You are on page 1of 7

Al-Hasan Al-Bashri

"Bagaimana mungkin suatu kaum bisa tersesat kalau di antara mereka ada al-Hasan
al-Bashri?!" (Maslamah bin Abdul Malik)

Datanglah seorang pembawa khabar gembira untuk menyampaikan berita gembira


kepada istri Nabi Ummu Salamah, bahwa budak perempuannya "Khairah" telah
melahirkan anak laki-laki.

Maka berbunga-bungalah hati Ibu kaum mu'minin RA, dan kegembiraan itu telah
membuat wajahnya yang cakap dan wibawa bersinar-sinar.
Beliau segera mengutus utusan supaya ibu dan anaknya dibawa kepadanya untuk
mengisi waktu nifas di rumahnya.

Waktu itu Khairah sangat dimuliakan dan dicintai oleh Ummu Salamah. Beliau ingin
segera melihat anak yang baru lahir. Tidak lama kemudian datanglah Khairah dengan
menggendong anaknya.

Ketika kedua mata Ummu Salamah melihat anak bayi ini, hatinya merasa sayang dan
lega. Anak kecil yang baru lahir sangat tampan dan ganteng, jauh pandangannya,
sempurna ciptaannya, menyenangkan orang yang melihatnya dan memikat orang
yang memandangnya.

Kemudian Ummu Salamah mengarahkan pandangannya ke arah budak


perempuannya dan berkata, "Apakah kamu telah memberinya nama, wahai
Khairah?"
Khairah menjawab, "Belum wahai Ibu. Masalah nama saya serahkan kepada engkau,
supaya engkau memilih nama yang engkau sukai."
Lalu Ummu Sa0lamah berkata, "Kami memberinya nama dengan memohon barakah
dari Allah 'al-Hasan.'"
Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berdo'a memohon kebaikan.

Kegembiraan dengan lahirnya Al-Hasan bukan hanya sebatas di rumah Ummul


mu'minin Ummu Salamah RA saja, akan tetapi juga sampai ke rumah yang lain di
Madinah. Yaitu rumah seorang sahabat besar Zaid bin Tsabit, juru tulis wahyu
Rasulullah SAW.
Kaitannya, karena "Yasar" ayah anak bayi ini adalah budaknya juga dan termasuk
orang yang paling dia hormati dan dia cintai.

Al-Hasan bin Yasar yang kemudian dipanggil dengan Al-Hasan Al-Bashri berkembang
besar di salah satu rumah Rasulullah SAW. Dia terdidik di pangkuan salah seorang
istri Nabi SAW, yaitu Hindun binti Suhail yang dikenal dengan Ummu Salamah.

Bila anda ingin tahu, ketahuilah bahwa Ummu Salamah adalah perempuan arab yang
paling sempurna akal dan keutamaannya serta paling keras kemauannya.
Selain itu, beliau juga termasuk istri Rasul yang paling luas ilmunya dan banyak
meriwayatkan hadits darinya.

Beliau meriwayatkan dari Nabi SAW sekitar tiga ratus delapan puluh tujuh hadits.
Hal lainnya, beliau termasuk wanita yang jarang ditemukan yang dapat menulis pada
zaman jahiliyah.
Hubungan anak bayi ini dengan Ummul mu'minin bukan hanya sampai di sini. Akan
tetapi memanjang lebih jauh dari itu. Khairah ibu al-Hasan waktu itu banyak keluar
rumah dalam rangka mengerjakan kebutuhan Ummul mu'minin, dan anak yang
masih menetek ini pernah menangis karena lapar dan tangisnya semakin keras,
maka Ummu Salamah mengambilnya dan memangkunya dan menyuapinya dengan
tetek (mengempeng), supaya anak itu bersabar dan sibuk dengannya sambil
menunggu ibunya.

Saking cintanya Ummul mu'minin kepadanya, teteknya malah mengeluarkan air susu
dan mengalir ke mulutnya, maka anak itu menetek dan diam karenanya.
Maka dengan demikian Ummu Salamah menjadi ibu bagi Al-Hasan dari dua arah;
beliau adalah Ibunya karena dia termasuk orang yang beriman (Ummul Mu'minin).
Dan beliau adalah Ibunya karena menyusui juga.

Hubungan Ummahat mu'minin yang akrab dan rumah-rumah mereka yang berdekat-
dekatan membuat anak kecil yang bahagia ini dengan bebas dapat berpindah dariu
satu rumah ke rumah yang lain.

Dia berakhlak dengan akhlak semua para pendidiknya. Mendapatkan petunjuk dari
petunjuk yang mereka semua berikan.

Sebagaimana dia mengisahkan tentang dirinya, bahwa dia memenuhi rumah-rumah


ini dengan gerakannya yang lincah dan permainannya yang gesit, sehingga dia dapat
menyentuh atap rumah-rumah Ummahat mu'minin dengan kedua tangannya sambil
melompat.

Al-Hasan terus bermain di udara yang harum dengan wewangian kenabian yang
kemilau dengan sinarnya ini. Dia meneguk dari mata air tawar yang memenuhi
rumah-rumah Ummahat mu'minin itu dan berguru kepada pembesar-pembesar
sahabat di masjid Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam.

Dia meriwayatkan dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa al-Asy'ari,
Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah dan selain
mereka.

Akan tetapi dia banyak bergant meneladani Amirul mu'minin Ali bin Abi Thalib RA.
Dia meneladaninya dalam kesalihan agama, kebagusan ibadahnya dan zuhudnya
dari dunia dan perhiasannya. Dia terpesona oleh bayannya yang bersinar, hikmahnya
yang mengesankan, perkataannya yang padat dan nasehatnya yang menggetarkan
hati. Maka kemudian terbentuklah pada dirinya gambaran orang yang diteladaninya
itu dalam hal ketakwaan, ibadah, retorika dan kefasihan berbicara.

Ketika al-Hasan telah berumur empat belas tahun, dan memasuki usia remaja, dia
pindah bersama ayahnya ke Bashrah dan menetap di sana bersama keluarganya.
Dan dari sinilah kemudian kenapa di akhir namanya dicantumkan "al-Bashri", yaitu
nisbah kepada kota Bashrah sehingga dikenal banyak orang dengan sebutan Al-
Hasan Al-Bashri.

Waktu al-Hasan pindah ke sana, kota Bashrah merupakan benteng ilmu terbesar di
negeri Islam. Dan masjidnya yang agung penuh dengan pembesar-pembesar sahabat
dan tabi'in yang pindah ke sana. Kajian-kajian ilmu dengan aneka ragamnya
meramaikan ruangan masjid dan mushallanya.

Al-Hasan telah menetap di masjid dan mengikuti secara khusus pengajian yang
dipandu Abdullah bin Abbas, seorang 'Alim umat Muhammad. Darinya dia belajat
tafsir, hadits dan Qiraa`at kepadanya, plus fiqih, bahasa, sastra dan lain-lainnya baik
kepadanya ataupun kepada ulama selainnya.

Sehingga dia menjadi seorang 'alim yang sempurna, dan ahli fiqih yang tsiqah.
Maka orang-orang berdatangan kepadanya dan mengambil ilmunya yang demikian
matang.

Mereka berkerumun di sampingnya untuk mendengarkan nasehat-nasehatnya yang


dapat melunakkan hati yang keras dan menyucurkan air mata maksiat.
Mereka menghafal hikmahnya yang bak mencengkeram akal.

Mereka mencontoh sirahnya yang aromanya lebih harum daripada minyak kasturi.
Berita tentang al-Hasan al-Bashri telah menyebar di berbagai pelosok negeri, dan
namanya demikian agung di kalangan manusia.

Maka para Khalifah dan pejabat mulai bertanya tentangnya dan mengikuti beritanya.

Khalid bin Sufwan bercerita, dia berkata, "Aku telah bertemu dengan Maslamah bin
Abdul Malik di Hirah (Negeri tua di Irak, kurang lebih sejauh tiga mil dari Kufah
namun telah punah dan sekarang tidak ada lagi bekasnya), dia berkata kepadaku:
Khabarilah aku wahai Khalid tentang al-Hasan al-Bashri, karena aku kira anda
mengetahui sesuatu darinya, yang tidak diketahui oleh orang lain."
Maka aku berkata, "Mudah-mudahan Allah meluuruskan anda wahai tuan pimpinan.
Aku adalah orang yang paling baik yang menyampaikan beritanya kepadamu secara
yakin. Karena aku adalah tetangganya, teman duduk di majlisnya dan orang Bashrah
yang paling mengetahuinya."

Maka dia berkata, "Coba ceritakanlah apa yang anda miliki."


Lalu aku berkata,
"Sesungguhnya dia adalah seseorang yang rahasianya seperti dhahirnya dan
ucapannya seperti perbuatannya. Jika menyuruh yang ma'ruf, maka dia adalah orang
pertama yang melakukannya. Jika dia melarang kemungkaran, maka dia adalah
orang pertama yang meninggalkannya.
Sungguh, aku melihatnya sebagai orang yang menjaga diri dari pemberian orang,
zuhud dari apa yang dimiliki orang-orang.
Aku melihat orang-orang membutuhkannya dan meminta apa yang dia miliki."
Lalu Maslamah berkata, "Cukup wahai Khalid, cukup wahai Khalid!! Bagaimana
mungkin suatu kaum akan tersesat kalau di antara mereka ada orang seperti ini?!"

Ketika al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi menjabat gubernur di Irak dan, seorang yang
sangat kejam dan sombong.
Maka al-Hasan al-Bashri adalah termasuk orang langka yang berani menentang
kekejamannya tersebut. Beliau membeberkan keburukan perbuatan al-Hajjaj di
hadapan orang-orang dan berkata benar di depannya.

Di antara contohnya, al-Hajjaj membangun suatu bangunan di daerah Wasith untuk


kepentingan pribadinya, dan ketika bangunan tersebut rampung, al-Hajjaj mengajak
orang-orang agar keluar untuk bersenang-senang bersamanya dan mendo'akan
keberkahan untuknya.

Rupanya, al-Hasan tidak ingin kalau kesempatan berkumpulnya orang-orang ini lewat
begitu saja. Maka dia keluar menemui mereka untuk menasehati, mengingatkan,
mengajak zuhud dari gelimang harta dunia dan menganjurkan mereka supaya
mencari keridlaan Allah Azza wa Jalla.
Ketika al-Hasan telah sampai di tempat, dan melihat orang-orang berkumpul
mengelilingi istana yang megah, terbuat dari bahan-bahan yang mahal, dikelilingi
halaman yang luas dan sepanjang bangun dihiasi dengan pernik-pernik. Al-Hasan
berdiri di depan mereka dan berceramah banyak, di antara yang beliau ucapkan
adalah, "Kita telah melihat apa yang dibangun oleh manusia paling keji ini tidak
ubahnya seperti apa yang kita temukan pada masa Fir'aun yang telah membangun
bangunan yang besar dan tinggi, kemudian Allah membinasakan Fir'aun dan
menghancurkan apa yang dia bangun dan dia kokohkan itu.

Mudah-mudahan al-Hajjaj mengetahui bahwa penduduk langit telah mengutuknya


dan bahwa penduduk bumi telah menipunya."

Al-Hasan terus berbicara dengan gaya seperti ini, sehingga salah seorang yang hadir
merasa khawatir kalau al-Hajjaj akan menyiksanya. Karena itu, orang tadi berkata
kepadanya, "Cukup wahai Abu Sa'id! cukup.!"
Lalu Al-Hasan berkata kepadanya, "Allah telah berjanji kepada Ahli ilmu, bahwa Dia
akan menjelaskannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya."
Keesokan harinya, al-Hajjaj memasuki ruangannya dengan menahan amarah, lalu
berkata kepada orang-orangnya, "Celakalah kamu! Seorang hamba sahaya milik
penduduk Bashrah berdiri dan berkata tentang kita dengan seenaknya, kemudian
tidak seorangpun membalasnya atau mengingkarinya!!
Demi Allah, aku akan menyiramkan darahnya kepadamu wahai para pengecut!"
Lalu dia menyuruh supaya pedang dan lemek darah dihadirkan, lalu keduanya
dihadirkan. Selanjutnya, dia memanggil tukang pukul, lalu tukang pukul itu segera
berdiri di depannya.
Kemudian mengirim sebagian polisinya menemui al-Hasan dan menyuruh mereka
supaya membawanya-serta sekembalinya nanti."

Tidak lama kemudian datanglah al-Hasan, maka seluruh pandangan orang tertuju
padanya. Hati-hati mereka bergetar.

Ketika al-Hasan melihat pedang dan lemek darah, dia menggerakkan kedua bibirnya,
kemudian menghadap kepada al-Hajjaj dengan penuh 'izzah seorang mu'min,
kewibawaan Islam dan keteguhan seorang da'i yang menyeru kepada Allah."
Ketika al-Hajjaj melihatnya dengan kondisi seperti itu, dia menjadi sangat gentar, lalu
berkata kepadanya, "Kemari wahai Abu Sa'id! Kemarilah!", Kemudian terus
mempersilahkan jalan kepadanya jalan seraya berkata, Kemarilah!." Sementara
orang-orang menyaksikan hal itu dengan penuh rasa kaget dan aneh, hingga
akhirnya al-Hajjaj mempersilahkannya duduk di atas permadaninya.

Begitu al-Hasan telah duduk, al-Hajjaj menoleh ke arahnya, dan mulai menanyakan
berbagai permasalahan agama kepadanya. Sementara al-Hasan menjawab setiap
pertanyaan tersebut dengan mantap dan pasti. Penjelasan yang diberikannya
demikian memikat, bersumber dari ilmu yang mumpuni.
Lalu al-Hajjaj berkata kepadanya, "Engkau adalah tuannya para ulama' wahai Abu
Sa'id.!"

Kemudian dia meminta supaya dibawa ke hadapannya beberapa macam minyak


wangi, lalu meminyakinya ke jenggot al-Hasan. Setelah itu, dia berpisah dengannya.
Ketika al-Hasan telah keluar, pengawal al-Hajjaj mengikutinya dan berkata
kepadanya, "Wahai Abu Sa'id, sungguh, al-Hajjaj memanggil anda bukan untuk tujuan
seperti yang barusan dilakukannya terhadap anda. Aku melihat anda ketika
menghadap dan memandangi pedang dan lemek darah, seakan anda menggerakkan
kedua bibir anda, kiranya apa yang anda baca?"
Maka al-Hasan menjawab, "Aku telah membaca (artinya) 'Wahai Pembelaku ni'matku,
dan pelindungku pada saat aku dalam bahaya, jadikanlah siksanya dingin dan
keselamatan kepadaku, sebagaimana Engkau telah menjadikan api menjadi dingin
dan keselamatan kepada Ibrahim.'"

Sikap al-Hasan al-Bashri seperti ini seringkali terjadi dengan para penguasa dan
pejabat, dan dia keluar dari setiap kejadian tersebut dalam kondisi seorang yang
Agung di mata penguasa, besar hati dengan Allah serta terjaga di bawah naungan
perlidungan-Nya.

Contoh lainnya, setelah Khalifah yang zuhud, Umar binAbdul Aziz berpulang ke
rahmatullah dan kekuasaan berpindah ke tangan Yazid bin Abdul Malik, dia
menugaskan Umar bin Hubairah al-Fazari sebagai gubernur Irak.
Kemudian dia memberinya mandat yang lebih, di samping menjadikan kawasan
Khurasan di bawah kekuasaannya.

Cara Yazid memperlakukan rakyatnya tidak sama seperti yang pernah dilakukan
pendahulunya yang agung.

Dia sering mengirim surat kepada Umar bin Hubairah dan memerintahkannya supaya
melaksanakan apa yang ada di dalamnya, meskipun terkadang harus melanggar hak.

Untuk itu, Umar bin Hubairah mengundang dua orang, yaitu al-HAsan al-Bashri dan
Amir bin Syurahbil yang dikenal dengan sebutan "asy-Sya'bi." Dia berkata kepada
keduanya, "Sesungguhnya Amirul mu'minin, Yazid bin Abdul Malik telah ditunjuk Allah
sebagai khalifah atas hamba-hamba-Nya, dan mewajibkan manusia mentaatinya.

Dia telah menunjukku untuk mengurusi wilayah Irak sebagaimana yang anda lihat,
kemudian dia menambahi kekuasaanku hingga kawasan Persia.
Sedangkan dia terkadang mengirimkan surat kepadaku berisi perintah supaya aku
melaksanakan sesuatu yang membuatku ragu terhadap keadilannya.
Karena itu, apakah anda berdua dapat memberikan jalan keluar di dalam agama
seputar batas ketaatanku kepadanya di dalam melaksanakan perintahnya?"
Maka asy-Sya'bi menjawab dengan jawaban yang lunak terhadap Khalifah dan
memberikan toleransi kepada gubernur.

Sedangkan al-Hasan hanya terdiam. Lalu Umar bin Hubairah menoleh ke arahnya dan
berkata, "Apa pendapatmu, wahai Abu Sa'id?"
Maka Al-Hasan menjawab, "Wahai Ibn Hubairah, takutlah kepada Allah dalam
masalah Yazid dan janganlah kamu takut Yazid dalam masalah Allah. Dan ketahuilah
bahwa Allah Azza wa Jalla dapat melindungimu dari Yazid, sedangkan Yazid tidak
dapat melindungimu dari Allah.

Wahai Ibn Hubairah, sesungguhnya dikhawatirkan akan datang padamu malaikat


yang kasar lagi keras, yang tidak pernah durhaka terhadap Allah dalam apa yang Dia
perintahkan kepadanya, lalu malaikat itu menurunkanmu dari kursimu ini dan
memindahkanmu dari istanamu yang luas ke kuburanmu yang sempit.
Bilamana di sana sudah tidak ada Yazid, maka yang ada hanya amalmu yang kamu
gunakan untuk menyalahi perintah Tuhannya Yazid.
Wahai Ibn Hubairah, sesungguhnya jika kamu bersama Allah Ta'ala dan mentaati-
Nya, maka Allah akan menghindarkanmu dari siksa Yazid bin Abdul Malik di dunia dan
akhirat.

Dan jika kamu bersama Yazid dalam bermaksiat kepada Allah Ta'ala, maka
sesungguhnya Allah akan menyerahkan kamu kepada Yazid.
Dan ketahuilah wahai Ibn Hubairah, bahwasanya tidak ada ketaatan kepada makhluk
manapun dalam bermaksiat kepada Allah Azza wa Jalla."

Mendengar ucapan al-Hasan tersebut, menangislah Umar bin Hubairah hingga air
matanya membasahi jenggotnya. Dia berpaling dari pendapat asy-Sya'bi kepada
pendapat al-Hasan dan dia sangat mengagungkan serta menghormatinya.
Ketika keduanya telah keluar darinya, keduanya sama-sama menuju ke masjid.
Lalu orang-orang mengerumuninya dan menanyakan tentang apa yang dibicarakan
keduanya dengan gubernur Irak.

Maka asy-Sya'bi menoleh kepada mereka seraya berujar,


"Wahai manusia! Barangsiapa di antara kamu semua ingin mementingkan Allah Azza
wa Jalla di atas kepentingan makhluk-Nya dari segala tempat, maka hendaklah dia
melakukan hal itu.
Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, apa yang dikatakan al-Hasan kepada
Umar bin Hubairah adalah perkataan yang keluar lantaran kejahilanku.
Aku menginginkan dari apa yang aku katakan untuk mencari wajah Ibnu hubairah,
sementara al-Hasan menginginkan dari apa yang dia katakan semata untuk
mendapatkan wajah Allah. Maka Allah menjauhkan aku dari Ibn Hubairah dan
mendekatkan al-Hasan kepadanya dan membuatnya cinta terhadapnya."

Al-Hasan al-Bashri berumur panjang, yaitu hingga mencapai umur sekitar 80 tahun.
Dan, dalam umur yang sepanjang itu dia mengisi kehidupan dunia ini dengan ilmu,
hikmah dan fiqih.

Warisan paling besar yang dia wariskan kepada generasi demi generasi adalah
nasehat dan wasiatnya yang ikut bergulir seiring dengan putaran hari-hari di dalam
belahan-belahan hati manusia.

Dan nasehat-nasehatnya yang menggetarkan hati dan terus akan menggetarkannya,


membuat air mata bercucuran, menunjukkan si tersesat ke jalan Allah dan
mengingatkan si terperdaya dan lalai dengan hakikat dunia serta tujuan keberadaan
manusia di dunia ini seakan menjadikan orang tengah hadir bersamanya.

Di antara contohnya, perkataannya kepada orang yang bertanya tentang dunia dan
hakikat keberadaannya,
"Kamu bertanya tentang dunia dan akhirat? Sesungguhnya perumpamaan dunia dan
akhirat adalah bagaikan timur dan barat.
Setiap salah satunya bertambah dekat, maka yang satunya lagi semakin jauh. Dan
kamu berkata kepadaku, Sebutkanlah karateristik dunia ini kepadaku!!
Apa yang harus aku sebutkan kepadamu tentang rumah yang awalnya melelahkan
sedangkan akhirnya membinasakan, di dalam kehalalannya ada perhitungan dan di
dalam keharamannya ada siksaan.?
Siapa yang tidak membutuhkannya terkena fitnah dan siapa yang membutuhkannya
akan sedih."

Contoh perkataannya yang lain, yaitu ketika ada orang lain bertanya tentang
kondisinya dan kondisi orang-orang,
"Celakalah kita! Apa yang kita perbuat terhadap diri kita sendiri!!
Kita telah merendahkan agama kita dan meninggikan dunia, kita membiarkan akhlak
kotor dan memperbarui tempat tidur dan pakaian.
Salah seorang di antara kita bersandar dengan tangan kirinya dan makan dari harta
yang bukan miliknya, makanannya di dapat dari hasil menyerobot, pelayannya
dipaksa tanpa upah, meminta yang manis setelah asam, meminta yang panas
setelah dingin, dan meminta yang basah setelah kering sehingga ketika dia telah
kenyang, menguap karena kepenuhan, kemudian berkata, 'Wahai pelayan! ambilkan
pencerna makanan! Wahai orang bodoh- Demi Allah- Jangan sekali-kali kamu
mencerna kecuali agamamu! Di mana tetanggamu yang mengaharap uluran
tanganmu?!! Di mana anak yatim kaummu yang lapar?!! Di mana orang miskinmu
yang melihatmu?!! Di mana wasiat yang Allah Azza wa Jalla sampaikan kepadamu?!!
Barangkali kamu mengetahui bahwa kamu berjumlah banyak. Dan bahwasanya
setiap matahari hari ini terbenam, maka berkuranglah jumlahmu sementara sebagian
kamu pergi bersamanya.'"

Pada hari Jum'at bulan Rajab tahun 110 H, al-Hasan al-Bashri memenuhi panggilan
Tuhannya. Dan pada pagi harinya, tersebarlah berita wafatnya di kalangan orang-
orang sehingga Bashrah bergetar karena kematiannya.

Dia kemudian dimandikan, dikafani dan dishalati setelah shalat Jum'at di masjid Jami'
yang sepanjang hidupnya dia habiskan waktunya di sana sebagai seorang 'alim,
pendidik dan penyeru kepada Allah.
Kemudian orang-orang semuanya mengiringi janazahnya.
Dan shalat ashar pada hari itu tidak dilaksanakan di masjid jami' Bashrah, karena di
dalamnya tidak ada seorangpun yang melaksanakan shalat.

Dan orang-orang tidak mengetahui bahwa shalat libur pada hari itu di masjid Bashrah
semenjak kaum muslimin membangunnya kecuali pada hari itu, yaitu hari
kepulangan al-Hasan al-Bashri menuju sisi Tuhannya.

Catatan:
Sebagai bahan tambahan biografi Al-hasan Al-bashri, lihatlah:

• Ath-Thabaqat Al-Kubra, oleh Ibnu Sa'd: 7/156, 179, 182, 188, 195, 197, 202,
dan halaman-halaman lainnya (Lihat daftar isi di jilid terakhir)

• Shifat Ash-Shafwah, oleh Ibnu Al-Jauzi: 3/233- 237 (Cetakan Dar An-Nashir di
Halb)

• Hulliyatu Al-Auliya, oleh Al-Ashfahani: 2/131-161.

• Tarikh Khalifah Ibnu Khayyath: 123, 189, 287, 331, 354, 189.

• Wafayat Al-A'yan, oleh Ibnu Khalkan: 1/354-356.

• Syadzarat Adz-Dzahab: 1/138-139.

• Mizan Al-I'tidal: 1/254 dan setelahnya.

• Amali Al-Murtadla: 1/152, 153, 158, 160.

• Al-bayan wa At-Tabyin: 2/173 dan 3/144.

• Al-Muhabbar, oleh Muhammad bin Habib: 235 dan 378.

• Kitab Al-Wafayat, oleh Ahmad bin Hasan bin Ali bin Al-Khathib: 108-109.

• Al-Hasan Al-Bashri, oleh Ihsan Abbas.

You might also like