Professional Documents
Culture Documents
(AKK. III)
PERTEMUAN I
Beberapa Pengertian.
1. Kebijakan.
Aturan, ketentuan atau norma yang menjadi acuan, petunjuk atau pedoman untuk
melaksanakan kegiatan.
2. Analisa Kebijakan.
“Ilmu social terapan” yang menggunakan metode penyelidikan atau argumentative
dalam mempelajari/analisa kebijakan, sehingga diperoleh informasi yang relevan
dengan kebijakan tersebut.
1
- Matematika (Statistik)
5. Beberapa Kritik.
Dicurigai ada ideology tersembunyi untuk menganalisa kebijakan para penguasa.
Dicurigai sekedar memberikan alasan pembenaran atau pengesahan (Legitimasi)
terhadap kebijakan yang dikeluarkan penguasa.
6. Kontrak kritik.
Ilmu pengetahuan dan fakta objektif saja tidak cukup untuk menetapkan atau
landasan untuk analisa kebijakan mengapa ?
Karena proses penetapan kebijakan juga mempertimbangkan aspek-aspek lain
(seperti norma/nilai-nilai dan kepentingan lain).
PERTEMUAN II
Kontek Sejarah.
• Ilmu ini pertama berkembang di Negara barat, tepatnya kota industri Pittburg, USA,
1980an.
• Berkembang sejalan dengan peradaban barat yang liberal dan lebih terbuka.
• Mungkin kurang cocok dengan kebudayaan Indonesia, tiap prosedur dan proses
analisa kebijakan pada dasarnya ilmiah oleh karena itu bersifat ”Universal”.
2
Contoh : tahapan atau prosedur analisa kebijakan terpadu.
1. Perumusan masalah
↓
2. Peramalan (berbagai alternative tindakan)
↓
3. rekomendasi/saran-saran tindakan
↓
4. Pemantauan (monitoring)
Pelaksanaan tindakan dan hasilnya
↓
5. Penilaian (Evaluasi)
↓
6. Pelaporan/penyimpulan akhir.
PERTEMUAN III
Contoh informasi yang relevan dengan kebijakan
Seperti masalah.
Polusi udara ?
Pencemaran air ¿
3
Sebab Masalah
(Penyebab) (Akibat)
Amerika
- Transportasi
- Industri
Ada perbedaan kondisi lingkungan (fisik, kimia, biologi, sosial budaya, ekonomi,
politik, dll) antara Amerika dan Indonesia.
4
2. Analisa kebijakan dengan metode penyelidikan secara umum dalam perbedaan,
waktu “penyelidikan” dan type “pertanyaan”.
Waktu Type (model) pertanyaan
Deskriptif Evaluatif Advokatif
Sebelum kebijakan Prediftif (ramalan- Evaluatif Rekomendatif
dilaksanakan ramalan)
Sesudah kebijakan Deskriptif Evaluatif Reformed
dilaksanakan
5
Sesudah tindakan (Retrospektf) melalui 3 pendekatan analisa kebijakan.
1. Empiris – Deskriptif : melalui peliputan (monitoring) tindakan kebijakan yang
dilaksanakan dan hasilnya akan diperoleh data – deskriptif.
2. Evaluatif : Evaluasi atau penilaian terhadap hasil – hasil tindakan kebijakan yang
telah dilaksanakan akan diketahui “Hasil guna” tindakan kebijakan melalui
menyimpulan (performa) akhir.
3. Normatif : dari phase evaluatif dan perform – akhir (penyimpulan) akan dapat
disempurnakan “Perumusan masalah” kembali dari masalah kebijakan public
tersebut (Reformed).
PERTEMUAN IV
6
PROSES ANALISA KEBIJAKAN TERPADU
(A)
Masalah Kebijakan
Perumusan Prediksi/peramala
masalah penyimpulan
n
(C)
Tindakan kebijakan
7
PROSES ANALISA KEBIJAKAN TERPADU
8
ANALISA KEBIJAKAN TERPADU
LANGKAH – LANGKAH
Laporan akhir
kinerja dan hasil-
tindakan kebijakan
E
9
PERTEMUAN V
1 4 5
Informasi yang relevan S (syarat) (Tuntutan) Perlu ......
Dengan masalah/tujuan
Kebijakan
2 (+) P 3 B (-)
(pembenaran) (Bantahan) kecuali kalau .....
jika ............
2a (+) D 3a D (-)
(Dukungan) karena ...... (Dukungan ) karena ........
Langkah – langkah :
I kumpulkan segala I (informasi) yang berkaitan dengan latar belakang dan
masalah kebijakan.
P Cari faktor P (pembenaran) yang mendukung kebijakan tersebut dari berbagai
aspek seperti ideologi, sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, lingkungan
hidup dan hankam.
D+ Cari pula faktor D+ (dukungan) terhadap faktor P diatas, misalnya berupa hasil
jajak pendapat riset atau dukungan peraturan perundangan.
B Cari faktor B (bantahan) yang bertentangan dengan kebijakan tersebut, bahkan
kemungkinan dampak negatifnya kalau kebijakan tersebut dilaksanakan.
D- Cari faktor D- (dukungan negatif) yang memperkuat faktor B atau memperkuat
bantahan (argument) baik berdasarkan faktor-faktor dimsyarakat atau hasil jajak
10
pendapat atau peraturan perundangan yang bertentangan dengan kebijakan
tersebut.
S Dari sintesa (perkawinan) faktor P (pembernaran) dengan faktor B (bantahan)
dalam analisa kebijakan ini dapat ditetapkan ”jalan tengah” atau ”alternatif
solusi” agar kebijakan tersebut dapat dijalankan yakni dengan S (syarat) tertentu
berupa T (tuntutan) yang harus dilaksanakan.
11
ANALISA KEBIJAKAN PUBLIK
METODE : ARGUMENTATIF TERHADAP KEBIJAKAN PUBLIK
”KENAIKAN HARGA BBM”
I S T
Informasi yang relevan supaya harga kebutuhan pokok perlu tuntutan ada
Kenaikan harga BBM tidak naik, oleh karena itu .... crash program harga
Cara paling efektif untuk sembako murah, AL
Mengurangi defisit “Raskin”
Anggaran - Bebas SPP,
- Angg. Pendi. >
20%
- Angg. Kes
- Sosial
- Transport
- Dll
+P B-
(Sebagai pembicara kenaikan (Bantahan : kenaikan harga
Harga BBM mengurangi/ BBM akan lebih menyengsarakan
Hapus susidi, cara efektif rakyat
Mengurangi defisit anggaran
Supaya kita tidak terus target BLN)
Mandiri masa depan
+D D-
(dukungan sudah diperoleh secara legal (Dukungan terhadap bantahan tersebut/
dari DPR melalui APBN) argumen negatif) kondisi ekonomi rakyat
sudah buat akibat.
1. Harga sudah naik
2. Biaya transportasi naik
3. Pabrik tutup/PHK naik
4. Kejahatan, narkotika akibat
pengangguran
5. Rakyat makin miskin.
12
PERTEMUAN VI
MASALAH KEBIJAKAN
2. Subyektif
Masalah dapat dilihat menurut kepentingannya, jadi menurut siapa yang melihat dan
dari sudut mana.
Masalah ”Polusi” dikota besar dapat dilihat menjadi masalah ”kesehatan” atau
masalah ”lingkungan hidup” jadi sangat subjektif, tergantung siapa yang
melihatnya.
3. Artifisial.
Artinya ”kebutuhan atau keinginan” yang belum ”terpenuhi itu akan menjadi
masalah” kalau kita ingin mencapai.
4. Dinamis.
Masalah kebijakan memiliki ”dinamika” artinya ”banyak cara” atau solusi untuk
mengatasinya atau untuk mencapai keinginan atau kebutuhan yang menjadi masalah
tersebut.
13
SISTEM KEBIJAKAN
Adalah suatu ”tatanan” institusional atau kelembagaan yang menyeluruh dan saling
berhubungan dalam pembuatan ”kebijakan” sistem kebijakan tersebut terdiri dari
elemen-elemen kebijakan publik, lingkungan, kebijakan dan pemegang/pembuat
kebijakan.
Masalah/tantangan/peluang :
- Kejahatan - Program – program pembangunan
- Korupsi (KKN) ekonomi, kesra, kes, dll
- Inflasi - Peraturan perundangan
- Pengangguran - Perpajakan
- Desintegrasi - Pendidikan
- Gizi buruk - Pelestarian CH
14
PROBLEM SOLVING CYCLES
(BRAIN THEORY)
1. Analisa situasi
2. Perumusan masalah *)
3. Penetapan prioritas masalah
4. Perumusan tujuan
5. Perumusan berbagai alternative technologies, methodologies activities.
6. Penetapan berbagai alternative yang feasible (program)
7. POA
8. Implementasi (integrated)
9. Control (Was – Dal)
15
PERTEMUAN VIII
POHON MASALAH PERNYATAAN NEGATIF*)
Keterangan *) ;
• Tidak
• Kurang
• Rendah
• Buruk
• Jelek
• Rusak
• Lemah
• Pendek
• Kerdil
• Bonsai
• Jahat
• sadis
16
POHON SASARAN PERNYATAAN POSITIF
Keterangan *) ;
• Tercapai * Sejahtera
• Cukup * Adil
• Kuat * Makmur
• Tinggi * Murah
• Mantap * Subur
• Bersih * Sabar
• Sehat
• Jujur
• Baik
• Gagah
• Cantik
• Aman
17
CONTOH POHON ALTERNATIF
Pegawai/karyawan
sudah mampu /trampil
B
Melaksanakan program diklat
ditempat kerja
A C
Melaksanakan program diklat Melaksanakan program diklat
jarak jauh struktur/pimpinan
18
PERTEMUAN VIII
Transformasi
Lingkungan
Transformasi
Epidemiologi
19
TRANSFORMASI KESEHATAN LINGKUNGAN
20
PERTEMUAN IX
21
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan
lingkungan.
PERTEMUAN X
b. Kebijakan
1. Peningkatan kerjasama lintas sektor.
2. Peningkatan perilaku hidup sehat, kemandirian masyarakat dan kemitraan
swasta (PSM)
3. Peningkatan kesehatan lingkungan.
4. Peningkatan upaya (program-program kesehatan/pelayanan kesehatan)
5. Peningkatan sumber daya kesehatan
6. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan.
7. Peningkatan IPTEK kesehatan.
8. Peningkatan ketahanan lingkungan sosial dan budaya.
c. Strategi
Pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
1. Wawasan kesehatan sebagai azas pembangunan nasional.
2. Paradigma sehat sebagai komitmen gerakan nasional dalam pembangunan
kesehatan.
3. Pengembangan sistem yang mendorong aspek promotif dan reventif.
4. Dukungan sumber daya yang berkesinambungan
22
5. Sosialisasi paradigma sehat secara internal dan external
6. Restrukturisasi dan revitalisasi infra struktur
4 Pilar strategi :
1. Melaksanakan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan.
2. Peningkatan profesi kesehatan.
3. Pengembangan JPKM
4. Desentralisasi pemerintahan
(otonomi daerah)
Peningkatan Profesi.
a. Pengelolaan SDM
kesehatan (manajemen personil)
b. Pemantapan IPTEK,
IIMAM dan takwa serta etika profesi.
c. Penajaman konsep
profesionalisme kedokteran dan kesehatan
d. Menjalin aliansi strategis
dengan semua pihak terkait.
Desentralisasi.
a. Keseimbangan dan sinergi asaz.
- Desentralisasi
- Dekonsentrasi
23
- Tugas
perbantuan
b. Penegasan jenis dan tingkat kewenangan dalam pelaksanaan program.
c. Kejelasan pedoman dan indikator/parameter : kota sehat dan kabupaten sehat
(evident base analysis)
d. Pemberdayaan kemampuan untuk melaksanakan desentralisasi.
e. Sistem dan kebijakan SDM yang mendukung
f. Infra struktur lintas sektor yang menunjang.
g. Mekanisme pengendalian yang andal.
24
c. Pelayanan Kesehatan Dasar Minimal di Puskesmas (Dit Jen Binkesmas, Dep
Kesos, 2000).
1. KIA
2. KB
3. Gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. P2M
6. Pengobatan dan pelayanan P3K
7. PKM dan promosi kesehatan
INDIKATOR PENILAIAN
Pengertian Indikator :
1. Variabel membantu kita untuk mengukur perubahan yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung (WHO 1981)
2. Ukuran tak langsung dari suatu kejadian atau kondisi, contoh berat badan bayi
berdasarkan umur adalah indikator status gizi bayi (Wilson dan Sapanuchart, 1993)
3. Statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kia dan dapat membantu kita
dalam membuat Penilaian (ringkas, konprehensif, berimbang) terhadap kondisi atau
25
aspek penting dari suatu masyarakat (Dep Kes, Pendidikan dan Kesejahteraan
Sosial, Amerika Serikat, 1969)
4. Variabel yang mengindikasikan (menunjukan atau memberi Petunjuk kepada kita
tentang suatu keadaan tertentu, sehingga dapat dipergunakan untuk mengukur
(menilai) perubahan-perubahan (Green, 1992)
Bentuk Indeks
- Untuk indikator
yang lebih komplek/rutin.
- Ukuran-ukuran
yang multi dimensi (gabungan dari sejumlah indikator)
Klasifikasi Indikator.
(Biasanya menurut pendekatan sistem pemecahan masalah)
26
PHBS dilaksanakan ? PHBS
2. Seberapa luas 2. prosentase sekolah
kawasan bebas Nazap ? bebas Napza
3. Jumlah penduduk 3. Prosentase penduduk
yang tak merokok ¿ yang merokok.
4. Jumlah penduduk 4. Prosentase penduduk
yang menggunakan yang menggunakan
sarana kesehatan ¿ sarana kesehatan.
5. Jumlah penduduk 5. Prosentase penduduk
yang menggunakan yang ikut askes, JPKM
askes, JPKM, dana dana sehat, dll
sehat, dll
3. Pelayanan kesehatan 1. Sarana kesehatan. 1. Rasio sarana kesehatan
bermutu dan terjangkau. terhadap jumlah penduduk.
2. Cakupan imunisasi. 2. Prosentase anak balita
yang telah imunisasi
lengkap
3. Aseptor KB diantara 3. Prosentase aseptor KB
Puskesmas. diantara Puskesmas.
4. Derajat/status kesehatan 1. Tingkat kematian dan 1.1 Angka umur harapan
masyarakat. kesakitan. hidup (Span or Cire)
1.2 AKB, AKI, Angka
kematian balita.
1.3 Prevalensi penyakit
yang menonjol dan CFR
2. Status gizi masyarakat 2.1 Prosentase anak balita
gizi baik.
2.2 Prosentase ibu hamil
non kek, non AGB, non
KUA.
2.3 Prosentase bayi lahir
BB cukup
2.4 prosentase WUS,
remaja putri, wanita
27
karyawan yang sehat (non –
anemia)
2.5 Prosentase anak
sekolah TB/BB normal.
PERTEMUAN XII
PENGAWASAN (APLIKASI)
Jenis Pengawasan.
1. Pengawasan struktural (pengawasan melekat – waskat)
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung dalam satu/unit organisasi. Sering
lebih bersifat pembinaan personil.
2. Pengawasan fungsional
1. Internal.
Satuan pengawasan bersifat internal dari dalam organisasi yang diawasi.
- BPK Negara
- BPKP Pemerintah/Kabinet
- IRJEN Departemen/unit-unitnya
- Bawasda TK. I Pemda Propinsi
TK. II Pemda Kota/Kab
- SPI Pada satuan organisasi yang bersangkutan (Dinas,
Yayasan, perusahaan, PT/Universitas, dll)
2. External.
Satuan pengawas bersifat external dari luar organisasi yang diawasi.
- BPK Lembaga pemerintah/Departemen, Pemda, BUMN,
BUMD, dll)
28
- BPKP idem
- DPR Pemerintah pusat
- DPRD Pemerintah Daerah
- IRJEN-Dept Unit pelaksana teknis (UPT) Departemen yang ada
didaerah (pusat penelitian, balai Lab., balai pelatihan)
BUMN, dll.
BEBERAPA PENGERTIAN.
1. PENGAWASAN.
Bentuk pengamatan (monitoring) yang dilakukan secara menyeluruh.
29
Membandingkan antara :
• Kenyataan yang dilaksanakan dengan....
• Rencana yang seharusnya dilaksanakan.
2. PENYELIDIKAN.
Bentuk kegiatan ”Tindak lanjut pengawasan” apabila diduga terdapat (telah terjadi)
penyimpangan. Dengan pengumpulan data/informasi selengkap mungkin.
3. PEMERIKSAAN
Bentuk pengamatan yang dilaksanakan secara langsung dari dekat terhadap suatu
kasus penyimpangan untuk mengetahui ”sebab-sebab” terjadinya penyimpangan
(diagnosa).
Pemeriksaan merupakan bagian dari kegiatan penyelidikan
4. PENGENDALIAN
Tindakan pengaturan dan pengarahan (pelurusan ; Law Enforcement). Pelaksanaan
suatu kegiatan/program dengan maksud agar tujuan dapat dicapai secara efisien,
efektif dan rasional (EER).
PEMERIKSAAN/PENYELIDIKAN (INVESTIGASI)
30
TINDAK LANJUT (REMEDIAL/CONTROL ACTIONS)
PEMBINAAN DAN SUPERVISI
31
• Menguji/menelaah data/informasi.
• Melaporkan hasil pengawasan dan menyusun “Rekomendasi” tindak lanjut.
TEHNIK PEMERIKSAAN
Pemeriksaan “Sumber Daya” :
3M : Money, Material, Man (Financial, logistik and personnel audit)
menganut 2K : Kebenaran dan ketaatan azas/aturan)
Agar diperoleh hasil yang EER atau 3E (Efisien, efektif dan ekonomis)
32
PERTEMUAN XIII
DESA SIAGA
LATAR BELAKANG.
Visi Kesehatan Indonesia 2010 : Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.
4 Strategi :
1. Memberdayakan/menggerakan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Meningkatkan pelaksanaan sistem ”Survey illance” dan informasi kesehatan.
4. Meningkatkan pembiayaan untuk kesehatan.
Sasaran Strategis :
Salah satu ”Sasaran Strategis” Dep Kes dalam mewujudkan Visi Kesehatan Indonesia :
• Tahun 2007 12.000 desa menjadi desa siaga.
• Tahun 2008 Seluruh desa di Indonesia sudah menjadi desa siaga.
1. Pengertian.
Desa Siaga Mencegah dan Masalah kesehatan dan
33
- Sumber daya mengatasi secara bencana/gawat darurat
- Kemauan mandiri (KLB)
- Kemampuan
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan “Sumber daya
kemauan” dan “Kemampuan” untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri.
3. Kriteria.
Sebuah desa telah menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-
kurangnya sebuah “Pos Kesehatan Desa” (Pos Kes Des)
5. Tugas atau kegiatan Pos Kes Des dalam pengembangan “Desa Siaga”.
a. Pengamatan/suveillance epidemiologi.
b. Penanggulangan kejadian penyakit.
c. Kesiapan penanggulangan bencana dan kegawat daruratan kesehatan (KLB)
d. Pelayanan medis/curatif dasar.
e. Pelayanan kesehatan lain (promosi PHBS, Kesling, Gizi, KIA, dll)
34
6. Sumber Daya Pos Kes Des.
Tenaga : minimal 1 (satu) orang tenaga kesehatan (terutama „Bidan“) dan 2 (dua)
tenaga kader/sukarela.
Sarana Fisik :
a. Bangunan/ruangan
b. Perlengkapan (meja, kursi dan perilaku)
c. Alat-alat kesehatan
d. Alat-alat administrasi
e. Sarana komunikasi (HP, Telepon, atau kurir)
b. Pelaksanaan.
Pusat : Penyediaan Dana dan Sumber Daya lain.
Propinsi : Penyediaan Dana dan Sumber Daya lain.
Kota/Kabupaten :
• Penyediaan Dana dan Sumber Daya lain.
• Penyiapan Puskesmas dan RS dalam rangka penanggulangan bencana
dan kegawat daruratan kesehatan.
Kecamatan/Puskesmas : Pengembangan dan pembinaan Desa Siaga.
35
c. Pemantauan dan Evaluasi.
Pusat : Memantau kemajuan dan menilai keberhasilan pengembangan
desa siaga.
Propinsi : Memantau kemajuan pengembangan desa siaga dan
melaporkan hasil pemantauan ke pusat.
Kota/Kab : Memantau kerugian desa siaga dan melaporkan hasil
pemantauan ke propinsi.
Kecamatan/Puskesmas :
• Melakukan pemantauan wilayah setempat.
• Melaporkan perkembangan desa siaga ke kota/kabupaten.
36
2) Pembentukan tim di masyarakat.
Untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, para penentu
kebijakan di desa dan anggota masyarakat lainnya agar bersedia bekerja
sama dalam 1 (satu) tim untuk mengembangkan “desa siaga”
f. Pelaksanaan Kegiatan.
Secara ”operatif” pembentukan ”Desa Siaga” dilaksanakan dengan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
1) Pemilihan pengurus dan kader desa.
Melakukan musyawarah desa dibawah bimbingan petugas kesehatan dari
Puskesmas. Peserta pertemuan adalah :
• Para pemimpin formal/pemerintah desa.
• Tokoh masyarakat seperti para kyai, alim ulama, ketua organisasi masa
dan partai politik.
2) Orientasi/pelatihan kader.
Sebelum melaksanakan tugasnya para pengurus dan kader desa siaga supaya
mengikuti orientasi/pelatihan seputar kegiatan, tujuan pembentukan desa
siaga pelatih dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan kota/kabupaten dan
Puskesmas setempat.
37
UKBM ya harus membangun Poskesdes yang baru dengan bantuan
pemerintah dan para donatur yang ada.
38
c) Fasilitas pembangunan poskesdes dan desa
siaga.
d) Monitoring, evaluasi dan pembinaan desa
siaga.
39
d) Menyelenggarakan pelatihan fasilitas.
e) Melakukan advokasi keberbagai pihak
terkait.
f) Bersama Dinas Kes Kota/Kab melakukan
pemantauan dan penilaian serta bimbingan teknis.
g) Menyediakan anggaran dan sumber daya
lain.
5) Departemen Kesehatan.
a) Penyusunan konsep dan pedoman –
pedoman.
b) Fasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan,
Puskesmas dan Rumah Sakit serta UKBM.
c) Fasilitasi pembangunan Poskesdes.
d) Fasilitasi pengembangan sistem surveillance,
sistem informasi/pelaporan serta sistem kesiapan dan penanggulangan
bencana dan KLB penyakit.
e) Fasilitasi tenaga kesehatan untuk tingkat
desa.
f) Pelayanan bagi pelatih (TOT)
g) Berdaya lain.
h) Pemantauan dan evaluasi.
40
b) Mengerakan masyarakat untuk memanfatkan
dan mengelola UKBM yang ada.
c) Menyelenggarakan penyuluhan untuk sadar
gizi, sadar kesehatan lingkungan, PHBS.
3) Tokoh Masyarakat.
a) Menggali sumber daya.
b) Menaungi dan membina desa siaga.
c) Menggunakan masyarakat untuk berperan
aktif dalam kegiatan desa siaga.
4) NGO/LSM/Dunia Usaha/Swasta.
a) Berperan aktif dalam kegiatan desa siaga.
b) Memberikan dukungan sarana dan dana
(donatur) untuk penyelenggaraan kegiatan desa siaga.
POSKESDES
41
PEMBENTUKAN ”PUSAT BANTUAN PENANGANAN KRISIS” KESEHATAN
AKIBAT BENCANA SECARA ”REGIONAL” Tahun 2006
42
PERTEMUAN XIV
MDG’S – 2010 – 15
(MILENIUM DEVELOPMENT GOALS)
1. KTT – PBB.
KTT Milenium PBB (September 2000) dihadiri 189 anggota PBB.
Deklarasi MDG’s 2010.
Realistikkah ??
1. Penduduk Indonesia tahun 2005, 242 juta orang (3,72% penduduk dunia) nomor
4 di dunia setelah China, India, USA.
2. Indonesia termasuk medium HDI (Human Development Index) peningkatan ke–
III dari 189 negara.
3. HDI tingkat ASEAN yakni : Brunei, Singapor, Malaysia, Thailan, Indonesia,
Vietnam, Kamboja, Burma, Laos.
43
4. Kita sedang menghadapi bencana kemiskinan, kesehatan, pendidikan yang
akhirnya mentok pada maslaah pembangunan ekonomi.
5. Tanpa bantuan Negara-negara maju MDG’S sulit dicapai.
6. Apakah kita sekarang juga sudah melaksanakan pembangunan, sesuai dengan
arah menuju MDG’S atau malah banyak kendala ??
7. Apakah kita perlu merevisi tujuan MDG’S sesuai dengan kemampuan kita atau
malah tidak perlu mengikuti tahap-tahap MDG’S ??
44
45
46