You are on page 1of 31

Swety Retna/S4310019

MAKALAH

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD TBK

TAHUN 2009

Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

Disusun oleh:

SWETY RETNA

S4310019

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010
Swety Retna/S4310019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam

rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa

sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang

paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.

Menurut Wikipedia, laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu

perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan

keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :

1. Neraca

2. Laporan laba rugi

3. Laporan perubahan ekuitas

4. Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau

laporan arus dana

5. Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari

laporan keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah

aktiva, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran

kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan

biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai

unsur neraca.
Swety Retna/S4310019

Analisis laporan keuangan ini berfokus pada reformulasi laporan keuangan,

analisis common size, analisis trend, analisis profitabilitas, dan peramalan dengan

menggunakan metode simple forecasting maupun full information forecasting PT Tiga

Pilar Sejahtera Food.

B. Alasan Pemilihan Judul

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan perusahaan multinasional yang

memproduksi makanan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan

pada tahun 1959. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan makanan.

Perusahaan dengan karyawan lebih dari 3000 karyawan. Sudah punya sertifikat

HACCP, ISO, dll dan merupakan perusahaan makanan terbesar ke-3 Se-Asia Tenggara di

tahun 2010.

Berdasar data annual report yang diposting oleh Indonesia Stock Exchange (IDX),

penulis memberikan penilaian awal sebagai berikut:

Dari data yang tersedia, diketahui bahwa current ratio PT Tiga Pilar Sejahtera Food cukup

tinggi pada tahun 2009 dan secara umum dari tahun 2008 sampai 2009 mengalami

kenaikan. Artinya, bahwa asset lancar yang dimiliki perusahaan mampu menjamin utang

lancarnya. Namun, jika dilihat secara keseluruhan, PT Tiga Pilar Sejahtera Food memiliki

rasio keuangan yang cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun, sehingga akan sulit untuk

menilai prospek perusahaan tersebut apakah akan memiliki rasio lancar yang tetap tinggi

atau akan jatuh pada akhir tahun berikutnya. Sebagai seorang investor yang hendak

menanamkan modal di perusahaan tersebut tentunya akan mempertimbangkan hal

tersebut.

Return On Asset atau pengembalian atas aktiva menggambarkan profitabilitas perusahaan

secara keseluruhan. Rasio ini membandingkan imbalan untuk pemegang saham dan

kreditor dengan jumlah aset. Return On Asset PT Tiga Pilar Sejahtera Food mengalami
Swety Retna/S4310019

penurunan dari tahun 2008 ke 2009 dan secara umum selalu berfluktuasi dari tahun ke

tahun meskipun tidak terlalu signifikan, sehingga jika dirata-rata dapat dikatakan cukup

stabil.

Earning Per Share (EPS) adalah laba bersih per lembar saham biasa yag beredar selama

satu periode, rasio ini mengukur profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham biasa.

EPS PT Tiga Pilar Sejahtera Food meningkat dari tahun 2008 ke tahun 2009.

Debt-Asset Ratio (DAR) menunjukkan jumlah asset yang dibiayai dengan hutang.

Semakin besar DAR maka perusahaan semakin beresiko likuidasi. PT Tiga Pilar Sejahtera

Food memiliki rasio DAR yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, begitu pula dari

tahun 2008 ke 2009.

Debt-Equity Ratio (DER) merupakan tingkat leverage perusahaan terhadap ekuitas

pemegang saham. Semakin besar DER berarti semakin besar kemungkinan perusahaan

menggunakan utang sebagai pendanaan operasi perusahaannya. Maka dengan besarnya

DER, resiko perusahaan diasumsikan semakin tinggi. Dari data pada tahun 2008 dan 2009

diketahui bahwa nilai DER PT Tiga Pilar Sejahtera Food mengalami kenaikan meskipun

tidak terlalu tinggi.

Gross Processing Margin (GPM) merupakan perbedaan antara biaya komoditas mentah

dan laba yang dihasilkan oleh komoditas tersebut setelah dijual dalam bentuk produk jadi.

GPM meskipun pada tahun 2008 ke 2009 mengalami penurunan, tetapi nilai GPM PT

Tiga Pilar Sejahtera Food dapat dikatakan cukup tinggi.

Penilaian awal diatas memberikan rasa ingin tahu penulis untuk menganalisis

lebih jauh dan lebih detail lagi tentang prospek perusahaan dan bagaimana potensi

perusahaan dalam pasar investasi di Indonesia.


Swety Retna/S4310019

C. Manfaat makalah

Tujuan makalah ini dibuat adalah :

a. Untuk mengetahui kinerja salah satu perusahaan di sektor manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dengan menganalisa laporan keuangannya.

b. Untuk memenuhi persyaratan tugas akhir mata kuliah Analisis Laporan Keuangan.

D. Sistematika Penulisan

I. PENDAHULUAN

Bagian yang memuat latar belakang, alasan pemilihan perusahaan, tujuan diharapkan

dan sistematika penulisan.

II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Memuat hasil analisis data antara lain Reformulasi Laporan Keuangan, Analisis Rasio

Laporan Keuangan, Analisis Profitabilitas, Analysis of Growth, Common size dan

Trend Analysis.

III. KESIMPULAN

Memuat tentang kesimpulan penelitian dan keterbatasan penelitian.

IV. REFERENSI (DAFTAR PUSTAKA)

LAMPIRAN
Swety Retna/S4310019

BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Reformulasi Laporan Keuangan

a. Laporan Perubahan Ekuitas

REFORM
P
Swety Retna/S4310019

b. Laporan Laba Rugi

REFORMULA
PT TIG
Swety Retna/S4310019

c. Laporan Neraca

REFOR
P
Swety Retna/S4310019

d. Laporan Arus Kas

REFOR
P
Swety Retna/S4310019

REFORMULATED STATEMENT
PT TIGA PILAR SEJAHTE

2. Rasio Laporan Keuangan

a. Rasio Likuiditas

Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya (termasuk kewajiban jangka panjang yang telah berubah

menjadi kewajiban jangka pendek). Rasio yang paling banyak digunakan untuk

mengukur likuiditas adalah Current ratio:

REF O RMU
PT

Berdasar hasil perhitungan, rasio likuiditas PT Tiga Pilar Sejahtera Food sebesar

117%, berarti PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki likuiditas yang tinggi.

b. Rasio Leverage

Disebut juga rasio solvabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan

dibiayai oleh hutang (dana pihak luar). Rasio ini juga menunjukkan indikasi tingkat

keamanan dari para pemberi pinjaman (kreditur) dalam hal ini adalah bank yang
Swety Retna/S4310019

mewakili. Atau bisa juga diartikan sebagai sebuah kemampuan perusahaan untuk

melunasi kewajibannya jika perusahaan tersebut dilikuidasi.

Debt To Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh hutang.

Semakin rendah rasio ini maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban perusahaan.

REF O R MU L A
PT T IG

Berdasarkan hasil perhitungan Debt to Equity Ratio (DER), PT Tiga Pilar

Sejahtera Food Tbk memiliki persentase yang cukup tinggi, artinya solvabilitas

perusahaan PT Tiga Pilar Sejahtera kurang baik.

c. Rasio Aktivitas

Yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan dan efektivitas manajemen dalam

mengelola sumber-sumber yang dimilikinya.

1) Perputaran Aktiva (Asset Turnover)

Perputaran aktiva yaitu rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan

manajemen perusahaan dalam mengelola investasi (aktiva) yang dimiliki untuk

menghasilkan penjualan.

R EF O R

Rasio ini semakin besar semakin bagus, karena merupakan pertanda bahwa

manajemen dapat memanfaatkan setiap rupiah aktiva untuk menghasilkan

penjualan. Dari hasil perhitungan Asset Turnover PT Tiga Pilar Sejahtera dapat

dikatakan rendah (kurang dari 1).


Swety Retna/S4310019

2) Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover)

yaitu rasio yang digunakan untuk mengetahui optimalisasi penggunaan aktiva tetap

yang untuk industry manufaktur merupakan aktiva produktif.

REF O R

3) Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)

Untuk mengetahui berapa kali piutang dagang berputar dalam satu tahun.

R EF O R

Berdasar hasil perhitungan, piutang PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki perputaran

piutang sebanyak 3,26 kali dalam setahun.

4) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

menunjukkan berapa kali persediaan barang berputar dalam setahun.

REFO R

Berdasar hasil perhitungan, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki Inventory turnover

sebanyak 1,62 kali dalam setahun.

5) Perputaran Utang Dagang (Account Payable Turnover)

Menunjukkan perputaran utang dagang per tahun.

R EF O R

6) Perputaran Modal Kerja (working Capital Turnover)

Yaitu menunjukkan periode perputaran modal kerja per tahun.

R EF O R
Swety Retna/S4310019

d. Rasio Rentabilitas

Yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba. Untuk

para pemegang saham, rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam

investasi.

1) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap

penjualan yang dilakukan.

REF O RMU
PT

Berdasarkan perhitungan, PT Tiga Pilar Sejahtera memperoleh laba bersih 7% dari

setiap penjualan yang dilakukan.

2) Return On Investment (ROI)

Atau yang biasa dikenal juga dengan Return On Asset (ROA) menunjukkan tingkat

pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan. Dengan kata

lain, ROI menunjukkan berapa laba yang diperoleh atas setiap Rp1,- dari investasi

yang dilakukan.

R EF O RM
P

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan ROI PT Tiga Pilar Sejahtera

menunjukkan presentase sebesar 3%.

3) Tingkat Pengembalian Modal (Return On Equity/ROE)

Rasio ini mengukur berapa besar pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis

(pemegang saham) atas modal yang disetorkannya untuk bisnis tersebut. ROE

merupakan indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam

“memperkaya” pemegang sahamnya. Semakin tinggi rasio ini semakin baik.

R EF O R M
P

Menurut perhitungan, ROE PT Tiga Pilar Sejahtera cukup tinggi, yaitu 10%.
Swety Retna/S4310019

e. Rasio Coverage

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban

kreditnya dengan sumber dana yang diperoleh dari bisnis.

Dalam memberi kredit, bank sangat memperhatikan kelancaran pembiayaan kewajiban

dalam kondisi normal, yaitu dalam kondisi perusahaan yang dibiayai berjalan terus

(going concern). Rasio ini mencoba memberikan indikasi mengenai hal tersebut. Rasio

yang digunakan adalah Time Interest Earned Ratio, rasio ini mengukur tingkat

kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman.

R EF O R MU L
PT T

Berdasarkan data PT Tiga Pilar Sejahtera, diperoleh hasil rasio Coverage nya sebesar

176%. Angka ini dapat dipertimbangkan cukup tinggi.

3. Analisis Laporan Keuangan

Analysis of Growth

a. Dividen Payout Ratio

Payout ratio memberikan sebuah gambaran mengenai seberapa baik laba perusahaan

dalam mendukung pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Semakin tinggi

payout ratio, maka semakin baik nilai perusahaan tersebut. Payout ratio PT Tiga Pilar

Sejahtera pada tahun 2008 sebesar 0%, pada tahun 2009 sebesar 0%. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahan selama dua tahun berturut-turut tidak mampu

membayar dividen kepada para pemegang sahamnya. Ini bisa menjadi pertimbangan

tersendiri bagi investor dalam menanamkan saham di perusahaan tersebut.

b. Growth rate of CSE

Pertumbuhan CSE merupakan berita baik bagi investor. Pada tahun 2008 Growth rate

of CSE sebesar 11,55%. Sedangkan pada tahun 2009 sebesar 9,67%. Growth rate of
Swety Retna/S4310019

CSE PT Tiga Pilar Sejahtera mengalami penurunan. Hal ini mungkin disebabkan

terjadinya kenaikan cost of good sold yang tidak sebanding dengan kenaikan nilai

penjualan.

c. Net borrowing cost

Net borrowing cost merupakan biaya yang timbul akibat transaksi pinjaman. NBC

mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke 2009. Pada tahun 2008 NBC perusahaan

sebesar 49,89%, dan pada tahan 2009 NBC perusahaan sebesar 120,73%. Ini

mencerminkan ketidakefisienan perusahaan dalam mengelola bunga pinjaman.

d. Profit Margin

Profit Margin adalah sebuah indikator sebuah strategi pricing perusahaan dan sebaik

apa pengendalian biayanya. Profit Margin PT Tiga Pilar Sejahtera Food mengalami

kenaikan dari tahun ke tahun. Tahun 2008 PM perusahaan sebesar 18,27%. Pada tahun

2009 PM perusahaan sebesar 18,76%.

e. Operating Liabilities leverage

Operating Liabilities leverage tahun 2008 sebesar 70,96%, dan tahun 2009 sebesar

78,97%. OLLEV perusahaan mengalami penurunan, hal ini semakin menguatkan

dugaan bahwa kinerja perusahaan sedang mengalami penurunan selama beberapa

waktu kedepan. Kenaikan OLLEV ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu karena

naiknya opperating liabilities dan turunnya net operating assets. Naiknya opperating

liabilities disebabkan karena membengkaknya hutang-hutang jangka pendek

perusahaan.

f. Asset Turnover

ATO perusahaan secara umum mengalami kenaikan. Tentu saja hal ini merupakan

berita gembira bagi investor. Karena dengan naik nya ATO, tentu saja akan

memperlancar likuiditas dan solvabilitas perusahaan. ATO yang tinggi juga


Swety Retna/S4310019

menggambarkan penjualan yang tinggi dengan menggunakan operasional aset yang

rendah.

g. Financial Leverage

FINLEV perusahaan mengalami kenaikan 14,10% dari pada tahun 2008 menjadi

29,18% pada tahun 2009. Hal ini tidak baik bagi investor, karena struktur modal

perusahaan menjadi lebih lemah.

h. Growth rate in Sales

Pertumbuhan penjualan mengalami kenaikan jika membandingkan pertumbuhan

penjualan di tahun 2008 dan tahun 2009, yaitu dari 1,12% menjadi 9%.

i. Growth rate in operating income

Pertumbuhan operating income mengalami penurunan. Pada tahun 2008 sebesar

28,36% kemudian meningkat menjadi 6,15% pada tahun 2009.

j. Growth in NOA

Pertumbuhan NOA di tahun 2009 terlihat mengalami penurunan dari 37,46% menjadi

15,10%. Hal ini mungkin karena penjualan aset-aset yang digunakan untuk operasi

karena mungkin perusahaan ingin rasio ROA nya terlihat bagus diwaktu krisis.

Sehingga, diduga manajer malakukan tindakan penghapusan aset-aset.

k. Growth in CSE

Pertumbuhan pada CSE juga mengalami penurunan kendati hanya sedikit. Hal ini

mungkin disebabkan oleh penurunan laba perushaan, sehingga perusahaan tidak dapat

memasukan sisa laba nya kedalam akun laba ditahan perusahaan lebih banyak dari

tahun sebelumnya.

l. Days in Account Receivable

Days in Account Receivable sedikit mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke tahun

2009. Ini berarti perusahaan tidak mampu menagih piutang-piutangnya.


Swety Retna/S4310019

m. Days ini Inventory

Days ini Inventory perusahaan mengalami kenaikan, hal ini berarti buruk. Persediaan

terlalu lama berada di gudang. Persediaan seharusnya memiliki waktu berada di

gudang yang singkat, agar cepat di jual ke konsumen. Jika perusahaan memiliki days

in inventory yang sedikit, artinya perusahaan cepat untuk mengkonversi persediaan

nya menjadi kas. Hal ini akan menunjukan perusahaan memiliki likuiditas yang bagus.

Common Size Analysis

Analisis common size adalah analisis yang digunakan untuk membandingkan pernyataan

keuangan dari perusahaan dengan ukuran yang berbeda, atau perusahaan yang sama

namun berbeda periode dengan mengekspresikan item-item dalam proporsi untuk

beberapa pengukuran yang terkait dengan size atau ukuran. Pernyataan keuangan

terstandar dapat diciptakan, mengungkapkan trends dan menyediakan pandangan yang

mendalam tentang bagaimana perusahaan yang berbeda diperbandingkan.

Analisis Common Size adalah standarisasi yang sederhana tiap-tiap item untuk

mengeliminasi efek dari ukuran. Tiap-tiap item diekspresikan dalam rupiah untuk

merefleksikan skala dari operasi. Namun, jika atribut dipilih secara hati-hati, dan jika

reformulasi pelaporan digunakan, penskalaan akan membuka hal-hal yang berhubungan

dengan operasi perusahaan. Dan jika dibandingkan lintas perusahaan, atau lintas waktu,

pelaporan common-size akan mengidentifikasi fitur-fitur yang tidak biasa yang

membutuhkan investigasi lebih lanjut (Penman, 2007).

a. Common-Size Income Statement

Berdasarkan data laporan keuangan yang diperoleh dari IDX, untuk laporan laba rugi

diperbandingkan antara tahun 2008 dengan tahun 2009.

Perbandingan common-size Income Statement menjelaskan beberapa hal di bawah ini:


Swety Retna/S4310019

1) Pada tahun 2009, PT Tiga Pilar Sejahtera Food memiliki Cost of sales yang lebih

tinggi atau meningkat dari tahun sebelumnya. Peningkatannya sebesar 2,75%.

Selain itu beban operasinya juga mengalami peningkatan meskipun tidak begitu

signifikan.

2) Tahun 2009 dari penjualan PT Tiga Pilar Sejahtera Food memiliki profit margin

yang menurun dari tahun sebelumnya, yaitu dari 18,76% menjadi 18,27%. Hal ini

disebabkan karena meningkatnya biaya penjualan dan biaya operasional lainnya

pada tahun 2009.

3) Jumlah Comprehensive Income Final, sebagai gambaran dari presentase

penjualan, adalah net profit margin (comprehensive). Perbandingan dari jumlah

ini akan membuka seberapa banyak knaikan atau penurunan profit perusahaan

lewat aktivitas pendanaan (Penman, 2007). Comprehensive Income pada tahun

2009 mengalami kenaikan dibanding pada tahun sebelumnya yaitu 5,86% dari

penjualan pada tahun 2008 menjadi 7,09% dari penjualan pada tahun 2009.

b. Common-size Balance Sheet

Common-size Balance Sheet terstandarisasi pada total asset, tetapi pendekatan yang

lebih normatif, melalui reformulasi, terstandarisasi pada aset dan kewajiban yang

digunakan untuk kegiatan operasional. Presentase tersebut mendeskripsikan komposisi

relatif dari aset bersih dalam aktivitas operasi (Penman, 2007)

1) Total Operating Asset

Komposisi Total Operating Asset pada tahun 2009 yang paling besar berasal dari

Asset Tetap dan Persediaan, kemudian disusul oleh Piutang Usaha. Asset Tetap

dan Persediaan mendominasi Total Operating Asset pada tahun 2009 dengan

presentase 57,47% dan 24,80% kemudian Piutang Usaha menempati 14,98%. Pola

ini tidak berubah dari tahun 2007 ke 2008 sampai 2009.


Swety Retna/S4310019

2) Operating Liabilities

Komposisi Operating Liabilities pada tahun 2009 yang paling besar berasal dari

hutang bank jangka pendek dan hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam

satu tahun. Hutang tersebut mendominasi Operating liabilities pada tahun 2009

dengan persentase berturut-turut sebesar 57,59% dan 12,05%. Pola ini tidak

berubah dari tahun ke tahun.

3) Financial Assets

Komposisi Financial Assets pada tahun 2009 yang paling besar berasal dari

Tanaman Perkebunan dan Uang Muka Jangka panjang dengan persentase

masing-masing 36,58% dan 49,09%. Namun, pola ini tidak berlaku pada tahun

2008 karena sebelumnya tanaman perkebunan mendominasi dengan prosentase

80,96%.

4) Financial Obligation

Komposisi Financial Obligation pada tahun 2009 yang paling besar berasal dari

hutang bank dan hutang sewa pembiayaan dengan persentase masing-masing

91,51% dan 7,64%. Pola ini tidak berubah dari tahun 2008 dimana hutang bank

dan hutang sewa pmbiayaan memiliki persentase masing-masing 83,82% dan

14,15%.

5) Common Shareholder Equity

Komposisi common shareholder equity pada tahun 2009 yang paling besar dari

Modal Saham yaitu dengan persentase 87,50%. Pola ini tidak berubah dari tahun

2008, modal saham mendominasi dengan persentase 95,97%.


Swety Retna/S4310019

Trend Analysis

Trend Analysis menggambarkan item-item pelaporan keuangan sebagai index relatif

terhadap tahun dasar (Penman, 2007). Pada kasus PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk,

tahun dasarnya adalah tahun 2008.

a. Trend Analysis Income Statement

1) Penjualan

Penjualan tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu tumbuh dari 1,1% pada tahun

2008 menjadi 9% pada tahun 2009.

2) Cost of Sales

Cost of Sales pada tahun 2009 mengalami kenaikan pertumbuhan dibanding tahun

sbelumnya. Peningkatan ini menyebabkan pertumbuhan gross margin mengalami

penurunan yang cukup signifikan.

3) Gross Margin

Gross margin pada tahun 2008 sebesar 32,6% dan menurun sebesar 0,1% pada

tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya cost of sales.

4) Total Operating Expense

Total operating expense mengalami pertumbuhan pada tahun 2009 yaitu dari

16,6% pada tahun 2008 menjadi 19%. Hal ini berpotensi mengurangi

comprehensive income.

5) Comprehensive Income

Pertumbuhan Comprehensive Income mengalami penurunan yang cukup signifikan

yaitu dari 82% pada tahun 2008 menjadi 31,2% di tahun 2009. Penurunan ini

diakibatkan karena peningkatan pada cost of sales dan total operating expense

tanpa diimbangi oleh peningkatan pada penjualan yang cukup signifikan pada

tahun 2009.
Swety Retna/S4310019

b. Trend Analysis Balance Sheet

1) Total Operating Assets

Total Asset yang digunakan untuk aktivitas operasi mengalami penurunan dari

31,1% pada tahun 2008 menjadi 9,7% pada tahun 2009. Hal ini merupakan dampak

dari penurunan pada akun kas dan setara kas, persediaan dan beberapa akun aset

operasi lain.

Persediaan pada tahun 2009 mengalami penurunan dari 26,1% pada tahun 2008

menjadi 20,1% pada tahun 2009.

Piutang pada tahun 2009 untuk piutang kepada pihak yang memiliki hubungan

istimewa mengalami penurunan dari 1,9% menjadi -1,8% di tahun 2009.

Sedangkan piutang kepada pihak ketiga mengalami kenaikan yang cukup

signifikan dari tahun 2008 yaitu 14% menjadi 71,9% di tahun 2009.

Aset tetap pada tahun 2009 mengalami penurunan pertumbuhan dari tahun 2008

sebesar 37,6% menjadi -2,8% pada tahun 2009.

2) Total Operating Liabilities

Total kewajiban yang digunakan untuk mendukung aktivitas operasional

mengalami penurunan yang cukup besar yaitu 23,5% pada tahun 2008 menjadi

2,5% pada tahun 2009. Hal ini merupakan dampak pada penurunan terhadap

hutang jangka pendek dan hutang pajak yang masing-masing mengalami

penurunan dari tahun 2008 yaitu 33,9% dan 69,5% menjadi -21,9% dan -5,2%.

Hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun dalam akun hutang

bank mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu dari -9,9% pada tahun 2008

menjadi 357,8% pada tahun 2009.


Swety Retna/S4310019

3) Total Financial Assets

Total aset yang digunakan untuk pembiayaan mengalami kenaikan dalam

pertumbuhannya yaitu dari 15,1% di tahun 2008 menjadi 159,9% di tahun 2009.

Hal ini disebabkan karena munculnya aset-aset finansial baru di periode tahun

2008 dan 2009 yang pada tahun 2007 akun-akun tersebut masih bernilai nol.

4) Total Financial Obligation

Total kewajiban keuangan mengalami penurunan yang cukup drastis dari 3080,6%

pada tahun 2008 menjadi 36% pada tahun 2009. Ini merupakan dampak dari

pelunasan utang kepada pihak-pihak tertentu.

5) Common Shareholder Equity

Common shareholder equity mengalami penurunan meskipun tidak terlalu banyak

yaitu dari 11,5% menjadi 9,7% pada tahun 2009. Penurunan ini disebabkan adanya

kenaikan beban-beban sepanjang tahun 2009.

6) Net Operating Assets

Net Operating Asset mengalami pertumbuhan yang menurun dari tahun 2008

sebesar 37,5% menjadi 15,1% di tahun 2009.

Profitability Analysis

Profitabilitas suatu perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai sejauh mana tingkat

pengembalian yang didapat oleh perusahaan dari aktivitas investasinya. Profitabilitas

adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Rasio profitabilitas

menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas manajemen aktiva dan hutang terhadap

hasil operasi. Bagian analisis profitabilitas adalah evaluasi rasio kinerja operasi yang

umumnya mengaitkan pos laporan laba rugi dan penjualan. Tingkat profitabilitas bisa

diukur melalui beberapa rasio, antara lain:


Swety Retna/S4310019

a. RNOA (Return on Net Operating Asset)

Rasio laba bersih terhadap Net Operating Asset, mengukur tingkat pengembalian atas

Net Operating Assets setelah bunga dan pajak.

Operating Income After Tax


RNOA =
(NOA 2009 + NOA 2008 )/ 2

Hasil perhitungan RNOA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Adalah:

97.407 .368.220
RNOA tahun 2009 = =18,4%
(566.179 .021.850+ 491.917 .621.852)/2

91.766 .072.875
RNOA tahun 2008 = = 21,59%
(491.917.621 .852+357.858 .921.799)/2

Hasil ini menunjukkan bahwa pengembalian atas total aktiva tahun 2009 menurun

dibandingkan tahun 2008, hal ini dikarenakan meningkatnya beban lain-lain dan

kenaikan pajak. Disamping itu juga terdapat peningkatan dalam jumlah aset yang

pada tahun-tahun sebelumnya bernilai nol. Dari sini dapat disimpulkan juga bahwa

kenaikan pertumbuhan penjualan tidak mampu mengimbangi kenaikan pertumbuhan

total asset dan total biaya, sehingga menyebabkan RNOA menurun.

b. ROCE (Return on Common Equity)

Merupakan kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan.

Comprehensif Income
ROCE =
(CSE 2008 + CSE 2007 )/ 2

Hasil perhitungan ROCE PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk adalah sebagai berikut:

37.786 .775.452
ROCE tahun 2009 = = 9,23%
(428.442.451 .768+390.655.676 .312)/2

28.686 .156.655
ROCE tahun 2008 = = 7,74%
(390.655 .676 .312+ 350.215.179 .023)/2
Swety Retna/S4310019

Hasil ini menunjukkan bahwa pengembalian atas total aktiva tahun 2009 meningkat

dibandingkan tahun 2008, hal ini dikarenakan pertumbuhan common shareholder

equity (9,7%) lebih rendah dari comprehensive income (31,7%). Pertumbuhan

common shareholder equity rendah karena modal saham dari tahun 2008 sampai 2009

tidak ada kenaikan (tidak menambah modal saham).


Swety Retna/S4310019

BAB III

KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Setelah dilakukan berbagai analisis terhadap pernyataan keuangan PT Tiga Pilar

Sejahtera, penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut.

Berdasarkan perhitungan rasio laporan keuangan, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki

likuiditas yang cukup tinggi yaitu 117%, begitu pula rasio solvabilitasnya yaitu 245%.

Secara umum PT Tiga Pilar Sejahtera Food memiliki rasio aktivitas yang cukup baik,

yaitu memiliki asset turnover 0,4 kali dalam setahun, fixed asset turnover 0,6 kali

setahun, account receivable turnover juga cukup tinggi yaitu 3,3 kali, perputaran

persediaan mencapai 1,62 kali. Namun dalam perputaran hutang, PT Tiga Pilar Sejahtera

hanya memperoleh hasil 0,4 kali, meskipun begitu dari sisi perputaran modal kerja PT

Tiga Pilar Sejahtera memperoleh angka 8,4 kali dalam setahun.

Rasio rentabilitas yang merupakan indikasi kemampuan perusahaan mencetak laba,

PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki Net Profit Margin cukup baik, yaitu 7%. Dilihat dari

Return On Investment (ROI) PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki ROI sebesar 3% dan

Return On Equity 10%. Rasio coverage PT Tiga Pilar Sejahtera Food cukup tinggi yaitu

176%.

Berdasarkan hasil perhitungan ROCE diperoleh hasil 7,74% pada tahun 2008 dan

9,23% pada tahun 2009. Sedangkan RNOA pada tahun 2008 21,9% dan pada tahun 2009

sebesar 19,41%. Dapat disimpulkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera Food memiliki

profitabilitas yang cukup bagus, meskipun RNOA mengalami sedikit penurunan dari

tahun 2008 ke tahun 2009, tetapi prosentasenya masih bisa dikatakan cukup bagus.
Swety Retna/S4310019

Secara umum, penulis dapat menyimpulkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera

memiliki nilai yang cukup bagus untuk tempat investasi, hanya saja yang perlu

dipertimbangkan adalah bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera sudah selama 4 tahun berturut-

turut tidak membagikan dividen bagi para pemegang sahamnya.

2. Keterbatasan dan Saran

Keterbatasan makalah ini adalah bahwa penulis memberikan penilaian atas analisis masih

terlalu umum dan kemungkinan untuk tidak sesuai dengan keadaan yang sbenarnya masih

sangat besar. Untuk lebih memperkuat analisis maka perlu adanya perhitungan mengenai

forecasting atau peramalan ke depan atas analisis nilai perusahaan.

Saran yang dapat penulis berikan adalah perlunya diperhitungkan peramalan dengan

simple maupun full forecasting.


Swety Retna/S4310019

REFERENSI (DAFTAR PUSTAKA)

Penman, Stephen H. Financial Statement Analysis and Security Valuation. Singapore:Mc


Graw Hill., 2007.

www.wikipedia.com

www.idx.co.id

www.google.co.id
Swety Retna/S4310019

LAMPIRAN

Perhitungan Analisis Common-size


Common-Size Balance Sheet
KETERANGAN 2009 % 2008 %
ASSETS
Operating Asset ( OA )
Kas dan setara kas 20.493.764.492 2,17% 20.278.782.484 2,35%
Persediaan 234.690.363.391 24,80% 195.362.283.386 22,64%
Pajak dibayar dimuka - 2.685.617.474 0,31%
Biaya dibayar dimuka 1.854.438.867 0,20% 491.314.303 0,06%
Aktiva pajak tangguhan 268.340.618 0,03% 522.008.243 0,06%
Aset tetap 543.788.070.615 57,47% 559.524.386.372 64,86%
Piutang lain-lain 2.213.537.303 0,23% 229.685.626 0,03%
Piutang usaha
Pihak yang mempunyai hubungan
istimewa 1.157.632.728 0,12% 1.179.362.002 0,14%
Pihak ketiga 141.708.647.028 14,98% 82.449.213.633 9,56%
Piutang Pihak Hubungan Istimewa - -
946.174.795.042 100,00% 862.722.653.523 100,00%
Operating Liabilities ( OL )
Hutang bank jangka pendek 218.832.246.200 57,59% 280.321.600.297 75,60%
Biaya msh hrs dibayar 6.545.731.673 1,72% 6.905.387.340 1,86%
Hutang Pajak 21.016.469.582 5,53% 30.493.777.636 8,22%
Kewajiban pajak tangguhan 1.405.486.552 0,37% 164.232.579 0,04%
Hutang jangka panjang yang jatuh
tempo dalam satu tahun
Hutang bank 45.781.528.940 12,05% 9.999.999.996 2,70%
Hutang Sewa Pembiayaan 16.654.061.913 4,38% 16.739.227.498 4,51%
Hutang lain-lain 1.623.491.681 0,43% 675.160.619 0,18%
Uang Muka Penjualan 37.141.013.698 9,77% 1.210.244.934 0,33%
Hutang Usaha kepada pihak ke-3 23.064.334.322 6,07% 18.233.146.575 4,92%
Kewajiban imbalan kerja 7.931.408.631 2,09% 6.062.254.197 1,63%
379.995.773.192 100,00% 370.805.031.671 100,00%
NOA 566.179.021.850 491.917.621.852

KETERANGAN 2009 % 2008 %


LIABILITIES and EQUITY
Financial Asset ( FA )
Investasi Jangka Pendek - 6.939.803.263 4,50%
Uang Muka Pembayaran 32.526.776.620 8,11% 8.796.151.056 5,70%
Penyertaan Saham 27.672.000 0,01% 26.003.001 0,02%
Tanaman Perkebunan 146.648.095.175 36,58% 124.876.227.589 80,96%
Biaya hak atas tanah ditangguhkan 15.101.051.467 3,77% 1.102.764.500 0,71%
Uang Muka Jangka Panjang 196.798.201.460 49,09% 3.196.130.263 2,07%
Aset Lain-lain 543.735.000 0,14% 81.866.053 0,05%
Aset Tetap yg tidak digunakan 9.216.155.903 2,30% 9.216.155.903 5,98%
400.861.687.625 100,00% 154.235.101.628 100,00%
Financial Obligation ( FO )
Hak minoritas ats aktiva ank perush 423.898.562 0,08% 388.865.483 0,15%
Hutang sewa pembiayaan 41.139.156.887 7,64% 36.163.273.958 14,15%
Hutang jangka panjang
Hutang bank 492.857.020.760 91,51% 214.151.586.726 83,82%
Hutang Obligasi Konversi 3.500.000.000 0,65% 3.500.000.000 1,37%
Hutang Pihak Hub IstimewA 678.181.502 0,13% 1.293.321.001 0,51%
538.598.257.711 100,00% 255.497.047.168 100,00%
NFA / NFO 137.736.570.086 101.261.945.540
Common Stockholders' Equity ( CSE )
Modal saham 374.900.000.000 87,50% 374.900.000.000 95,97%
Tambahan modal disetor 217.816.324.655 50,84% 217.816.324.655 55,76%
Selisih nilai transaksi restrukturisasi -70.809.879.564 -16,53% -70.809.879.564 -18,13%

Proforma ekuitas - -
Saldo Laba -93.463.993.327 -21,81% -131.250.768.779 -33,60%
428.442.451.764 100,00% 390.655.676.312 100,00%
Swety Retna/S4310019

Common-size Analysis Income Statement


for the year ended 2009/12/31 % 2008/12/31 %
Operating revenue 533.194.383.227 100,00% 489.171.670.400 100,00%
Cost of sales 380.216.823.762 71,31% 336.279.603.791 68,74%
Gross margin 152.977.559.465 28,69% 152.892.066.609 31,26%
Operating expenses
Selling expenses 21.612.563.606 4,05% 20.035.306.551 4,10%
General and administrative expenses 25.896.437.419 4,86% 19.880.479.085 4,06%
Total operating expenses 47.509.001.025 8,91% 39.915.785.636 8,16%
Core operating income (before tax) 105.468.558.440 19,78% 112.976.280.973 23,10%
Tax on operating income
Tax as reported 13.125.145.580 2,46% 14.379.471.300 2,94%
Tax on other operating income (tangguhan) 1.494.921.597 0,28% 1.110.018.214 0,23%
Tax benefit from net interest expenses - -
Total tax on operating income 14.620.067.177 2,74% 15.489.489.514 3,17%
Core operating income (after tax) 90.848.491.263 17,04% 97.486.791.459 19,93%
Other operating income (expense) (net of tax)
Gain on sale of fixed assets - 45.191.740 0,01%
Other expense, net -8.350.808.882 -1,57% -8.972.366.999 -1,83%
Other Income, net 14.909.685.839 2,80% 3.206.456.675 0,66%
Cumulative effect of accounting change - -
Total other operating income (expense) 6.558.876.957 1,23% -5.720.718.584 -1,17%
Operating income after tax 97.407.368.220 18,27% 91.766.072.875 18,76%

Net financial expense (NFE)


Interest expense -59.928.359.942 -11,24% -54.969.330.084 -11,24%
Interest income 344.044.629 0,06% 688.903.006 0,14%
Net interest expense before tax -59.584.315.313 -11,17% -54.280.427.078 -11,10%
Tax benefit of debt -17.875.294.594 -3,35% -16.284.128.123 -3,33%
Net interest after tax -77.459.609.907 -14,53% -70.564.555.201 -14,43%
Minority Interest -36.277.455 -0,01% -29.723.463 -0,01%
Efek penyesuaian pro forma - -8.769.765.679 -1,79%
Net financial expense (NFE) -59.620.592.768 -11,18% -63.050.192.757 -12,89%
Comprehensive income (available to common) 37.786.775.452 7,09% 28.686.156.655 5,86%
Swety Retna/S4310019

Perhitungan Analisis Trend

Trend Analysis
ASSETS 2009 2008 Trend 2009 2008 2007 Trend 2008
Operating Asset ( OA )
Kas dan setara kas 20.493.764.492 20.278.782.484 1,1% 20.278.782.484 15.968.713.539 27,0%
Persediaan 234.690.363.391 195.362.283.386 20,1% 195.362.283.386 154.985.620.557 26,1%
Pajak dibayar dimuka - 2.685.617.474 2.685.617.474 1.731.740.949 55,1%
Biaya dibayar dimuka 1.854.438.867 491.314.303 277,4% 491.314.303 720.024.446 -31,8%
Aktiva pajak tangguhan 268.340.618 522.008.243 -48,6% 522.008.243 1.467.793.878 -64,4%
Aset tetap 543.788.070.615 559.524.386.372 -2,8% 559.524.386.372 406.593.952.295 37,6%
Piutang lain-lain 2.213.537.303 229.685.626 863,7% 229.685.626 770.717.773 -70,2%
Piutang usaha
Pihak yang mempunyai hubungan
istimewa 1.157.632.728 1.179.362.002 -1,8% 1.179.362.002 1.157.632.728 1,9%
Pihak ketiga 141.708.647.028 82.449.213.633 71,9% 82.449.213.633 72.296.484.134 14,0%
Piutang Pihak Hubungan Istimewa - - - 2.428.746.752
946.174.795.042 862.722.653.523 9,7% 862.722.653.523 658.121.427.051 31,1%
Operating Liabilities ( OL )
Hutang bank jangka pendek 218.832.246.200 280.321.600.297 -21,9% 280.321.600.297 209.308.812.363 33,9%
Biaya msh hrs dibayar 6.545.731.673 6.905.387.340 -5,2% 6.905.387.340 4.073.029.901 69,5%
Hutang Pajak 21.016.469.582 30.493.777.636 -31,1% 30.493.777.636 11.662.919.773 161,5%
Kewajiban pajak tangguhan 1.405.486.552 164.232.579 755,8% 164.232.579 -
Hutang jangka panjang yang jatuh
tempo dalam satu tahun
Hutang bank 45.781.528.940 9.999.999.996 357,8% 9.999.999.996 11.100.000.000 -9,9%
Hutang Sewa Pembiayaan 16.654.061.913 16.739.227.498 -0,5% 16.739.227.498 1.540.791.940 986,4%
Hutang lain-lain 1.623.491.681 675.160.619 140,5% 675.160.619 45.579.455 1381,3%
Uang Muka Penjualan 37.141.013.698 1.210.244.934 2968,9% 1.210.244.934 535.336.288 126,1%
Hutang Usaha kepada pihak ke-3 23.064.334.322 18.233.146.575 26,5% 18.233.146.575 61.996.035.532 -70,6%
Kewajiban imbalan kerja 7.931.408.631 6.062.254.197 30,8% 6.062.254.197 5.078.589.297 19,4%
379.995.773.192 370.805.031.671 2,5% 370.805.031.671 300.262.505.252 23,5%
NOA 566.179.021.850 491.917.621.852 15,1% 491.917.621.852 357.858.921.799 37,5%

LIABILITIES and EQUITY 2009 2008 Trend 2009 2008 2007 Trend 2008
Financial Asset ( FA )
Investasi Jangka Pendek - 6.939.803.263 6.939.803.263 10.959.341.809 -36,7%
Uang Muka Pembayaran 32.526.776.620 8.796.151.056 269,8% 8.796.151.056 12.996.308.873 -32,3%
Penyertaan Saham 27.672.000 26.003.001 6,4% 26.003.001 21.776.000 19,4%
Tanaman Perkebunan 146.648.095.175 124.876.227.589 17,4% 124.876.227.589 100.756.733.460 23,9%
Biaya hak atas tanah ditangguhkan 15.101.051.467 1.102.764.500 1269,4% 1.102.764.500 -
Uang Muka Jangka Panjang 196.798.201.460 3.196.130.263 6057,4% 3.196.130.263 -
Aset Lain-lain 543.735.000 81.866.053 564,2% 81.866.053 -
Aset Tetap yg tidak digunakan 9.216.155.903 9.216.155.903 0,0% 9.216.155.903 9.216.155.903 0,0%
400.861.687.625 154.235.101.628 159,9% 154.235.101.628 133.950.316.045 15,1%
Financial Obligation ( FO )
Hak minoritas ats aktiva ank perush 423.898.562 388.865.483 9,0% 388.865.483 377.392.310 3,0%
Hutang sewa pembiayaan 41.139.156.887 36.163.273.958 13,8% 36.163.273.958 13.972.938.317 158,8%
Hutang jangka panjang
Hutang bank 492.857.020.760 214.151.586.726 130,1% 214.151.586.726 118.710.800.000 80,4%
Hutang Obligasi Konversi 3.500.000.000 3.500.000.000 0,0% 3.500.000.000 3.500.000.000 0,0%
Hutang Pihak Hub IstimewA 678.181.502 1.293.321.001 -47,6% 1.293.321.001 572.921.080 125,7%
538.598.257.711 255.497.047.168 110,8% 255.497.047.168 137.134.051.707 86,3%
NFA / NFO 137.736.570.086 101.261.945.540 36,0% 101.261.945.540 3.183.735.662 3080,6%
Common Stockholders' Equity ( CSE )
Modal saham 374.900.000.000 374.900.000.000 0,0% 374.900.000.000 249.500.000.000 50,3%
Tambahan modal disetor 217.816.324.655 217.816.324.655 0,0% 217.816.324.655 20.250.000.000 975,6%
Selisih nilai transaksi restrukturisasi -70.809.879.564 -70.809.879.564 0,0% -70.809.879.564 1.131.738.707 -6356,7%

Proforma ekuitas - - - 239.270.365.750


Saldo Laba -93.463.993.327 -131.250.768.779 -28,8% -131.250.768.779 -159.936.925.434 -17,9%
428.442.451.764 390.655.676.312 9,7% 390.655.676.312 350.215.179.023 11,5%
Swety Retna/S4310019

Trend Analysis
for the year ended 2009/12/31 2008/12/31 Trend 2009 2008/12/31 2007/12/31 Trend 2008
Operating revenue 533.194.383.227 489.171.670.400 9,0% 489.171.670.400 483.734.469.842 1,1%
Cost of sales 380.216.823.762 336.279.603.791 13,1% 336.279.603.791 368.445.820.207 -8,7%
Gross margin 152.977.559.465 152.892.066.609 0,1% 152.892.066.609 115.288.649.635 32,6%
Operating expenses
Selling expenses 21.612.563.606 20.035.306.551 7,9% 20.035.306.551 19.168.782.379 4,5%
General and administrative expenses 25.896.437.419 19.880.479.085 30,3% 19.880.479.085 15.065.909.803 32,0%
Total operating expenses 47.509.001.025 39.915.785.636 19,0% 39.915.785.636 34.234.692.182 16,6%
Core operating income (before tax) 105.468.558.440 112.976.280.973 -6,6% 112.976.280.973 81.053.957.453 39,4%
Tax on operating income
Tax as reported 13.125.145.580 14.379.471.300 -8,7% 14.379.471.300 5.793.282.400 148,2%
Tax on other operating income (tangguhan) 1.494.921.597 1.110.018.214 34,7% 1.110.018.214 -317.324.539 -449,8%
Tax benefit from net interest expenses - - --
Total tax on operating income 14.620.067.177 15.489.489.514 -5,6% 15.489.489.514 5.475.957.861 182,9%
Core operating income (after tax) 90.848.491.263 97.486.791.459 -6,8% 97.486.791.459 75.577.999.592 29,0%
Other operating income (expense) (net of tax)
Gain on sale of fixed assets - 45.191.740 45.191.740 -
Other expense, net -8.350.808.882 -8.972.366.999 -6,9% -8.972.366.999 -4.029.533.995 122,7%
Other Income, net 14.909.685.839 3.206.456.675 365,0% 3.206.456.675 -55.625.967 -5864,3%
Cumulative effect of accounting change - - -
Total other operating income (expense) 6.558.876.957 -5.720.718.584 -214,7% -5.720.718.584 -4.085.159.962 40,0%
Operating income after tax 97.407.368.220 91.766.072.875 6,1% 91.766.072.875 71.492.839.630 28,4%

Net financial expense (NFE)


Interest expense -59.928.359.942
-54.969.330.084 9,0% -54.969.330.084 -40.282.555.748 36,5%
Interest income 344.044.629 688.903.006 -50,1% 688.903.006 1.336.113.805 -48,4%
Net interest expense before tax -59.584.315.313
-54.280.427.078 9,8% -54.280.427.078 -38.946.441.943 39,4%
Tax benefit of debt -17.875.294.594
-16.284.128.123 9,8% -16.284.128.123 -11.683.932.583 39,4%
Net interest after tax -77.459.609.907
-70.564.555.201 9,8% -70.564.555.201 -50.630.374.526 39,4%
Minority Interest -36.277.455 -29.723.463 22,0% -29.723.463 -25.016.759 18,8%
Efek penyesuaian pro forma - -8.769.765.679 -8.769.765.679 -16.761.656.368 -47,7%
Net financial expense (NFE) -59.620.592.768 -63.050.192.757 -5,4% -63.050.192.757 -55.708.098.311 13,2%
Comprehensive income (available to common) 37.786.775.452 28.686.156.655 31,7% 28.686.156.655 15.759.724.560 82,0%

You might also like