You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

FISIOTERAPI DADA
Sanny Rachmawati S, 0906493426

1. Pengertian Tindakan

Fisioterapi dada adalah suatu metode terapi untuk membuka jalan nafas dan
mengencerkan dahak dengan cara penguapan, pemanasan, pemijatan, postural drainage,
latihan bernafas dan suction.
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase
postural, clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan,
misalnya penyakit paru obstruksi kronis (bronkitis kronis, asma, dan emfisema).
Tindakan drainase postural merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam
berbagai posisi untuk mengalirkan sekret di saluran pernapasan. Tindakan drainase
postural diikuti dengan tindakan clapping (penepukan) dan vibrasi. Clapping dilakukan
dengan menepuk dada posterior dan memberikan getaran (vibrasi) tangan pada daerah
dada. Dalam memberikan fisioterapi pada anak harus diingat keadaan anatomi dan
fisiologi anak seperti pada bayi yang belum memiliki mekanisme batuk yang baik
sehingga mereka tidak dapat membersihkan jalan nafas secara sempurna. Sebagai
tambahan dalam memberikan fisioterapi harus didapat kepercayaan dari anak-anak
karena anak-anak sering tidak kooperatif.
a. Perkusi
Perkusi atau disebut juga clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti sekuat-
kuatnya, pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
Tujuannya dalah secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada
dinding bronkus.
b. Vibrasi
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilan oleh tangan perawat yang
diletakkan datar pada dinding dada klien.Vibrasi ini digunakan setelah perkusi untuk
meningkatkan turbulensi udara ekskresi danh melepaskan mukus yang kental.
c. Postural drainage
Postural drainage yaitu salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
sekmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik
untuk melakukannya adalah sekitar satu jam sebelum sarapan pagi dan sekitar satu
jam sebelum tidur malam.

2. Tujuan

a. Untuk mencegah dan mengatasi hipoksis


b. Untuk mengeluarkan secret yang tertampung
c. Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis
d. Memperbaiki pergerakan dan aliran sekret

3. Indikasi, kontaindikasi dan komplikasi


Indikasi:
a. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
- Pasien yang memakai ventilasi
- Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
- Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau
bronkiektasis
- Pasien dengan batuk yang tidak efektif .
b. Mobilisasi sekret yang tertahan :
- Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
- Pasien dengan abses paru
- Pasien dengan pneumonia
- Pasien pre dan post operatif
- Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau
batuk

Kontarindikasi:
- Mutlak
1) kegagalan jantung
2) status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif
- Relatif
a. infeksi paru berat
b. patah tulang atau luka baru bekas operasi
c. tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang
rangsang.

4. Alat dan Bahan


a. Stetoskop
b. Selimut
c. Bantal
d. Segelas air hangat
e. Sputum pot
f. Handuk kecil
g. Tempat duduk atau kursi

5. Kompetensi Dasar yang Harus Dimiliki


Dalam melakukan fisioterapi dada perawat perlu mengetahui anatomi dari sistem
saluran pernapasan. Sebelum dilakukan fisioterapi dada perlu dilakukan auskultasi
untuk melihat dimana letak secret berhubungan dengan postural drainage.

6. Anatomi Daerah Target Tindakan


Sistem pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru.
a. Hidung
Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang
mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua
cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering
membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan
membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla,
palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada
dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan
inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
b. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka
letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring
merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.
c. Laring
Laring terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian
atas esopagus. Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas cartilago yaitu
cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea serta
membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os.
Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica
vokalis.
d. Trakea
Trakea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5
cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan
dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium
dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima
dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas
16 – 20 lingkaran tak lengkap yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea,
selain itu juga membuat beberapa jaringan otot
e. Bronkus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi
oleh sel yang sama. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan lebih vertikal
daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan
sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris
dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong
udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot
polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai
tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi
utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris
terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer
memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai
dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang
dinamakan pori-pori kohn.
f. Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru
dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura
terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga
lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus
yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,
sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150
juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
7. Aspek Keamanan dan Keselamatan
a. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah yang mudah terjadi cedera,
seperti mammae, sternum, dan ginjal
b. Saat melakukan tindakan perkusi dan vibrasi pada anak harus diperhatikan
tekanannya jangan sampai menimbulkan fraktur
c. Sebelum melakukan fisioterapi dada sebaiknya apabila anak belum minum
air hangat anjurkan untuk minum air hangat untuk membantu mengencerkan
sekretnya.

8. Protokol dan Prosedur Tindakan


a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur pada anak
c. Kaji status anak; analisa kelayakan prosedur; modifikasi rencana bila diperlukan
d. Sediakan bantal, percussion device (pada bayi), nebulizer jika dibutuhkan.
e. Pilih postural drainage yang tepat yaitu dengan melakukan auskultasi bagian
paru anak untuk melihat letak sputum.
Atur posisi anak dengan menempatkan anak pada diatas pangkuan dan letakkan
handuk atau bantal dibawah punggung anak
f. Lakukan teknik perkusi dan clapping dengan cara memposisikan telapak
tangan seperti mangkuk selama kurang lebih selama 1-2 menit
g. Minta anak menarik nafas dan lakukan vibrasi saat mengeluarkan nafas,
ulangi sampai pernapasan 3 kali. Jika anak sudah mengerti perintah berikan
pujian.
h. Minta anak untuk tarik nafas dalam dan batuk untuk mengeluarkan secret.
Jika dalam posisi berbaring tidak bisa batuk ganti dalam posisi duduk (untuk
anak yang sudah mengerti perintah).
i. Auskultasi kembali untuk memastikan pembersihan secret
j. Reposisi, perkusi dan vibrasi area dada pada posisi drainage sesuai ketentuan
hasil auskultasi tersebut dimana letak secret.
k. Tindakan dapat diulangi setelah anak istirahat

9. Hal penting yang Harus Diperhatikan


a. Postural drainage yang diberikan disesuaikan dengan letak secret di saluran
nafas
b. Untuk bayi teknik perkusi dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu
yaitu masker oksigen kecil
10. Hal penting yang Harus Dicatat
a. Banyaknya sputum
b. Warna sputum
c. Respon anak
d. Lamanya tindakan

Referensi:
Curley, M.A.Q dan Harmon, P.M. (2001). Critical Care Nursing of Infant and
Childrens.
Philadelphia: W.B Saunders Company.
Greenberg, V.R. (2008). Pediatric Nursing Procedures. Philadelphia: Lippincott
Williams
& Wilkins.
Hidayat, A.A. (2007). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Potter, P. A. dan Perry, A. G. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice, 6th Ed. St. Louise: Elsevier Mosby, Inc.
LAPORAN PENDAHULUAN
SUCTION
Sanny Rachmawati S, 0906493426

1. Pengertian Tindakan
Suction merupakan suatu tindakan penghisapan untuk membantu membersihkan
jalan nafas. Suction (penghisapan) adalah aspirasi sekresi, seringkali melalui suatu
kateter karet atau yang dihubungkan kesuatu mesin penghisap (penghisap portable
atau dinding). Ada beberapa jenis suction, yaitu oropharingeal suction,
nasopharyngeal suction dan endotracheal suction. Oropharingeal suction dan
nasopharyngeal suction adalah pengangkatan sekresi dari saluran pernapasan atas.
Oropharingeal suction dilakukan melalui mulut hingga kebagian belakang
tenggorokan. Sedangkan nasopharyngeal suction dilakukan dengan cara
menginsersikan suction melalui salah satu lubang hidung. Pada anak-anak umumnya
dilakukan oral suction, sebab lubang hidungnya terlalu kecil untuk dimasukan
keteter suction.

2. Tujuan Tindakan
a. Mengeluarkan secret
b. Menjaga kepatenan jalan nafas
c. Mempermudah ventilasi jalan napas.
d. Mencegah infeksi yang dapat terjadi akibat penumpukan sekresi.

3. Indikasi, kontraindikasi dan komplikasi


Indikasi
1) Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret
dengan mengeluarkan atau menelan
2) Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret
oral
Komplikasi
1) Koagulasi yang hebat dan/atau hemoptisis
2) Laryngospasme
3) Luka akut di leher, wajah, dan kepala
4) Bronchospasme yang hebat
5) Ketidakstabilan hemodinamik
6) Hipoksia

4. Alat dan bahan


a. Mesin suction
b. Kateter penghisap steril
c. Air destilasi steril
d. Hanscoon steril
e. Kasa steril
f. Handuk steril
g. Sarung tangan steril

5. Kompetensi yang harus dimiliki


Kompetensi yang harus dimiliki yaitu tentang anatomi saluran pernapasan dan cara
melakukan suction pada anak.

6. Anatomi daerah target tindakan


Sistem pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru.
a. Hidung
Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh
darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang
mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua
cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering
membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan
membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla,
palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada
dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan
inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
b. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka
letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring
merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.
c. Laring
Laring terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian
atas esopagus. Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas cartilago yaitu
cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea serta
membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os.
Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica
vokalis.
d. Trakea
Trakea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5
cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan
dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium
dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima
dan di tempat ini bercabang menjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas
16 – 20 lingkaran tak lengkap yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea,
selain itu juga membuat beberapa jaringan otot
e. Bronkus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi
oleh sel yang sama. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan lebih vertikal
daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan
sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris
dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong
udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm.
Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot
polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai
tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi
utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris
terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer
memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai
dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang
dinamakan pori-pori kohn.
f. Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru
dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura
terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga
lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus
yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,
sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150
juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas.
7. Aspek keamanan dan keselamatan
a. Suction dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik karena dapat
menimbulkan hipoksia pada anak
b. Saat memasukkan selang suction harus dilakukan secara hati-hati jangan
sampai menimbulkan iritasi pada trakea

8. Prosedur atau protocol tindakan


Suction trakeostomy
a. Cuci tangan
b. Kaji status anak khususnya bunyi nafas
c. Siapkan peralatan: mesin suction dan tube, kateter suction steril (#12
atau 14F), atau sterile suction kit, sarung tangan steril, resusitasi manual
(ambu bag)
d. Tempatkan handuk di bagian bawah dagu anak
e. Pilih tekanan penghisap yang tepat. Untuk unit penghisap dinding
tekanan untuk anak-anak 95-110 mmHg dan untuk bayi 50-95 mmHg.
Untuk unit penghisap portable untuk anak-anak 5-10 Hg dan bayi 3-5
Hg.
f. Gunakan sarung tangan steril
g. Buka normal saline dan kateter suction.
h. Tuangkan cairan destilasi steril ke dalam wadah kecil
i. Pegang kateter dengan satu tangan, suction tubing dengan tangan yang
lain dan masukkan pipa kateter steril sedikit demi sedikit. Lakukan
penghisapan 5-10 detik secara perlahan dan putar perlahan.
j. Jika perlu, instruksikan menambah oksigen pada anak dengan
menggunakan manual resuscitator.
k. Bilas kateter dengan mencelupkan pada cairan normal saline dan lakukan
suction kembali.
l. Ulangi prosedur ini sampai suara nafas bersih.

9. Hal-hal yang harus diperhatikan


a. Saat melakukan suction pada anak yaitu tekanan pada penghisap karena
tekanan pada penghisap berbeda-beda antara bayi, anak-anak dan dewasa.
b. Dalam melakukan suction tidak boleh melebihi 10 detik karena dapat
menimbulkan hipoksia.
c. Selang yang digunakan untuk anak-anak berbeda dengan orang dewasa.
Untuk anak-anak ukuran kateter suction yang digunakan yaitu 12-14 F

10. Hal-hal yang dicatat


a. Jumlah, konsistensi, dan warna sputum
b. Respon klien terhadap prosedur

Referensi:
Curley, M.A.Q dan Harmon, P.M. (2001). Critical Care Nursing of Infant and
Childrens.
Philadelphia: W.B Saunders Company.
Greenberg, V.R. (2008). Pediatric Nursing Procedures. Philadelphia: Lippincott
Williams
& Wilkins.
Hidayat, A.A. (2007). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Potter, P. A. dan Perry, A. G. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice, 6th Ed. St. Louise: Elsevier Mosby, Inc.

You might also like