You are on page 1of 46

ANALISA KEBIJAKAN KESEHATAN

(AKK. III)

PERTEMUAN I

Beberapa Pengertian.
1. Kebijakan.
Aturan, ketentuan atau norma yang menjadi acuan, petunjuk atau pedoman untuk
melaksanakan kegiatan.

2. Analisa Kebijakan.
“Ilmu social terapan” yang menggunakan metode penyelidikan atau argumentative
dalam mempelajari/analisa kebijakan, sehingga diperoleh informasi yang relevan
dengan kebijakan tersebut.

3. Tujuan Analisa Kebijakan.


Untuk memberikan masukan kepada pembuat kebijakan dengan informasi yang
relevan tersebut. Sehingga dapat ditetapkan solusi apabila nanti terdapat hambatan-
hambatan.

4. Orientasi analisa kebijakan.


Adalah problem solving, sehingga bersifat jangka pendek (pragmatis). Memerlukan
bantuan ilmu atau disiplin ilmu lain seperti :
- Sosiologi
- Ekonomi
- Politik
- Social budaya
- Hukum
- Filsafat
- Etika
- Psikologi
- Antropologi

1
- Matematika (Statistik)
5. Beberapa Kritik.
Dicurigai ada ideology tersembunyi untuk menganalisa kebijakan para penguasa.
Dicurigai sekedar memberikan alasan pembenaran atau pengesahan (Legitimasi)
terhadap kebijakan yang dikeluarkan penguasa.

6. Kontrak kritik.
Ilmu pengetahuan dan fakta objektif saja tidak cukup untuk menetapkan atau
landasan untuk analisa kebijakan mengapa ?
Karena proses penetapan kebijakan juga mempertimbangkan aspek-aspek lain
(seperti norma/nilai-nilai dan kepentingan lain).

7. Tujuan akhir dari analisa kebijakan adalah.


Munculnya rekomendasi/saran-saran yang berisi tindakan-tindakan yang tepat
dalam arti dapat dilaksanakan (Acceptable/Applicable)
Oleh karena itu aspek norma/nilai-nilai lainnya juga harus dipergunakan dalam
analisa kebijakan.

PERTEMUAN II

Kontek Sejarah.
• Ilmu ini pertama berkembang di Negara barat, tepatnya kota industri Pittburg, USA,
1980an.
• Berkembang sejalan dengan peradaban barat yang liberal dan lebih terbuka.
• Mungkin kurang cocok dengan kebudayaan Indonesia, tiap prosedur dan proses
analisa kebijakan pada dasarnya ilmiah oleh karena itu bersifat ”Universal”.

2
Contoh : tahapan atau prosedur analisa kebijakan terpadu.
1. Perumusan masalah

2. Peramalan (berbagai alternative tindakan)

3. rekomendasi/saran-saran tindakan

4. Pemantauan (monitoring)
Pelaksanaan tindakan dan hasilnya

5. Penilaian (Evaluasi)

6. Pelaporan/penyimpulan akhir.

What is related information data ?


Pada setiap tahap analisa kebijakan terpadu ?
a. Masalah kebijakan/latar belakang.
b. Rekomendasi/saran-saran mengenai berbagai alternatif tindakan.
c. Pelaksanaan tindakan-tindakan yang direkomendasi.
d. Data tentang tindakan yang dilaksanakan dan hasil-hasilnya.
e. Hasil akhir (out come) atau dampak yang merupakan wujud akhir dari kebijakan
yang masuk kedalam ”Pelaporan akhir dan kesimpulan”

PERTEMUAN III
Contoh informasi yang relevan dengan kebijakan
Seperti masalah.
Polusi udara ?
Pencemaran air ¿

3
Sebab Masalah
(Penyebab) (Akibat)

Amerika
- Transportasi
- Industri

Polusi udara pencemaran air


Indonesia
- Penggundulan/k
ebakaran hutan
- Sampah rumah
tangga
- Pertanian/perke
bunan

Ada perbedaan kondisi lingkungan (fisik, kimia, biologi, sosial budaya, ekonomi,
politik, dll) antara Amerika dan Indonesia.

Metode Analisa Kebijakan.


1. Pendekatan analisa kebijakan secara umum :
Pendekatan Pertanyaan utama Type informasi/data yang
relevan
Empiris Fakta obyektif (kenyataan) Data-data deskriptif
Evaluating Nilai – nilai (beberapa nilainya) Evaluatif
Normatif Tindakan-tindakan (apa yang harus Advokatif
dilakukan)

4
2. Analisa kebijakan dengan metode penyelidikan secara umum dalam perbedaan,
waktu “penyelidikan” dan type “pertanyaan”.
Waktu Type (model) pertanyaan
Deskriptif Evaluatif Advokatif
Sebelum kebijakan Prediftif (ramalan- Evaluatif Rekomendatif
dilaksanakan ramalan)
Sesudah kebijakan Deskriptif Evaluatif Reformed
dilaksanakan

Sebelum tindakan (Prospektif)


Melalui 3 pendekatan analisa kebijakan.
1. Empiris : Prediktif (peramalan) : menghasilkan beberapa informasi/data
alternatif kebijakan.
2. Evaluatif : evaluasi atau penilaian terhadap beberapa alternatif kebijakan.
3. Menghasilkan : normatif atau “ Rekomendasi” tindakan kebijakan yang harus
dilaksanakan.

1. Prediksi : Alternatif kebijakan



2. Evaluasi terhadap alternatif kebijakan

3. rekomendasi tindakan kebijakan.

5
Sesudah tindakan (Retrospektf) melalui 3 pendekatan analisa kebijakan.
1. Empiris – Deskriptif : melalui peliputan (monitoring) tindakan kebijakan yang
dilaksanakan dan hasilnya akan diperoleh data – deskriptif.
2. Evaluatif : Evaluasi atau penilaian terhadap hasil – hasil tindakan kebijakan yang
telah dilaksanakan akan diketahui “Hasil guna” tindakan kebijakan melalui
menyimpulan (performa) akhir.
3. Normatif : dari phase evaluatif dan perform – akhir (penyimpulan) akan dapat
disempurnakan “Perumusan masalah” kembali dari masalah kebijakan public
tersebut (Reformed).

PERTEMUAN IV

Modifikasi pendekatan analisa umum ke pendekatan analisa kebijakan.

Pendekatan Analisa Umum Pendekatan/Tahap-tahap Analisa Kebijakan


1. Epiris (Prediktif/deskriptif) 1. Perumusan masalah
2. Peramalan (alternatif tindakan/pelaksanaan)
2. Evaluatif 3. Rekomendasi/saran-saran tindakan
4. Monitoring/pemantauan pelaksanaan tindakan & hasilnya.
3. Normatif 5. Penilaian (Evaluasi)
6. Pelaporan/penyimpulan akhir.

6
PROSES ANALISA KEBIJAKAN TERPADU

(A)
Masalah Kebijakan

Perumusan Prediksi/peramala
masalah penyimpulan
n

(D) (E) (B)


Hasil tindakan Hasil guna kebijakan Alternatif kebijakan

Peliputan Evaluasi Rekomendas


i

(C)
Tindakan kebijakan

6. Aktivitas AK 5. Type informasi yang relevan K


1. Perumusan masalah 1. Masalah kebijakan (A)
2. Prediksi/ramalan kebijakan 2. Akternatif kebijakan (B)
3. Rekomnedasi/saran-saran 3. Tindakan kebijakan (C)
4. Peliputan tindakan 4. Hasil tindakan kebijakan (D)
5. Evaluasi alternatif dan hasil tindakan 5. Hasil guna/out put kebijakan (E)
6. Penyimpulan hasil akhir

7
PROSES ANALISA KEBIJAKAN TERPADU

1. Perumusan masalah → Informasi masalah kebijakan (A)



2. Peramalan → Informasi alternative kebijakan (B)

3. Rekomendasi → Informasi tindakan alternative kebijakan (C)

4. Peliputan (Monitoring) → Informasi pelaksanaan dan hasil tindakan
alternative kebijakan (D)

5. Evaluasi → Informasi hasil guna (out put) tindakan (E)

6. Penyimpulan akhir → Performa (kinjera) dan out come (dampak)
tindakan kebijakan, sesuai tujuan/tidak (E)

8
ANALISA KEBIJAKAN TERPADU

LANGKAH – LANGKAH

Apa informasi Perumusan masalah kebijakan


yang relevan M
O
M M D
O O E
D D
Peramalan/prediksi alternative E E A
Masalah
tindakan kebijakan D
kebijakan
A E E V
M V O
P A K
I L A
Alternative Rekomendasi tindakan kebijakan R U T
tindakan kebijakan I A I
B S T F
I /
F N
Pelaksanaan Monitoring pelaksanan dan hasil- O
tindakan hasil tindakan kebijakan R
kebijakan M
C A
T
Evaluasi pelaksanaan dan hasil – I
hasil tindakan/alternative tindakan F
Kinerja dan hasil
tindakan
kebijakan
D
Konklusi pelaksanaan dan hasil –
hasil tindakan kebijakan

Laporan akhir
kinerja dan hasil-
tindakan kebijakan
E

9
PERTEMUAN V

ANALISA KEBIJAKAN METODE ARGUMENTATIVE

1 4 5
Informasi yang relevan S (syarat) (Tuntutan) Perlu ......
Dengan masalah/tujuan
Kebijakan

2 (+) P 3 B (-)
(pembenaran) (Bantahan) kecuali kalau .....
jika ............

2a (+) D 3a D (-)
(Dukungan) karena ...... (Dukungan ) karena ........

ANALISA KEBIJAKAN METODE ”ARGUMENTATIF”

Langkah – langkah :
I kumpulkan segala I (informasi) yang berkaitan dengan latar belakang dan
masalah kebijakan.
P Cari faktor P (pembenaran) yang mendukung kebijakan tersebut dari berbagai
aspek seperti ideologi, sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, lingkungan
hidup dan hankam.
D+ Cari pula faktor D+ (dukungan) terhadap faktor P diatas, misalnya berupa hasil
jajak pendapat riset atau dukungan peraturan perundangan.
B Cari faktor B (bantahan) yang bertentangan dengan kebijakan tersebut, bahkan
kemungkinan dampak negatifnya kalau kebijakan tersebut dilaksanakan.
D- Cari faktor D- (dukungan negatif) yang memperkuat faktor B atau memperkuat
bantahan (argument) baik berdasarkan faktor-faktor dimsyarakat atau hasil jajak

10
pendapat atau peraturan perundangan yang bertentangan dengan kebijakan
tersebut.
S Dari sintesa (perkawinan) faktor P (pembernaran) dengan faktor B (bantahan)
dalam analisa kebijakan ini dapat ditetapkan ”jalan tengah” atau ”alternatif
solusi” agar kebijakan tersebut dapat dijalankan yakni dengan S (syarat) tertentu
berupa T (tuntutan) yang harus dilaksanakan.

11
ANALISA KEBIJAKAN PUBLIK
METODE : ARGUMENTATIF TERHADAP KEBIJAKAN PUBLIK
”KENAIKAN HARGA BBM”

I S T
Informasi yang relevan supaya harga kebutuhan pokok perlu tuntutan ada
Kenaikan harga BBM tidak naik, oleh karena itu .... crash program harga
Cara paling efektif untuk sembako murah, AL
Mengurangi defisit “Raskin”
Anggaran - Bebas SPP,
- Angg. Pendi. >
20%
- Angg. Kes
- Sosial
- Transport
- Dll
+P B-
(Sebagai pembicara kenaikan (Bantahan : kenaikan harga
Harga BBM mengurangi/ BBM akan lebih menyengsarakan
Hapus susidi, cara efektif rakyat
Mengurangi defisit anggaran
Supaya kita tidak terus target BLN)
Mandiri masa depan

+D D-
(dukungan sudah diperoleh secara legal (Dukungan terhadap bantahan tersebut/
dari DPR melalui APBN) argumen negatif) kondisi ekonomi rakyat
sudah buat akibat.
1. Harga sudah naik
2. Biaya transportasi naik
3. Pabrik tutup/PHK naik
4. Kejahatan, narkotika akibat
pengangguran
5. Rakyat makin miskin.

12
PERTEMUAN VI

MASALAH KEBIJAKAN

Masalah Kebijakan Publik


Adalah nilai, kebutuhan dan atau kesempatan yang belum terpenuhi tetapi dapat di
identifikasi (ditandai) dan dicapai melalui tindakan/kegiatan publik.

Karakteristik ”Masalah Kebijakan”.


1. Interdependensi.
Saling ketergantungan, masalah kebijakan tertentu berkaitan dengan masalah
kebijakan lainnya.
- Masalah energi : Masalah kesehatan dan masalah pengangguran.
- Masalah air bersih : masalah kesehatan dan masalah ekonomi.

2. Subyektif
Masalah dapat dilihat menurut kepentingannya, jadi menurut siapa yang melihat dan
dari sudut mana.
Masalah ”Polusi” dikota besar dapat dilihat menjadi masalah ”kesehatan” atau
masalah ”lingkungan hidup” jadi sangat subjektif, tergantung siapa yang
melihatnya.

3. Artifisial.
Artinya ”kebutuhan atau keinginan” yang belum ”terpenuhi itu akan menjadi
masalah” kalau kita ingin mencapai.

4. Dinamis.
Masalah kebijakan memiliki ”dinamika” artinya ”banyak cara” atau solusi untuk
mengatasinya atau untuk mencapai keinginan atau kebutuhan yang menjadi masalah
tersebut.

13
SISTEM KEBIJAKAN

Adalah suatu ”tatanan” institusional atau kelembagaan yang menyeluruh dan saling
berhubungan dalam pembuatan ”kebijakan” sistem kebijakan tersebut terdiri dari
elemen-elemen kebijakan publik, lingkungan, kebijakan dan pemegang/pembuat
kebijakan.

Pemegang/pembuat kebijakan Pemerintah, MPR, DPR,


Partai politik, badan hukum,
LSM, dll.
Sistem tatanan kebijakan

Lingkungan kebijakan Kebijakan public

Masalah/tantangan/peluang :
- Kejahatan - Program – program pembangunan
- Korupsi (KKN) ekonomi, kesra, kes, dll
- Inflasi - Peraturan perundangan
- Pengangguran - Perpajakan
- Desintegrasi - Pendidikan
- Gizi buruk - Pelestarian CH

14
PROBLEM SOLVING CYCLES
(BRAIN THEORY)

1. Analisa situasi
2. Perumusan masalah *)
3. Penetapan prioritas masalah
4. Perumusan tujuan
5. Perumusan berbagai alternative technologies, methodologies activities.
6. Penetapan berbagai alternative yang feasible (program)
7. POA
8. Implementasi (integrated)
9. Control (Was – Dal)

*) Masalah : Problema : GAP


GAP : (Hopeness – Existing state) x interest
A B C
Problem : (A – B) C

15
PERTEMUAN VIII
POHON MASALAH PERNYATAAN NEGATIF*)

Sasaran produksi tidak


tercapai

Produktivitas kerja rendah


AKIBAT ? SEBAB !

Sarana kerja Karyawan Metode kerja Kesejahteraan


kurang kurang tidak tepat karyawan
memadai trampil/mampu rendah

Pendidikan Kurang Motivasi kerja Semangat


formal rendah mengikuti latihan rendah belajar rendah
(diklat)

Keterangan *) ;
• Tidak
• Kurang
• Rendah
• Buruk
• Jelek
• Rusak
• Lemah
• Pendek
• Kerdil
• Bonsai
• Jahat
• sadis

16
POHON SASARAN PERNYATAAN POSITIF

Sasaran produksi tercapai

Produktivitas kerja tinggi

Sarana kerja Karyawan Metode kerja Kesejahteraan


sudah memadai sudah tepat/baik karyawan
trampil/mampu memadai/baik

Terpenuhinya Sudah mengikuti Motivasi kerja Semangat


Pendidikan latihan (diklat) tinggi belajar tinggi
formal yang cukup

Keterangan *) ;
• Tercapai * Sejahtera
• Cukup * Adil
• Kuat * Makmur
• Tinggi * Murah
• Mantap * Subur
• Bersih * Sabar
• Sehat
• Jujur
• Baik
• Gagah
• Cantik
• Aman

17
CONTOH POHON ALTERNATIF

Sasaran produksi tercapai

Produktivitas kerja tinggi

Pegawai/karyawan
sudah mampu /trampil

Sudah mengikuti diklat


yang cukup

B
Melaksanakan program diklat
ditempat kerja

A C
Melaksanakan program diklat Melaksanakan program diklat
jarak jauh struktur/pimpinan

18
PERTEMUAN VIII

KECENDRUNGAN MASALAH KESEHATAN

Akhir PJPT. I tahun 2000 Transisi Akhir abad 20


• Demografi
• Social ekonomi
• Social budaya

Transformasi
Lingkungan

Transformasi
Epidemiologi

Awal PJPT II (tahun 2001) Perubahan pola


Penyakit & kemaian
Propenas menular - tidak menular awal abad 21

19
TRANSFORMASI KESEHATAN LINGKUNGAN

Transformasi epidemiologi penyakit

“ Pergeseran Agents Penyebab Penyakit”

Agents Biologis Agents non – biologis


- Bakteri - Penyakit jantung coronair
- Usus - Diabetes mellitus
- Ricketzia - Hypertensi/stroke
- Parosit - Kecanduan narkotik
- Fungi - Alkoholisme, jiwa
- Cancer
- dll seperti keracunan

Akhir abad 20 – Awal abad 21 :


5 Penomena berpengaruh pada pembangunan kesehatan :
1. Transisi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya.
2. Temuan/kemajuan dibidang IPTEK kesehatan.
3. Tantangan globalisasi informasi, telekomunikasi, transportasi dan
perdagangan/persaingan bebas.
4. Perubahan/transpormasi lingkungan fisik, kimia, biologis dan sosial.
5. Meningkatkan kehidupa demokrasi disegala bidang.

2 Masalah besar di dibidang penyakit :


1. Meningkatnya prevalasi berbagai penyakit ”tidak menular” dapat diabetes
mellitus, cardio vaskuler, cancer, gagal ginjal dan penyakit degeneratif lainnya
akibat perubahan perilaku hidup dan lingkungan hidup yang kurang sehat.
2. Masih tingginya prevalasi penyakit menular terutama didaerah pedesaan dapat
malaria, TBC, diare, serta meningkatnya dengan cepat kasus-kasus DBD,
HIV/AIDS. Terutama diperkotaan.

20
PERTEMUAN IX

INDONESIA SEHAT TAHUN 2010.


SK. Men Kes No.574/2000

Dukungan : Pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan


Misi : Pembangunan kesehatan dengan model/paradigma sehat.
Visi : Masyarakat dengan derajat kesehatan yang optimal dan produktif.

I. Dasar – Dasar Pembangunan Kesehatan.


a. Dasar perikemanusiaan
b. Dasar pemberdayaan dan kemandirian
c. Dasar adil dan merata
d. Dasar pengutamaan (prioritas) dan manfaat

II. Isu Strategi.


a. Kerjasama lintas sektor
b. Sumber daya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
c. Mutu dan terjangkau pelayanan kesehatan
d. Prioritas upaya dan sumber daya pembiayaan.

Visi (sehat 2010) :


1. Masyarakat hidup dalam lingkungan sehat.
2. Berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
3. Pelayanan Kesehatan bermutu dan terjangkau
4. Derajat kesehatan masyarakat optimal dan masyarakat menjadi produktif.

Misi (tugas & Tanggung jawab)


Berorientasi pada upaya kesehatan integratif, mengutamakan upaya Preventif dan
promotif yang didukung upaya curatif dan rehabilitatif dan kerjasama lintas sentoral
(Dukungan)
1. Menggerakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat (PHBS)

21
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan
lingkungan.

Sasaran Kebijakan dan Strategi.


a. Sasaran (Tujuan)
1. Perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS)
2. Lingkungan sehat
3. Meningkatnya sarana upaya pelayanan kesehatan
4. Meningkatkan manajemen pembangunan kesehatan
5. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

PERTEMUAN X

b. Kebijakan
1. Peningkatan kerjasama lintas sektor.
2. Peningkatan perilaku hidup sehat, kemandirian masyarakat dan kemitraan
swasta (PSM)
3. Peningkatan kesehatan lingkungan.
4. Peningkatan upaya (program-program kesehatan/pelayanan kesehatan)
5. Peningkatan sumber daya kesehatan
6. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan.
7. Peningkatan IPTEK kesehatan.
8. Peningkatan ketahanan lingkungan sosial dan budaya.

c. Strategi
Pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
1. Wawasan kesehatan sebagai azas pembangunan nasional.
2. Paradigma sehat sebagai komitmen gerakan nasional dalam pembangunan
kesehatan.
3. Pengembangan sistem yang mendorong aspek promotif dan reventif.
4. Dukungan sumber daya yang berkesinambungan

22
5. Sosialisasi paradigma sehat secara internal dan external
6. Restrukturisasi dan revitalisasi infra struktur

4 Pilar strategi :
1. Melaksanakan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan.
2. Peningkatan profesi kesehatan.
3. Pengembangan JPKM
4. Desentralisasi pemerintahan
(otonomi daerah)

Peningkatan Profesi.
a. Pengelolaan SDM
kesehatan (manajemen personil)
b. Pemantapan IPTEK,
IIMAM dan takwa serta etika profesi.
c. Penajaman konsep
profesionalisme kedokteran dan kesehatan
d. Menjalin aliansi strategis
dengan semua pihak terkait.

JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat)


a. Pencanangan JPKM bersama paradigma sehat.
b. Dukungan peraturan perundangan
c. Sosialisasi JPKM
d. Bantuan pemerintahan untuk dana awal
e. Kebebasan yang bertanggung jawab untuk pengelolaan.

Desentralisasi.
a. Keseimbangan dan sinergi asaz.
- Desentralisasi
- Dekonsentrasi

23
- Tugas
perbantuan
b. Penegasan jenis dan tingkat kewenangan dalam pelaksanaan program.
c. Kejelasan pedoman dan indikator/parameter : kota sehat dan kabupaten sehat
(evident base analysis)
d. Pemberdayaan kemampuan untuk melaksanakan desentralisasi.
e. Sistem dan kebijakan SDM yang mendukung
f. Infra struktur lintas sektor yang menunjang.
g. Mekanisme pengendalian yang andal.

Pokok Program dan Program Unggulan.


a. Pokok program (program pembangunan kesehatan)
1. Program peningkatan perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat
2. Program peningkatan pelayanan kesehatan
3. Program pengawasan obat dan makanan
4. Program peningkatan SDM kesehatan
5. program kebijakan dan manajemen sumber daya kesehatan
6. Program peningkatan IPTEK kesehatan

b. Program Kesehatan Unggulan.


1. Program kebijakan kesehatan pembiayaan dan hukum kesehatan.
2. perogram perbaikan gizi.
3. Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental
4. program penyehatan lingkungan pemukiman, air dan udara sehat.
5. Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan KB.
6. Program P2M (imunisasi)
7. Program K3
8. Program anti tembakau (rokok) alkohol dan madat
9. program pengawasan obat, makanan, minuman dan B3
10.Program pencegahan kecelakaan dan Rudapaksa (kekerasan)
termasuk kecelakaan lalu lintas.

24
c. Pelayanan Kesehatan Dasar Minimal di Puskesmas (Dit Jen Binkesmas, Dep
Kesos, 2000).
1. KIA
2. KB
3. Gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. P2M
6. Pengobatan dan pelayanan P3K
7. PKM dan promosi kesehatan

d. UU No. 23/1992 tentang Kesehatan Pasal 11 Upaya Kesehatan.


1. KIA
2. KB
3. Perbaikan gizi dan pengamanan makanan/minuman (POM)
4. Kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, kesehatan jiwa
5. P2M (Pemberantasan penyakit menular)
6. Curatif dan rehabilitatif
7. PKM (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat)
8. Pengamanan sedia farmasi dan alkes
9. Pengamanan zat aditif
10.Kesehatan sekolah (UKS)
11.Kesehatan olah raga
12.Pengobatan tradisional
13.Kesehatan matra

INDIKATOR PENILAIAN
Pengertian Indikator :
1. Variabel membantu kita untuk mengukur perubahan yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung (WHO 1981)
2. Ukuran tak langsung dari suatu kejadian atau kondisi, contoh berat badan bayi
berdasarkan umur adalah indikator status gizi bayi (Wilson dan Sapanuchart, 1993)
3. Statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kia dan dapat membantu kita
dalam membuat Penilaian (ringkas, konprehensif, berimbang) terhadap kondisi atau

25
aspek penting dari suatu masyarakat (Dep Kes, Pendidikan dan Kesejahteraan
Sosial, Amerika Serikat, 1969)
4. Variabel yang mengindikasikan (menunjukan atau memberi Petunjuk kepada kita
tentang suatu keadaan tertentu, sehingga dapat dipergunakan untuk mengukur
(menilai) perubahan-perubahan (Green, 1992)

Bentuk – bentuk atau Jenis Indikator :


1. Bentuk Absolut
2. Bentuk Proporsi
3. Bentuk Angka-angka
4. Bentuk Rasio

Bentuk Indeks
- Untuk indikator
yang lebih komplek/rutin.
- Ukuran-ukuran
yang multi dimensi (gabungan dari sejumlah indikator)

Klasifikasi Indikator.
(Biasanya menurut pendekatan sistem pemecahan masalah)

INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010


Unsur/Komponen Informasi yang diperlukan Indikator
1. Lingkungan kesehatan 1. Berapa banyak rumah 1. Prosentase rumah sehat
sehat telah menjadi yang telah dihuni.
hunian penduduk ?
2. Berapa banyak sekolah, 2. Prosentase sekolah, dll
madrasah, pesantren, yang sehat dibanding
tempat ibadah sehat ? yang diperiksa.
3. Seberapa jauh 3. Bod, Cod untuk
lingkungan di Indonesia pencemaran air.
yang bebas
polusi/pencemaran ?
2. Perilaku sehat. 1. Seberapa luas 1. Prosentase desa/wilayah

26
PHBS dilaksanakan ? PHBS
2. Seberapa luas 2. prosentase sekolah
kawasan bebas Nazap ? bebas Napza
3. Jumlah penduduk 3. Prosentase penduduk
yang tak merokok ¿ yang merokok.
4. Jumlah penduduk 4. Prosentase penduduk
yang menggunakan yang menggunakan
sarana kesehatan ¿ sarana kesehatan.
5. Jumlah penduduk 5. Prosentase penduduk
yang menggunakan yang ikut askes, JPKM
askes, JPKM, dana dana sehat, dll
sehat, dll
3. Pelayanan kesehatan 1. Sarana kesehatan. 1. Rasio sarana kesehatan
bermutu dan terjangkau. terhadap jumlah penduduk.
2. Cakupan imunisasi. 2. Prosentase anak balita
yang telah imunisasi
lengkap
3. Aseptor KB diantara 3. Prosentase aseptor KB
Puskesmas. diantara Puskesmas.
4. Derajat/status kesehatan 1. Tingkat kematian dan 1.1 Angka umur harapan
masyarakat. kesakitan. hidup (Span or Cire)
1.2 AKB, AKI, Angka
kematian balita.
1.3 Prevalensi penyakit
yang menonjol dan CFR
2. Status gizi masyarakat 2.1 Prosentase anak balita
gizi baik.
2.2 Prosentase ibu hamil
non kek, non AGB, non
KUA.
2.3 Prosentase bayi lahir
BB cukup
2.4 prosentase WUS,
remaja putri, wanita

27
karyawan yang sehat (non –
anemia)
2.5 Prosentase anak
sekolah TB/BB normal.

PERTEMUAN XII

PENGAWASAN (APLIKASI)

Jenis Pengawasan.
1. Pengawasan struktural (pengawasan melekat – waskat)
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung dalam satu/unit organisasi. Sering
lebih bersifat pembinaan personil.

2. Pengawasan fungsional
1. Internal.
Satuan pengawasan bersifat internal dari dalam organisasi yang diawasi.
- BPK Negara
- BPKP Pemerintah/Kabinet
- IRJEN Departemen/unit-unitnya
- Bawasda TK. I Pemda Propinsi
TK. II Pemda Kota/Kab
- SPI Pada satuan organisasi yang bersangkutan (Dinas,
Yayasan, perusahaan, PT/Universitas, dll)
2. External.
Satuan pengawas bersifat external dari luar organisasi yang diawasi.
- BPK Lembaga pemerintah/Departemen, Pemda, BUMN,
BUMD, dll)

28
- BPKP idem
- DPR Pemerintah pusat
- DPRD Pemerintah Daerah
- IRJEN-Dept Unit pelaksana teknis (UPT) Departemen yang ada
didaerah (pusat penelitian, balai Lab., balai pelatihan)
BUMN, dll.

PENGAWASAN STRUKTURAL (WASKAT)

Tahap – Tahap Pelaksanaan “WASKAT” (Pengawasan struktural oleh atasan langsung)


melalui :
1. Penyusunan struktur organisasi dan tata kerja (Tupoksi) yang jelas.
2. Rincian kebijaksanaan pelaksanaan (secara tertulis) urut prioritas.
3. Rencana kerja (pelaksanaan kegiatan) jadwal kegiatan.
4. Prosedur kerja yang jelas.
5. Pencatatan hasil kerja dan pelaporan.
6. Pembinaan personil yang trus menerus.
(Reward & Punishment)

Pelaksanaan Pengawasan Fungsional melalui :


1. Penentuan metode/tehnik pemeriksaan/SOP.
2. Penugasan terhadap aparat pengawasan baik secara individu atau tim.
3. Penggunaan peraturan perundangan yang relevan.

Pengawasan fungsional oleh instansi/satuan organisasi/satuan kerja atau unit khusus


pengawasan baik oleh satuan organisasi yang ”Internal atau External”.

BEBERAPA PENGERTIAN.
1. PENGAWASAN.
Bentuk pengamatan (monitoring) yang dilakukan secara menyeluruh.

29
Membandingkan antara :
• Kenyataan yang dilaksanakan dengan....
• Rencana yang seharusnya dilaksanakan.

2. PENYELIDIKAN.
Bentuk kegiatan ”Tindak lanjut pengawasan” apabila diduga terdapat (telah terjadi)
penyimpangan. Dengan pengumpulan data/informasi selengkap mungkin.

3. PEMERIKSAAN
Bentuk pengamatan yang dilaksanakan secara langsung dari dekat terhadap suatu
kasus penyimpangan untuk mengetahui ”sebab-sebab” terjadinya penyimpangan
(diagnosa).
Pemeriksaan merupakan bagian dari kegiatan penyelidikan

4. PENGENDALIAN
Tindakan pengaturan dan pengarahan (pelurusan ; Law Enforcement). Pelaksanaan
suatu kegiatan/program dengan maksud agar tujuan dapat dicapai secara efisien,
efektif dan rasional (EER).

Ciri utama pengendalian adalah adanya ”Hak/wewenang” untuk melaksanakan


tindak lanjut pelurusan (Law Enforcment) yang didasarkan kepada hasil
penyelidikan/pemeriksaan.

PENGENDALIAN = PENGAWASAN + TINDAK LANJUT

PENGENDALIAN = PENGAWASAN + TINDAK LANJUT

PENGAWASAN (PEMANTAUAN /MONITORING)

PEMERIKSAAN/PENYELIDIKAN (INVESTIGASI)

30
TINDAK LANJUT (REMEDIAL/CONTROL ACTIONS)
PEMBINAAN DAN SUPERVISI

PRINSIP – PRINSIP PENGAWASAN

1. Obektif dan menghasilkan fakta/bukti autentik.


2. Berpedoman pada kebijakan yang berlaku bagi objek/sasaran pemeriksaan.
• Tujuan/sasaran program (kegiatan)
• Rencana kerja (POA)
• Juklak/juknis
• Peraturan/dasar hukum yang diterapkan.
3. Preventif
Mencegah atau menghindari kesalahan/penyimpangan bukan mencari-cari
kesalahan.
4. Pengawasan bukan tujuan tetapi ”sasaran” untuk mencapai sukses program
secara “EER”.
5. Pengawasan bukan pemborosan (harus efisien).

NORMA – NORMA PENGAWASAN


1. Pengawasan harus “Mandiri” (Independent)
2. Dilakukan dengan cara “Profesional” sesuai yang disyaratkan.
3. Lingkup pengawasan meliputi evaluasi/pengujian sistem pengendalian intern
organisasi/unit yang diawasi dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) unit
tersebut.
4. Pengawasan harus meliputi :
• Perencanaan pengawasan itu sendiri (Proposal)

31
• Menguji/menelaah data/informasi.
• Melaporkan hasil pengawasan dan menyusun “Rekomendasi” tindak lanjut.

TEHNIK PEMERIKSAAN
Pemeriksaan “Sumber Daya” :
3M : Money, Material, Man (Financial, logistik and personnel audit)
menganut 2K : Kebenaran dan ketaatan azas/aturan)

Pemeriksaan “Operasional” (Proses manajemen) – Management audit.


• Planning
• Organizing/staffing
• Actuating – coordinating
• Controlling (reporting)

Agar diperoleh hasil yang EER atau 3E (Efisien, efektif dan ekonomis)

TAHAP “PEMERIKSAAN OPERASIONAL” (MANAGEMENT AUDIT)


1. Survey.
Pengumpulan informasi umum :
• Pengaturan perundangan
• Kebijaksanaan program, sejarah, latar belakang, tujuan, pokok kegiatan.
Dari program/proyek yang diperiksa.
• Organisasi dan tata kerja unit penanggung jawab dan pelaksanaan program.
• Sumber/alokasi biaya.
• Ketenagaan yang ada.
• Kebijaksanaan/arahan pimpinan.
• Pedoman pelaksanaan program
2. Telaah peraturan perundangan yang melandasi pelaksanaan program.
3. Tahap uji petik dilapangan.
4. Pemeriksaan terperinci kalau diketemukan/diduga ada penyimpangan (investigasi)
5. Penyusunan pelaporan dan rekomendasi tindak lanjut.

32
PERTEMUAN XIII

DESA SIAGA

LATAR BELAKANG.

Visi Kesehatan Indonesia 2010 : Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat.

4 Strategi :
1. Memberdayakan/menggerakan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Meningkatkan pelaksanaan sistem ”Survey illance” dan informasi kesehatan.
4. Meningkatkan pembiayaan untuk kesehatan.

Sasaran Strategis :
Salah satu ”Sasaran Strategis” Dep Kes dalam mewujudkan Visi Kesehatan Indonesia :
• Tahun 2007 12.000 desa menjadi desa siaga.
• Tahun 2008 Seluruh desa di Indonesia sudah menjadi desa siaga.

1. Pengertian.
Desa Siaga Mencegah dan Masalah kesehatan dan

33
- Sumber daya mengatasi secara bencana/gawat darurat
- Kemauan mandiri (KLB)
- Kemampuan

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan “Sumber daya
kemauan” dan “Kemampuan” untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri.

2. Tujuan desa siaga.


Terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap
masalah kesehatan diwilayahnya.

3. Kriteria.
Sebuah desa telah menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-
kurangnya sebuah “Pos Kesehatan Desa” (Pos Kes Des)

4. Pos Kes Des.


Adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh,
dari dan untuk menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Juga
berarti : sarana pelayanan kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya –
upaya masyarakat dan dukungan pemerintah.

Pelayanan Kesehatan Dasar.


Meliputi pelayanan kesehatan curatif, promotif dan preventif yang dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dan dibantu oleh sekurang-kurangnya 2
orang yang terdiri dari kader kesehatan atau tenaga sukarela lainnya.

5. Tugas atau kegiatan Pos Kes Des dalam pengembangan “Desa Siaga”.
a. Pengamatan/suveillance epidemiologi.
b. Penanggulangan kejadian penyakit.
c. Kesiapan penanggulangan bencana dan kegawat daruratan kesehatan (KLB)
d. Pelayanan medis/curatif dasar.
e. Pelayanan kesehatan lain (promosi PHBS, Kesling, Gizi, KIA, dll)

34
6. Sumber Daya Pos Kes Des.
Tenaga : minimal 1 (satu) orang tenaga kesehatan (terutama „Bidan“) dan 2 (dua)
tenaga kader/sukarela.

Sarana Fisik :
a. Bangunan/ruangan
b. Perlengkapan (meja, kursi dan perilaku)
c. Alat-alat kesehatan
d. Alat-alat administrasi
e. Sarana komunikasi (HP, Telepon, atau kurir)

7. Langkah – Langkah Pengembangan Desa Siaga


a. Persiapan.
Pusat :
• Penyusunan pedoman – pedoman
• Pembuatan modul – modul pelatihan
• Penyelenggaraan TOT
Propinsi : Penyelenggaraan TOT tenaga dari Dinas Kes Kota/Kab.
Kota/Kabupaten :
• Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan.
• Penuyelenggaraan pelatihan kader/sukarelawan.

b. Pelaksanaan.
Pusat : Penyediaan Dana dan Sumber Daya lain.
Propinsi : Penyediaan Dana dan Sumber Daya lain.
Kota/Kabupaten :
• Penyediaan Dana dan Sumber Daya lain.
• Penyiapan Puskesmas dan RS dalam rangka penanggulangan bencana
dan kegawat daruratan kesehatan.
Kecamatan/Puskesmas : Pengembangan dan pembinaan Desa Siaga.

35
c. Pemantauan dan Evaluasi.
Pusat : Memantau kemajuan dan menilai keberhasilan pengembangan
desa siaga.
Propinsi : Memantau kemajuan pengembangan desa siaga dan
melaporkan hasil pemantauan ke pusat.
Kota/Kab : Memantau kerugian desa siaga dan melaporkan hasil
pemantauan ke propinsi.
Kecamatan/Puskesmas :
• Melakukan pemantauan wilayah setempat.
• Melaporkan perkembangan desa siaga ke kota/kabupaten.

d. Pendekatan (cara-cara) pengembangan desa siaga.


Membantu masyarakat menjalani proses pembelajaran melalui “Cyklus
pencegahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat). Proses
pembelajaran tersebut adalah :
1) Mengidentifikasi : masalah, penyebab masalah, sumber daya
yang dapat dimanfaatkan.
2) Mendiaknosa masalah dan merumuskan alternatif
pemecahannya.
3) Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak,
merencanakan dan melaksanakannya.
4) Memantau, menilai dan membina kelestarian

e. Cara – cara pengembangan desa siaga dilapangan.


Untuk membantu masyarakat dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui
“Cyclus pemecahan masalah” perlu dilaksanakan “langkah – langkah pokok”
dilapangan adalah sebagai berikut :
1) Pembentukan tim petugas kesehatan.
Mempersiapkan petugas Puskesmas (petugas teknis dan administrasi) untuk
membantu masyarakat dalam proses pemecahan masalah.

36
2) Pembentukan tim di masyarakat.
Untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, para penentu
kebijakan di desa dan anggota masyarakat lainnya agar bersedia bekerja
sama dalam 1 (satu) tim untuk mengembangkan “desa siaga”

3) Survey mawas diri (cummunity selft survey)


Bantuan agar para pemuka masyarakat mampu mengidentifikasi masalah –
masalah kesehatan dan mencari, merencanakan serta melaksanakan
solusinya.

4) Musyawarah Masarakat Desa.


Untuk mencari alternative pemecahan masalah kesehatan dan upaya
membangun PosKesDes.

f. Pelaksanaan Kegiatan.
Secara ”operatif” pembentukan ”Desa Siaga” dilaksanakan dengan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
1) Pemilihan pengurus dan kader desa.
Melakukan musyawarah desa dibawah bimbingan petugas kesehatan dari
Puskesmas. Peserta pertemuan adalah :
• Para pemimpin formal/pemerintah desa.
• Tokoh masyarakat seperti para kyai, alim ulama, ketua organisasi masa
dan partai politik.

2) Orientasi/pelatihan kader.
Sebelum melaksanakan tugasnya para pengurus dan kader desa siaga supaya
mengikuti orientasi/pelatihan seputar kegiatan, tujuan pembentukan desa
siaga pelatih dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan kota/kabupaten dan
Puskesmas setempat.

3) Pengembangan PoskesDes dan UKBM lainnya.


Dalam pembangunan Pos Kes Des bisa dikembangkan dari UKBM yang
sudah ada seperti Polinder, Posyandu dll atau kalau belum ada sama sekali

37
UKBM ya harus membangun Poskesdes yang baru dengan bantuan
pemerintah dan para donatur yang ada.

4) Penyelenggaraan kegiatan kesehatan di desa siaga.


Dengan telah adanya “Poskesdes” maka desa tersebut dapat ditetapkan
sebagai “Desa Siaga”.

Kegiatan Poskesdes pada desa siaga adalah melaksanakan tugas – tugas


Poskesdes seperti :
- Melaksanakan
sistem surveallance epidemiologi berbasis masyarakat.
- Melaksanakan
kesiapan dan penanggulangan bencana dan gawat darurat kesehatan.
- Pencegahan dan
pembrantasan penyakit menular yang berpotensi KLB.
- Penggalangan
masyarakat untuk PHBS, sadar gizi dan kesehatan lingkungan.
- Penyelenggaraa
n pelayanan medik dasar.
- Penggerakan
UKBM lainya yang ada (seperti Posyandu, dll)
Desa siaga tetap dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas/Puskesmas
pembantu.

5) Pembinaan dan peningkatan desa siaga.


Peru dilakukan dengan melibatkan sektor-sektor lain, terutama pemerintah
daerah dan desa/kelurahan.

g. Peran Jajaran Kesehatan


1) Puskesmas
a) Pelayanan kesehatan dasar dan PONED.
b) Mengembangkan komitmen dan kerjasama
tim.

38
c) Fasilitas pembangunan poskesdes dan desa
siaga.
d) Monitoring, evaluasi dan pembinaan desa
siaga.

2) Rumah Sakit Kota/Kab


a) Pelayanan kesehatan rujukan dan PONEK
b) Bimbingan teknis medis
c) Promosi kesehatan kepada masyarakat di
rumah sakit.

3) Dinas Kesehatan Kota/Kab.


a) Mengembangkan komitmen dan kerjasama
tim.
b) Merevitalisasi Puskesmas (PONED)
c) Merevitalisasi RS (PONEK)
d) Menyediakan fasilitas pengembangan desa
siaga
e) Pelatihan petugas kesehatan dan kader
f) Advokasi keberbagai pihak
g) Bersama Puskesmas melakukan pemantauan,
evaluasi dan bimbingan teknis.
h) Menyediakan anggaran dan sumber daya
lain.
4) Dinas Kesehatan Provinsi
a) Mengembangkan komitmen dan kerjasama
tim.
b) Membantu Dinas Kesehatan Kota/Kab
mengembangkan kemampuan melalui pelatihan-pelatihan (manajemen,
teknis kesehatan dll)
c) Membantu Dinas Kesehatan Kota/Kab
dalam rangka meningkatkan kemampuan ”Puskesmas” dan Rumah
Sakit.

39
d) Menyelenggarakan pelatihan fasilitas.
e) Melakukan advokasi keberbagai pihak
terkait.
f) Bersama Dinas Kes Kota/Kab melakukan
pemantauan dan penilaian serta bimbingan teknis.
g) Menyediakan anggaran dan sumber daya
lain.

5) Departemen Kesehatan.
a) Penyusunan konsep dan pedoman –
pedoman.
b) Fasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan,
Puskesmas dan Rumah Sakit serta UKBM.
c) Fasilitasi pembangunan Poskesdes.
d) Fasilitasi pengembangan sistem surveillance,
sistem informasi/pelaporan serta sistem kesiapan dan penanggulangan
bencana dan KLB penyakit.
e) Fasilitasi tenaga kesehatan untuk tingkat
desa.
f) Pelayanan bagi pelatih (TOT)
g) Berdaya lain.
h) Pemantauan dan evaluasi.

h. Peran Sektor Lain.


1) Pejabat – pejabat Pemda.
a) Dukungan kebijakan/aturan hukum, sarana
dan dana.
b) Koordinasi pengerakan masyarakat.
c) Melaksanakan pembinaan.

2) Tim Pergerakan PKK


a) Pembangunan dan penyelenggaraan UKBM.

40
b) Mengerakan masyarakat untuk memanfatkan
dan mengelola UKBM yang ada.
c) Menyelenggarakan penyuluhan untuk sadar
gizi, sadar kesehatan lingkungan, PHBS.

3) Tokoh Masyarakat.
a) Menggali sumber daya.
b) Menaungi dan membina desa siaga.
c) Menggunakan masyarakat untuk berperan
aktif dalam kegiatan desa siaga.

4) NGO/LSM/Dunia Usaha/Swasta.
a) Berperan aktif dalam kegiatan desa siaga.
b) Memberikan dukungan sarana dan dana
(donatur) untuk penyelenggaraan kegiatan desa siaga.

Contoh : Kabupaten Lumajang Propinsi Jawa timur.


Melalui Gerbang Mas 2004
(Gerakan Membangun Masyarakat Sehat)

Desa Siaga Paripurna

POSKESDES

POSYANDU POLINDES POSKESTREN UKBM LAIN

Sektor pertanian Koperasi/UKM Industri kecil/rumah


perternakan, tangga
perikanan

41
PEMBENTUKAN ”PUSAT BANTUAN PENANGANAN KRISIS” KESEHATAN
AKIBAT BENCANA SECARA ”REGIONAL” Tahun 2006

1. Regional I Sumatera Utara


2. Regional II Sumatera Selatan
3. Regional III DKI Jakarta
4. Regional IV Jawa Tengah
5. Regional V Jawa Timur
6. Regional VI Kalimantan Selatan
7. Regional VII Bali
8. Regional VIII Sulawesi Utara
9. Regional IX Sulawesi Selatam
10. Sub Regional Papua

42
PERTEMUAN XIV

MDG’S – 2010 – 15
(MILENIUM DEVELOPMENT GOALS)

1. KTT – PBB.
KTT Milenium PBB (September 2000) dihadiri 189 anggota PBB.
Deklarasi MDG’s 2010.

2. Deklarasi MDG’S 2010/15


a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.
b. Mecapai pendidikan dasar untuk semua.
c. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
d. Menurunkan angka kematian anak.
e. Meningkatkan kesehatan ibu
f. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya.
g. Memasukan pelestarian lingkungan hidup.
h. Membangun kemitraan global untuk pembangunan.

3. MDG’S Pembangunan Masional.


MDG’S ternyata sesuai dengan tujuan pembangunan nasional kita, yakni
membangun manusia Indonesia seutuhnya lahir dan bathin.

4. Turut Serta Mencapai MDG’S 2010, Realistis – kah 2015.

Realistikkah ??
1. Penduduk Indonesia tahun 2005, 242 juta orang (3,72% penduduk dunia) nomor
4 di dunia setelah China, India, USA.
2. Indonesia termasuk medium HDI (Human Development Index) peningkatan ke–
III dari 189 negara.
3. HDI tingkat ASEAN yakni : Brunei, Singapor, Malaysia, Thailan, Indonesia,
Vietnam, Kamboja, Burma, Laos.

43
4. Kita sedang menghadapi bencana kemiskinan, kesehatan, pendidikan yang
akhirnya mentok pada maslaah pembangunan ekonomi.
5. Tanpa bantuan Negara-negara maju MDG’S sulit dicapai.
6. Apakah kita sekarang juga sudah melaksanakan pembangunan, sesuai dengan
arah menuju MDG’S atau malah banyak kendala ??
7. Apakah kita perlu merevisi tujuan MDG’S sesuai dengan kemampuan kita atau
malah tidak perlu mengikuti tahap-tahap MDG’S ??

Mari kita berpikir ulang (17 Mei 2006) Sinar Harapan.

44
45
46

You might also like