Professional Documents
Culture Documents
Januari 2011
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... i
BAB I ................................................................................................................................... 1
KETENTUAN UMUM........................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 15
7. Umum ..................................................................................................................... 15
BAB IV ............................................................................................................................... 54
BAB V ................................................................................................................................ 77
19. Umum.................................................................................................................. 77
23. Pengorganisasian................................................................................................ 92
BAB VI ............................................................................................................................... 96
LOGISTIK .......................................................................................................................... 96
24. Umum.................................................................................................................. 96
PENGANTAR
Secara sederhana operasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang tidak rutin dan
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks militer, operasi
adalah penggunaan kekuatan militer dalam rangka mencapai tujuan strategis yang
disusun dalam suatu rancang bangun operasi dan dilakukan dengan menyelenggarakan
operasi-operasi taktis, operasi-operasi besar maupun kampanye militer dalam batas ruang
dan waktu yang telah ditetapkan.
Operasi militer tidak dilakukan dalam ruang hampa, tetapi berada dalam suatu
lingkungan operasi yang kompleks dan dinamis. Lingkungan tersebut telah berkembang
sedemikian cepat dan ditandai dengan perubahan karakteristik konflik serta hakekat
ancaman. Perubahan-perubahan ini memerlukan sistem dan metode operasi militer yang
lebih adaptif agar penggunaan kekuatan militer dapat mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan secara efektif dan efisien.
Dengan memahami dinamika perkembangan lingkungan operasi, TNI AD telah
melakukan perubahan-perubahan mendasar pada semua aspek, diantaranya perubahan
doktrin operasional. Selain bersumber dari pengalaman perang sendiri, doktrin
operasional juga perlu menjadikan pengalaman perang bangsa lain sebagai sumber
sekunder karena perang adalah bagian dari peradaban manusia yang bersifat universal.
Dengan demikian maka doktrin operasional TNI AD dapat dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraan operasi secara efektif.
Buku petunjuk lapangan tentang operasi TNI AD ini merupakan salah satu doktrin
operasional yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan
dengan operasi militer, khususnya operasi darat. Penulisan buku petunjuk ini merangkum
berbagai pengalaman operasi TNI AD pada masa lalu dan pengalaman operasi militer
negara-negara lain. Maksud pembuatan buku ini adalah untuk memberikan pemahaman
tentang kondisi lingkungan strategis dan dampak yang ditimbulkan dalam kaitannya
dengan perencanaan operasi militer. Pembuatan buku ini juga dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan referensi bagi pengembangan ilmu militer di Indonesia. Buku ini
tidak bermaksud mengatur para perencana operasi militer, tetapi lebih sebagai salah satu
sumber informasi yang dapat memberikan inspirasi dalam rangka perencanaan operasi
militer.
BAB I
KETENTUAN UMUM
1. Peran TNI AD
Sesuai amanat UU RI Nomor 34 Tahun 2004, TNI berperan sebagai alat negara
dibidang pertahanan yang dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan kebijakan dan
keputusan politik negara. Peran tersebut diwujudkan dalam rangka mendukung salah satu
kewajiban negara, yaitu menjamin keamanan negara dan keselamatan bangsa. Untuk
melaksanakan kewajiban tersebut, negara memberikan tugas konstitusional kepada TNI
untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah serta melin-
dungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peran suatu organisasi ada,
karena diperlukan untuk mendukung keberhasilan tugas pokok organisasi induknya.
Dengan demikian peran TNI AD juga ada, karena diperlukan untuk mendukung
keberhasilan tugas pokok TNI. Dihadapkan dengan tugas pokok TNI, maka TNI AD
berperan sebagai penangkal dan penindak terhadap setiap bentuk ancaman militer dan
ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah
dan keselamatan bangsa serta sebagai pemulih terhadap kondisi keamanan negara di
darat yang terganggu akibat kekacauan keamanan
Setiap perencana operasi di lingkungan TNI AD harus memahami peran tersebut
dan menjadikannya sebagai salah satu pertimbangan dalam menyusun setiap rencana
operasi, sehingga setiap operasi yang dilaksanakan satuan-satuan TNI AD dapat
memberikan andil bagi terlaksananya tugas pokok TNI. Pada tataran operasional, peran
TNI AD dijabarkan dalam tugas-tugas operasi, baik dalam rangka operasi militer untuk
perang maupun operasi militer selain perang. Tugas-tugas operasi yang dilakukan dalam
rangka mendukung tugas pokok TNI AD adalah:
Perang terbatas menghadapi kekuatan militer negara lain yang melakukan pelanggaran
wilayah perbatasan di darat.
Perang gerilya menghadapi kekuatan militer negara lain yang melakukan agresi militer.
Mengatasi gerakan separatisme bersenjata.
Mengatasi pemberontakan bersenjata.
Mengatasi aksi terorisme.
Mengamankan wilayah perbatasan di darat.
Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis.
Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri.
Mengamankan Presiden dan wakil presiden beserta keluarganya.
Membantu tugas pemerintahan di daerah.
2
Membantu kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan
ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang.
Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala dan perwakilan pemerintah
asing yang sedang berada di Indonesia.
Membantu menaggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan
kemanusiaan.
Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan.
2. Kemampuan TNI AD
Peran TNI AD hanya mungkin diwujudkan apabila didukung dengan kemampuan
utama (core capabilities) yang dapat didayagunakan dalam pelaksanaan tugas-tugas
operasional yang dipercayakan kepada satuan-satuan jajaran TNI AD. Dalam Doktrin
Kartika Eka Pakçi dijelaskan bahwa kemampuan TNI AD mencakup:
a. Kemampuan Tempur. Kemampuan tempur adalah kemampuan untuk
melaksanakan pertempuran, baik pada tingkat strategis maupun taktis pada
berbagai karakter wilayah tugas, baik sebagai satuan utama operasional maupun
sebagai satuan bantuan.
b. Kemampuan Intelijen. Kemampuan intelijen adalah kemampuan untuk
melaksanakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkaitan dengan
penyelidikan, pengamanan dan penggalangan, baik yang bersifat strategis maupun
taktis dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas-tugas TNI AD.
c. Kemampuan Teritorial. Kemampuan teritorial adalah kemampuan untuk
melaksanakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkaitan dengan
penyiapan potensi wilayah menjadi kekuatan pertahanan negara di darat.
Kemampuan ini adalah kemampuan khas yang tidak dimiliki oleh organisasi militer
lain di dunia. Kemampuan ini telah melekat dalam organisasi TNI sejak perjuangan
untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia.
d. Kemampuan Pengamanan. Kemampuan pengamanan adalah kemampuan
untuk melaksanakan segala usaha, pekerjaan dan kegiatan yang berkaitan dengan
pemberian proteksi terhadap suatu obyek yang bernilai strategis yang berupa
obyek vital nasional, wilayah perbatasan, presiden dan keluarganya maupun tamu
negara setingkat kepala negara/pemerintahan yang sedang berada di wilayah
Indonesia.
e. Kemampuan Dukungan. Kemampuan dukungan adalah kemampuan diluar
kemampuan tempur, intelijen, teritorial dan pengamanan yang diperlukan untuk
mendukung keberhasilan tugas pokok TNI AD, yang meliputi:
1) Kemampuan diplomasi militer yang diperlukan untuk mencegah
keinginan permusuhan dari negara lain dan melakukan negosiasi guna
penyelesaian konflik serta memulihkan hubungan dengan negara lain
pascakonflik. Kemampuan ini dilakukan melalui upaya kerjasama militer,
terutama dibidang pendidikan dan latihan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan saling pengertian guna menangkal keinginan untuk memulai
konflik antar negara.
2) Kemampuan penguasaan teknologi militer yang diperlukan untuk
membangun kemandirian pertahanan negara sesuai dengan doktrin
pertahanan semesta. Kemampuan ini dilakukan melalui kerjasama dengan
industri strategis nasional dibidang rekayasa teknologi terapan yang dapat
dimanfaatkan dalam pelaksanaan tugas-tugas TNI AD di lapangan.
3
Dimensi ruang dan waktu. Operasi dilakukan dalam batas-batas wilayah dan waktu
yang telah ditentukan oleh komando atas. Pengertian wilayah dapat diartikan sebagai
bagian tertentu atau seluruh wilayah NKRI sesuai keputusan yang ditetapkan komando
atas. Operasi bisa dilakukan dalam waktu satu atau beberapa hari, tetapi bisa juga
dilakukan selama beberapa tahun. Lamanya operasi dapat ditentukan dalam perintah
operasi, tetapi dapat juga ditentukan dengan menggunakan parameter tercapainya
tujuan operasi.
Dimensi tujuan dan sasaran. Suatu operasi harus mempunyai tujuan dan sasaran yang
jelas. Tujuan adalah kondisi akhir yang ingin dicapai oleh suatu satuan yang melaksa-
nakan operasi, sedangkan sasaran adalah apa yang harus dicapai. Pada operasi taktis,
tujuan dan sasaran biasanya berimpit, misalnya operasi serangan kampung bertujuan
menghancurkan pusat Kodal pemberontak, maka sasaran serangan adalah pusat Kodal
pemberontak. Pada tataran operasional, tujuan dan sasaran tidak selalu berimpit.
Misalnya, tujuan operasi mengatasi gerakan separatis bersenjata di suatu wilayah
adalah terintegrasinya wilayah tersebut dalam NKRI, sedangkan sasaran-sasaran
operasinya bisa bermacam-macam tergantung jenis operasi yang dilaksanakan,
misalnya sasaran operasi teritorial adalah terwujudnya simpati masyarakat setempat
terhadap TNI AD, sasaran operasi tempur adalah hancurnya kekuatan bersenjata
kelompok separatis, sasaran operasi khusus adalah terbongkarnya jaring klandestin dan
sebagainya.
4. Azas Perang
Keberhasilan operasi selain ditentukan oleh keunggulan daya tempur, juga
ditentukan oleh kemampuan panglima operasi dan para komandan dalam
mengimplementasikan azas-azas perang. Azas perang adalah kaidah-kaidah yang
bersumber dari keberhasilan peperangan masa lalu. Azas perang bersifat filosofis dan
bukan merupakan aturan baku yang bersifat dogmatis, tetapi lebih sebagai pedoman yang
perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan operasi dan disesuaikan dengan situasi yang
dihadapi. Dalam hal tertentu, beberapa azas sepertinya saling tumpang tindih atau saling
bertentangan. Oleh karena itu setiap perencana dan pelaksana operasi harus
menggunakan intuisinya secara tepat untuk menilai situasi yang dihadapi di daerah
operasi. Setiap negara menggunakan azas-azas perang yang berbeda sesuai
pengalaman sejarah yang pernah dilaluinya, namun ada beberapa azas yang diadopsi
secara universal yang bersumber dari sejarah peperangan berbagai negara pada masa
lalu. Berikut ini merupakan azas perang yang berlaku universal serta azas perang khas
Indonesia yang bersumber dari sejarah perjuangan TNI dalam merebut dan
mempertahankan kemerdekaan.
a. Azas Universal
1) Azas Tujuan. Setiap operasi militer harus dilaksanakan dengan
tujuan yang jelas, realistis dan dapat dicapai. Pada saat melaksanakan suatu
operasi, panglima operasi harus mendeskripsikan secara jelas hasil yang
ingin dicapai dan dampak strategisnya. Tujuan yang jelas akan
memudahkan panglima operasi untuk memusatkan kekuatan pasukannya
pada tugas yang paling penting. Tujuan yang realistis akan meningkatkan
inisiatif satuan bawah dan perorangan. Tujuan yang dapat dicapai akan
membantu panglima operasi untuk mengalokasikan daya tempur sacara
tepat sasaran.
2) Azas Ofensif. Tindakan ofensif dilaksanakan untuk mencapai hasil
yang menentukan, memperoleh kebebasan bertindak dan cepat tanggap
terhadap perubahan situasi. Tindakan ofensif akan menghasilkan inisiatif
dan sebaliknya, inisiatif diperlukan untuk melakukan tindakan ofensif. Cara
5
Gambar-1
TATARAN PERANG
8
a. Tataran Strategis. Secara umum, strategi diartikan sebagai seni dan ilmu
mengembangkan dan menggunakan berbagai kekuatan nasional, baik dalam masa
damai maupun dalam masa perang guna mendukung pencapaian tujuan nasional
yang ditetapkan oleh politik. Strategi militer yang berasal dari kebijakan nasional
dan menjadi dasar untuk semua operasi militer. Dalam konteks perang, tataran
strategis adalah suatu tataran perang, dimana tujuan perang ditentukan oleh
pengambil keputusan pada tingkat nasional. Kegiatan pada tataran ini diarahkan
untuk mencapai tujuan strategis yang merupakan penjabaran dari kepentingan
nasional. Upaya pencapaian tujuan strategis dilakukan dengan mengerahkan
kekuatan nasional yang meliputi kekuatan militer, ekonomi, diplomasi dan
informasi. Penggunaan kekuatan militer pada tataran strategis diatur dan
dikendalikan oleh Panglima TNI.
Dalam mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan
menjamin keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman, upaya perta-
hanan negara diselenggarakan dengan strategi pertahanan berlapis. Strategi ini
bertumpu pada upaya pertahanan negara yang memadukan pertahanan militer
dengan pertahanan non militer sebagai satu kesatuan pertahanan negara yang
utuh. Karakteristik strategi pertahanan berlapis diwujudkan melalui keterpaduan
pendayagunaan lapis pertahanan militer dan lapis pertahanan non militer yang
saling menyokong dalam menghadapi setiap bentuk ancaman.
b. Tataran Operasional. Tataran operasional adalah tingkat dimana kampanye
militer dan operasi-operasi besar dilakukan secara berkelanjutan untuk mencapai
tujuan strategis dalam suatu daerah operasi. Tataran ini membentuk ‘benang
merah’ antara tindakan taktis dengan tujuan strategis. Fokus pada tingkat ini adalah
pada operasional penggunaan kekuatan militer dalam rangka mencapai tujuan
strategis melalui desain operasi, pengorganisasian daerah operasi, penyeleng-
garaan kampanye militer maupun operasi-operasi besar.
Tataran operasional berada diantara tataran strategis dan tataran taktis.
Pada tataran ini, satuan-satuan melakukan serangkaian kegiatan taktis dalam
rangka mencapai tujuan strategis. Rangkaian kegiatan tersebut dapat dilakukan
secara serentak atau berurutan dan dikendalikan oleh seorang panglima operasi di
daerah operasi dalam kurun waktu yang telah direncanakan. Kegiatan pada tataran
operasional berada dalam ruang dan waktu yang lebih luas dibandingkan dengan
tataran taktis. Dalam kaitan ini, panglima operasi membagi daerah tanggung jawab
komando operasi kepada satuan bawahannya dengan mempertimbangkan faktor
tugas, medan, musuh dan pasukan sendiri. Secara geografis, operasi dapat
dipahami sebagai perluasan dimensi ruang dan waktu dari taktik. Komandan satuan
taktis memberikan fokus pada pertempuran melawan musuh, sedangkan panglima
operasi melihat lebih luas pada dimensi ruang, waktu dan kegiatan. Upaya
panglima operasi dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang paling
menguntungkan bagi para komandan satuan taktis. Panglima operasi juga
mengantisipasi hasil pertempuran pada tingkat taktis dan mengeksploitasi hasil
tersebut untuk mendapatkan keuntungan operasional yang lebih besar.
c. Tataran Taktis. Kegiatan pada tataran taktis meliputi pengaturan pasukan
sendiri untuk melaksanakan pertempuran di dalam daerah operasi. Pengaturan
tersebut termasuk pengorganisasian pasukan, penempatan pasukan dan penen-
tuan bentuk manuver dihadapkan dengan kondisi medan maupun musuh. Kegiatan
pada tataran taktis dapat berupa satu atau beberapa pertempuran dalam satu
daerah operasi yang berlangsung dalam waktu relatif singkat (dalam hitungan
menit, jam atau hari).
9
Taktik adalah seni sekaligus ilmu. Aspek seni dalam taktik mencakup tiga hal
yang saling terkait, yaitu pengaturan pasukan untuk melaksanakan tugas, pengam-
bilan keputusan dalam ketidakpastian dan minimalisasi dampak pertempuran terha-
dap prajurit. Sedangkan aspek ilmu dalam taktik berkaitan dengan pengetahuan
tentang teknik, prosedur dan kemampuan pasukan sendiri maupun musuh.
6. Konflik dan Operasi Militer
Pemahaman tentang konflik akan membantu para perencana dan pelaksana
operasi militer dalam menggunakan sumberdaya yang tersedia untuk mencapai tujuan
operasi karena pada dasarnya operasi militer digelar dalam rangka mencegah, mengatasi
dan meminimalkan kerusakan akibat konflik. Saat ini dunia dipenuhi dengan konflik
kepentingan, mulai dari masalah ekonomi, politik, sosial maupun masalah lain. Dalam
menyikapi konflik tersebut, sebagian negara telah menggunakan kekerasan sebagai
sarana penyelesaian. Pada penghujung abad ke-20 sampai awal abad ke-21 sejarah
mencatat terjadinya konflik kekerasan di beberapa belahan dunia, seperti Peru–Equador,
Arab–Israel, Inggris–Argentina, Israel–Palestina dan sebagainya. Konflik seperti itu bisa
saja terjadi antara Indonesia dengan negara-negara tetangga. Bersyukur bahwa para
pemimpin negara-negara Asia Tenggara telah merintis hubungan regional yang mengikat
negara-negara anggotanya untuk mencegah konflik dan apabila tidak dapat dicegah,
maka setiap negara anggota berkewajiban menyelesaikannya dengan “cara-cara” ASEAN.
Namun dalam kenyataannya, pilihan penyelesaian dengan cara-cara damai kadang
sangat terbatas, sehingga tidak jarang negara-negara anggota menggunakan cara-cara
provokatif yang menjadikan hubungan bilateral antar negara menjadi terganggu, seperti
yang terjadi di perbatasan Thailand–Cambodia beberapa waktu lalu.
Konflik juga terjadi secara internal di dalam negeri, ketika kepentingan primordial
dan kedaerahan mengambil alih kepentingan nasional di daerah. Dengan bersembunyi di
balik demokratisasi, aktor-aktor daerah yang ingin berkuasa di luar struktur kekuasaan
yang telah terlegitimasi mencoba melakukan petualangan politik untuk mendapatkan
pengaruh dalam masyarakat dan melakukan tindakan-tindakan perlawanan terhadap
pemerintah yang sah, baik di tingkat daerah maupun pusat. Perkembangan yang terjadi di
wilayah Papua mengindikasikan adanya kepentingan daerah yang mengarah pada konflik
vertikal. Hal ini juga terjadi di Aceh dan Maluku. Semua itu membuktikan bahwa konflik
vertikal telah menjadi ancaman nyata yang harus menjadi perhatian pemerintah.
Apabila telah terjadi konflik, pemerintah berkewajiban melakukan langkah-langkah
penyelesaian yang paling beradab dengan tetap menyiapkan kemungkinan terburuk
apabila konflik tidak dapat dikendalikan dengan cara-cara tersebut. Pemahaman tentang
anatomi konflik akan membantu pemerintah dalam menyelesaikan berbagai konflik yang
mungkin terjadi secara beradab dan risiko yang seminimal mungkin. Konflik adalah
fenomena sosial yang bersifat dinamis, sulit dikendalikan dan sulit diprediksi baik tujuan,
sasaran, waktu, tempat, bentuk pelibatan dan cara-caranya. Konflik mengandung sifat
ketidakteraturan dan ketidakpastian karena berbagai faktor, antara lain faktor medan
operasi, koordinasi yang buruk, ketidakcukupan dan ketidakakuratan informasi serta
kesalahan manusia. Faktor-faktor ini saling berinteraksi sehingga tugas-tugas paling
sederhanapun menjadi sulit diselesaikan.
a. Dasar Penggolongan Konflik. Meskipun tidak ada dua konflik yang sama,
namun ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menggolongkan
bentuk-bentuk konflik. Penggolongan konflik tersebut memungkinkan suatu
pengertian yang lebih mendalam tentang sifat dasar konflik dan sumber daya yang
diperlukan untuk menyelesaikannya. Untuk kepentingan penyelenggaraan operasi
militer, konflik dapat dikategorikan berdasakan parameter luas wilayah dimana
konflik terjadi, tingkat kekerasan yang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat dan
waktu berlangsungnya konflik.
10
Gambar-2
SPEKTRUM KONFLIK
saat operasi militer mencapai puncak keberhasilan, yaitu ketika rakyat Timor Timur
menghargai TNI sebagai “tentara pembebas”. Pemerintah memanfaatkan keberha-
silan penggunaan hard power untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dan politik
sesaat. Seharusnya pemerintah menggunakan soft power untuk memperbesar hasil
yang dicapai hard power dalam rangka mencapai tujuan strategis dan politis yang
lebih luas, misalnya menggelar penentuan pendapat rakyat sesegera mungkin.
Kenyataannya, penentuan pendapat rakyat baru dilakukan puluhan tahun setelah
penggunaan hard power tidak efektif lagi.
Belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman bangsa-bangsa lain pada
masa lalu, maka TNI senantiasa membangun kemampuan dan kekuatannya agar
menjadi national hard power yang mampu menangkal setiap ancaman terhadap
kedaulatan NKRI. Selain itu, TNI juga mengembangkan potensi soft power yang
dimilikinya agar dapat didayagunakan untuk mencegah dan mengatasi konflik di
dalam negeri secara efektif.
e. Penggunaan Kekuatan Militer dalam Konflik. Dari gambar-2 terlihat
bahwa kekuatan militer beroperasi pada sepanjang spektrum konflik. Pada situasi
tertentu dibutuhkan pengerahan kekuatan militer secara masif untuk mengeliminir
suatu ancaman. Tujuan akhir dari pengerahan kekuatan militer pada hakikatnya
adalah untuk mereduksi kekerasan menjadi minimal. Lingkungan operasi dewasa
ini menuntut kekuatan militer untuk senantiasa mengevaluasi metode yang
digunakan dan beradaptasi dengan lingkungan secara terus menerus.
Penggunaan kekuatan TNI AD dalam operasi tidak hanya untuk
mengalahkan musuh namun yang lebih penting adalah untuk mewujudkan kondisi
damai. Maka setiap perencana operasi TNI AD senantiasa mempertimbangkan
dampak lanjutan penggunaan kekuatan TNI AD terhadap kondisi sosial pasca
operasi. Menghancurkan musuh atau merebut sasaran-sasaran operasional di
daerah operasi mungkin sulit dilakukan, tetapi yang lebih sulit adalah mewujudkan
kondisi damai pasca konflik. Pengalaman operasi mengatasi konflik komunal di
Poso, Maluku dan Maluku Utara adalah bukti nyata tentang sulitnya mewujudkan
kondisi damai pasca operasi.
Operasi yang dilaksanakan pada satu tahap akan berpengaruh langsung
terhadap tahap selanjutnya. Dalam setiap pelaksanaan operasi, panglima operasi
mewujudkan situasi yang kondusif bagi keberhasilan operasi selanjutnya. Maka
setiap panglima operasi harus mampu memvisualisasikan dan memprediksi
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan menyiapkan langkah-langkah
kontinjensi agar tujuan operasi dapat tercapai. Pada gilirannya dapat benar-benar
mewujudkan kondisi damai dan memberikan peluang kepada otoritas sipil di daerah
untuk memelihara kondisi damai yang telah diwujudkan.
Dalam setiap operasi militer, TNI AD dituntut untuk senantiasa mengubah
taktik, teknik dan prosedur karena lingkungan operasi senantiasa berupah secara
dinamis. Dalam operasi tempur, perubahan-perubahan lebih disebabkan oleh faktor
musuh yang berupaya mencari peluang untuk menggagalkan operasi kita.
Sedangkan dalam operasi nontempur, perubahan bisa terjadi karena dinamika
perubahan kondisi masyarakat. Oleh karena itu TNI AD harus menjadi learning
organisation yang selalu belajar dari pengalaman operasi masa lalu dan masa kini
untuk meraih sukses pada setiap operasi yang akan datang.
15
BAB II
HAKIKAT OPERASI
7. Umum
Operasi diperlukan untuk menghadapi ancaman yang terjadi karena adanya
dinamika lingkungan strategis pada lingkup global, regional maupun nasional. Setiap jenis
ancaman memerlukan penanganan secara spesifik dengan menggunakan sumberdaya
tertentu sesuai karakteristik ancaman yang dihadapi. Pemahamanan tentang hakikat
operasi mengalir dari kerangka berpikir operasional yang mencakup dimensi lingkungan
operasi, daerah operasi dan penduduk. Kerangka berpikir operasional pada hakekatnya
adalah pengaturan kekuatan sendiri dalam ruang dan waktu yang tersedia untuk
mencapai tujuan operasional dihadapkan dengan kondisi musuh dan daerah operasi.
Pemahaman tentang hakikat operasi tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya, yaitu faktor tugas pokok, medan, musuh, pasukan sendiri dan faktor
penduduk.
8. Pengaruh Lingkungan Strategis Terhadap Penyelenggaraan Operasi
Globalisasi telah membawa pengaruh positif maupun negatif bagi dunia. Saling
ketergantungan ekonomi antar negara akan memicu peningkatan perekonomian di
kawasan dan dunia. Di lain pihak distribusi kekayaan yang tidak merata akan lebih
melebarkan jurang antara kelompok kaya dan miskin. Mereka yang tidak mampu
mengimbangi laju globalisasi akan tertinggal. Kondisi ini sangat potensial untuk memicu
konflik. Globalisasi juga telah memunculkan non state actor dalam bidang ekonomi,
informasi dan militer. Kekuasaan dan pengaruh pemerintah akan semakin berkurang
seiring bangkitnya kekuatan baru dari organisasi non pemerintah. Selain itu golongan
yang tidak mampu akan rentan terhadap pengaruh dan rekrutmen dari kelompok ekstrem.
Akibatnya mereka akan mudah menganut paham radikal untuk mengekspresikan rasa
frustrasi dan kekecewaan mereka.
Kemajuan teknologi yang pesat seperti perkembangan komputer, internet dan
satelit telah mentransformasi dunia sejak beberapa dekade terakhir. Teknologi informasi
telah memungkinkan pertukaran informasi berlangsung dalam hitungan detik. Jangkauan
dan pengaruh media informasi dalam operasi akan berpengaruh sama bagi pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik. Tidak hanya negara, namun kelompok-kelompok radikal telah
mempunyai akses yang sama terhadap produk-produk berteknologi tinggi. Hal ini akan
berpengaruh besar dalam lingkungan operasi dimana pemerintah maupun musuh akan
memanfaatkan secara maksimal perkembangan teknologi guna mencapai tujuannya.
Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, Indonesia menyimpan potensi
instabilitas dan radikalisme. Dengan berkembangnya jumlah penduduk kelas menengah,
maka kebutuhan kualitas hidup yang lebih baik akan meningkat pula. Urbanisasi yang
16
Hambatan adalah suatu kondisi yang bersifat menghambat atau menghalangi secara
tidak konsepsional yang berasal dari dalam sistem kehidupan nasional, misalnya
bencana alam, konflik komunal, tindakan anarkhi dan sebagainya.
Tantangan adalah suatu kondisi atau upaya yang bersifat atau bertujuan menggugah
kemampuan mengatasi masalah, misalnya kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari
ribuan pulau, jumlah penduduk yang besar, kritik membangun yang disampaikan melalui
media masa dan sebagainya.
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan operasi darat, ancaman bisa dipahami
sebagai keseluruhan kondisi atau usaha, kegiatan dan tindakan yang berasal dari dalam
maupun luar negeri yang dapat membahayakan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah
serta keselamatan bangsa. Ancaman dapat bersumber dari suatu negara, bangsa,
organisasi, kelompok, kondisi ataupun fenomena alam. Untuk mencegah, mengatasi dan
memitigasi ancaman ini dibutuhkan pengerahan seluruh instrumen kekuatan nasional,
baik diplomasi, informasi, militer dan ekonomi. Secara umum ancaman dapat digolongkan
menjadi dua kategori utama yaitu ancaman militer dan non militer. Musuh dapat
menggunakan salah satu atau kombinasi dari kedua ancaman tersebut untuk mencapai
tujuannya.
a. Ancaman Militer. Ancaman militer bersumber dari negara, kelompok
ataupun organisasi yang menggunakan kemampuan dan kekuatan militer dalam
suatu pertikaian bersenjata atau konflik. Ancaman militer mempunyai karakteristik
yang beragam. Ancaman militer dapat bersumber dari penggunaan kekuatan militer
suatu negara ataupun yang berasal dari gerakan kekuatan bersenjata suatu
kelompok tertentu yang dapat mengancam kedaulatan negara dan keselamatan
bangsa. Yang termasuk ancaman militer antara lain agresi militer, pelanggaran
wilayah, pemberontakan bersenjata, terorisme dan konflik komunal.
1) Agresi militer. Agresi merupakan tingkatan tertinggi dari ancaman
militer dan merupakan bentuk ancaman militer yang paling berbahaya
karena akan langsung mengancam kedaulatan, keutuhan wilayah negara
serta keselamatan bangsa. Situasi lingkungan strategis global dan regional
yang semakin dinamis serta perkembangan ancaman yang semakin
kompleks telah membuat kemungkinan ancaman agresi militer menjadi
semakin sulit diprediksi. Agresi militer tidak hanya terbatas pada invasi yaitu
pengerahan kekuatan militer untuk menduduki suatu negara lain, namun
agresi dapat berupa aksi militer lain seperti bombardemen dan blokade
wilayah suatu negara. Agresi militer dapat pula berupa keberadaan kekuatan
militer asing di wilayah NKRI tanpa adanya kesepakatan dari pemerintah
Indonesia. Pengiriman suatu kelompok bersenjata untuk menciptakan
kekacauan di wilayah NKRI juga dapat digolongkan sebagai bentuk agresi
militer. Ancaman agresi juga termasuk tindakan suatu negara yang
memperbolehkan penggunaan wilayahnya oleh negara lain untuk
melancarkan operasi militer terhadap Indonesia.
2) Pelanggaran wilayah. Kondisi geografis Indonesia yang berbatasan
dengan sejumlah negara membuat Indonesia sangat rawan terhadap
pelanggaran wilayah oleh negara lain. Konsekuensi Indonesia sebagai
negara kepulauan yang memiliki wilayah sangat luas dan terbuka adalah
tingginya peluang terjadinya pelanggaran wilayah. Pelanggaran wilayah baik
di darat, laut dan udara yang dilakukan negara lain merupakan ancaman
terhadap kedaulatan negara dan kewibawaan pemerintah serta kehormatan
bangsa Indonesia. Kekuatan postur pertahanan yang tangguh akan
memberikan efek tangkal bagi negara lain untuk tidak melakukan
pelanggaran wilayah. Diplomasi yang efektif merupakan upaya pencegahan
18
sosial antara yang punya dan yang tidak punya. Kesenjangan ekonomi dan
ketimpangan distribusi pendapatan antara pusat dan daerah juga dapat
menjadi pemicu konflik horisontal maupun vertikal. Ancaman ekonomi dari
luar dapat berupa tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap pihak asing
akibat pinjaman dan hutang luar negeri yang besar. Pembatasan kuota,
embargo dan blokade ekonomi merupakan ancaman dimensi ekonomi yang
dapat diterapkan negara luar terhadap Indonesia.
4) Ancaman berdimensi sosial budaya. Ancaman berdimensi sosial
dapat digolongkan menjadi ancaman internal dan eksternal. Ancaman yang
bersifat internal antara lain isu kemiskinan dan keterbelakangan pada
sebagian rakyat Indonesia, rasa ketidakadilan serta karakter kekerasan yang
melekat pada sebagian etnis bangsa. Permasalahan tersebut merupakan
masalah sosial yang dapat memicu terjadinya separatisme, terorisme dan
konflik komunal yang bernuansa SARA. Ancaman yang bersifat eksternal
meliputi masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan norma dan nilai-
nilai luhur bangsa. Dengan kemajuan teknologi informasi, maka penetrasi
nilai-nilai budaya luar yang negatif seperti pornografi dan peredaran
narkotika akan sulit disaring dan dibendung. Akibatnya generasi muda
Indonesia akan terancam degradasi moral.
5) Ancaman berdimensi teknologi dan informasi. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi selain membawa manfaat juga berdampak
kepada ancaman seperti berkembangnya cyber crime, kejahatan perbankan
dan kejahatan lain yang memanfaatkan kemajuan iptek. Masih minimnya
pengakuan dan penghargaan pada kemampuan dan karya teknologi anak
bangsa juga telah mengakibatkan “brain drain”, dengan perpindahan para
ilmuwan dan tenaga-tenaga profesional bangsa ke luar negeri.
6) Ancaman berdimensi keselamatan umum. Ancaman yang berdimensi
keselamatan umum meliputi bencana alam, keamanan transportasi dan
bencana kelaparan. Bencana dapat berupa bencana alam seperti gempa
bumi, gunung berapi dan tsunami, sedangkan bencana yang dipicu oleh ulah
manusia seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, kekeringan dan
bencana lainnya. Selain bencana, ancaman berdimensi keselamatan umum
lainnya adalah keamanan transportasi darat, laut maupun udara. Masih
kurangnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi aturan yang ada, menjadi
salah satu pemicu jatuhnya korban dari aspek keselamatan transportasi.
10. Kerangka berpikir operasional
Dalam rangka perencanaan operasi, panglima operasi menempatkan konsep
operasinya dalam kerangka berpikir operasional. Kerangka berpikir tersebut mencakup
pengaturan kekuatan sendiri dalam ruang dan waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan
operasional dihadapkan dengan kondisi musuh dan daerah operasi. Secara spesifik,
kerangka berpikir operasional mencakup tiga dimensi, yaitu lingkungan operasi, daerah
operasi dan penduduk. Dengan memahami kerangka berpikir tersebut, panglima operasi
diharapkan dapat memusatkan kekuatannya secara tepat untuk mencapai tujuan
operasional dihadapkan pada situasi yang berlaku.
a. Lingkungan Operasi. Lingkungan operasi adalah suatu kondisi yang luas
dan dinamis yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan operasi. Dalam OMP,
lingkungan operasi adalah kondisi nasional secara keseluruhan yang meliputi
aspek geografi, demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan
negara. Sedangkan dalam OMSP, lingkungan operasi mungkin tidak seluas OMP
namun tetap mencakup semua kehidupan nasional. Perbedaan tersebut terutama
21
Gambar-3
PEMBAGIAN MANDALA
Gambar-4
SEKTOR DAN PETAK
BAB III
OPERASI DARAT
batas ruang dan waktu yang ada. Salah satu fungsi perlindungan adalah
pertahanan udara yang bertujuan untuk melindungi satuan dari ancaman udara
musuh. Selain pertahanan udara, fungsi perlindungan juga mencakup perlindungan
informasi, keamanan daerah operasi, perlindungan kesehatan pasukan,
perlindungan nubika dan sebagainya.
f. Dukungan. Fungsi dukungan adalah kegiatan yang berhubungan dengan
penyediaan dukungan dan pelayanan untuk meyakinkan kebebasan bertindak,
memperluas pencapaian operasi dan memperpanjang daya tahan. Dukungan
tempur menentukan kedalaman dan durasi operasi TNI AD. Dukungan tempur juga
diperlukan untuk mempertahankan inisiatif yang telah diperoleh. Dukungan tempur
mencakup fungsi penyediaan logistik, pelayanan personil dan dukungan pelayanan
kesehatan yang diperlukan untuk memelihara momentum operasi hingga
penyelesaian tugas. Subsistem dukungan tempur berfungsi memberikan dukungan
administrasi dan dukungan lainnya guna meningkatkan daya tahan operasi
pasukan sendiri.
g. Komando dan Pengendalian. Unsur komando dan pengendalian
mencakup kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan wewenang oleh panglima
operasi dalam pelaksanaan operasi tempur. Dihadapkan dengan perkembangan
teknologi informasi, karakteristik pertempuran darat mengalami perubahan
mendasar. Seorang panglima operasi dapat mengendalikan pasukan dalam daerah
yang lebih luas secara real time. Teknologi komunikasi yang ada saat ini
memungkinkan panglima operasi untuk mengaplikasikan wewenang komandonya
secara lebih efektif dalam pertempuran. Unsur komando dan pengendalian juga
berkaitan erat dengan kepemimpinan karena pertempuran darat mencakup dimensi
manusia yang dilengkapi dengan sistem senjata.
Kepemimpinan adalah efek pengganda sekaligus pemersatu daya tempur.
Kepercayaan diri, kompetensi dan pemimpin yang baik akan meningkatkan unsur
daya tempur lainnya secara berlipat ganda. Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi seseorang dengan memberikan saran, petunjuk dan motivasi pada
saat operasi agar dapat menyelesaikan tugas. Pemimpin militer memberikan
inspirasi dan mempengaruhi bawahannya agar dapat menyelesaikan tugas satuan,
fokus dalam berpikir dan mengambil keputusan. Pemimpin militer mampu
meyakinkan prajuritnya memiliki keinginan untuk menang. Dalam OMSP, pemimpin
harus melakukan komunikasi sosial secara efektif agar penggunaan daya tempur
satuannya tertuju pada sasaran yang tepat.
h. Informasi. Walaupun tidak mematikan, informasi sama ampuhnya dengan
unsur-unsur daya tempur yang lain. Di Timor Timur dan Aceh, tidak sedikit
pemberontak yang “turun gunung” dan menyerahkan senjatanya tanpa setetes
darah pun yang tertumpah melalui pertempuran. Sejarah juga mencatat bahwa
kantong-kantong gerilya TNI banyak yang selamat dari gempuran pasukan
Belanda. Semua itu disebabkan oleh keampuhan informasi. Oleh karena itu,
panglima operasi dan para komandan di daerah operasi tidak boleh meremehkan
peran informasi dalam mendukung tercapainya sasaran-sasaran operasi.
Selain membentuk opini musuh dan penduduk di daerah operasi, informasi
juga dapat mempengaruhi lingkungan operasi secara keseluruhan. Pada tataran
operasional, peran informasi bahkan dapat menentukan kemenangan. Karena
secara logis, kecukupan informasi akan mengurangi friksi dan ketidakpastian serta
akan meningkatkan peluang dan kesempatan untuk memenangkan pertempuran di
daerah operasi. Informasi adalah sumber tenaga bagi unsur-unsur lain yang
membentuk daya tempur.
33
yang ada. Dalam satu daerah operasi, kendali terhadap semua unsur intelijen harus
berada pada panglima operasi guna menjamin kesatuan tindakan untuk mencapai
sasaran operasi dan tujuan akhir strategis yang diharapkan.
Pengerahan kemampuan intelijen di daerah operasi akan sangat membantu
panglima operasi dalam memastikan lokasi musuh, kondisi medan operasi dan
keberpihakan masyarakat di daerah operasi. Penggunaan tenaga manusia dalam
operasi intelijen sangat efektif untuk mengumpulkan keterangan di daerah operasi
saat ini. Namun demikian, dihadapkan dengan perkembangan karakteristik dan
lingkungan operasi darat yang semakin kompleks, penggunaan teknologi untuk
melaksanakan operasi intelijen menjadi keharusan bagi satuan-satuan intelijen agar
dapat memberikan kebutuhan intelijen kepada panglima operasi secara optimal.
Dengan menggunakan teknologi, penyebaran keterangan juga dapat dilakukan
secara lebih meluas kepada satuan-satuan yang sedang beroperasi di daerah yang
relatif luas. Peran operasi intelijen dalam operasi darat juga mencakup
pengamanan kegiatan pasukan sendiri dengan melakukan lawan penyelidikan serta
pengendalian pengaruh musuh di daerah operasi. Kegiatan taktis dan teknis yang
dapat dilaksanakan dalam operasi intelijen meliputi:
1) Kegiatan penyelidikan. Kegiatan ini bertujuan untuk mencari
keterangan tentang musuh, kondisi daerah operasi serta kondisi masyarakat
di daerah operasi. Pelaksanaan penyelidikan di daerah operasi harus
dilaksanakan secara terkoordinasi dengan operasi-operasi lain yang sedang
dilakukan. Satuan-satuan intelijen melaksanakan penyelidikan dengan
menggunakan teknik-teknik penyusupan, penelitian maupun pengamatan.
Baik dengan menggunakan tenaga manusia maupun dengan menggunakan
bantuan teknologi penginderaan jarak jauh.
Bahan keterangan yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan teknis di
daerah operasi perlu diolah agar dapat dimanfaatkan bagi kepentingan
operasi lain yang memerlukannya. Dalam pengolahan bahan keterangan,
komandan satuan intelijen harus memiliki pemahaman yang menyeluruh
tentang pelaksanaan operasi serta sasaran-sasaran operasional yang telah
ditetapkan panglima operasi. Untuk menjamin keterpaduan tindakan di
daerah operasi, maka pengendalian operasi intelijen harus terpusat, dimana
komandan satuan intelijen bertanggung jawab langsung kepada panglima
operasi.
Dalam OMSP, penyelidikan dilakukan secara terbuka maupun
tertutup. Penyelidikan secara terbuka dapat dilakukan untuk mencari
keterangan yang berkaitan dengan kondisi daerah operasi dan keterangan
tentang penduduk yang ada di daerah operasi. Sedangkan penyelidikan
untuk memperoleh keterangan tentang musuh dilakukan secara tertutup.
2) Kegiatan pengamanan. Kegiatan pengamanan bertujuan untuk
mencegah musuh memperoleh keterangan tentang pasukan sendiri dan
mencegah musuh melakukan tindakan-tindakan yang dapat menggagalkan
penyelidikan sendiri, mencegah upaya penggalangan musuh serta
mencegah penyusupan musuh ke pusat kendali pasukan sendiri.
Pengamanan dilakukan dengan teknik lawan intelijen dalam rangka
menghilangkan daya guna intelijen musuh. Teknik-teknik yang biasa
digunakan dalam pengamanan antara lain adalah lawan penyelidikan dan
lawan penggalangan, baik secara berdiri sendiri maupun secara terpadu.
Dalam OMSP, pengamanan dapat diarahkan untuk mengamankan center of
gravity yang bersifat non fisik, misalnya pengamanan terhadap dukungan
37
Gambar-5
PENGGUNAAN JENIS-JENIS OPERASI DARAT
42
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas pokok tersebut diimplementasikan dalam
operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang. Tugas-tugas operasional
pada operasi militer untuk perang meliputi perang terbatas melawan kekuatan militer
negara lain yang melakukan invasi terbatas dan perang semesta melawan kekuatan
militer negara lain yang melakukan agresi militer. Sedangkan tugas-tugas operasional
pada operasi militer selain perang meliputi tugas-tugas mengatasi gerakan separatis
dan pemberontakan bersenjata; mengatasi aksi terorisme; pengamanan wilayah
perbatasan; pengamanan objek vital nasional; pengamanan presiden dan wakil presiden
beserta keluarganya; pengamanan tamu negara setingkat kepala; bantuan kepolisian;
bantuan pemerintahan di daerah; bantuan penanggulangan akibat bencana; bantuan
kemanusiaan; bantuan SAR dan operasi perdamaian.
a. Tugas-tugas Operasional pada Operasi Militer untuk Perang (OMP).
Terlepas dari ada dan tidaknya kemungkinan konflik bersenjata dengan negara lain,
TNI AD harus senantiasa menyiapkan kekuatan dan kemampuannya untuk
menghadapi kemungkinan terburuk. TNI AD akan menjadi elemen penentu
kedaulatan negara manakala kekuatan bersenjata musuh telah menginjakkan
kakinya di wilayah daratan Indonesia. Untuk itu, satuan TNI AD harus siap
melaksanakan tugas-tugas tempur dan non tempur dalam OMP.
Operasi OMP diselenggarakan untuk menghadapi kekuatan militer asing
yang telah mengganggu kedaulatan NKRI di wilayah daratan. Ada dua
kemungkinan tugas operasional yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tingkatan
konflik yang dihadapi. Pertama adalah perang terbatas di wilayah perbatasan yang
dilakukan apabila terjadi pelanggaran wilayah perbatasan darat oleh kekuatan
bersenjata negara lain. Kedua adalah perang terbuka melawan negara agresor
atau gabungan beberapa negara yang melakukan agresi militer di wilayah
Indonesia.
1) Perang terbatas untuk mengatasi pelanggaran wilayah perbatasan
darat oleh kekuatan bersenjata negara lain. Untuk melaksanakan tugas ini,
maka jenis operasi yang dapat digunakan adalah operasi tempur dengan
didukung operasi lain, yaitu operasi intelijen, operasi teritorial, operasi
informasi dan bentuk-bentuk operasi militer lain yang diperlukan.
Operasi tempur menjadi operasi pokok yang dilaksanakan dengan
menggunakan taktik, teknik dan prosedur pertempuran reguler. Karena kita
tidak akan memulai perang, maka bentuk operasi yang paling mungkin
dilakukan adalah operasi pertahanan aktif, yaitu suatu bentuk operasi
pertahanan yang mengkombinasikan penggunaan tembakan bantuan dan
penempatan pasukan di titik-titik kuat untuk menghancurkan pasukan lawan
yang mencoba memasuki daerah pertahanan. Bentuk operasi serangan
dilakukan oleh satuan-satuan taktis terhadap kedudukan musuh yang
berhasil masuk ke wilayah RI. Pelaksanaan serangan dilakukan dengan
taktik, teknik dan prosedur reguler maupun non reguler sesuai kondisi taktis
yang dihadapi di daerah operasi.
Operasi militer akan dimulai ketika upaya diplomasi menemui jalan
buntu. Panglima Kodam yang bertanggung jawab atas wilayah perbatasan
darat terkait melakukan persiapan-persiapan dengan menggelar satuan-
satuan tempur utama organiknya di sekitar wilayah perbatasan. Tembakan
bantuan ditempatkan pada posisi yang memungkinkan melakukan tembakan
ke kedudukan musuh, dengan sendirinya diperlukan senjata Armed yang
memiliki jarak tembak yang memadai. Unsur manuver ditempatkan di titik-
titik kuat di sekitar jalan-jalan pendekat yang mungkin digunakan musuh
43
BAB IV
OPERASI DARAT DALAM KAMPANYE MILITER
yang sama. Apabila ada tujuan strategis yang ditetapkan Panglima TNI, maka TNI AD
dapat menyelenggarakan kampanye militer dengan cara menggelar operasi-operasi darat
yang dilakukan secara berangkai dibawah kendali seorang panglima operasi.
Untuk lebih memahami pengertian kampanye militer, pada bab ini diuraikan
pegalaman kampanye militer yang pernah dilakukan di Indonesia. Untuk kampanye militer
gabungan akan menggunakan contoh Operasi Penumpasan PRRI dan Operasi Trikora,
sedangkan kampanye militer yang dilakukan satuan-satuan darat akan menggunakan
contoh Perang Kemerdekaan II.
17. Pengalaman Kampanye Militer di Indonesia
a. Kampanye Militer Darat. Sebelum digunakannya pesawat udara dalam
peperangan, hampir semua kampanye militer dilakukan oleh satuan-satuan darat.
Misalnya kampanye militer yang dilancarkan oleh tentara Perancis dibawah
Napoleon pada akhir abad IX. Contoh kampanye militer darat yang pernah
dilakukan di Indonesia adalah Perang Kemerdekaan II yang dimulai sejak Belanda
gagal menggunakan perjanjian Renville untuk melegitimasi kekuasaannya di
seluruh wilayah Indonesia.
Kampanye militer ini pada dasarnya merupakan bentuk perlawanan
bersenjata atas tindakan militer Belanda yang bermaksud meniadakan negara
republik Indonesia yang didukung TNI. Meskipun organisasi TNI pada saat itu
belum sempurna, persiapan kampanya militer telah dilakukan sejak TNI melakukan
‘hijrah‘ dari kantong-kantong gerilya ke wilayah Republik Indonesia. Secara de
facto, kampanye militer mulai dilancarkan sejak dikeluarkannya Perintah Siasat
Nomor 1 pada tanggal 9 Nopember 1949 oleh Panglima Besar Sudirman. Perintah
tersebut adalah petunjuk-petunjuk strategis dan konsep-konsep operasional yang
memberikan arahan garis besar tentang bagaimana kampanye militer harus
dilakukan.
Untuk mengawali kegiatan kampanye militer, maka satuan-satuan TNI yang
masih berada di wilayah Republik Indonesia (Yogyakarta) melakukan gerakan
penyusupan ke basis operasi yang berada di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Sebagian kekuatan tetap berada di Yogyakarta dan Jawa Tengah untuk
melancarkan operasi-operasi ofensif terhadap kekuatan Belanda yang ada di
daerah tersebut. Komando dan pengendalian kampanye militer yang dilakukan
Panglima Besar bersifat mobil guna menghindari penghancuran oleh Belanda.
Untuk itu, pemberian perintah-perintah dan laporan dari satuan-satuan pelaksana
operasi dilakukan melalui kurir.
Pulau Jawa dibagi menjadi beberapa wehrkreise yang menjadi basis operasi
bagi pasukan TNI. Para Komandan Wehrkreise bertanggung jawab untuk
melaksanakan operasi di wilayahnya masing-masing. Operasi dilaksanakan dengan
menggunakan taktik gerilya karena kekuatan pasukan TNI tidak seimbang
dibandingkan dengan kekuatan Belanda, terutama ditinjau dari kelengkapan
persenjataan. Di sektor Jawa Timur, Brigade III melaksanakan aksi-aksi ofensif
untuk mengganggu pasukan Belanda yang menguasai pusat-pusat kota. Di sektor
Jawa Barat, Brigade XIII juga melaksanakan aksi-aksi ofensif terhadap sasaran-
sasaran yang berupa fasilitas militer yang dikuasai Belanda.
Aksi-aksi ofensif tersebut disadari tidak mungkin memberikan kemenangan
yang menentukan. Oleh karenanya aksi-aksi ofensif tersebut dilakukan secara
sporadis untuk memberikan tekanan secara terus-menerus guna menurunkan moril
pasukan Belanda. Aksi-aksi ofensif biasanya dilaksanakan pada malam hari guna
memperoleh pendadakan dan menghindari perlawanan yang kuat dari pasukan
Belanda. Selain itu, TNI juga melancarkan aksi-aksi ofensif yang relatif besar untuk
56
angkatan laut dan angkatan udara. Operasi besar yang digelar meliputi:
Operasi Tegas untuk menghancurkan kekuatan pemberontak dan
menguasai Pekanbaru dan Riau Daratan
Operasi Sapta Marga untuk menghancurkan kekuatan pemberontak dan
menguasai Medan dan Sumatera Utara
Operasi 17 Agustus untuk menghancurkan kekuatan pemberontak dan
menguasai padang dan Sumatera Barat
Operasi Sadar untuk menghancurkan kekuatan pemberontak dan
menguasai Palembang dan Sumatera Selatan.
Untuk melancarkan pelaksanaan operasi-operasi besar tersebut,
dibentuk komando-komando gabungan. Masing-masing komando gabungan
bertugas merencanakan dan melaksanakan operasi besar dan rangkaian
operasi taktis yang diperlukan untuk merebut sasaran operasional yang telah
ditetapkan.
a) Operasi Tegas. Sebelum operasi tempur dilancarkan, komando
Operasi Tegas telah melancarkan operasi intelijen ke daerah musuh
untuk memperoleh intelijen tentang gelar, kemampuan dan kekuatan
pemberontak serta melakukan kontak dengan satuan setempat yang
masih setia kepada pemerintah RI. udara
Operasi tempur pertama dilakukan dengan melakukan serbuan
lintas udara ke lapangan udara Pekanbaru oleh PGT AURI dan
RPKAD pada tanggal 12 Maret 1958. Pasukan lain melakukan
pendaratan melalui laut di sekitar Dumai, kemudian melakukan link-up
dengan pasukan yang telah berhasil menguasai Pekanbaru. Operasi
selanjutnya dilakukan untuk memulihkan kondisi keamanan wilayah
pacca Operasi Tegas. Operasi lanjutan ini dilakukan bersama-sama
dengan satuan-satuan lokal yang masih setia dengan pemerintah
NKRI.
Kekuatan Angkatan Udara dan Angkatan Laut dikerahkah
untuk mendukung operasi yang dilancarkan di wilayah daratan.
Misalnya, unsur-unsur angkatan laut dikerahkan untuk mendukungn
pendaratan dan melakukan penyekatan laut untuk memutus jalur
komunikasi pemberontak ke dunia luar. Sedangkan unsur-unsur
angkatan udara memberikan dukungan udara, baik dukungan
angkutan udara maupun bantuan tembakan udara.
Keberhasilan Operasi Tegas menguasai Pekanbaru dan kota-
kota sekitarnya di daerah Riau daratan telah memberikan tekanan
moril musuh yang berada di daerah Sumatera Utara dan Sumatera
Barat sehingga secara tidak langsung telah memberikan keunggulan
moril terhadap pasukan yang melaksanakan operasi di daerah lain.
b) Operasi Sapta Marga. Operasi intelijen dalam rangka Operasi
Sapta Marga dilakukan dengan menyusupkan satuan-satuan intelijen
ke daerah operasi di sekitar Medan, Tapanuli dan beberapa daerah
lainnya. Selain untuk mendapatkan intelijen tentang musuh, operasi
intelijen juga dilakukan untuk melakukan link-up dengan pasukan
setempat yang masih setia dengan pemerintah RI.
Operasi operasi pokok ditandai dengan operasi lintas udara
yang dilakukan oleh RPKAD untuk membantu satuan lokal yang
58
dibalik tujuan strategis militer yang beliau pahami betul, namun tidak
dipahami oleh pemimpin-pemimpin sipil pada saat ini.
b) Kampanye militer merupakan rangkaian dari beberapa operasi,
baik yang bersifat defensif maupun ofensif. Karakteristik inilah yang
membedakan kampanye militer dengan operasi militer biasa. Maka
dapat dikatakan bahwa setiap kampanye militer adalah operasi militer,
tetapi tidak setiap operasi militer dapat disebut kampanye militer.
Dalam kampanye militer biasanya ada satu atau beberapa operasi
besar yang dijadikan tema operasi. Operasi-operasi besar tersebut
ditempatkan pada garis-garis operasi yang langsung mengarah pada
center of gravity musuh dan tujuan akhir kampanye.
c) Kampanye militer memerlukan perencanaan yang kompre-
hensif dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Dengan adanya
beberapa operasi militer dalam satu mandala, maka perencanaan
harus dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan faktor-
faktor lingkungan operasi yang berpengaruh, termasuk kondisi politik,
ekonomi dan sosial budaya yang berlaku secara nasional.
d) Kampanye militer dilaksanakan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Lamanya waktu kampanye terutama disebabkan oleh
adanya beberapa sasaran operasional yang harus dicapai serta
adanya tujuan akhir yang bersifat strategis. Selain itu, keberhasilan
kampanye militer tidak semata-mata ditentukan oleh tercapainya
sasaran-sasaran operasional saja, tetapi juga sangat tergantung pada
pencapaian tujuan strategis penggunaan kekuatan nasional lainnya,
yaitu politik dan diplomasi, ekonomi serta informasi.
e) Kampanye militer diselenggarakan dalam suatu mandala yang
relatif luas. Luasnya mandala kampanye militer disebabkan oleh
adanya operasi-operasi besar yang harus dilaksanakan secara
berturut-turut atau serempak. Operasi-operasi besar itu biasanya
memerlukan pengerahan kekuatan militer yang relatif besar sehingga
memerlukan daerah operasi.
f) Kampanye militer dapat dilakukan oleh satu angkatan atau
lebih. Kampanye militer tidak selalu bersifat gabungan, tergantung
dari karakteristik operasi militer yang akan dilaksanakan, terutama
kondisi daerah operasi dan musuh yang dihadapi dalam mandala
kampanye. Kampanye militer yang dilaksanakan di darat dalam
rangka OMSP guna menghadapi insurjen, penggunaan kekuatan
angkatan laut dan udara kemungkinan tidak diperlukan.
2) Penyelenggaraan kampanye militer. Dari tiga contoh kampanye militer
tersebut, dapat diambil pelajaran berharga untuk diaplikasikan pada konsep
penyelenggaraan kampanye militer pada masa yang akan datang. Ketiga
kampanye militer memberikan beberapa pelajaran tentang bagaimana
mengorganisir kekuatan untuk sebuah kampanye militer, kemudian
menggelar kekuatan untuk melaksanakan operasi dan tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
a) Pengorganisasian kekuatan. Pada Perang Kemerdekaan II,
pengorganisasian kekuatan sebenarnya telah dimulai semenjak
Perang Kemerdekaan I. Perintah Siasat Nomor 1 menjadi petunjuk
strategis untuk melakukan pengorganisasian kekuatan TNI dalam
bentuk wehrkreise yang siap melancarkan operasi gerilya dari basis
62
operasi masing-masih.
Pada operasi penumpasan PRRI, satuan-satuan yang akan
dilibatkan dalam operasi diorganisir berdasarkan tugas-tugas yang
akan mereka lakukan. Unsur-unsur angkatan udara diorganisir secara
terpusat untuk mendukung pelaksanaan operasi darat dan operasi
laut yang akan digelar di Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan
Sumatera Selatan.
Pengorganisasian operasi Trikora dilaksanakan dengan
matang dan komprehensif serta dilakukan dalam waktu yang cukup
lama sejak perundingan-perundingan yang dilaksanakan sebelum
tahun 1960 hingga pengumuman operasi Trikora oleh Presiden
Soekarno pada tahun 1961 yang diikuti dengan pembentukan
Komando Mandala pada awal 1962. Bahkan sebelum pembentukan
Mandala, pemerintah membangun kekuatan angkatan bersenjata
dengan memodernisasi sistem senjata yang diperoleh dari Uni Soviet.
Mobilisasi umum juga dilakukan dengan membentuk pasukan
sukarelawan secara besar-besaran.
b) Penggelaran kekuatan. Pada perang kemerdekaan II,
penggelaran kekuatan dilakukan dengan membagi wilayah tanggung
jawab wehrskreise menjadi beberapa subwehrkreise untuk
memberikan tekanan psikologis sedemikian rupa sehingga pasukan
Belanda merasa terkepung oleh kekuatan APRI. Gelar kekuatan
seperti ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa keunggulan
kekuatan fisik ada di tangan Belanda. Dengan gelar seperti ini,
pasukan TNI akan dapat menghindari penghancuran sekaligus
memberikan pendadakan terhadap pasukan Belanda yang bertahan
secara statis.
Pada operasi penumpasan pemberontakan PRRI, penggelaran
kekuatan dilakukan dengan membagi daerah operasi menjadi
beberapa sektor, yaitu Sumatera Selatan, Riau, Sumatera Utara dan
Sumatera Barat. Penggelaran kekuatan seperti itu dilakukan
berdasarkan pertimbangan intelijen musuh yang tersebar di daerah-
daerah tersebut.
Pada Operasi Trikora, Indonesia melakukan infiltrasi untuk
menempatkan kekuatan di daerah musuh dalam bentuk kantong-
kantong daerah bebas Republik Indonesia di Irian Barat. Untuk
melancarkan operasi serangan, pasukan Komando Mandala disusun
menjadi bagian pertahanan, bagian penipuan, bagian penghubung,
bagian pengangkut, bagian logistik dan bagian penyerang. Angkatan
udara membentuk kesatuan-kesatuan tempur yang terpencar di
beberapa pangkalan udara untuk mendukung pelaksanaan operasi
serangan. Untuk membantu operasi serangan, angkatan laut juga
menyusun kekuatan kapal cepat torpedo, kapal selam dan satuan
tugas amfibi.
c) Pelaksanaan kampanye militer. Pada perang kemerdekaan
II, operasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan tidak
langsung dan pendekatan langsung. Pendekatan langsung diarahkan
pada kekuatan-kekuatan militer Belanda di Yogyakarta. Sedangkan
pendekatan tidak langsung dilakukan dengan menggunakan taktik
gerilya yang dilakukan oleh satuan-satuan dibawah wehrkreise III
63
Gambar-6
CONTOH GARIS-GARIS OPERASI MENGATASI PEMBERONTAKAN BERSENJATA
panglima operasi. Tempo yang tinggi dapat dicapai pada tataran operasional
dengan mengatur kegiatan-kegiatan taktis secara serempak. Dalam operasi
yang bertempo tinggi, pengendalian operasi harus dilakukan secara ketat
agar setiap perkembangan yang terjadi pada tiap-tiap garis operasi dapat
diikuti dan dimanfaatkan untuk memelihara kemajuan operasi. Tempo
operasi tidak identik dengan agresivitas pertempuran. Namun demikian
pertempuran yang agresif akan memberikan kontribusi bagi tercapainya
tempo yang tinggi.
7) Urutan operasi. Dalam kampanye militer, perencana kampanye perlu
menyusun urutan operasi yang harus dilakukan agar dapat mengeliminir
center of gravity musuh dalam batas ruang dan waktu yang ada. Urutan
operasi berkaitan erat dengan garis-garis operasi yang menggambarkan
kemajuan operasi dari satu titik krusial ke titik krusial yang lain. Jadi, urutan
operasi adalah urutan logis dari beberapa operasi yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan akhir operasi secara berdaya dan efektif.
Perencana operasi harus memiliki pemahaman tentang hubungan
antara operasi yang satu dengan operasi yang lain dikaitkan dengan ruang,
waktu dan pasukan yang tersedia. Selanjutnya perencana operasi juga
harus dapat merumuskan apakah suatu operasi akan dilakukan secara
berurutan atau serempak serta menentukan urut-urutan operasi yang akan
dilaksanakan. Suatu operasi dapat dilakukan secara berurutan atau
serempak tergantung pada pertimbangan panglima operasi terhadap faktor
tugas, medan, musuh dan pasukan sendiri. Apabila memungkinkan, operasi
dilakukan secara serempak untuk mengeksploitasi kelemahan musuh.
Dengan operasi serempak, musuh akan dihadapkan pada kesulitan untuk
membuat terlalu banyak pilihan cara bertindak dalam waktu yang sangat
terbatas. Operasi berturut-turut dilaksanakan untuk mencapai tujuan secara
bertahap. Hal itu dilakukan apabila kekuatan pasukan sendiri relatif terbatas
untuk melakukan operasi serempak.
8) Pentahapan Operasi. Pentahapan operasi adalah pengorganisasian
waktu operasi yang berlangsung lama menjadi beberapa tahap untuk
mencapai tujuan operasi. Pentahapan dilakukan apabila sasaran operasional
tidak mungkin dicapai dengan melakukan tindakan-tindakan taktis secara
bersamaan dalam daerah operasi yang luas. Pentahapan operasi akan
memudahkan pengendalian operasi pokok dalam rangka mencapai sasaran
operasional. Pada tahap awal biasanya perencana operasi akan membuat
perencanaan secara rinci, namun pada tahap-tahap berikutnya perencanaan
menjadi semakin kabur sehingga pelaksanaan operasi menjadi kehilangan
arah. Oleh karena itu panglima operasi harus mewaspadai para stafnya agar
tidak terjebak pada rutinitas operasi yang dapat menjauhkan pasukan sendiri
dari sasaran operasi maupun tujuan akhir yang dikehendaki. Pada setiap
tahapan operasi, panglima operasi harus selalu menjelaskan kembali
sasaran operasi yang dikehendaki dalam pokok-pokok keinginannya dalam
perintah-perintah parsiil secara jelas agar dapat dijadikan acuan dalam
perencanaan selanjutnya.
Dalam kampanye militer yang terdiri dari beberapa operasi,
pentahapan tiap-tiap operasi dapat dilakukan serentak maupun berturut-
turut. Dalam hal ini, pentahapan sebaiknya tidak dilakukan berdasarkan
skala waktu, tetapi berdasarkan kejadian-kejadian penting atau tercapainya
titik krusial pada operasi yang langsung mengarah pada sasaran operasi
pokok. Dalam OMSP, pentahapan juga dapat dilakukan karena adanya
75
Gambar-7
RENCANA KONTINJENSI DALAM GARIS OPERASI
77
BAB V
KOMANDO DAN PENGENDALIAN
19. Umum
Komando adalah wewenang yang diberikan kepada panglima operasi, sedangkan
pengendalian adalah sarana yang digunakan oleh panglima operasi untuk
mengaplikasikan komandonya. Komando juga dapat diartikan sebagai tindakan untuk
mengambil keputusan, sedangkan pengendalian adalah proses untuk
mengimplementasikan keputusan. Dalam konteks operasi militer, komando dan
pengendalian tidak dapat dilakukan semata-mata secara prosedural atau teknis karena
banyak faktor lain yang berpengaruh dan harus dijadikan pertimbangan. Faktor daerah
operasi yang kompleks, musuh yang selalu mengancam dan kondisi pasukan sendiri yang
harus bermanuver tidak mungkin dikendalikan dengan menggunakan prosedur atau
aturan teknis yang kaku. Naluri pemimpin untuk berimprovisasi dalam menghadapi
perubahan lingkungan operasi sangat menentukan penyelenggaraan komando dan
pengendalian operasi militer.
20. Konsep Dasar Tentang Komando dan Pengendalian
a. Hubungan antara Komando dan Pengendalian. Persepsi yang berlaku
secara umum menganggap bahwa komando dan pengendalian harus berlangsung
pada arah yang sama, yaitu dari atas ke bawah, dari pimpinan tertinggi kepada
pelaksana sampai tingkat terendah. Seorang panglima operasi memiliki wewenang
untuk mengendalikan semua yang berada dibawah wewenang komandonya.
Panglima operasi berada pada posisi ‘pengendali’ terhadap bawahannya dan
sebaliknya bawahan berada pada posisi ‘dikendalikan’ atasannya. Pada
pelaksanaan operasi yang sebenarnya, komando dan pengendalian tidak selalu
berada pada arah yang sama. Komando dapat dilihat sebagai penerapan
wewenang yang mengalir dari atas ke bawah, sedangkan pengendalian merupakan
umpan balik atas akibat yang ditimbulkan dari sebuah tindakan operasional.
Seorang panglima operasi menerapkan komandonya dengan cara
memutuskan apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Pengendalian dilakukan sebagai respons terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
bawahan yang memungkinkan panglima operasi untuk melakukan modifikasi atau
perubahan perintah yang telah dikeluarkan sesuai perkembangan situasi yang
dihadapi. Jadi, pengendalian tidak semata-mata merupakan sesuatu yang
diterapkan oleh panglima operasi kepada bawahan, tetapi lebih merupakan reaksi
panglima operasi terhadap perubahan situasi. Dengan demikian, komando dan
pengendalian merupakan proses interaktif yang melibatkan seluruh bagian dari
sistem dan bekerja pada semua arah. Hasilnya merupakan sebuah sistem yang
78
saling mendukung dan saling melengkapi antara semua unsur sebagai satu
kesatuan yang utuh untuk dapat menghadapi setiap kemungkinan perubahan
situasi.
Panglima operasi tidak dapat menerapkan fungsi komandonya secara efektif
tanpa pengendalian yang benar. Sebaliknya, pengendalian juga tidak akan
berfungsi tanpa ada komando yang menegakkannya. Komando itu penting, tetapi
tidak akan efektif tanpa adanya pengendalian. Komando dan pengendalian
bukanlah merupakan proses searah atau proses top-down yang memaksakan
kendali atas bawahan. Komando dan pengendalian merupakan sebuah proses
multi arah dengan mengakomodir umpan balik dari bawah dan samping.
b. Peran Panglima operasi dalam Komando dan Pengendalian. Komando
dan pengendalian pada hakekatnya adalah kewenangan yang dimiliki panglima
operasi untuk memberikan perintah-perintah kepada bawahannya. Kewenangan
atau kekuasaan dapat diperoleh dari dua sumber. Pertama, sumber formal, yaitu
pangkat dan jabatan yang memiliki legalitas hukum yang kuat dalam organisasi
militer. Kedua, sumber praksis, yaitu pengaruh pribadi seseorang yang berasal dari
beberapa faktor seperti pengalaman, reputasi, kecakapan, karakter maupun
keteladanan. Gabungan yang selaras dari kedua hal inilah yang biasanya mampu
menggerakkan prajurit untuk melakukan kegiatan dalam operasi militer secara
efektif. Seorang panglima operasi yang berhasil biasanya memiliki legalitas
kewenangan yang diperoleh dari pangkat dan jabatannya dengan ditunjang oleh
rasa tanggung jawab atas setiap hal yang terjadi di satuannya serta karakter pribadi
yang mumpuni.
Komando dan pengendalian adalah penggunaan wewenang oleh panglima
operasi terhadap pasukannya untuk melaksanakan tugas. Panglima operasi
menyelenggarakan fungsi komando dan pengendalian melalui sebuah sistem
komando dan pengendalian yang berlaku. Komando dan pengendalian merupakan
salah satu pilar utama dari ilmu dan seni perang, karena pelaksanaan semua fungsi
militer dalam setiap operasi militer sangat tergantung pada integrasi dan
keselarasan dalam penyelenggaraannya. Komandan harus mampu
mengkombinasikan seni komando dan ilmu pengendalian untuk menyelesaikan
sebuah misi.
Panglima operasi memegang peran sentral dalam penyelenggaraan
komando dan pengendalian. Panglima operasi menilai situasi, membuat keputusan
dan mengarahkan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh pasukannya.
Dalam operasi besar yang kompleks, panglima operasi harus dibantu oleh para
perwira staf. Komando dan pengendalian merupakan sistem yang meliputi
personel, manajemen informasi, prosedur serta alat perlengkapan lainnya yang
diperlukan untuk melaksanakan operasi. Komando dan pengendalian yang efektif
sangat penting bagi seorang panglima operasi untuk menjamin keberhasilan
operasi.
Tanggung jawab panglima operasi pada tataran operasional terfokus pada
pencapaian sasaran-sasaran operasional dan penghancuran center of gravity
musuh. Tindakan-tindakan yang diambil oleh panglima operasi harus mengarah
kepada pencapaian tugas pokok dan sasaran akhir yang telah ditetapkan. Demi
terlaksananya tanggung jawab ini, panglima operasi beserta staf harus memiliki
pemahaman yang baik tentang semua aspek yang terkait dengan komando dan
pengendalian operasi dan bagaimana mengaplikasikannya di medan pertempuran.
c. Sistem Informasi dalam Komando dan Pengendalian Operasi Militer.
Informasi merupakan unsur penting dalam komando dan pengendalian. Informasi
79
lanjutan atau operasi psikologi dan operasi teritorial untuk mempengaruhi opini
masyarakat di daerah operasi. Pada saat yang bersamaan, panglima operasi juga
mengendalikan pelaksanaan operasi intelijen. Sedangkan kegiatan penilaian
adalah kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan selama ketiga proses
berlangsung.
1) Penilaian. Panglima operasi melakukan penilaian terhadap
perkembangan situasi untuk mengetahui kemajuan operasi yang sedang
dilaksanakan. Kegiatan penilaian dilakukan untuk mengetahui hambatan-
hambatan yang dihadapi pasukannya di lapangan serta mencari peluang-
peluang baru untuk mencapai sasaran-sasaran operasional. Hal itu
dilakukan dengan menarik benang merah antara rencana-rencana operasi
yang sudah dibuat dengan fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Panglima
operasi meneliti dengan seksama apakah rencananya dapat dilaksanakan
sesuai dengan pokok-pokok keinginan yang telah disampaikannya.
Untuk mengetahui perkembangan operasi secara faktual, panglima
operasi dapat turun langsung ke lapangan dengan tidak mengganggu
jalannya operasi. Cara lain yang biasa dilakukan oleh para komandan adalah
dengan menggunakan umpan balik dari para komandan bawahan, atau
bahkan langsung dari para prajurit di lapangan. Selama melakukan
penilaian, panglima operasi tidak boleh kehilangan fokus terhadap tugas,
medan, musuh dan pasukan sendiri serta faktor-faktor khusus yang
berpangaruh terhadap pencapaian sasaran.
Sebenarnya penilaian tidak hanya dilakukan pada tahap pelaksanaan,
tetapi juga dilakukan pada tahap perencanaan maupun tahap persiapan.
Selama perencanaan, penilaian dititikberatkan pada kondisi yang berlaku
pada saat itu guna merumuskan keriteria keberhasilan operasi, medapatkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk merumuskan dan mengem-
bangkan cara bertindak, membuat keputusan serta merumuskan konsep-
konsep operasi. Selama persiapan, penilaian diarahkan untuk mengetahui
kesiapan satuan bawahan untuk melaksanakan operasi. Pada saat operasi
dinyatakan berakhir, panglima operasi mencatat hasil penilaian yang
dilakukannya dan menyusunnya secara sistematis dalam satu catatan yang
utuh untuk dijadikan pelajaran bagi pelaksanaan operasi selanjutnya.
Catatan inilah yang akan menjadi sumber bagi penyusunan doktrin.
Pembuatan catatan ini harus dilembagakan dalam rangka pegembangan
doktrin TNI AD pada masa mendatang.
2) Perencanaan. Rencana yang baik tidak terletak pada keindahan
disain operasi yang terkandung di dalamnya, tetapi lebih pada kemam-
puannya untuk menyesuaikan dengan kemungkinan perubahan yang
dihadapi selama operasi berlangsung. Jadi, rencana harus disusun sekenyal
mungkin dalam rangka menghadapi ketidakpastian di daerah operasi.
Perencanaan meliputi rangkaian kegiatan pengambilan keputusan
untuk menentukan cara bertindak dan pengorganisasian pasukan untuk
melaksanakan cara bertindak yang dipilih. Dalam proses perencanaan
operasi, TNI AD menggunakan prosedur hubungan komandn dan staf.
Beberapa negara menggunakan prosedur perencanaan operasi yang
berbeda-beda, misalnya angkatan darat Amerika Serikat menggunakan
military decision making process dan angkatan darat Kanada menggunakan
operation planning procedures. Masing-masing prosedur memiliki keunikan
tersendiri, namun ada beberapa langkah pokok yang selalu ada dalam
prosedur-prosedur tersebut, yaitu analisa tugas, pengembangan cara
82
adalah:
a) Kesatuan komando. Penyelenggaraan komando dalam
operasi militer harus dilakukan secara terpusat sehingga semua
personel yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan pemahaman
terhadap tugas yang harus dilaksanakan. Setiap komandan hanya
bertanggung jawab kepada satu komandan atasan. Hal ini dimaksud-
kan untuk menjamin kesatuan tindakan dan mencegah terjadinya
keragu-raguan dalam bertindak serta memperjelas tanggung jawab
apabila terjadi permasalahan.
b) Kerjasama. Penyelenggaraan komando harus bisa menjamin
kerjasama antar satuan yang ada dibawah suatu komando. Untuk itu
semua satuan yang ada dalam satu komando harus memiliki
kesamaan pandangan tentang tujuan operasi. Semua satuan harus
saling mengerti peran dan fungsi masing-masing dalam mencapai
tujuan operasi. Para komandan dalam yang ada dalam satu komando
harus memahami hubungan komando antara satuannya dengan
satuan lain yang ada di daerah operasi.
c) Keseimbangan. Yang dimaksud keseimbangan disini adalah
kesesuaian antara kemampuan komando dengan jumlah satuan
bawah yang harus dikendalikan. Keseimbangan komando dicapai
dengan mengatur rentang komando sedemikian rupa sehingga jumlah
satuan bawah masih dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang
komandan.
d) Prosedur yang efektif. Prosedur operasi harus dibuat
sederhana dan kenyal agar dapat menyesuaikan dengan perubahan
yang terjadi daerah operasi. Meskipun prosedur tetap operasi dapat
menghemat waktu, namun tidak semua kegiatan harus dimuat dalam
prosedur tetap. Kegiatan taktis yang memerlukan intuisi adalah salah
satu contoh yang tidak bisa ‘di-protap-kan’.
e) Susunan komando yang dinamis. Susunan komando harus
bersifat dinamis, artinya disesuaikan dengan jenis dan betuk operasi
yang dilaksanakan. Misalnya, susunan komando untuk operasi
penanggulangan akibat bencana alam harus dibedakan dengan
susunan komando pada operasi mengatasi terorisme karena kedua
operasi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.
2) Rentang komando. Rentang komando adalah jumlah satuan bawah
yang bisa dikendalikan oleh seorang komandan secara langsung. Semakin
banyak satuan bawah akan semakin melebarkan rentang komando dan akan
mempersulit komandan untuk mengimplementasikan komandonya secara
efektif. Penggunaan teknologi komunikasi modern akan memungkinkan
rentang kendali yang lebih lebar, namun perlu dipahami bahwa komando
adalah fungsi individu komandan yang memiliki keterbatasan manusiawi.
3) Rantai komando. Setiap komandan satuan bertanggung jawab atas
pelaksanaan operasi yang dilakukan oleh satuannya dan mempertanggung
jawabkannya kepada pemegang komando yang lebih tinggi sesuai dengan
rantai komando yang berlaku. Rantai komando adalah ‘garis-garis’ komando
dimana seorang komandan mengimplementasikan komandonya dalam
kaitannya dengan komandan atasan dan para komandan bawahan. Rantai
komando yang efektif harus didukung dengan sistem komunikasi dan
prosedur tetap.
87
BAB VI
LOGISTIK
24. Umum
Operasi militer tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya dukungan logistik.
Sejarah perang membuktikan bahwa logistik berperan penting dalam setiap operasi,
bahkan dapat menentukan keberhasilan operasi. Oleh karena itu, kegiatan dukungan
logistik dalam operasi militer harus direncanakan dan disiapkan secara cermat agar
sasaran-sasaran operasional yang telah ditetapkan dapat capai secara maksimal.
Kecukupan bekal dan sistem pelayanan yang baik sangat membantu pasukan operasional
untuk terus melanjutkan operasinya.
Pada tataran operasional, penyelenggaraan logistik ditujukan untuk mendukung
pelaksanaan operasi dalam rangka mencapai tujuan strategis. Penyelenggaraan logistik
harus sinkron dengan pelaksanaan operasi secara keseluruhan. Sinkronisasi dapat
dicapai apabila perencanaan logistik dilakukan dalam kerangka perencanaan operasi
secara keseluruhan. Koordinasi perwira logistik dengan perwira operasi harus dilakukan
secara terus menerus pada setiap tahapan operasi.
25. Karakteristik Logistik Operasi
Keterbatasan sumber daya menuntut penyelenggaraan dukungan logistik secara
hemat namun harus mampu memberikan dukungan bagi pasukan secara optimal. Para
perencana logistik harus dapat mewujudkan efisiensi penyelenggaraan logistik operasi.
Dukungan logistik operasi yang baik dapat diidentifikasi melalui beberapa karakteristik
yaitu mampu mengantisipasi kebutuhan pasukan, terintegrasi dengan rencana operasi,
mampu berimprovisasi untuk mengatasi permasalahan operasional, responsif dan
berkelanjutan. Karakteristik ini berlaku baik untuk OMP maupun OMSP. Masing-masing
karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Antisipatif. Antisipasi mengandung pengertian bahwa pejabat logistik
operasi harus mampu berfikir, bersikap dan bertindak proaktif. Penyelenggaraan
logistik harus dapat memaksimalkan penggunaan semua sumber daya yang
tersedia dan membuat prioritas kegiatannya pada hal-hal penting sesuai dengan
konsep operasi yang telah ditetapkan. Perwira logistik harus mengantisipasi setiap
kemungkinan berdasarkan pengalaman operasi sebelumnya. Perwira logistik harus
dilibatkan dalam proses analisa tugas, pengembangan dan pemilihan cara
bertindak, pembuatan keputusan panglima operasi sampai dengan perumusan
perintah operasi.
b. Integrasi. Penyelenggaraan logistik harus terintegrasi dengan konsep
operasi yang ditetapkan oleh panglima operasi. Agar terintegrasi yang baik, maka
staf operasi harus bekerja sama dengan perwira staf logistik sejak awal proses
perencanaan sampai dengan tercapainya tujuan akhir strategis. Pengintegrasian
logistik dilakukan pada tataran srategis, operasional sampai dengan tataran taktis.
Dengan terintegrasinya penyelenggaraan logistik dapat menghindarkan pasukan
dari permasalahan logistik sehingga dapat lebih fokus pada tugas untuk mencapai
sasaran operasional yang ditetapkan.
97
diperlukan.
g. Survivabilitas. Untuk memelihara kesiambungan dukungan logistik, maka
kegiatan dukungan logistik harus terhindar dari penghancuran oleh musuh. Untuk
itu, perencanaan logistik harus diselaraskan dengan perencanaan operasi,
khususnya dalam hal penempatan instalasi logistik operasi serta pengamanannya.
h. Pemanfaatan sumber yang terbatas. Kebutuhan dan permintaan terhadap
sumber-sumber logistik selalu lebih banyak dari pada yang dapat disediakan. Hal
ini berarti menuntut para perencana dan penyelenggara dukungan logistik untuk
senantiasa mengalokasikan sumber-sumber logistik berdasarkan prioritas, yaitu
pada pencapaian tugas pokok secara optimal.
27. Perencanaan Dukungan Logistik
Penyelenggaraan dukungan logistik merupakan kegiatan yang kompleks dan
sebuah konsep yang saling berkait dan dapat memberikan keuntungan atau kerugian
pada kemampuan tempur suatu pasukan. Pemahaman terhadap konsep operasi tempur
secara komprehensif sangat diperlukan oleh perwira logistik untuk merencanakan
dukungan logistik sehingga rencana operasi yang dibuat akan seimbang dengan
kemampuan dukungan logistik yang tersedia. Dengan demikian, perencanaan dukungan
logistik yang tepat akan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kondisi darurat yang
menuntut dilakukannya improvisasi mendadak di bidang logistik selama pelaksanaan
operasi, karena biasanya akan memerlukan biaya yang jauh lebih mahal.
a. Kriteria perencanaan logistik. Dalam proses perencanaan logistik,
setidaknya terdapat empat kriteria yang harus diperhatikan yaitu kesesuaian,
kecukupan, titik kulminasi dan risiko.
1) Kriteria pertama adalah kesesuaian. Artinya, dukungan logistik harus
diberikan kepada satuan yang tepat pada waktu dan tempat yang tepat.
Walaupun terdapat berbagai keterbatasan, tetapi perencanaan logistik yang
dilakukan secara tepat akan memberikan dorongan kepada pasukan untuk
berada pada kondisi terbaiknya. Untuk dapat memenuhi tuntutan ini, maka
perencana logistik harus mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan
yang terjadi di daerah operasi. Pasukan manuver mungkin memerlukan
instalasi logistik yang mobile untuk mendukung pasukan yang bergerak di
depan atau instalasi yang fleksibel untuk mendukung pengembangan
pasukan.
2) Kriteria kedua adalah kecukupan. Artinya, perencanaan logistik harus
benar-benar memperhatikan kebutuhan pasukan untuk melaksanakan
operasi. Untuk itu, komunikasi dan koordinasi antara perencana operasi dan
logistik harus dilakukan terus menerus. Setiap perubahan situasi yang timbul
selama pelaksanaan operasi harus dikoordinasikan untuk dapat melakukan
antisipasi dalam penyelenggaraan dukungan logistik selanjutnya.
3) Kriteria ketiga adalah mencegah titik kulminasi. Artinya, dukungan
logistik harus dilakukan untuk mencegah terjadinya titik kulminasi pasukan
sendiri. Apabila pasukan telah mencapai titik kulminasi, maka pasukan
sendiri akan mengalami hambatan untuk mencapai sasaran operasional.
Selain faktor-faktor medan dan musuh, titik kulminasi juga dapat disebabkan
oleh menipisnya persediaan munisi, sulitnya dorongan makanan ke pasukan
depan dan beberapa hal kritis lainnya. Kondisi seperti ini harus diantisipasi
oleh perencana logistik pada saat menyusun perencanaan operasi.
4) Kriteria terakhir adalah risiko operasi. Artinya, segala kemungkinan
risiko yang dapat dihadapi oleh pasukan manuver harus dipertimbangkan
99
bekal pokok yang dibawa, mereka seringkali memerlukan bekal ulang yang
cukup banyak untuk melakukan tugas-tugas taktis dalam waktu relatif lama.
Dalam kondisi seperti ini, kemampuan batalyon untuk mendistribusikan bekal
ulang sangat terbatas sehingga perlu tindakan-tindakan dukungan logistik
yang “tidak biasa”, misalnya pendistribusian bekal ulang oleh satuan-satuan
logistik sampai ke titik bekal batalyon, kalau perlu bahkan sampai ke titik
bekal kompi.
Keberhasilan pembekalan dalam mendukung tugas-tugas satuan ope-
rasional sangat tergantung pada efektifitas sistem manajemen perbekalan.
Untuk itu, Komandan Satbanmin harus mengetahui prioritas kebutuhan bekal
dan batas-batas kemampuan Satbanmin dalam mendukung pelaksanaan
operasi. Dengan sistem manajemen perbekalan yang baik, diharapkan dapat
membantu meningkatkan daya tempur satuan-satuan operasional dalam
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan.
Untuk kelancaran distribusi bekal, Komandan Satbanmin
berkoordinasi dengan staf operasi berkaitan dengan pengendalian gerakan
di daerah operasi. Selain untuk kelancaran distribusi bekal, koordinasi juga
diperlukan agar gerakan kafilah-kafilah perbekalan tidak mengganggu
gerakan satuan yang sedang melaksanakan kegiatan taktis di daerah
operasi.
2) Pelayanan angkutan. Jasa angkutan berperan penting dalam
membantu meningkatkan mobilitas personel maupun perbekalan di daerah
operasi. Dalam pelaksanaan operasi, TNI AD dapat memanfaatkan sarana
angkutan organik maupun angkutan sipil untuk meningkatkan mobilitas
personel dan materiil di daerah operasi. Penggunaan sarana angkutan sipil
harus dikoordinasikan dengan aparat teritorial terkait agar tidak mengganggu
upaya perebutan opini masyarakat di daerah operasi.
Komandan Satbanmin harus memperkirakan besarnya kebutuhan
angkutan yang meliputi jumlah dan moda angkutan yang diperlukan untuk
mendukung operasi. Selain itu, Komandan Satbanmin juga harus
menyediakan sistem pengendalian angkutan yang mengatur pergerakan
sarana angkutan di daerah operasi secara tertib sehingga tidak mengganggu
jalannya operasi secara keseluruhan.
Selain ketersediaan sarana angkutan, penyelenggaraan pelayanan
angkutan di daerah operasi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tugas,
medan, musuh dan kekuatan pasukan sendiri serta faktor khusus yang
berkaitan dengan penduduk. Oleh karena itu perwira staf logistik harus
benar-benar memahami lingkungan operasi secara komprehensif dan
menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan
pelayanan angkutan.
3) Pelayanan pemeliharaan. Kesiapan operasional senjata merupakan
salah satu prasyarat mutlak bagi satuan untuk melaksanakan operasi secara
berhasil dan efisien. Faktor cuaca dan intensitas pengunaan dapat
mengurangi kesiapan operasional senjata secara signifikan. Hal ini menuntut
kemampuan pemeliharaan yang handal agar semua senjata dapat
digunakan untuk secara optimal selama operasi berlangsung. Selain itu, juga
diperlukan suku cadang yang cukup dengan kualitas yang memadai serta
personel-personel pemeliharaan yang kompeten.
Dalam pelaksanaan operasi, bengkel-bengkel daerah harus dapat
menyediakan jasa perbaikan senjata, bukan sebagai tempat transit senjata
103
rusak. Maka setiap bengkel harus diawaki oleh personel yang kompeten
dalam bidangnya. Pada kondisi tertentu Komandan Satbanmin dapat
mendirikan instalasi pemeliharaan lapangan di sekitar kedudukan satuan
operasional agar dapat memberikan dukungan pemeliharaan apabila
sewaktu-waktu diperlukan. Pendirian instalasi pemeliharaan lapangan harus
dapat mengamankan dirinya sendiri agar tidak menjadi beban bagi pasukan
operasional.
4) Pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan pada tataran operasional
bertujuan untuk memelihara derajat kesehatan prajurit agar memiliki
kesiapan untuk melaksanakan tugas-tugas secara berkesinambungan
selama operasi berlangsung. Dalam operasi, fungsi kesehatan merupakan
sebuah sistem yang kompleks dan menjadi bagian integral dari
penyelenggaraan logistik operasi. Selain aspek dukungan operasi, fungsi
kesehatan juga mencakup pembekalan materiil kesehatan, penanganan
korban serta evakuasi dan hospitalisasi.
Perencana logistik harus mampu memperkirakan kebutuhan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kondisi operasi agar mampu
mengantisipasi berbagai kemungkinan persoalan medis yang terjadi selama
pelaksanaan operasi. Selama pelaksanaan operasi, perwira staf kesehatan
terus melakukan observasi dan memantau perkembangan operasi dan siap
melakukan langkah-langkah pelayanan yang diperlukan.
Dalam OMSP yang bersifat tempur, pelayanan kesehatan juga dapat
didayagunakan sebagai sarana untuk mendukung operasi teritorial dalam
rangka memenangkan opini rakyat. Dalam kondisi tertentu, penggunaan
pelayanan kesehatan bahkan dapat menjadi penentu keberhasilan operasi
teritorial, yaitu ketika pelayanan kesehatan mampu menyentuh aspek
kejiwaan musuh. Misalnya penanganan kesehatan terhadap keluarga musuh
yang kritis yang bermukim di perkampungan.
30. Pengendalian Dukungan Logistik
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyelenggaraan logistik operasi
harus terintegrasi dengan konsep operasi secara keseluruhan. Hal ini menuntut
pengintegrasian pengendalian dukungan logistik dalam sistem pengendalian operasi.
Pengintegrasian tersebut memungkinkan Komandan Satbanmin untuk terus mengikuti
dinamika operasi sekaligus membuat perkiraan kebutuhan dukungan logistik dalam
rangka ikut memelihara kesinambungan operasi. Pengintegrasian juga dapat menjamin
terpenuhinya pokok-pokok keinginan panglima operasi yang berkaitan dengan
penyelenggaraan dukungan logistik.
Secara normatif, panglima operasi bertanggung jawab untuk menyelenggarakan
pengendalian dukungan logistik. Namun tanggung jawab tersebut tidak mungkin
dilakukannya sendiri karena luasnya tanggung jawab pengendalian operasi secara
keseluruhan. Dalam pelaksanaannya, pengendalian dukungan logistik dilakukan oleh
Komandan Satbanmin dibantu perwira staf yang memiliki kompetensi dibidang logistik.
Kompleksitas dukungan logistik memerlukan sarana pengendalian berupa Posko-
satbanmin yang dilengkapi dengan peralatan komunikasi, database dan prosedur
pengendalian logistik. Sarana tersebut pada hakekatnya merupakan satu jalinan sistem
informasi logistik yang dapat meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pengendalian.
Komadan Satbanmin mendayagunakan sistem informasi logistik untuk mendapatkan
informasi real time tentang perkembangan operasi dan informasi tentang kemampuan
serta batas kemampuan dukungan logistik sendiri, kemudian menjadikannya sebagai
pertimbangan dalam menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dukungan logistik yang
104
diperlukan.
Database yang ada pada sistem informasi logistik berperan penting dalam
penyelenggaraan dukungan logistik, terutama sebagai sumber informasi tentang tingkat
kesiapan operasional satuan yang sedang beroperasi. Oleh karena itu database harus
dipelihara dan di-update agar Komandan Satbanmin dapat mengikuti perubahan tingkat
kesiapan operasional satuan selama operasi berlangsung. Informasi ini juga harus
disebarkan kepada unsur-unsur pelaksana dukungan logistik yang langsung melayani
satuan-satuan taktis di lapangan.