang. Perlawanan bersenjata
pun tidak terelakkan.
 Perlawanan Aceh 10 November 1942
disebabkan oleh kesewenangan Jepang.
Rakyat dan santri di Cot Plieng dikumpulkan
oleh ulama Tengku Abdul Jalil. Jepang
dengan licik menembak ulama itu ketika
sedang sholat dan menyandera keluarga
Abdul Hamid, penerus perjuangan Tengku
Abdul Jalil agar menyerah
 Perlawanan Singaparna 25 Februari 1944.
Masyarakat Singaparna yang sangat fanatik
terhadap anti penjajahan dan melakukan
perlawanan dipimpin oleh K.H. Zainal
Mustafa, pendiri pesantren Sukamanah. 25
Oktober 1944 beliau dan syahidah lain
ditangkap dan dihukum mati
 Pasca bom nuklir yang dijatuhkan sekutu,
Jepang mengalami pukulan yang sangat
fatal. Hal ini dimanfaatkan oleh para
pemimpin dengan dibentuknya BPUPKI dan
PPKI yang lalu mengerucut menjadi Panitia
Sembilan. Panitia ini yang merumuskan
Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945.
Piagram Jakarta merupakan konsensus
tertinggi untuk menggambarkan adanya
keragaman Bangsa Indonesia yang mencari
suatu rumusan untuk hidup bersama.
 Tetapi ada kalimat yang kontroversi dalam
piagam ini yaitu penghapusan “7 kata “
lengkapnya kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi para pemeluk-pemeluknya yang terletak
pada alinea keempat setelah kalimat Negara
berdasarkan kepada Ketuhan Yang Maha Esa.
 Pada bagian ini sudah jelas dakwah Islam
mempunyai ciri terjadinya globalisasi informasi
dengan pengaruh-pengaruh gerakan Islam
internasional secara efektif yang akan
membangun kekuatan Islam lebih utuh yang
meliputi segala dimensinya.
 Pasca kemerdekaan Indonesia, terjadi
konflik Indonesia-Belanda hingga tahun
1949.
 Setelah itu muncul gerakan separatis yang

bermaksud memisahkan diri dari RIS


(Republik Indonesia Serikat). Negara serikat
dianggap tidak cocok dengan Indonesia
sehingga 17 Agustus 1950 terbentuklah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Sesuai dengan maklumat pemerintah 3
November 1945, bermunculan berbagai
parpol seperti PNI, Masyumi, NU, PKI, PSI,
Murba, Partindo, dan Parlindo.
 Kabinet M. Natsir (Masyumi) terpilih sebagai

yang pertama 6 September 1950 dengan UU


tentang DPRD yang dipilih lewat badan
pemilih. Kabinet ini mendapat mosi tidak
terpercaya dan berakhir 21 Maret 1951
 Kabinet Sukiman (Masyumi dan PNI) 26 April
1951 dan berakhir 23 Februari 1952 karena
kabinet ini condong ke Blok Barat (Amerika
Serikat)
 Kabinet Wilopo (Masyumi dan PNI) 30 Maret
1952 mendapat hambatan gerakan
separatis dan alokasi keuangan
 Kabinet Burhanuddin Harahap (Masyumi) 12
Agustus 1955 mengembalikan proker
pemerintahan Islam yang penuh wibawa.
Tanggal 3 Maret 1956 menyerahkan mandat
setelah membentuk kabinet hasil pemilu
 Dalam pemilu ini, muncul empat partai besar
sebagai pemenang, yaitu PNI (60 kursi),
Masyumi (58 kursi), NU (47 kursi), dan PKI
(32 kursi).
 Semester kedua tahun 1957 diadakan
pemilihan daerah dengan perolehan suara PKI
34%, NU 29%, PNI 26%, dan Masyumi 11%. Ini
menunjukkan lemahnya pengaruh islamiyah
kedaerahan.
 Pemilu 1955 telah memilih dewan kostituante
(pembentuk UUD) yang harus disusun secara
tetap. Namun, dalam sidang sering terjadi
perdebatan dan pertikaian antar parpol sehingga
membuat pemerintahan tidak stabil.
 Keadaan ini mendorong dekrit presiden Soekarno
5 Juli 1959 di Istana Negara:
1. Pembubaran Dewan Konstituante
2. Berlakunya kembali UUD 1945
3. Akan dibentuk MPRS dan DPAS
 Tindakan ini mendorong pelaksanaan demokrasi
terpimpin
 Sejak Pemilu 1955, persaingan ideologi
antar parpol semakin jelas. Keempat parpol
pemenang memberi gambaran persaingan
nasionalis, Islam, dan komunis.
 Persaingan yang tajam terjadi antara Islam
dan komunis. Islam menolak menjadi satu
kabinet dengan komunis. Masyumi yang jadi
lawan politik PKI mengkritik pelaksanaan
pemerintahan demokrasi terpimpin dan
Sukarno. Masyumi semakin terpojok oleh
orang-orang yang pro pemerintah sehingga
Masyumi dibubarkan tahun 1950 dan
dilarang pemerintah
 Presiden Soekarno mengembangkan ajaran
Nasakom (Nasional, agama, komunis) dengan
tiga inti kekuatan, yaitu PNI, NU, dan PKI.
Ajaran ini dipaksa untuk menjadi inti dari
lembaga pemerintahan yang ada. PNI dan NU
yang didukung TNI-AD menentang ajaran ini.
 Hal ini jelas sebuah langkah yang keliru, Islam
berbeda paham dengan komunis yang tidak
percaya Tuhan. Keadaan ini makin
menguntungkan PKI hingga berusaha
mengecilkan Pancasila sebagai dasar negara.
 Semenjak demokrasi pemimpin, kekuatan PKI
makin besar dan mencapai puncak tahun 1965,
saat terjadi Gerakan 30 September 1965, gerakan
pengkhianatan PKI terhadap bangsa untuk merebut
kekuasaan dan mengganti dasar negara Pancasila
dengan ideologi komunis. G-30-S/PKI dilakukan
dengan menculik dan membunuh perwira tinggi
TNI-AD. Gerakan ini seakan ingin membungkam
lawan politik Soekarno yang notabene adalah Islam
(Masyumi dan NU) disebabkan oleh ketidaktegasan
Soekarno dalam mengadili PKI yang sudah jelas-
jelas pengkhianat bangsa. Selain itu, perekonomian
pun tidak stabil menyebabkan rakyat membentuk
kesatuan aksi menuntut penyelesaian politis G-30-
S/PKI bernama Front Pancasila.
 Ketidakstabilan pemerintahan dan
perekonomian mendorong presiden untuk
mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966
(Supersemar) yang berisi kepercayaan kepada
Letjen Soeharto untuk mengambil segala
tindakan demi terjaminnya keamanan dan
kestabilan pemerintahan. Maka dengan ini
dimulailah rezim soeharto selama 32 tahun.
 Selama 32 tahun rezim Soeharto, gerakan
islam ditekan dan ditindas karena
diidentikkan dengan Islam ekstrim yang ingin
mengganti Pancasila dan mendirikan Negara
Islam. Penyingkiran tokoh-tokoh islam
dilakukan sistematis lewat beberapa gerbong
utama yg dikendalikan oleh jenderal-jenderal
nonmuslim atau mereka yg kurang suka
melihat perkembangan Islam di Indonesia.
Upaya penggembosan terhadap Islam dan
tokoh-tokohnya makin santer dilakukan.
 Puncak perselisihan antara penguasa dan tokoh-
tokoh Islam terjadi sejak dekade 1980-an ketika
rezim Soeharto memaksakan asas tunggal
Pancasila. Banyak tokoh muslim yg menentangnya
meski tidak sedikit yg menerimanya. Kasus
Tanjung Priok juga diarahkan pihak tertentu untuk
mencitrakan radikalisme dalam Islam. Nama-nama
seperti Abdullah Sungkar Abdul Qadir Jailani AM
Fatwa Syarifin Maloko Amir Biki Warsidi dan Abu
Bakar Ba’asyir selalu menjadi incaran para intelijen.
Mereka selalu menempel ketat para tokoh Islam
saat berdakwah lalu mencari peluang untuk
menyeretnya ke pengadilan.
 Mei 1998 menandakan awal reformasi baru di
Indonesia yang bebas dan bertanggung
jawab. Ini membuka peluang bagi da’i-da’i
untuk memperluas dakwah islamiyah dengan
lebih terbuka dan dengan sarana pra sarana
yang lebih memadai
 Pasca Reformasi 1998 umat Islam lebih bebas
dalam pergerakannya, terutama politik. Hal
ini terbukti dengan bermunculannya partai-
partai politik yang membawa nama Islam.
Selain itu terdapat berbagai isu yang
berkembang di kalangan umat Islam yang
tidak jarang dapat membawa pada
perpecahan antare saudara seakidah.
 Ketakutan terhadap Islam, atau yang baru-
baru ini muncul dengan istilah Islamophobia
dalam kehidupan masyarakat, menimbulkan
respon yang mengherankan. Bahkan bagi
kalangan masyarakat Islam sendiri terjadi
ketakutan akan penerapan syariat Islam.
Beberapa Peraturan Daerah (Perda) yang
belum lama ini ditetapkan, membuat
sebagian pihak menuding adanya upaya
Islamisasi undang-undang dan peraturan.
 Namun di tengah-tengah masyarakat terdapat
sebuah konspirasi yang sudah terduga bahwa hal
tersebut ditujukan agar mengadu domba agar umat
Islam saling berseteru antar kelompok. Di luar dari
hal tersebut, ada pihak yang mengambil keuntungan
karena mereka meghendaki perpecahan di tubuh
umat Islam dengan menciptakan berbagai
pembelokan berita dan opini negatif tentang Islam
kepada masyarakat. Contoh yang pernah terjadi yaitu
penghembusan isu pengusiran Gus Dur dari acara
Dialog Lintas Agama dan Etnis di Purwakarta, Jawa
Barat pada 23 Mei 2006, upaya adu domba antara
Front Pembela Islam (FPI) dengan massa pendukung
Gus Dur.
 Satu hal yang sangat penting dalam
membentuk opini masyarakat adalah melalui
peranan media massa. Oleh karenanya, umat
Islam harus waspada terhadap segala bentuk
pemberitaan yg menyangkut kepentingan
umat. Persatuan umat dan pemuda sangat
penting untuk menghadapi berbagai arus
negatif yang mengalir di masyarakat. Wallahu
a’lam bishowab.
 Sardiman dkk. 2009. Pembelajaran IPS
Terpadu 3. Solo : Platinum
 http://www.thereadinggroup.sg/Conversati
ons/Wawancara%20Bersama%20Ahmad
%20Gaus.pdf
 http://blog.re.or.id/islamophobia.htm
 http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Isla
m/walisongo.htm
 http://dunia.pelajar-Islam.or.id/?cat
 http://www.dakwatuna.com/2007/sejarah-
islam-di-indonesia/

You might also like