You are on page 1of 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal Bahan Bakar


Menurut teori pembentukan minyak bumi, khususnya teori binatang
Engler dan teori Tumbuh-tumbuhan, senyawa-senyawa organik penyusun minyak
bumi merupakan hasil alamiah proses dekomposisi tumbuhan selama berjuta-juta
tahun. Oleh karena itu minyak bumi juga dikenal sebagai bahan bakar fosil selain
batubara dan gas alam (Hofer,1966).
Semua bahan bakar dihasilkan oleh senyawa karbohidrat dengan rumus
kimia Cx(H2O) yg menjadi fosil. Karbohidrat tersebut dihasilkan oleh tumbuhan
dengan mengubah energi matahari menjadi energi kimia melalui proses
fotosintesis. Kebanyakan bahan bakar fosil diproduksi kira-kira 325 juta tahun
yang lalu. Setelah tumbuhan mati, maka karbohidrat berubah menjadi senyawa
hidrokarbon dengan rumus kimia CxHy akibat tekanan dan temparatur yang tinggi
serta tidak tersedianya oksigen (aneorob).
Selain tersusun oleh komponen hidrokarbon, minyak bumi juga
mengandung komponen non-hidrokarbon. Kandungan komponen senyawa
hidrokarbon relatif lebih besar dari pada kandungan komponen senyawa non-
hidrokarbon.
Komponen non-hidrokarbon dapat berupa unsur-unsur logam atau yang
sifatnya menyerupai logam, serta komponen organik lainnya yang bukan
hidrokarbon, seperti belerang, nitrogen dan oksigen. Senyawa hidrokarbon
merupakan senyawa organik yang terdiri atas hidrogen dan karbon, contohnya
benzena, toluena, ethylbenzena dan isomer xylema. Keberadaan hidrokarbon
aromatik di dalam minyak bumi lebih sedikit dibandingkan dengan hidrokarbon
parafin. Aromatik – aromatik murni adalah molekul – molekul yang hanya
mengandung cincin dan rantai sederhana ialah benzena yang terdiri dari sebuah

Universitas Sumatera Utara


cincin dasar yang mengandung 6 atom karbon, dengan ikatan rangkap di antara
setiap atom karbon lainnya sehingga terdapat 3 ikatan ganda dalam cincin dasar
tersebut. Bila kedua cincin benzena tersebut bergabung akan membentuk senyawa
naftalen. Senyawa ini mempunyai rumus CnH2n-6 untuk molekul cincin tunggal
dan CnH2n-12 untuk molekul cincin ganda dan beraroma.
Dengan adanya proses kimia dan fisika, minyak bumi mentah dapat
diubah menjadi berbagai produk, seperti bensin, terdiri dari hidrokarbon C6
hingga C10 dari alkana rantai normal dan bercabang serta sikloalkana dan alkil
benzen (Nugroho A, 2006).
Naftalen yang sebenarnya merupakan produk untuk menghilangkan bau
busuk, anti jamur dan pencegah serangga ternyata juga memberikan dampak
positif untuk peningkatan angka oktan dari bensin. Naftalen merupakan rangkaian
hidrokarbon jenis aromatik bahkan dapat disebut polyaromatik dengan struktur
kimia berbentuk cincin benzena yang bersekutu dalam satu ikatan atau dua orto
lingkaran benzena dimana pada proses penggabungan tersebut kehilangan 2 atom
C dan 4 atom H sehingga rumus kimianya menjadi C10H8.
Secara fisik naftalen merupakan zat yang berbentuk keping kristal mudah
menguap dan menyublim serta tak berwarna umumnya berasal dari minyak bumi
atau batu bara. Karena bentuk struktur kimia naftalen serta sifat kearomatisa
tersebut maka naptalene seperti halnya benzene, mempunyai sifat anti knock yang
baik. Oleh sebab itu penambahan naftalen pada benzin akan meningkatkan anti
knock dari bensin tersebut (Raharjo T, 2009).

2.2 Minyak Tanah


Minyak tanah atau kerosin merupakan fraksi dari minyak bumi pada
tingkat titik didih diantara 150oC sampai dengan 300oC. Bahan bakar ini
merupakan fraksi diantara fraksi bensin dan fraksi minyak solar.
Minyak tanah yang digunakan sebagai bahan bakar memiliki komposisi
yang sebagian besar mengandung hidrokarbon alkana. Jika bahan bakar ini
dibakar akan memberikan nyala yang terang, dengan api berwarna putih. Minyak
tanah jenis ini dihasilkan langsung dari destilasi minyak mentah jenis parafin
ataupun dari larutan ekstraksi destilasi dari campuran beberapa jenis minyak

Universitas Sumatera Utara


mentah. Cairan SO2 merupakan solven yang sangat banyak digunakan untuk
proses tersebut (Wartawan, 2002).
Napthane dipenuhi cycloparaffins. hanya C5 dan C6 Cycloparaffins,
cyclopentanes ada di dalam minyak yang kurang murni sesungguhnya sumber
yang utama dari material ini adalah minyak tanah kotor, dimana minyak tersebut
dipisahkan oleh penyulingan kecil. bagaimanapun, cycloparaffins dapat dibuat
oleh hydrogenation bersifat hidrokarbon aromatik.
Asam naphthenic adalah bahan yang terdapat di minyak tanah kasar.
Asam naphthenic ini oleh dari proses destilasi oleh perlakuan dengan soda kaustik
dan pengasaman oleh garam sodium (Board N, 2004).
Komponen utama kerosin adalah paraffin, cycloalkanes (naphtha) serta
senyawa aromatik, dimana parafin adalah komposisi terbesar, seperti yang
ditunjukkan Tabel 1 [6]. Kerosin tersusun sekurang-kurangnya atas 12 karbon tiap
molekul. Unsur pokok kerosin terutama sebagai hidrokarbon jenuh (Gambar 1)
yang terdiri atas tetrahidronaftalin (Gambar 1a) dan disikloparafin (Gambar 1b).
Hidrokarbon lain seperti aromatik dan cincin–cincin sikloparafin (Gambar 1c)
atau sejenisnya. Ada juga diaromatik (cincin aromatik yang terkondensasi), seperti
pada naftalin (Gambar 1d). Dan senyawaan dua cincin yang terisolasi dan sangat
sedikit seperti pada bifenil.
Tabel 2.1 Komposisi Minyak tanah
Tipe Hidrokarbon %Volume
Parafin – parafin
Normal 23
Bercabang 16
Monosiklik 31
Disiklik 11
Trisiklik 0
Aromatik – aromatik
Mononuklear 15
Dinuklear 3

Universitas Sumatera Utara


a b c

d e

Gambar 2.1 a (tetrahidronaftalin), b (disikloparafin), c (sikloparafin), d


(naftalin), e (bifenil)

Minyak tanah atau kerosin adalah bahan bakar minyak jenis distilat tidak
berwarna dan jernih. Kerosin merupakan produk minyak bumi dengan titik didih
antara 150 0C sampai dengan 300 0C dan memiliki berat jenis antara 0,79-0,83
gr/cm3 pada 60 0F.

2.3 Solar
Pada tabel berikut digambar kategori dan spesifikasi bahan bakar Solar di
seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Tabel 2.2 Tabel sifat bahan bakar solar pada beberapa kategori

Sifat Kategori – 1 Kategori - 2 Kategori – 3

Cetane Number 48 53 55

Cetane Indeks 45 50 52

Densitas 15 oC, Kg/m3 820 – 860 820 - 850 820 – 840

Viskositas 40 oC, mm2/s 2.0 - 4.5 2.0 - 4.0 2.0 - 4.0

Kandungan Sulfur, % wt 0.5 0.03 Free

T 95, oC max 370 355 340

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.3. Tabel spesifikasi bahan bakar solar pada beberapa negara

Spesifikasi Indonesia Malaysia Singapura Thailand Philipina

Sulfur Max, % wt 0.5 0.05 0.5 0.05 0.5

820 –
Density, Kg/m2 820 - 870 820 - 890 860 max 860 max
860

Cetane Number 45 50 51 48 48

DEX-52

Pada tabel di atas terlihat bahwa Cetane Number bahan bakar solar di
Indonesia hanya mencapai angka 45 (berdasarkan hasil test terhadap solar yang
dibeli di beberapa SPBU secara sampling). Padahal dalam Standar Internasional
mengenai Cetane Number untuk solar telah ditentukan bahwa Cetane Number
haruslah mencapai nilai 48 (Nusa Satelindo,PT).
Sifat –sifat minyak solar:
.1 Sifat Umum
Sifat umum minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
– Specific Gravity 60/60oF, ASTMD 1298
– Density 15 oC, ASTMD 1298

2 Sifat Mutu Pembakaran ( ignition quality)

Minyak solar dapat memberikan kerja mesin yang memuaskan apabila


dapat menghasilkan pembakaran sempurna dalam ruang bakar. Udara yang
dikompresikan ke dalam ruang bakar mesin sampai tekanan antara 20 – 30
kgf/cm2 sehingga suhu dalam ruang bakar berkisar 650–750 oC. Pembakaran
yang sempurna dapat dilakukan dengan menginjeksikan bahan bakar (berupa
kabut) ke dalam ruang bakar yang di dalamnya terdapat udara panas sehingga
mampu menyalakan bahan bakar. Pembakaran yang terjadi menyebabkan tekanan
dalam ruang bakar naik secara mendadak dan menimbulkan tenaga. Bila hal ini

Universitas Sumatera Utara


dipenuhi, maka tidak akan terjadi ketukan (knocking) di dalam mesin.

Ketukan (knocking)
Ketukan dalam mesin diesel terjadi akibat keterlambatan terbakarnya
bahan bakar di dalam ruang bakar. Ini disebabkan oleh terjadinya akumulasi
bahan bakar di dalam ruang bakar, dan begitu terbakar maka akan terjadi ledakan
secara berturut turut.
Jarak waktu antara bahan bakar diinjeksikan ke ruang bakar (silinder)
sampai saat terbakar, disebut waktu tunda (delay period), dinyatakan dalam menit.
Waktu tunda yang panjang akan menyebabkan terakumulasinya bahan bakar
cukup banyak, akibatnya terjadi penyalaan yang spontan dan akan menimbulkan
suatu kenaikkan tekanan yang mendadak dan mengakibatkan pukulan yang hebat
pada ruang bakar.
Hal ini dapat menimbulkan suara yang keras yang selanjutnya disebut
Diesel Knock. Sifat mutu pembakaran adalah salah satu ukuran sifat bahan bakar
minyak solar. Minyak solar bermutu rendah mempunyai waktu tunda lebih lama.
Sifat ini ditunjukkan oleh besar kecilnya angka setana (cetane number).

Sifat mutu pembakaran minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada


pengujian :
– Diesel Index
– Cetane Index
– Cetane Number

3 Sifat Penguapan (volatility)

Dalam penggunaannya, diharapkan bahwa minyak solar akan teruapkan


sempurna dan terdistribusikan merata di dalam ruang bakar, sehingga dapat
terbakar sempurna. Karena bahan bakar dapat terbakar sempurna, mengakibatkan
mudahnya proses pembakaran pada mesin, waktu pemanasan mesin dan
akselerasi. Jika minyak solar sulit untuk terjadi penguapan maka minyak solar
tersebut akan sulit pula untuk memenuhi kemudahan start mesin dan rendahnya

Universitas Sumatera Utara


akselerasi mesin. Bila tingkat penguapannya rendah, ini menunjukkan bahwa di
dalam minyak solar terdapat fraksi yang lebih berat.

Sifat penguapan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :


– Distilasi ASTMD 86
– Flash Point ASTMD 93

4 Sifat Pengkaratan (corrosivity)

Unsur-unsur dalam minyak solar di samping hidrokarbon, terdapat pula


unsur-unsur sulfur, oksigen, nitrogen, halogen dan logam. Senyawa unsur yang
bersifat korosif adalah senyawa sulfur. Senyawa-senyawa sulfur dalam minyak
solar yang korosif dapat berupa hidrogen sulfida, merkaptan, tiofena. Pada
pembakaran bahan bakar senyawaan sulfur akan teroksidasi oleh oksigen dalam
udara menghasilkan oksida sulfur. Bila oksida sulfur ini bereaksi dengan uap air
akan menghasilkan asam sufat. Terbentuknya asam sulfat ini dapat bereaksi
dengan logam, terutama dalam gas buang. Terdapatnya senyawaan sulfur dalam
minyak solar dapat juga ditunjukkan oleh tingkat keasaman minyak solar itu.
Makin tinggi sifat keasaman sifat pengkaratan makin besar terutama bila minyak
solar terdapat strong acid number.

5 Sifat Kebersihan (cleanless)


Sifat kebersihan minyak solar yang berhubungan dengan ada / tidaknya
kotoran yang terdapat di dalam minyak solar, sebab kotoran ini akan berpengaruh
terhadap mutu, karena dapat mengakibatkan kegagalan dalam suatu operasi dan
merusak mesin. Kotoran itu dapat berupa air, lumpur, atau endapan atau sisa
pembakaran yang berupa abu dan karbon. Untuk itu makin kecil adanya kotoran
di dalam minyak solar makin baik mutu bahan bakar tersebut.

Sifat kebersihan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :


– Color ASTM, ASTMD 1500
– Water content, ASTMD 96

Universitas Sumatera Utara


– CCR (10 % vol. bottom), ASTMD 189
– Ash content, ASTMD 482
– Sediment by Extraction, ASTMD 473

6 Sifat Viskositas

Sifat kemudahan mengalir minyak solar dinyatakan sebagai viskositas


dinamik dan viskositas kinetik. Viskositas dinamik adalah ukuran tahanan untuk
mengalir dari suatu zat cair, sedang viskositas kinetik adalah tahanan zat cair
untuk mengalir karena gaya berat.
Bahan yang mempunyai viskositas kecil menunjukkan bahwa bahan itu
mudah mengalir, sebaliknya bahan dengan viskositas tinggi sulit mengalir. Suatu
minyak bumi atau produknya mempunyai viskositas tinggi berarti minyak itu
mengandung hidrokarbon berat (berat molekul besar), sebaliknya viskositas
rendah maka minyak itu banyak mengandung hidrokarbon ringan.
Viskositas minyak solar erat kaitannya dengan kemudahan mengalir pada
pemompaan, kemudahan menguap untuk pengkabutan dan mampu melumasi fuel
pump plungers. Penggunaan bahan bakar yang mempunyai viskositas rendah
dapat menyebabkan keausan pada bagian-bagian pompa bahan bakar. Apabila
bahan bakar mempunyai viskositas tinggi, berarti tidak mudah mengalir sehingga
kerja pompa dan kerja injektor menjadi berat.
Sifat kebersihan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
– Viskositas Kinematik, ASTMD 445
– Pour Point, ASTMD 97

2.4 Sensor Gas Semikonduktor


Kualitas udara yang kita hirup memang tidak terlihat mata. Perbedaan
kadar oksigen dan zat lain juga sulit dideteksi oleh tubuh manusia (kecuali
perbedaannya cukup ekstrim). Pada aplikasi ini sensor TGS 2600 akan digunakan
untuk mendeteksi baik atau buruknya kondisi udara sekitar.

Universitas Sumatera Utara


2.4.1 Gas Sensor Figaro TGS 2600
Figaro TGS 2600 adalah transducer utama yang digunakan dalam
rangkaian ini, yang merupakan sebuah sensor kimia atau gas sensor. Sensor ini
mempunyai nilai resistansi Rs yang akan berubah bila terkena gas dan juga
mempunyai sebuah pemanas (heater) yang digunakan untuk membersihkan
ruangan sensor dari kontaminasi udara luar. Gambar struktur fisik dari sensor gas
semikonduktor dapat dilihat dari Gambar 2.2. Gambar rangkaian sensor pada
Gambar 2.3

Gambar 2.2. Struktur Fisik TGS 2620

Gambar 2.3 Gambar rangkaian sensor

Universitas Sumatera Utara


Keterangan Gambar 2 :
- 1 dan 4 elektroda panas
- 2 dan 3 elektroda sensor
VH= voltage pemanas
VC= voltage sikrit sensor
RL= tahanan beban
VRL= voltage antar kedua terminal tahanan beban
RS= tahanan semikondktor sensor

Output tegangan pada hambatan RL (Vout) digunakan sebagai masukan


pada mikroprosesor. Nilai resistansi RL dipilih agar konsumsi daya dari sensor
(PS) di bawah batas 15 mW, Nilai PS akan meningkat pada waktu nilai resistansi
sensor RS sama dengan resistansi RL (Figaro Group, 2009).

2.4.2 Prinsip Kerja Sensor Gas Figaro Secara Umum

Bahan detektor gas dari sensor adalah metal oksida, khususnya senyawa
SnO2. Ketika kristal metal oksida (SnO2) dihangatkan pada temperatur tertentu,
oksigen akan diserap pada permukaan kristal dan oksigen akan bermuatan negatif.
Dalam hal ini sensor dengan jenis sensor SnO2 lebih sensitif terhadap beberapa
jenis gas yaitu : H2, CH4, CO, H2S. Jenis sensor ini sangat stabil, bahan ini susah
untuk dipalsukan, stabil pada suhu 350oC.
Hal ini disebabkan karena permukaan kristal mendonorkan elektron pada
oksigen yang terdapat pada lapisan luar, sehingga oksigen akan bermuatan negatif
dan muatan positif akan terbentuk pada permukaan luar kristal. Tegangan
permukaan yang terbentuk akan menghambat laju aliran elektron seperti tampak
pada ilustrasi Gambar 2.4.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.4. Ilustrasi penyerapan O2 oleh sensor

Di dalam sensor, arus elektrik mengalir melewati daerah sambungan


(grain boundary) dari kristal SnO2. Pada daerah sambungan, penyerapan oksigen
mencegah muatan untuk bergerak bebas. Jika konsentrasi gas menurun, proses
deoksidasi akan terjadi, rapat permukaan dari muatan negatif oksigen akan
berkurang, dan mengakibatkan menurunnya ketinggian penghalang dari daerah
sambungan, misalnya terdapat adanya gas CO yang terdeteksi maka persamaan
kimianya dapat digambarkan seperti tampak pada persamaan berikut ini.

CO + SnO2 → CO2 + (SnO) + + e- ………………………..4


Dengan menurunnya penghalang maka resistansi sensor akan juga ikut menurun.

Gambar 2.5. Ilustrasi ketika terdeteksi adanya gas

Universitas Sumatera Utara


Hubungan antara resistansi sensor dengan konsentrasi gas pada proses
deoksidasi dapat ditunjukkan dengan persamaan:

……………………………..5
Dimana:
R = resistansi sensor
A, α = konstanta
[C] = konsentrasi gas (Ferdi Hardian,2008)

2.5 Material Sensor


Sensor berdasarkan pada perubahan hamabatan dalam semiconducting
oksida metal yang mana telah diperdagangkan di Japan sejak tahun 1960. sensor
kadang-kadang disebut MOS sensor, sensor metal oksida semikonduktor,
sedangkan MOS normally berarti metal oksida semikonduktor, yang merupakan
kapasitor MOS. Takaguci sensor berdasar pada oksida timah ( SnO2) telah
dipakai dalam pemasangan gas alarm untuk gas kota besar Jepang.
Material metal oksida yang paling umum adalah SnO2 tetapi banyak
material lain seperti TiO2, WO3, MoO3, ZrO2 yang juga digunakan. Bahan –
bahan ini merupakan material keras dan jarang di peroleh dengan katalis logam
seperti Pd, Pt atau logam lain seperti Al, Ti yang mana memberikan adanya
perbedaan gas masing – masing. Logam oksida dihasilkan berupa bubuk, yang
terkadang di buat bentuknya menjadi padatan kecil dengan elektroda pada sisi
lainnya (Spetz A, 2006).
Parameter input (stimulus), sensor atau transducer, fungsi input,
pembesaran dan proses sinyal, fungsi keluaran, dan pajangan, perekaman, atau
alat lain untuk mempresentasikan data teresebut.
Stimulus phisik yang terdapat di dalam suatu instrumentasi sistem
mungkin merupakan temperatur, cahaya ringan, penggantian/ jarak, cairan atau
memasang gas arus, hambatan elektris, potensi elektrik, atau manapun bagian dari
yang lain parameter fisik.

Universitas Sumatera Utara


Ada stimulus yang tertentu tidak penting untuk diperlukan dalam bagian
alat- alat secara umum tetapi menjadi penting dalam aplikasinya yang spesifik.
beberapa bab membahas sensor yang bisa diterapkan untuk format yang spesifik
phisik parameter atau stimuli.
Sensor dan transducers. Sensor atau transducer adalah suatu alat yang
dapat untuk merespon stimulus dan menghasilkan suatu sinyal elektrik yang
sesuai dengan nilai stimulus yang ditetapkan. Bagian ini terdiri dari suatu
jembatan tegangan wheatstone untuk mengukur waktu alir atau waktu
pembelokan pada posisi akhir. Sensor ini digunakan untuk mengukur oksigen
dalam darah tanpa secara phisik merusak tubuh.
Sering terjadi beberapi kerancuan dalam penggunaan sensor dan
transducer dan dalam banyak kesempatan mereka dengan baik digunakan dengan
baik. Transducer merupakan suatu alat yang mengkonversi energi dari satu bentuk
ke bentuk lain (ini membuat perubahan kepada suatu potensi elektrik), sedangkan
suatu sensor boleh atau tidak membuat beberapa macam konversi, sedikitnya di
dalam suatu jelas nyata (merupakan suatu biomedical electroda). Seperti itu, suatu
elektroda digunakan di dalam electrocardiograph perekaman medis yaitu suatu
sensor (Cart.J,1993).
2.6 Garis regresi.
Dalam suatu analisis kimia dilakukan perhitungan kadar sampel melalui
persamaan garis regresi. Dalam hal ini kita mengandaikan bahwa antara tengara
analisis (y) dan kadar (x) terdapat hubungan gemaris. Kita juga akan
memperlihatkan cara menghitung garis lurus terbaik melalui titik-titik garis
grafik-tera, dengan mengingat bahwa setiap titik galat percobaan. Karena
sekarang kita mengandaikan bahwa semua galat terdapat di y, kita cari garis yang
mempunyai simpangan sekecil mungkin, dalam arah-y, diantara titik-titik hasil
percobaan dan garis yang diacari itu. Karena dari simpangan ini (dikenal dengan
sisa-y) akan positif dan beberapa negatif, masuk akal kiranya jika yang dicari
jumlah kuadrat sisa yang terkecil. Seringkali tatacara ini disebut ”cara kuadrat
terkecil”. Garis lurus yang dicari yaitu y = ax + b berdasarkan asas ini akibatnya
ternyata garis lurus itu harus melalui sentroida himpunan pasangan titik yaitu
( x , y ). Garis y = ax + b dikenal dengan garis regresi y pada x, yaitu garis yang

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan keragaman y bila x yang dipilih mempunyai nilai tertentu. Penting
untuk diperhatikan bahwa garis regresi x pada y bukan garis yang sama (kecuali
dalam hal yang sangat tidak mungkin, yaitu jika semua titik tepat terletak pada
suatu garis lurus, jika tepat r =1). Garis regresi x pada y (yang juga melalui
sentroida titik) mengandalkan bahwa semua galat terjadi dalam arah–x. Untuk
menaksir seberapa baik kumpulan titik percobaan itu sesuai dengan garis lurus,
kita hitung koefisien korelasi momon hasil kali,(r). Statistik ini sering disebut
koefisien korelasi saja, karena dalam ilmu kuantitatif memang sebutan ini yang
paling sering dipakai. Nilai r dinyatakan dengan :

∑ {( xi − x)( yi − y)}
i
r=
{[∑ ( xi − x) ][∑ ( yi − y) ]}
1
2 2 2

Dari persamaan dapat ditunjukkan bhwa r dapat mempunyai nilai dalam


rentang -1 ≤ r ≤ 1. Nilai r = -1 menggambarkan korelasi negatif sempurna yaiut
semua titik percobaan terletak pada garis lurus yang negatif lerengnya demikian
pula, bila r = +1 kita memperoleh korelasi positif sempurna, semua titik tepat
terletak pada garis lurus yang positif lerengnya. Bila tidak ada korelasi antara x
dan y maka nilai r = 0. Dalam analisis, grafik tera sering kali memberikan nilai r
lebih besar daripada 0,99 dan nilai r yang lebih kecil daripada sekitar 0,90 boleh
dikatakan tidak umum (Miller, 1991).

Universitas Sumatera Utara

You might also like