You are on page 1of 12

WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN.

1411-
0199

ANALISIS EKSPOR KOPI INDONESIA


An Analysis of the Coffee Export of Indonesia.

SRI WIDAYANTI
Mahasiswa Program Magister IEP, PPSUB, Malang
S. M. Kiptiyah.
Dosen Jurusan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, UB
M. Iksan Semaoen
Dosen Jurusan SOSEK, Fakultas Pertanian, UB

ABSTRACT

This study aimed at analyzing, firstly, the factors influencing the coffee export of
Indonesia; secondly, the factors influencing the domestic coffee supply; and thirdly, the
factors influencing the domestic coffee demand.
This research used secondary data, time series data of 1975–1997 which were
collected from many resources, i.e. Statistical Center Bureau (BPS), Trade Department,
Indonesian Coffee Exporter Association, Forestry and Commercial Agricultural
Enterprise Department, and the Indonesian Bank. The factors influencing the coffee
export of Indonesia as well as the domestic coffee demand and supply were analyzed by
simultaneous equation model in the form of double logarithm using the two stage least
square method (2SLS).
The research results show that the factors influencing the export quantity of
coffee were the coffee FOB price, the coffee price in domestic markets, the exchange rate
and the coffee supply of the previous year. The coffee export price had negative
correlation with the coffee export quantity of Indonesia with export supply elasticity
toward the export price of 2.04. In other words, the increase of coffee export price was
followed by the decrease of coffee export quantity. This condition was due to the low
quality of the coffee export of Indonesia. The coffee price at domestic markets has
positive correlation with the coffee export quantity of Indonesia. Export was still
conducted when the coffee price at domestic markets increased because the demand for
domestic coffee was still very low. Other factors positively influencing the coffee export
quantity were the exchange rate of rupiah and the coffee supply of the previous year.
The factors influencing the domestic coffee supply were the domestic coffee
price, technology level and the coffee supply of the previous year. The domestic coffee
price positively related to the coffee supply at domestic markets with a supply elasticity
of 0.04. This means that the coffee farmers in Indonesia insufficiently responded to the
change of price as shown by the low adjustment coefficient of 0.07. The technology level
had positive correlation with the domestic coffee supply. This implies that the increase in
coffee productivity yielded an increase in coffee supply at domestic level. The factor
influencing the coffee demand at domestic level was the income level of the society with
the coffee demand elasticity toward the income of 0.59.

Keywords: Coffea, export

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis faktor-faktor yang

192
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199

mempengaruhi ekspor kopi Indonesia, (2) untuk menganalisis faktor-faktor yang


berpengaruh terhadap penawaran kopi dalam negeri, (3) untuk menganalisis faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap permintaan kopi dalam negeri.
Penelitian ini menggunakan data sekunder, data time series dari tahun 1975-1997
yang dikumpulkan dari berbagai sumber data antara lain Biro Pusat Statistik, Departemen
Perdagangan, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Departemen Kehutanan dan Perkebunan
dan Bank Indonesia. Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor
kopi Indonesia, permintaan dan penawaran dalam negeri digunakan model persamaan
simultan dalam bentuk double logaritma dengan metode two stage least square (2SLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kuantitas ekspor kopi Indonesia adalah harga ekspor kopi (harga FOB), harga kopi dalam
negeri nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan penawaran kopi tahun t-1. Harga
ekspor kopi berhubungan negatif dengan kuantitas ekspor kopi Indonesia dengan
elastisitas penawaran ekspor terhadap harga ekspor sebesar 2,04, ini berarti bahwa pada
saat harga ekspor meningkat kuantitas ekspor kopi Indonesia menurun. Keadaan ini
disebabkan karena mutu kopi Indonesia yang masih rendah sehingga tidak memenuhi
kualitas yang diminta konsumen luar negeri. Harga kopi dalam negeri berhubungan
positif dengan kuantitas ekspor kopi Indonesia, tetap dilakukannya aktivitas ekspor pada
saat harga kopi dalam negeri meningkat disebabkan karena permintaan kopi dalam negeri
yang masih sangat rendah. Faktor-faktor lain yang berpengaruh positif terhadap kuantitas
ekspor kopi adalah nilai tukar rupiah dan penawaran kopi tahun t-1.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penawaran kopi dalam negeri adalah
harga kopi dalam negeri, tingkat teknologi dan penawaran kopi tahun t-1. Harga kopi
dalam negeri berhubungan positif terhadap penawaran kopi dalam negeri dengan
elastisitas penawaran sebesar 0,04, ini berarti bahwa petani kopi Indonesia kurang
merespon secara baik terjadinya perubahan harga, hal ini didukung dengan besarnya
koefisien penyesuaian yang cukup rendah yaitu sebesar 0,07. Tingkat teknologi
berhubungan positif dengan penawaran kopi dalam negeri, ini berarti bahwa
meningkatnya produktivitas kopi menyebabkan penawaran kopi dalam negeri juga
meningkat. Faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kopi dalam negeri adalah
tingkat pendapatan masyarakat dengan elastisitas permintaan kopi terhadap pendapatan
sebesar 0,59.

Kata kunci: kopi, ekspor.

PENDAHULUAN Indonesia dengan kemampuan menye


diakan komoditi kopi sebesar 485.889 ton
Kopi sebagai tanaman perkebunan pada tahun 1996/1997 mampu menduduki
merupakan salah satu komoditas yang posisi sebagai negara produsen terbesar
menarik bagi banyak negara terutama ne- ketiga setelah Brasil dan Columbia yaitu
gara berkembang, karena perkebunan kopi mencapai 7,4% dari produksi kopi dunia.
memberi kesempatan kerja yang cukup Namun demikian dipasaran internasional
tinggi dan dapat menghasilkan devisa ekspor kopi Indonesia berkembang fluktu
yang sangat diperlukan bagi pembangunan atif dengan laju pertumbuhan sebesar 3,5
na-sional (Spillane, 1990). Di Indonesia % pertahun. Dari aspek mutu Indonesia
komoditas kopi merupakan salah satu sub lebih dikenal sebagai sumber kopi yang
sektor pertanian yang mempunyai andil murah, harga yang murah tersebut ber-
cukup penting sebagai penghasil devisa hubungan dengan citra negatif dari kopi
ketiga setelah kayu dan karet. Pada tahun Indonesia yang bermutu rendah dibawah
1997 nilai ekspor kopi sebesar 615 juta mutu kopi dari negara-negara lain
US $ atau 11,5% dari nilai ekspor terutama Brazil dan Columbia
kelompok komoditas pertanian. (Siswoputranto, 1993). Sedang kan di

193
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199

pasar dalam negeri, permintaan terhadap


kopi masih sangat rendah (± 25% dari Analisis Data
total produksi nasional) dan tingkat Untuk menguji hipotesa pertama,
konsumsi kopi perkapita per tahun hanya kedua dan ketiga dilakukan analisis data
0,5 kg. berdasarkan model persamaan sebagai
Produksi kopi Indonesia sebagian berikut :
besar (93,5%) dihasilkan oleh perkebunan
rakyat dan sisanya (6,5 %) dihasilkan oleh Qst = β0 + β1 Pdt + β2 Pst + β3 Tt + β4 Qst-1
perkebunan besar. Sehingga apabila + Ut.
situasi pasar dalam negeri maupun di
pasar inter-nasional tidak menentu Qdt = α0 + α1 Pdt + α2 Pst + α3 It + α4 Pnt
dampaknya akan sangat dirasakan oleh + α5 Qdt-1 + Vt.
petani kopi rakyat.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan di Ext = γ 0 + γ 1 Pdt + γ 2 Pft + γ 3 NTt + γ 4
atas maka tujuan penelitian ini adalah : (1) Ext -1 + γ 5 It + γ 6 Pst + γ 7 Tt + γ 8 Qst-1 + γ 9
untuk menganalisis faktor-faktor yang Qdt-1 + wI
ber-pengaruh terhadap ekspor kopi Indo
nesia, (2) untuk mengetahui faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap penawaran Ext = Qst - Qdt
kopi dalam negeri, (3) untuk mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Keterangan : Qst=Jumlah penawaran kopi
per-mintaan kopi dalam negeri. asalan pada tahun t (ton/th); Qdt=Jumlah
Hipotesis yang diajukan adalah : (1) permintaan kopi asalan pada tahun ke t
ekspor kopi Indonesia dipengaruhi oleh (ton/th); Pdt=Harga kopi asalan dalam
harga kopi internasional (harga FOB), negeri (Rp/kg) pada tahun ke t; Pst=Harga
nilai tukar, harga kopi dalam negeri, komoditi substitusi pada tahun ke t;
jumlah ekspor kopi tahun t-1, tingkat Tt=Tingkat teknologi (ton/ha); qst-
teknologi, harga teh, pendapatan 1=Jumlah penawaran kopi asalan pada
masyarakat, jumlah permintaan kopi tahun tahun sebelumnya; It=Pendapatan
t-1, jumlah penawaran kopi tahun t-1, (2) perkapita per tahun; Pnt=Jumlah penduduk
penawaran kopi dalam negeri dipengaruhi pada tahun ke t; qdt-1=Jumlah permintaan
oleh harga kopi dalam negeri, harga teh, kopi asalan pada tahun sebelumnya (t-1);
tingkat teknologi, penawaran kopi tahun t- Ext-1=Jumlah kopi asalan yang diekspor
1, (3) permintaan kopi dalam negeri pada tahun sebelumnya (t-1); Pft= Harga
dipengaruhi oleh harga kopi dalam negeri, kopi asalan di pasar internasional (US
harga teh, pendapatan masyarakat, $/kg); NT = Nilai tukar (Rp/$US); βο, αΟ,
permintaan kopi tahun t-1. γ Ο = Intersep; αi, βi, γ i = koefisien regresi;
ut , wt, zt = variabel pengganggu.
METODE PENELITIAN
Persamaan-persamaan diatas adalah
Metode Pengumpulan Data (1) fungsi penawaran kopi asalan
Data yang digunakan dalam Indonesia di pasaran domestik, (2) fungsi
penelitian ini adalah data sekunder yang permintaan kopi asalan Indonesia di pasar
dikumpulkan dari berbagai sumber data domestik, (3) fungsi ekspor kopi asalan
yang telah dipublikasikan oleh lembaga- Indonesia. Sedangkan persamaan (4)
lembaga res-mi. Lembaga-lembaga resmi merupakan persamaan keseimbangan
tersebut an-tara lain : Biro Pusat Statistik, pasar (market clearing) yang
Departemen Perdagangan, Asosiasi menunjukkan suatu keadaan bahwa model
Eksportir Kopi Indonesia, Balai Penelitian yang akan diuji atau ditaksir merupakan
Perkebuan Bank Indonesia dan lain-lain suatu kesatuan dalam sistem ekonomi
instansi yang berkaitan dengan penelitian yang terjadi secara serentak. Dengan
demikian pendugaan masing-masing
fungsi tidak dapat dilakukan secara

194
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199

terpisah sehingga untuk menduga fungsi- dinyatakan da-lam satuan ton.


fungsi tersebut digunakan, metode f. Nilai tukar dalam penelitian ini dinya
pangkat dua terkecil dua tahap (two stage takan dengan Rp/$US berdasarkan
least square). rata-rata tiap tahun.
Untuk menghasilkan pendugaan-pen- g. Tingkat teknologi kopi domestik di-
dugaan yang lebih mempunyai arti eko- hitung berdasarkan tingkat produksi
nomi maka persamaan yang hendak di uji kopi per hektar (ton/ha).
dijadikan dalam bentuk persamaan double h. Pendapatan per kapita penduduk
logaritma (double log). Karena koefisien diukur berdasarkan GNP dibagi
regresinya dapat langsung me-nunjukkan dengan jumlah penduduk dengan
elastisitasnya. satuan rupiah.
Pengukuran Variabel
Adapun variabel-variabel yang di- HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis dalam penelitian ini diukur ber-
dasarkan ketentuan-ketentuan sebagai Analisis Faktor-faktor Yang Ber-
berikut : pengaruh Terhadap Ekspor Kopi
a. Penawaran kopi adalah jumlah kopi Indonesia
asalan yang ditawarkan yang dihitung
berdasarkan total produksi pada tahun Analisis faktor-faktor yang ber-
tertentu (ton). pengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia
b. Permintaan kopi adalah jumlah per- menggunakan analisa 2SLS (two stage
mintaan kopi asalan di pasaran do- least square). Metode 2SLS ini khusus
mestik yang di hitung berdasarkan diran-cang untuk kasus over identified
jumlah penawaran pada tahun tersebut dari suatu persamaan simultan yaitu
dikurangi dengan ekspor kopi asalan meliputi dua penerapan OLS secara
dan dinyatakan dalam satuan ton. berturut-turut.
c. Harga kopi asalan domestik adalah Hasil pendugaan fungsi ekspor kopi
harga kopi asalan yang dihitung ber- Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
dasarkan harga yang berlaku di pasar Untuk mengetahui apakah model
dalam negeri Indonesia (Rp/kg). fungsi ekspor kopi Indonesia dapat digu-
d. Harga kopi asalan di pasaran inter nakan atau tidak, digunakan Uji F. Dari
nasioanal adalah harga kopi yang di- hasil analisis nilai F hitung 9,85 sementara
hitung berdasarkan harga ekspor yang nilai F tabel (0,01) adalah 4,63. Nilai F
merupakan harga f.o.b dengan satuan hitung lebih besar dari F tabel artinya
$US/Kg. model double logaritma yang digumakan
e. Ekspor kopi Indonesia dalam untuk menganalisis faktor-faktor yang
penelitian ini diukur berdasarkan berpengaruh terhadap kuantitas ekspor
jumlah ekspor setiap akhir tahun dan kopi Indonesia dapat diterima.

Tabel 1. Hasil Analisis 2SLS Pendugaan Fungsi Ekspor Kopi Indonesia.

Variabel Koefisien regresi t hitung



(log Pdt ) Harga kopi dalam negeri 1,9246 *** 2,7086
(log Pst) Harga teh 0,9450 ** 2,2318
(log Ptt) Harga ekspor kopi Indonesia -2,0398 *** -2,8512
(log TT) Tingkat teknologi -0,7108 -1,1250
(log INT) Tingkat pendapatan -1,1375 ** -2,5492

195
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199

(log NT) Nilai tukar 1,0246 * 1,9509


(log Qdt1) Permintaan kopi tahun t-1 0,2692 1,5241
(log Qst1) Penawaran kopi tahun t-1 1,6038 * 1,9644
(log Ext1) Ekspor kopi tahun t-1 -0,2325 -0,4974
C Konstanta/intersep -1,5496
Keterangan: R2 = 0,8808; F Statistik = 9,8495; Durbin-watson = 2.1935; N (Jumlah observasi)
= 22; ***: Koefisien nyata pada tingkat kepercayaan 0,01; ** : Koefisien nyata pada
tingkat kepercayaan 0,05; * : Koefisien nyata pada tingkat kepercayaan 0,10.

Nilai R2 (koefisien determinasi) mempengaruhi jumlah kopi yang di


sebesar 0,88 hal ini menunjukkan bahwa ekspor. Nilai negatif dari koefisien regresi
kuantitas ekspor kopi Indonesia 84% di- tersebut tidak sejalan dengan teori yang
pengaruhi oleh variabel-variabel yang ada dikemukakan oleh Kindleberger (1982)
dalam model, sedangkan 12% dipengaruhi yaitu bahwa kuantitas barang yang
oleh variabel-variabel yang ada di luar diekspor mempunyai hu-bungan yang
model. positif dengan harga ekspor (FOB), yang
Apabila dilihat dari uji parsial dari artinya semakin tinggi harga ekspor
masing-masing variabel yang dipandang semakin tinggi ekspor suatu komoditi.
sebagai petunjuk tinggi rendahnya Penyimpangan tersebut disebab-kan
proporsi pengaruh dari masing-masing karena :
variabel bebas terhadap variabel tak (a) Harga kopi di pasar internasional
bebasnya. Ada 2 variabel yang tinggi terjadi karena jumlah
pengaruhnya sangat nyata pada tingkat penawarannya berkurang, akibat adanya
kepercayaan 0,01 yaitu harga kopi dalam kegagalan panen di negara Brasil yang
negeri dan harga kopi inter nasional merupakan pemasok kopi terbesar di pasar
(FOB). Kemudian ada variabel yang dunia (28% dari total ekspor kopi dunia).
pengaruhnya nyata pada tingkat Indonesia tidak dapat mengganti posisi
kepercayaan 0,05 yaitu harga teh, tingkat Brasil dipasar dunia (walaupun Indonesia
pendapatan dan variabel yang merupakan negara produsen terbesar
pengaruhnya nyata pada tingkat ketiga setelah Brasil dan Columbia) pada
kepercayaan sebesar 0,10 yaitu nilai tukar saat negara tersebut mengalami kegagalan
dan penawaran kopi pada tahun t-1. panen dikarenakan kualitas kopi Indonesia
Faktor-faktor yang berpengaruh ter- yang masih rendah belum dapat
hadap ekspor kopi Indonesia secara parsial menyamai kualitas kopi dari negara Brasil
dapat dijelaskan sebagai berikut : yang terkenal dengan kopi berkualitas
(1) Harga ekspor kopi Indonesia tinggi yang sangat diminati konsumen luar
(FOB) sangat berpengaruh nyata terhadap negeri. Komposisi mutu ekspor kopi
kuantitas ekspor kopi Indonesia dengan Indonesia dapat dilihat pada tabel 2. Tabel
koefisien fungsi yang negatif sebesar tersebut memperlihatkan bahwa sebagian
-2,0398 artinya apabila ada kenaikan besar (± 70%) mutu kopi ekspor
harga ekspor kopi sebesar 1% maka Indonesia adalah mutu sedang, tetapi lebih
jumlah ekspor akan turun sebesar 2%. dari 90% (dari total mutu sedang) adalah
Hal tersebut menunjukkan bahwa ekspor berupa mutu IV. Sehingga dengan
kopi Indonesia sangat peka terhadap demikian dapat dikatakahan bahwa kopi
rangsangan harga artinya apabila ada yang di ekspor dari Indonesia sebagian
goncangan harga maka akan sangat besar bermutu rendah.

Tabel 2. Komposisi mutu kopi ekspor Indonesia

196
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199

Periode Tinggi Sedang Rendah


I dan II (%) III dan IV (%) V dan VI (%)

1984/1985 - 1985/1986 5,56 63,57 30,87


1986/1987 - 1987/1988 6,84 73,70 19,46
1988/1989 - 1989/1990 7,20 71,63 21,17
1990/1991 - 1991/1992 9,28 72,18 18,54
1992/1993 - 1993/1994 11,33 72,05 16,62
1994/1995 - 1995/1996 11,51 74,16 14,33
1996/1997 - 1997/1998 12,53 74,25 13,22
Sumber : AEKI, 1998

Mutu kopi Indonesia yang rendah negeri hanya menyerap 25% dari total
tersebut menyebabkan posisi Indonesia di produksi kopi nasional dan konsumsi kopi
pasar kopi dunia menjadi lemah, sehingga perkapita pertahunnya hanya sekitar 0,3
pada saat harga kopi di pasar kg.
internasional tinggi, Indonesia tidak dapat (3) Pendapatan masyarakat berpe-
meningkatkan volume ekspornya karena ngaruh yang nyata terhadap kuantitas
kualitas kopi Indonesia yang rendah dan ekspor kopi Indonesia dan mempunyai
tidak memenuhi standard kualitas yang koefisien fungsi yang negatif hal tersebut
diinginkan konsu-men luar negeri seperti dapat dijelaskan meningkatnya tingkat
halnya negara Brasil. pendapatan konsumen Indonesia akan
(b) Pasar kopi dunia didominasi oleh meningkatkan permintaan terhadap kopi
kopi jenis Arabika (± 75% dimana di pasaran dalam negeri, sehingga ekspor
sebagian besar di pasok oleh negara kopi cenderung untuk menurun. Hal
Brasil, padahal ekspor kopi Indonesia 90 tersebut ditunjang dengan hasil analisis
% adalah jenis Robusta. Kopi Robusta pada fungsi permintaan, dimana
dibeli oleh konsumen luar negeri (Roaster pendapatan masya-rakat Indonesia
= penolah kopi) hanya sebagai campuran mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
(blending). Sehingga pada saat harga kopi permintaan kopi dalam negeri dan
tinggi yang disebabkan oleh kegagalan bertanda positif dengan nilai elastisitas
panen di negara Brasil (pasokan kopi sebesar 0,589 artinya apabila pendapatan
Arabika di pasar dunia menjadi masyarakat naik dengan 1% maka per-
berkurang) menyebabkan permintaan mintaan terhadap kopi dalam negeri akan
terhadap kopi Robusta menjadi berkurang. bertambah sebesar 0,6%. Dengan kenya-
Hal ini berdampak pada ekspor kopi taan ini maka akan mengakibatkan jumlah
Indonesia yang didominasi oleh kopi yang diekspor menjadi berkurang.
Robusta menjadi berkurang). (4) Harga teh (sebagai komoditi
(2) Harga kopi dalam negeri ber- subsitusi kopi) menunjukkan pengaruh
pengaruh nyata terhadap ekspor Indonesia yang nyata terhadap kuantitas ekspor kopi
dan mempunyai hubungan yang positif, Indonesia. Pengaruh harga teh ini di-
dengan nilai elastisitas sebesar 1, 9246 tunjukkan oleh koefisien fungsi yang
artinya apabila harga kopi dalam negeri positif, hal ini berarti bahwa komoditi teh
naik sebesar 1% maka jumlah kopi yang bersifat substitusi terhadap komoditi kopi
diekspor akan bertambah 1,93%. Tetap yaitu peningkatan harga komoditi teh
dilakukannya aktivitas ekspor pada saat menyebabkan konsumen beralih lebih
harga dalam negeri meningkat banyak mengkonsumsi kopi. Dengan nilai
menandakan bahwa komoditi kopi lebih elastisitas 0,9450 mengandung arti bahwa
menguntungkan untuk di ekspor daripada apabila harga teh naik dengan 1% maka
di jual di dalam negeri hal ini disebabkan jumlah ekspor kopi akan bertambah
permintaan kopi dalam negeri yang amsih sebesar 0,95%.
cukup rendah. Permintaan kopi dalam (5) Nilai tukar mempunyai pengaruh

197
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199

yang nyata terhadap kuantitas ekspor kopi dengan 1 % maka ekspor kopi menurun
Indonesia dan mempunyai koefisien sebesar 0,7108% atau dengan kata lain
fungsi yang positif, hal ini berarti apabila semakin rendah tingkat teknologi semakin
nilai tukar rupiah terhadap dollar tinggi jumlah kopi yang diekspor. Ini
melemah maka jumlah ekspor akan dapat pula diartikan bahwa peningkatan
meningkat, hal ini cukup rasional karena ekspor kopi selama ini ditunjang oleh
setiap unit dollar yang diperoleh dari tingkat teknologi yang rendah yang berarti
kegiatan ekspor akan memperoleh rupiah pula bahwa perluasan areal tanam kopi
yang lebih banyak harga di luar negeri selama ini tidak diikuti sistem budidaya
menjadi lebih murah sehingga kopi dan pena-nganan pasca panen yang
menyebabkan jumlah yang diekspor juga baik sehingga berakibat pada kualitas kopi
meningkat. yang diekspor juga rendah, hal ini juga
(6) Penawaran kopi tahun t-1 mem- dirasakan oleh para eksportir karena kopi
punyai pengaruh yang nyata terhadap yang dibeli dari petani kualitasnya rendah,
kuantitas ekspor kopi Indonesia dan koefi- sehingga eks-portir jika ingin
sien fungsi mempunyai nilai yang positif mendapatkan kualitas kopi baik harus
berarti bahwa apabila penawaran kopi mengadakan sortasi lagi tetapi dengan
tahun t-1 meningkat maka jumlah ekspor resiko banyak kopi yang dibuang karena
pada tahun t meningkat. Hal ini sejalan tidak memenuhi kualitas yang diinginkan.
dengan upaya pemerintah yang terus me- (9) Ekspor kopi Indonesia tahun ke t-
macu laju pertumbuhan ekspor untuk 1 mempunyai pengaruh positif terhadap
meningkatkan devisa yang diperoleh de- ekspor kopi pada tahu ke t walaupun
ngan jalan meningkatkan produksi kopi pengaruh tersebut tidak nyata, hal ini
dalam negeri, dengan demikian apabila berarti bahwa harga yang diharapkan tidak
produksi pada tahun t-1 meningkat maka sesuai dengan yang terjadi. Dengan
pada tahun ke t cenderung untuk me- demikian dapat disimpulkan bahwa ekspor
ningkatkan ekspornya. kopi Indonesia selama ini meskipun
(7) Permintaan kopi pada tahun t-1 dengan harga yang tidak sesuai dengan
tidak mempunyai pengaruh yang nyata harapan, namun karena produksi yang
terhadap kuantitas ekspor kopi Indonesia tinggi dari kopi Indonesia menyebabkan
hal ini berarti bahwa besar kecilnya tetap diekspor.
permintaan didalam negeri pada tahun t-1
tidak ada pengaruhnya terhadap jumlah Analisis Faktor-faktor yang Ber-
ekspor kopi Indonesia pada tahun ke t. pengaruh Terhadap Penawaran
(8) Tingkat teknologi tidak berpe- Kopi Dalam Negeri
ngaruh nyata terhadap kuantitas ekspor Penawaran kopi dalam negeri meru-
kopi Indonesia dan mempunyai koefisien pakan produksi total kopi Indonesia yang
fungsi yang negatif dengan nilai elastisitas berbentuk asalan dalam tahun tertentu.
sebesar 0,7108 yang artinya bahwa Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
apabila tingkat produktivitas kopi naik penawaran kopi Indonesia dalam negeri
dilihat dari hasil regresi pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis 2SLS Pendugaan Fungsi Penawaran Kopi Indonesia di Pasar
Dalam Negeri.

Variabel Koefisien regresi t hitung


(log Pdt) harga kopi dipasar dalam negeri 0,039 * 1.668
(log Pst) harga teh 0,076 1,074
(log Tt) tingkat teknologi 0,508 *** 3.289
(log Qst-1) penawaran kopi Indonesia tahun t-1 0,932 *** 26.161
intersep -1,1906

198
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199

Keterangan : R2 = 0,979; F Statistik = 206.1945; *** : nyata pada α = 0,01; *: nyata pada α =
0,15; n (jumlah contoh) = 22.

Berdasarkan hasil analisis 2 SLS variabel bebas yang berpengruh nyata


untuk menduga model fungsi penawaran pada tingkat kepercayaan 0,10 dan 0,15
kopi di pasaran dalam negeri dapat yaitu variabel harga teh sebagai komoditi
diterima sebagai model yang baik, dalam subtitusi. Sedangkan dua variabel bebas
hal ini perolehan F ratio 206,195 > F tabel yang berpengaruh tidak nyata pada tingkat
(0,01) = 4,89. Koefisien determinasi yang kepercaayaan 0,01 adalah tingkat
diperoleh sebesar 0,979 berarti bahwa teknologi dan penawaran kopi tahun
98% variabel penawaran kopi Indonesia sebelumnya. Harga kopi dalam negeri
dipasar dalam negeri dapat dijelaskan oleh berpengaruh nyata pada tingkat
variabel bebas yang ada dalam model kepercayaan 0,15.
sisanya 2% dapat dijelaskan oleh variabel- Berdasarkan koefisien fungsi pena-
variabel lain yang tidak dimasukkan waran kopi Indonesia pada tahun t-1
dalam model. dalam jangka pendek dapat ditentukan
Apabila dilihat secara dari uji partial koefisien elastisitas jangka panjang seperti
dari masing-masing variabel ada satu pada Tabel 4.

Tabel 4. Elastisitas penawaran Jangka pendek dan Jangka panjang

Variabel Koefisien Jangka Koefisien


Pendek Jangka.Panjang
(log Pdt) Harga Kopi dalam negeri 0,039 0,5735
(log Pst) Harga Teh 0,076 1,1177
(log Tt) Tingkat Tehnologi 0,508 7,4706
(log Qst-1) Penawaran biji Kopi
Indonesia tahun t-1 0,932 13,7508

Elastisitas harga dalam jangka intensifikasi. Hal ini juga ditunjukkan


panjang untuk penawaran kopi Indonesia dengan laju perkembangan produksi se-
ternyata lebih besar dari pada elastisitas besar 2,5% yang lebih besar dari laju
jangka pendek. perkembangan luas areal yang hanya 1,4
Faktor-faktor yang berpengaruh %. Keadaan ini menunjukkan perlu
terhadap penawaran biji kopi didalam adanya inovasi dan penerapan teknologi
pasar dalam negeri dapat dijelaskan yang tepat terutama pada perkebunan
sebagai berikut : rakyat yang selama ini pengelolaannya
(1) Tingkat teknologi merupakan kurang intensif.
faktor yang sangat berpengaruh terhadap (2) Penawaran kopi tahun
kuantitas penawaaran atau produksi kopi sebelumnya (t-1) merupakan faktor yang
Indonesia. Dengan nilai elastisitas 0,5082 berpengaruh positif terhadap penawaran
dapat diartikan bahwa bila terjadi pening- kopi Indonesia tahun ke-t. Dengan nilai
katan produktifitas sebesar 1% akan kofisisen regresi sebesar 0,9318 diartikan
menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah bahwa setiap kenaikan penawaran kopi
penawaran sebesar 0,5082 %. Hasil ter- tahun sebelumnya sebesar 1 % maka akan
sebut mendukung langkah kebijaksanaan terjadi kenaikan penawaran kopi pada
pemerintah dalam hal pengembangan kopi tahun ke-t sebesar 0,9318%. Hal ini dapat
dalam negeri dengan tidak memperluas pula berarti bahwa petani kopi Indonesia
areal tanam melainkan dengan program kurang respon terhadap perubahan-

199
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199

perubahan yang terjadi. Misalkan apabila (4) Harga teh tidak berpengaruh
terjadi perubahan harga maka petani tidak nyata terhadap penawaran kopi domestik
dapat langsung merespon dengan cepat, dan mempunyai koefisien fungsi yang
sehingga produksi yang dihasilkan tidak positif hal ini menunjukkan bahwa tinggi
sesuai dengan yang diharapkan.. rendahnya harga teh tidak mempengaruhi
(3) Harga kopi dalam negeri. Dari produsen untuk beralih memproduksi
hasil analisis menunjukkan harga kopi kopi.
dalam negeri berpengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 0,15. Sedangkan nilai koefi- Analisis Faktor-faktor yang Ber-
sien elastisitas dari harga kopi bernilai pengaruh Terhadap Permintaan
positif sebesar 0,039 yang dapat diartikan Kopi Dalam Negeri
bahwa terjadinya peruabahan harga kopi
sebesar satu persen akan menyebabkan Permintaan kopi dalam negeri
kenaikan jumlah penawaran kopi sebesar dihitung berdasarkan selisih antara jumlah
0,039%. Keadaan ini sesuai dengan teori pena-waran kopi dalam negeri dengan
yaitu semakin tinggi harga suatu komoditi jumlah ekspor kopi Indonesia. Dari hasil
maka semakin tinggi pula penawarannya. analisis fungsi permintaan diperoleh hasil
seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis 2 SLS Pendugaan Fungsi Permintaan Kopi Dalam Negeri

Variabel Koefisien regresi t hitung


(log P) harga kopi dalam negeri -0,073 0,673
(log Pst) harga teh 0,944 0,246
(log it) pendapatan masyarakat 0,589** 2,059
(log Qdt1) permintaan kopi tahun t-1 0,331* 1,399
Keterangan: R2 = 0,5089; F Statistik = 4.404; d = 1.77; n = 22; **: koefisien nyata pada
α = 0,05; * : koefisien nyata pada α = 0,20.

Berdasarkan hasil analisis 2SLS dalam model, sisanya 49,11% dapat


tersebut diatas untuk menduga model dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
fungsi permintaan kopi dalam negeri dimasukkan dalam model. Sedangkan uji t
secara statistik dapat diterima sebagai dilakukan pada masing-masing koefisien
peramalan dalam hal ini fungsi regresi menunjukkan bahwa variabel
permintaan kopi dengan F ratio 4,4 > F harga kopi dan harga teh tidak
tabel (0,05) = 2.26 sehingga dengan berpengaruh nyata sedangkan va-riabel
demikian secara berganda seluruh variabel pendapatan masyarakat berpengaruh nyata
yang dianalisa ber-pengaruh nyata pada taraf 0,05 dan permintaan kopi tahun
terhadap kuantitas per-mintaan kopi sebelumnya (t-1) berpengaruh nyata pada
dalam negeri, sedang koefisien taraf 0,20.
determinasi yang diperoleh sebesar 0,5089 Berdasarkan elastisitas permintaan
berarti 50,89% variabel permintaan kopi kopi dalam negeri pada tahun sebelumnya
dalam negeri dapat dijelaskan oleh dapat ditentukan koefisien elastisitas
variabel-variabel bebas yang terdapat jangka panjang seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Koefisien Elastisitas Permintaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Variabel Koefisien jangka Koefisien jangka


pendek panjang
(log P) harga kopi dalam negeri 0,072 0,1076

200
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199

(log Pst) harga teh 0,944 1,4110

(log it) pendapatan masyarakat 0,589 0,880


(log Qdt1) permintaan kopi tahun t-1 0,331 0,4948

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa sedangkan nilai koefisien elastisitas harga
koefisien elastisitas jangka panjang selalu yang bernilai negatif menunjukkan bahwa
lebih besar dari koefisien elastisitas apabila terjadi kenaikan harga kopi
jangka pendek. sebesar 1% maka permintaan terhadap
Faktor-faktor yang berpengaruh ter- kopi menurun sebesar 0,073% dengan
hadap permintaan kopi dalam negeri demikian berarti bahwa konsumen dalam
secara parsial dapat dijelaskan sebagai negeri bertindak rasional.
berikut : (4) Harga teh tidak berpengaruh
(1) Pendapatan berpengaruh nyata nyata terhadap kuantitas permintaan kopi
terhadap kuantitas permintaan kopi dalam dalam negeri dengan koefisien harga kopi
negeri. Koefisien fungsi (elastisitas) dari ter-hadap permintaan kopi positif. Hal ini
pendapatan terhadap permintaan kopi da- menunjukkan bahwa teh merupakan
lam negeri menunjukkan bahwa makin komo-diti substitusi terhadap permintaan
tinggi pendapatan konsumen semakin kopi dalam negeri dan harga teh tidak
tinggi permintaannya. Elastisitas penda- mempe-ngaruhi konsumen dalam meng-
patan terhadap permintaan kopi dalam konsumsi kopi. Sehingga dapat
negeri adalah sebesar 0,589. Hal ini disimpulkan bahwa di pasaran dalam
berarti bahwa apabila pendapatan negeri teh dan kopi merupakan komoditi
masyarakat naik sebesar 1% maka yang independen.
permintaan terhadap kopi dalam negeri
meningkat sebesar 0,59% dalam jangka
pendek sedangkan dalam jangka panjang KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
meningkat sebesar 0,88%.
(2) Permintaan kopi tahun sebelum Kesimpulan
nya (t-1) berpengaruh nyata pada taraf
0,20 terhadap kuantitas permintaan kopi Berdasarkan hasil penelitian maka
dalam negeri pada tahun ke t. Hal ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai
menunjuk-kan bahwa permintaan kopi berikut :
dalam negeri terpengaruh oleh perubahan- 1. Faktor-faktor yang berpengaruh
perubahan permintaan kopi tahun terhadap kuantitas ekspor kopi Indonesia
sebelumnya. De-ngan keadaan ini berarti adalah harga ekspor kopi (harga FOB),
tingkat penye-suaian pengguna kopi harga kopi dalam negeri nilai tukar rupiah
dalam negeri dalam mengkonsumsi kopi terhadap dollar Amerika dan penawaran
cukup tinggi sehingga pengguna kopi kopi tahun t-1. Harga ekspor kopi
telah bertindak rasional sesuai dengan berhubungan negatif dengan kuantitas
yang diharapkan. ekspor kopi Indonesia dengan elastisitas
(3) Harga kopi tidak berpengaruh penawaran ekspor terhadap harga ekspor
nyata terhadap kuantitas permintaan kopi sebesar 2,04, ini berarti bahwa pada saat
dalam negeri dengan koefisien fungsi harga ekspor meningkat kuantitas ekspor
harga kopi terhadap permintaan kopi yang kopi Indonesia menurun. Keadaan ini
negatif. Harga dalam negeri tidak disebabkan karena mutu kopi Indonesia
mempe-ngaruhi konsumen untuk membeli yang masih rendah sehingga tidak
kopi hal ini disebabkan karena produksi memenuhi kualitas yang diminta
kopi di Indonesia ditujukan untuk ekspor konsumen luar negeri. Harga kopi dalam
dan konsumsi dalam negeri masih rendah, negeri berhubungan positif dengan

201
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199

kuantitas ekspor kopi Indonesia, tetap kesinam-bungan produksi perlu


dilakukannya aktivitas ekspor pada saat dijaga agar kegiatan ekspor kopi
harga kopi dalam negeri meningkat terus ber-langsung,
disebabkan karena permintaan kopi dalam 4. Karena teknologi berpengaruh positif
negeri yang masih sangat rendah. Faktor- terhadap penawaran kopi dalam ne-
faktor lain yang berpengaruh positif geri, maka perlu ketersediaan
terhadap kuantitas ekspor kopi adalah perang-kat teknologi yang terjangkau
nilai tukar rupiah dan penawaran kopi petani produsen,
tahun t-1. 5. Karena semakin tinggi pendapatan
2. Faktor-faktor yang berpengaruh masyarakat semakin tinggi pula per-
terhadap penawaran kopi dalam negeri mintaan kopi dalam negeri, maka
adalah harga kopi dalam negeri, tingkat promosi terhadap segmen pasar yang
teknologi dan penawaran kopi tahun t-1. berpendapatan tinggi perlu digiatkan.
Harga kopi dalam negeri berhubungan
positif terhadap penawaran kopi dalam DAFTAR PUSTAKA
negeri dengan elastisitas penawaran
sebesar 0,04, ini berarti bahwa petani kopi Anonymous, 1997. Statistik Indonesia.
Indonesia kurang merespon secara baik Biro Pusat Statistik. Jakarta
terjadinya perubahan harga, hal ini di- __________, 1997. Statistik Kopi 1994/
dukung dengan besarnya koefisien penye- 1997. Asosiasi Eksportir Kopi
suaian yang cukup rendah yaitu sebesar Indonesia.
0,07. Tingkat teknologi berhubungan __________, 1998. Cofee Profile Indo-
positif dengan penawaran kopi dalam nesia. Internasional Coffee
negeri, ini berarti bahwa meningkatnya Organization.
produktivitas kopi menyebabkan pena- ___________, 1998. Kopi 1998. Inter-
waran kopi dalam negeri juga meningkat. nasional Contact Business System
3. Faktor yang berpengaruh ter- Inc. Jakarta.
hadap permintaan kopi dalam negeri Boediono. 1994. Ekonomi Mikro. Seri
adalah tingkat pendapatan masyarakat Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi.
dengan elastisitas permintaan kopi Gujarati, D. 1995. Basic Economics. Mc.
terhadap pendapatan sebesar 0,59. Graw-Hill. International Book
Company. Singapore.
Implikasi Ilyas M., 1991. Analisis Permintaan Kopi
Berdasarkan hasil penelitian dapat Indonesia di Luar Negeri. Disertasi.
memberikan implikasi sebagai berikut : Fakultas Ekonomi, Universitas
1. Karena harga ekspor kopi berpe- Gajah mada, Yogyakarta.
ngaruh negatif terhadap kuantitas De Graaff, J. 1986. The Economic of
ekspor maka perlu upaya-upaya Cofee. Economic of Crops in
untuk meningkatkan kualitas kopi Developing Countries No.1. Pudoc
Indonesia agar dapat bersaing Wageningen. Netherlandes.
dengan mutu kopi dari negara lain di Kindleberger, C. P. and Lindert. D. H.
pasar internasional, 1982. International Economic.
2. Melemahnya nilai tukar rupiah ter- Richard D. Irwin. California.
hadap dollar mengakibatkan Koutsoyiannis, 1982. Modern Micro-
kuantitas ekspor kopi meningkat, economic, The Mac Millan Press
oleh karena itu kebijakan LTD. London.
peningkatan ekspor adalah meru-
pakan kebijakan yang tepat sehingga Masyrofie. 1990. Pemasaran Hasil Perta-
perlu dilanjutkan, nian. Universitas Brawijaya.
Malang.
3. Penawaran kopi pada tahun t-1 ber- Michael W. 1995. Coffee to 2000 a
pengaruh positif terhadap kuantitas Market Untamed. The Economist
ekspor kopi, oleh karena itu

202
WACANA Vol. 12 No.1 Januari 2009 ISSN. 1411-
0199

Intel-ligence Unit. United Indonesia. Kanisius. Jakarta.


Kingdom. Sri Hastutiningtyas, 1998. Indonesia
Nopirin. 1990. Ekonomi Internasional. Coffee : Its Prospect in the coming
Edisi Ke dua. BPFE. Yogyakarta. years. Economics Review. BNI ‘46
Pindick. R. L and D.L. Rubenfeld. 1981. Vol.186 P. 19-25.
Econometric Models and Syafrial. 1986. Analisis Perdagangan Kopi
Economic Fore Casting. Mc. Graw- Indonesia di Pasaran Kopi Inter-
Hill Book Company. Second nasional. Universitas Brawijaya
Edition. Malang.
Saragih B., 1997. Tantangan dan Strategi Syafril Hadis, 1996. Ekonomi Inter-
Pengembangan Agribisnis Indo- nasional. PT. Raja Grafindo
nesia. Jurnal Agribisnis I. Hal 16- Persada. Jakarta.
20. Tomek, W.G. and K.I. Robinson, 1972.
Spillane, J. J., 1990. Komoditi Kopi Pe- Agricultural Product Price. Cornell
ranannya Dalam Perekonomian University London.

203

You might also like