You are on page 1of 3

Akibat dari bolos sekolah

Rasanya tangan ini tak mau berhenti untuk menulis yang masih ada hubungannya dengan
pemilihan Putri Indonesia . Apalagi yang berhubungan dengan masalah prinsip, karena sangat
pribadi sekali. Walau pikiran sudah tidak mau memikirkannya, tapi keinginan hati ini tak
terbendung juga. Tak apalah, masih sedikit hangat dan siapa tahu bermanfaat.

Sekilas saya ada baca sebuah postingan blog yang ada tulisannya kurang lebih, " Demi untuk
menjadi seorang putri _ putri Indonesia dan Miss Universe _harus rela melepas jilbab dan
berbikini, sungguh tak punya prinsip sekali dan tak punya pendirian! "

Yang menjadi pertanyaan saya adalah prinsip siapa? Apakah putri-putri yang terpilih itu memang
sudah ada prinsip sebelumnya untuk berjilbab dan tak berbikini! Bukankah kita tidak tahu? Justru
mungkin prinsip mereka adalah mau fun-fun dulu hidupnya. Tak ada salahnya kan?

Karena kita memang punya hak untuk memilih jalan hidup kita sendiri. Kecuali sebelumnya
memang putri-putri itu sudah memakai jilbab dan sangat menjaga aurat dan sudah dijalani dalam
hidupnya selama ini, kemudian demi untuk ikut acara pemilihan putri-putrian itu harus merelakan
membuka jilbab dan melepas busana _ yang bisa mengundang selera pak sana!

Nah, kalau ini saya baru sangat tidak setuju _ tapi apa urusannya ya kalau setuju atau tidak setuju?

Memegang prinsip harus kita lakukan, bagai kita menjaga nyawa kita sendiri. Di sini saya
mencoba ingin berbagi, walau pun seperti yang saya katakan dari awal, ini sebenarnya sangat
pribadi. Tapi rasanya saya belum pernah berprinsip untuk tidak berbagi.

Sebuah prinsip _ yang benar _ yang kita pegang teguh pasti akan mendapat tentangan, seringkali
justru datang dari diri sendiri dan orang-orang terdekat, kemudian bisa membuat kita ragu. Tapi
kalau kita memegangnya dengan teguh pasti tak akan bisa menggoyahkannya. Walaupun saya
jelek begini dan bukanlah orang yang baik serta terlihat lemah. Kalau masalah prinsip adalah
nomor satu. Ada beberapa kejadian yang masih bisa saya ingat hal yang berhubungan dengan
prinsip.
Waktu masih sekolah di STM dulu yang namanya urusan bolos adalah biasa bagi anak-anak.
Cuma pada suatu kali, ketua kelasnya yang mengajak agar semuanya bolos dengan jaminan sudah
di absen dulu baru bolos. Jadi tidak alfa. Tapi saya tetap di kelas bersama dengan 4 teman lainnya.
Karena prinsip saya mau sekolah, kalau mau bolos dari awal saja tak usah masuk. Akibatnya kami
menjadi musuh bersama, bahkan teman yang paling akrab dengan saya pun memusuhi saya.
Cukup lama juga berlangsung, sampai mereka sendiri yang mengakhiri permusuhan itu karena
malu sendiri.

Itu jamannya sekolah.

Pernah suatu kali tim sepakbola perusahaan di mana saya bekerja bertanding bola, karena
merasakan dirugikan kepemimpinan wasit, teman-teman semuanya meninggalkan lapangan, hanya
saya yang masih berdiri di tengah. Prinsip saya, wasit juga manusia kalau salah tak apalah, yang
penting main saja. Kalah menang urusan belakangan. Akhirnya teman-teman saya ajak kembali ke
lapangan. Walaupun tetap kalah, tapi mendapat dukungan dan tepuk tangan dari penonton.

Selanjutnya adalah rayuan untuk merokok, walau diledek dan dicibir saya tetap bertahan untuk
tidak merokok. Karena saya sudah mencoba dan lebih banyak tidak enaknya. Ada orang alasan
demi pergaulan dan tidak enak dengan teman. Saya suka nongkrong dengan preman dan mereka
sering menawari rokok, dengan halus saya menolak. Malah mereka berkata, "Hebat ya, tidak
merokok. Bagus! "

Ingat lagi, karena saya tinggalnya suka pindah-pindah, pernah kesulitan mau bikin KTP, mau
minta surat pindah berbelit-belit dan banyak biayanya. Akhirnya teman yang bekerja di kelurahan
menyarankan, "Gampang, yang penting tulis agamanya Islam saja pasti jadi! "
Cuma ditulis saja , tapi prinsip saya agama tidak bisa di permainkan hanya untuk sebuah KTP.
Buktinya sekarang tanpa harus mengubah-ubah agama di KTP, ktp saya ada dua! _ Wah, gawat
ketahuan!

Ya, agama adalah sangat prinsip dan itu berhubungan dengan hati dan tanggung jawab pribadi
dengan Yang Ilahi. Saat saya mau menikah pun, ada masalah. Calon istri _ sekarang sudah jadi
istri _ menginginkan upacara pernikahan menurut agamanya. Syaratnya ya harus pindah agama
dulu, baru upacaranya bisa berjalan. Saya bilang, kalau begitu lebih baik tidak usah menikah!
Walau saya mencintainya tapi bila sudah berhubungan dengan prinsip , tak bisa diganggu gugat.
Dan prinsip saya seharusnya wanita yang mengikuti pria. Titik! Bagi saya pernikahan memang
penting, tapi prinsip itu lebih penting lagi. Seperti yang seharusnya, kemudian ia yang mengikuti
saya. Dan dalam perbedaan itu ternyata kami dapat hidup bersama.

Kemudian saat-saat istri sakit dan harus dioperasi, karena kesulitan dana, kemudian istri mencoba
mengajukan bantuan dimana biasanya ia beribadah. Tapi bermasalah karena agama suaminya
tidak sama. Kalau mau suaminya harus ikut agama istrinya dulu. Saya hanya bisa geleng-geleng
kepala. Hanya demi uang tak seberapa menjual agama. Saya percaya Tuhan itu nyata, tak berapa
lama bukan teman bukan saudara datang memberikan dana. Siapa yang percaya !

Jujur, saat menulis ini saya sampai berlinang air mata . Mengalir begitu saja. . . .
Dan satu lagi pertarungan saya yang terbesar adalah saat harus 'melawan' orangtua sendiri dalam
mempertahankan sebuah prinsip. Walau berat, tetap saya lakukan. Karena menurut saya ini adalah
kebenaran. Yaitu saat memutuskan untuk hidup bervegetarian. Sampai-sampai orang tua harus
mengancam putus hubungan keluarga kalau tetap diteruskan.

'Perlawanan' yang saya lakukan adalah hanya diam dan terus jalankan. Kalau itu kesalahan saya
yakin pasti akan dapat hukuman, tapi yang saya dapatkan saat ini adalah dukungan. Kalau saya
pulang ke rumah, ibu saya yang paling memperhatikan dan repot membuat masakan spesial buat
saya. Padahal sering kali saya mengingatkan tak perlu demikian.

Sebagai catatan penutup adalah apabila kita mempunyai sebuah prinsip, peganglah ia sampai mati.
Tapi janganlah prinsip yang kita pegang itu harus kita paksakan kepada orang lain untuk
mengikutinya. Tak perlu sombong untuk mengatakan, prinsip saya yang paling baik dan orang
yang tidak berprinsip itu tidak baik. Belum tentu. . . !

Jangan sampai karena menganggap diri kita yang paling benar, lalu membutakan mata kita hanya
untuk melihat kesalahan orang lain saja!
v

You might also like