Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
CH3 H
CH H
Komposisi lateks segar secara garis besar dapat dilihat pada tabel di bawah
ini (De boer, 1952):
Tabel 2.1 Komposisi Lateks Segar
Komponen Persentase (%)
Hidrokarbon karet (Cis 12,4 Poliisopropena) 25-45
Karbohidrat 1,0-2,0
Protein dan Senyawa Nitrogen 1,0-1,5
Lipida 1,0-1,5
Senyawa anorganik 0,1-0,5
Air 60-70
Komposisi lateks segar bervariasi tergantung dari jeruk nipis klon, umur
tanaman, musim, sistem, deres dan kondisi tanah. Komposisi lateks tersebut dapat
diubah sesuai dengan pengolahan, contohnya pemberian zat pengawet, pemekatan
dan perlakuan pengolahan lainnya.
2.1.2 Sifat Lateks
Bahan-bahan yang terdapat pada lateks sangat mempengaruhi sifat lateks.
Pada lateks segar (pH netral) adalah: 6,5-7,0. Partikel karet diselubungi oleh protein,
karbohidrat dan lipid yang bermuatan listrik negatif. Apabila senyawa karbohidrat
dirombak oleh mikroba menjadi asam lemak seperti asam format, asam asetat, dan
propionat akan menurunkan pH sekitar 4,5 dan 4,8 partikel karet yang terdapat pada
lateks sehingga dapat menggumpal. Sifat protein inilah yang digunakan sebagai
prinsip penggumpal lateks, yaitu untuk menurunkan pH lateks hingga mencapai titik
isoelektrik.
O O O
R CH C R CH C R CH C
Koagulasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pH
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) merupakan tumbuhan perdu dengan banyak
cabang. Tanaman ini banyak ditanam di pekarangan dan kebun.
Tingginya bisa mencapai enam meter. Daunnya berbentuk bulat telur dan tiap
daun bertangkai daun. Bunganya berbentuk bintang berwarna putih. Batangnya
berkayu keras, dan biasanya berbuah setelah 2,5 tahun. Buahnya berbentuk bulat
dengan permukaan yang licin, berkulit tipis, dan berwarna hijau kekuningan kalau
sudah tua. Tanaman ini diduga berasal dari daerah India sebelah utara.
Buahnya mengandung banyak air dan vitamin C yang cukup tinggi. Daun,
buah, dan bunganya mengandung minyak terbang. Biasanya jeruk nipis tumbuh
dengan baik di daerah dataran rendah yang banyak terkena sinar matahari. Jeruk nipis
mengandung asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen,
felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid,
nnildehid) damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang
vitamin B1 dan C.
Rasa jeruk nipis yang asam bisa membantu membersihkan nikotin yang
terdapat pada gigi dan mulut orang yang suka merokok. Dari kandungan berbagai
minyak dan zat di dalamnya, jeruk nipis dimanfaatkan untuk mengatasi disentri,
sembelit, ambeien, haid tak teratur, difteri, jerawat, kepala pusing atau vertigo, suara
serak, batuk, bau badan, menambah nafsu makan, mencegah rambut rontok, ketombe,
flu, demam, terlalu gemuk, amandel, penyakit anyang-anyangan (kencing terasa
sakit), mimisan, dan radang hidung.
Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina
dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu,
jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman
jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan
jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali.
(Sehat bersama jeruk nipis, 29 September 2009, http://www.jogjamedianet.com/)
9
bersifat rapuh. Penambahan antibakteri akan membunuh bakteri didalam lateks dan
bekuan, apabila bakteri tidak berkembang akibatnya adalah tidak terjadi kerusakan
antioksidan dalam bentuk protein (asam-asam amino) sehingga dapat mejaga nilai P0
dan PRI tetap tinggi.
Antibakteri : Asam Format dan Asam Stearat.
Antioksidan : Seng Oksida dan Belerang
2.1.6.6 Pengisi
Bahan pengisi umumnya berbentuk serbuk, ada dua golongan yaitu:
1. Bahan pengisi aktif yaitu suatu bahan pengisi yang dapat memperbaiki sifat
vulkanisat seperti meningkatkan kekerasan, ketahanan koyak, ketahanan
kikis, tegangan putus, dan memperbesar volume. Proses pencampuran
bahan pengisi aktif dalam pembuatan kompon lebi sukar. Bahan pengisi
aktif antara lain: Carbon Black, Magnesium silikat MgO3 dan aluminium
silika.
2. Bahan pengisi tidak aktif yaitu suatu bahan yang berfungsi hanya
memperbesar volume vulkanisat dan dapat menurunkan sifat mekanik,
bahan pengisi tidak aktif antara lain: CaC3, (Kalsiu Karbonat), Kaolin,
MgCO3 (Magnesium Karbonat), BaSO4 (Barium Sulfat), Barit, dan
berbagai jenis tanah liat. (Spilance, James, J, 1989).
Pembagian ini tidak mutlak dan kadang-kadang dipakai istilah bahan setengah
aktif yaitu antara bahan pengisi aktif dan tidak aktif. Derajat keaktifan berhubungan
dengan ukuran partikel dimana ukuran partikel lebih besar dari pada mengurangi
ketahanan pada abrasi, panas timbul, ketahanan koyak, dan ketahanan tarik. Ukuran
partikel bahan pengisi aktif 0,1 - 0,4 µm, sedangkan bahan pengisi tidak aktif sekitar
2 – 10 µm. (Morton, M, 1973).
14
CH3 H
C C
+ vulkanisator (S) + Suhu (T1) + Tekanan (T2)
(1400 C -1600 C)
CH2 CH2
Linier
CH2 C C CH2
S S
CH2 C C CH2
CH3 H
Ikatan Silang
Gambar 2.4 Reaksi Ikatan Silang Pada Proses Vulkaisasi Model Karet
Rheometer dimana hasil pegujian berupa rheometer hubungan waktu dengan torsi
seperti gambar 2.4 (Soewarti Soesono, 1979).
Torsi
Tmaks
T90
Tmin
waktu
t2 Cure Rate T90 (menit)
F F
A 5 mm
26 mm
100 mm
44 mm 28 mm
F F
18 mm
100 mm
stress s F A
Modulus 100 %...................................2.4
strain l l 0
F Gaya N
A Luas Penampang m 2
l Perubahan Panjang m
l0 Panjang mula mula m
2.1.8.5 Ketahanan Koyak (Tear Resistance)
Ketahanan koyak adalah besarnya gaya yang diperlukan untuk megoyak
contoh uji pada ketebalan tertentu (Roberts, A, P, 1998).
Nilai ketahanan koyak dapat dihitung dengan rumus:
F
TR 2.5
A
dengan :
TR Ketahanan Koyak N m 2
F Gaya N
A Luas penampang daerah yang dibatasi dengan garis putus putus m 2
2.1.8.6 Kekerasan (Hardenes)
Kekerasan didefenisikan sebagai ketahanan suatu karet terhadap penetrasi.
Pengukuran kekerasan adalah untuk memperoleh nilai modulus elastis karet dengan
menentukan ketahanannya terhadap identor (penetrasi) yang diberikan gaya.
Beberapa cara pengukuran kekerasan yang dilakukan dibedakan atas identior yang
digunakan seperti identor bola, jung plat silinder, dan identor kerucut.
19
Tipe D. Contoh uji tarik diantara dua jepitan dengan arah vertikal. Penjepit sampel
dipilih yang tidak memberikan gesekan besar terhadap sampel, dan daya jepitan akan
naik apabila beban bertambah. Arah tarikan dari penjepit harus berada dalam satu
garis lurus searah dengan sampel. Hasil pengukuran Tegangan Putus, Perpanjangan
Putus, Modulus 300 % dapat dibaca pada printer recorder Tensimeter 10. Pengujian
ketahanan koyak dilakukan dengan alat Tensiometer Monsanto T-10 dengan bentuk
contoh uji model sudut seperti Gambar 2.6. contoh uji ditarik diantara dua jepitan alat
dengan kecepatan 500 mm/ menit hingga contoh uji koyak. Hasil pengujian dapat
dibaca pada printer recorder Tensiometer – 10. Sampel disiapkan dengan cara yang
rata dan tebalnya minimum 2 mm alat yang digunakan adalah Shore Durometer Type
A. Prinsip kerja alat Shore A adalah pengukuran dengan penetrasi jarum alat
pengukuran dengan penetrasi jarum alat pengukur dengan beban tetap terhadap
vulkanisat karet.
Conto uji vulkanisat ditekan pen penusuk dan pen tersebut bereaksi, karet
memberikan tekanan balik pada pen penusuk dan pen tersebut menekan kembali ke
alat pengukur. Makin keras contoh karet, maka makin besar tenaga yang diperlukan.
Pada waktu jarum menonjol maksimum maka jarum menunjukkan angka nol,
sedangkan pada posisi jarm sejajar dengan kaki penekan jarum akan menunjukkan
angka 100. karena ada perlawanan dari sampel sehingga menekan jarum yang
mengakibatkan jarum berputar dan skala menunjukkan angka nilai kekerasan karet.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
dikeringkan dioven pada suhu 700 C selama 24 jam. Lembaran crep kering setelah
dingin dimasukkan kedalam kantongan plastik.
Pengujian yang dilakukan dari setiap perlakuan adalah pengujian sifat teknis
yaitu P0 dan PRI, pengujian sifat vulkanisasi, pengujian sifat mekanis yaitu: tegangan
putus, perpanjangan putus, modulus 300%, ketahanan sobek, kekerasan.
3.3.2. Pengujian Sifat Teknis Penetapan Plastisitas Awal (Po) dan Plastisitas
Retention Indeks (PRI)
Contoh karet sekitar 25 gram digiling dengan gilingan pada Laboratorium
sebanyak 3 kali dengan ketebalan 3,2 – 3,6 mm. Kemudian lembaran karet tersebut
dipotong dengan alat wallace punch sebanyak 6 potong uji dengan diameter 13 mm,
seperti terlihat dalam gambar.
1 2 1
2 1 2
Untuk pengukuran plastisitas awal (Po) diambil potongan uji (1) sedangkan
potongan uji (2) untukm pengukuran setelah penugasan (PRI). Potongan uji (2)
diletakkan diatas baki dan simasukkan kedalam oven bersuhu 1400 C selama 30
menit. Sementara potongan uji (2) diusangkan, potongan uji (1) diukur plastisitasnya.
Potongan uji (1) sebanyak 3 buah diletakkan satu persatu diantara dua lembar kertas
sigaret TST yang berukuran 35 x 40 mm, kemudian diletakkan diatas piringan
plastimeter, lalu piringan tersebut dittup dan lampu menyala. Kemudian piringan
bawah plastimeter akan bergerak keatas selama 15 detik dan menekan piringan atas.
Setelah ketukan kedua terdengar, jarum mikrometer akan berhenti pada angka yang
merupakan nilai plastisitas karet. Setelah lampu mati plastimeter di buka, potongan
uji dikeluarkan dan dimasukan kembali potongan uji selanjutnya.
Potongan uji (2) setelah pengusangan dilakukan pengukuran dengan cara
yang sama sehingga diperoleh nilai plastisitas setelah pengusangan (Pa). Tiga
24
potongan uji dari setiap contoh diambil rata-ratanya dan dibulatkan. Nilai PRI dapat
diperoleh dengan menggunakan rumus (2.1).
3.3.3. Pembuatan Kompon
Sebelum dilakukan pencampuran dengan bahan kimia, contoh karet terlebih
dahulu dilakukan plastisasi karet dengan cara menggiling dengan alat open mill
selama 2 menit dengan celah roll 1,65 mm, pencampuran dengan bahan kimia
dilakukan selama 4 menit dengan memperkecil celah roll menjadi 0,33 mm.
Keterangan:
Kecepatan rol depan = 24 Putaran Permenit
Kecepatan rol belakang = 30 Putaran Permenit
Kecepatan rol giling dibuat bebeda agar terjadi pencampuran yang homogen
antara karet dengan bahan vulkanisator (Bahan Kimia). Bahan kimia tersebut
ditambahkan pada karet satu persatu dengan urutan sebagai berikut: Asam stearat,
ZnO, MBTS, BHT, Carbon Black dan yang terakhir adalah sulphur guna mencegah
terjadinya pravulkanisasi. Proses pencampuran kompon dengan cara memotong
kompon dari ujung sisi gilingan, digulung kemudian digiling kembali hingga
homogen.
Kompon yang telah selesai dibuat dalam bentuk lembaran dan dikeluarkan
dari gilingan dan masing-masing kompo dimasukkan kedalam kantong plastic dan
diberi label sesuai dengan kode sampel, lalu dibiarkan selama 24 jam kedalam kulkas.
25
terhadap sampel, dan daya jepitan akan naik apabila beban bertambah. Arah tarikan
dari penjepit harus berada dalam satu garis lurus searah dengan sampel. Hasil
pengukuran Tegangan Putus, Perpanjangan Putus, Modulus 300 % dapat dibaca pada
printer recorder Tensimeter 10.
3.3.6. Pengujian Ketahanan Koyak
Pengujian ketahanan koyak dilakukan dengan alat Tensiometer Monsanto
T-10 dengan bentuk contoh uji model sudut seperti Gambar 2.6. contoh uji ditarik
diantara dua jepitan alat dengan kecepatan 500 mm/ menit hingga contoh uji koyak.
Hasil pengujian dapat dibaca pada printer recorder Tensiometer – 10.
3.3.7. Pengujian Kekerasan
Sampel disiapkan dengan cara yang rata dan tebalnya minimum 2 mm alat
yang digunakan adalah Shore Durometer Type A. Prinsip kerja alat Shore A adalah
pengukuran dengan penetrasi jarum alat pengukuran dengan penetrasi jarum alat
pengukur dengan beban tetap terhadap vulkanisat karet.
Conto uji vulkanisat ditekan pen penusuk dan pen tersebut bereaksi, karet
memberikan tekanan balik pada pen penusuk dan pen tersebut menekan kembali ke
alat pengukur. Makin keras contoh karet, maka makin besar tenaga yang diperlukan.
Pada alat terdapat:
a. Skala 0-100 beserta jarum petunjuknya.
b. Pena tumpul yang menonjol 1/10 inchi (2.5 ±0.04 mm).
c. Jarum penunjuk membaca besarnya bagian pena yang menonjol dari kaki.
d. Penekan sebagai nilai dari kekerasannya.
Pada waktu jarum menonjol maksimum maka jarum menunjukkan angka nol,
sedangkan pada posisi jarm sejajar dengan kaki penekan jarum akan menunjukkan
angka 100. karena ada perlawanan dari sampel sehingga menekan jarum yang
mengakibatkan jarum berputar dan skala menunjukkan angka nilai kekerasan karet.
27
Lateks Kebun
N0 (100 % Asam Format + Sari Jeruk 0 %),N1 (90 % Asam Format + Sari Jeruk 10 %),
N2 (80 % Asam Format + Sari Jeruk 20 %), N3 (70 % Asam Format + Sari Jeruk 30 %),
N4 (60 % Asam Format + Sari Jeruk 40 %), N5 (50 % Asam Format + Sari Jeruk 50 %),
N6 (40 % Asam Format + Sari Jeruk 60 %), N7 (30 % Asam Format + Sari Jeruk 70 %),
N8 (20 % Asam Format + Sari Jeruk 80 %), N9 (10 % Asam Format + Sari Jeruk 90 %),
N10 (0 % Asam Format + Sari Jeruk 100 %),.
Koagulum
Kompon
ASTM 3A
Vulkanisasi
Vulkanisat
Kesimpulan
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian pengaruh campuran sari jeruk nipis dan asam format
sebagai bahan penggumpal lateks terhadap sifat mekanis karet seperti pada tabel
4.1. Sampel yang diteliti hádala sampel yang telah berbentuk kompon ASTM 3A
yang merupakan penggumpalan lateks dengan campuran asam format dan sari
jeruk nipis.
Tabel 4.1. Hasil pengujian pengaruh campuran sari jeruk nipis dan asam
format sebagai bahan penggumpal lateks terhadap sifat
mekanis karet.
Kode Perlakuan (%)
Sampel Po PRI ST OCT CR TS EB M-300% TR
(Nm-2) (Nm-2) (mnt) (mnt) (mnt) (MPa) (%) (MPa) (MPa)
Asam Sari Jeruk
Format Nipis
N0 0 100 44 54,54 0.77 2.05 1.37 24.75 482.33 13.38 24,24
N1 10 90 43 55,81 0.70 2.03 1.33 25.29 490.33 13.35 37,28
N2 20 80 40 75,00 0.68 2.01 1.30 20.26 470.33 11.70 36,42
N3 30 70 42 75,50 0.80 1.98 1.33 27.41 536.67 12.66 31,57
N4 40 60 39 75,35 0.65 1.96 1.17 27.85 572.33 11.41 28,25
N5 50 50 40 72,50 0.63 1.93 1.27 21.59 414.33 14.06 29,20
N6 60 40 39 71,79 0.57 1.43 1.25 24.86 499.00 12.62 28,12
N7 70 30 35 71,42 0.65 1.96 1.17 26.98 535.33 12.55 32,68
N8 80 20 37 72,97 0.63 1.93 1.27 26.39 529.00 12.39 30,08
N9 90 10 34 72,22 0.57 1.43 1.25 24.37 485.67 12.62 23,90
N10 100 0 36 70,00 0.77 2.05 1.37 24.78 463.00 14.33 28,76
Keterangan :
Po = Plastisitas Awal
PRI = Plastisitas Rotention Indeks
ST = Scorch Time (waktu penundaan)
CR = Cure Time (kecepatan masak)
OCT = Optimal Cure Time (waktu masak optimum)
TS = Tensil Strenght (tegangan putus)
EB = Elongation of Break (perpanjangan putus)
TR = Tear Strenght (ketahanan koyak)
H = Hardness (kekerasan)
30
50
Plastisitas Awal (Po)
dalam (Nm^-2)
40
30
20
10
0
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sari Jeruk Nipis
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Asam Format 5 %
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara Campuran Asam Format dan Sari
Jeruk Nipis-Vs-Plastisitas Awal (Po)
Dengan :
X : Campuran Asam Format dan Sari Jeruk Nipis
Y : Plastisitas Awal (Po)
31
Perlakuan (mL)
Kode Sampel Plastisitas Rotention Indeks (PRI)
Asam Format 5 % Sari Jeruk Nipis ( Nm-2)
N0 0 100 54,54
N1 10 90 55,81
N2 20 80 75,00
N3 30 70 75,50
N4 40 60 75,35
N5 50 50 72,50
N6 60 40 71,79
N7 70 30 71,42
N8 80 20 72,97
N9 90 10 72,22
N10 100 0 70,00
80
70
dalam (Nm^-2)
60
50
(PRI)
40
30
20
10
0
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sari Jeruk Nipis
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara Campuran Asam Format dan Sari
Jeruk Nipis-Vs-Plastisitas Rotention Indeks (PRI).
Dengan :
X : Campuran Asam Format dan Sari jeruk Nipis
Y : Plastisitas Rotention Indeks (PRI)
32
Perlakuan (mL)
Waktu Penundaan/
Kode Sampel
Scorch Time (ST)
Asam Format 5 % Sari Jeruk Nipis (menit)
N0 0 100 0.77
N1 10 90 0.70
N2 20 80 0.68
N3 30 70 0.80
N4 40 60 0.65
N5 50 50 0.63
N6 60 40 0.57
N7 70 30 0.65
N8 80 20 0.63
N9 90 10 0.57
N10 100 0 0.77
0.9
0.8
dalam (menit)
0.7
Time (ST)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sari Jeruk Nipis
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara Campuran Asam Format dan Sari
Jeruk Nipis-Vs-Waktu Penundaan/ Scorch Time (ST).
Dengan :
X : Campuran Asam Format dan Sari Jeruk Nipis
Y : Waktu Penundaan/ Scorch Time (ST)
33
Perlakuan (mL)
Waktu Masak Optimum/
Kode Sampel
Optimal Cure Time (OCT)
Asam Format 5 % Sari Jeruk Nipis (menit)
N0 0 100 2.05
N1 10 90 2.03
N2 20 80 2.01
N3 30 70 1.98
N4 40 60 1.96
N5 50 50 1.93
N6 60 40 1.43
N7 70 30 1.96
N8 80 20 1.93
N9 90 10 1.43
N10 100 0 2.05
2.5
Optimum Cure
2
dalam (menit)
Time (OCT)
1.5
0.5
0
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sari Jeruk Nipis
Asam Format 5 %
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Gambar 4.4. Grafik hubungan antara Campuran Asam Format dan Sari
Jeruk Nipis -Vs-Waktu Masak Optimal/ Optimum Cure Time (OCT).
Dengan :
X : Campuran Asam Format dan Sari Jeruk Nipis
Y : Waktu Masak Optimal/ Optimun Cure Time (OCT)
34
Perlakuan (mL)
Kecepatan Masak/
Kode Sampel
Cure Time (CT)
Asam Format 5 % Sari Jeruk Nipis (menit)
N0 0 100 1.37
N1 10 90 1.33
N2 20 80 1.30
N3 30 70 1.33
N4 40 60 1.17
N5 50 50 1.27
N6 60 40 1.25
N7 70 30 1.17
N8 80 20 1.27
N9 90 10 1.25
N10 100 0 1.37
1.4
Kecepatan Masak/
1.35
1.3
(menit)
1.25
1.2
1.15
1.1
1.05
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sari Jeruk Nipis
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara Camuran Asam Format dan Sari
Jeruk Nipis-Vs-Kecepatan Masak/ Cure Time (CT).
Dengan :
X : Campuran asam format dan sari jeruk nipis
Y : Kecepatan Masak/ Cure Time (CT)
35
Perlakuan (mL)
Tegangan Putus/
Kode
Asam Tensile Strength
Sampel Sari Jeruk
Format 5 (TS) (%)
Nipis
%
N0 0 100 24,75
N1 10 90 25,29
N2 20 80 20,26
N3 30 70 27,41
N4 40 60 27,85
N5 50 50 21,59
N6 60 40 24,86
N7 70 30 26,98
N8 80 20 26,39
N9 90 10 24,37
N10 100 0 24,78
30
25
20
15
10
5
0
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sari Jeruk Nipis
Asam Format 5 %
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara Campuran Asam Format dan Sari
Jerulk Nipis-Vs- Tegangan Putus/ Tensile Strength (TS).
Dengan :
X : Campuran asam format dan sari jeruk nipis
Y : Tegangan Putus/ Tensile Strength (TR)
36
Perlakuan (mL)
Perpanjangan Putus/
Kode
Asam Sari Elongation Break
Sampel
Format 5 Jeruk (EB) (dalam %)
% Nipis
N0 0 100 482.33
N1 10 90 490.33
N2 20 80 470.33
N3 30 70 536.67
N4 40 60 572.33
N5 50 50 414.33
N6 60 40 499.00
N7 70 30 535.33
N8 80 20 529.00
N9 90 10 485.67
N10 100 0 463.00
700
Perpanjangan Putus/
600
500
dalam (%)
400
300
200
100
0
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sari Jeruk Nipis
Asam Format 5 %
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Gambar 4.7. Grafik hubungan antara Campuran Asam Format dan Sari
Jeruk Nipis-Vs- Perpanjangan Putus/ Elongation Break (EB).
Dengan :
X : Campuran asam format dan sari jeruk nipis
Y : Perpanjangan Putus/ Elongation Break (EB)
37
Perlakuan (mL)
Kode
Asam Sari Modulus 300 %
Sampel
Format Jeruk (MPa)
5% Nipis
N0 0 100 13.74
N1 10 90 12.41
N2 20 80 13.11
N3 30 70 12.98
N4 40 60 12.33
N5 50 50 11.74
N6 60 40 14.43
N7 70 30 12.33
N8 80 20 11.74
N9 90 10 14.43
N10 100 0 13.74
16
14
12
10
8
6
4
2
0
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sari Jeruk Nipis
Asam Format 5 %
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Gambar 4.8 Grafik hubungan antara Campuran Asam Format dan Sari
Jeruk Nipis-Vs- Modulus 300%.
Dengan :
X : Campuran asam format dan Sari Nanas
Y : Modulus 300%
38
Perlakuan (mL)
Ketahanan Koyak/
Kode Sampel
Tear Strength (TR)
Asam Format 5 % Sari Jeruk Nipis (MPa)
N0 0 100 24,24
N1 10 90 37,28
N2 20 80 36,42
N3 30 70 31,57
N4 40 60 28,25
N5 50 50 29,20
N6 60 40 28,12
N7 70 30 32,68
N8 80 20 30,08
N9 90 10 23,90
N10 100 0 28,76
35
dalam (Mpa)
30
25
20
15
10
5
0
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sari Jeruk Nipis
Asam Format 5 %
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Gambar 4.9 Grafik hubungan antara Campuran Asam Format dan Sari
Jeruk Nipis-vs- Ketahanan Koyak/ Tear Strength (TR).
Dengan :
X : Campuran asam format dan sari jeruk nipis
Y : Ketahanan Koyak/ Tear Strength (TR)
39
Perlakuan (mL)
Kekerasan/
Kode Sampel
Hardness (H)
Asam Format 5 % Sari Jeruk Nipis (MPa)
N0 0 100 65
N1 10 90 65
N2 20 80 69
N3 30 70 68
N4 40 60 65
N5 50 50 69
N6 60 40 69
N7 70 30 68
N8 80 20 65
N9 90 10 67
N10 100 0 68
70
69
dalam (Mpa)
68
67
66
65
64
63
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sari Jeruk Nipis
Asam Format 5 %
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Gambar 4.10 Grafik hubungan antara Campuran Asam Format dan Sari
Jeruk Nipis-Vs- Kekerasan/ Hardness (H).
Dengan :
X : Campuran asam format dan sari jeruk nipis
Y : Kekerasan/ Hardness (H)
40
4.2 Pembahasan
Hasil analisa dari setiap perlakuan pencampuran variasi asam format dan
sari jeruk nipis untuk penggumpalan terhadap pengusangan yaitu: Plastisitas Awal
(Po), dan Plastisitas Rotention Indeks (PRI); sifat vulkanisasi yaitu: Waktu
Penundaan (ST), Kecepatan Masak (CT), Waktu Masak Optimum (OCT); sifat
mekanik karet yaitu Tegangan Putus (TS), Perpajangan Putus (EB), Modulus
300%, Ketahanan Kayak (TR), Kekerasan (H) diperlihatkan dalam bentuk tabel
tabel 4.1 sampai tabel 4.11. dan gambar 4.1. sampai gambar 4.10.
4.2.1 Pengusangan
Untuk menguji Po dan PRI alat yang dipergunakan adalah wallace
plastimeter. Dengan penambahan sari jeruk nipis dan asam format terjadi pada
penggumpalan pada lateks dimana pengaruh jeruk nipis dan asam format
memutus ikatan protein, karbohidrat dan lipida pada lateks dan meningkatkan
plastisitas awal (sebelum pengusangan atau sebelum dipanaskan pada suh 1000 C
selama 30 menit) semakin bertambahnya konsensentrasi campuran sari jeruk nipis
semakin meningkatkan plastisitas awalnya dan semakin berkurangnya energi/
panas pada plastisitas awal. Dimana nilai plastisitas awal terendah terdapat pada
campuran 90% asam format dan 10% sari jeruk nipis pada lateks sebesar 34 Nm-2,
sedangkan nilai plastisitas awa tertinggi terdapat pada campuran 0% asam format
dan 100% sari jeruk nipis pada lateks sebesar 44 Nm-2, dan juga nilai plastisitas
rotention indeks/ PRI (setelah pengusangan dibagi sebelum pengusangan
dikalikan dengan 100%) terendah terdapat pada campuran 0% asam format dan
100% sari jeruk nipis sebesar 54,54 Nm-2, sedangkan nilai PRI terbesar terdapat
pada campuran 30% asam format dan 70% sari jeruk nipis sebesar 75,50 Nm-2
yang berarti pada campuran ini karet semakin keras.
beberapa menit pada suhu tinggi dan rendah, pengurangan waktu ini sangat peting
untuk menghasilkan laju produksi yang tinggi dan pengurangan investasi modal.
Dengan penambahan sari jeruk nipis dan asam format terjadi peningkatan
laju vulkanisasi yaitu terjadinya pemercepatan waktu vulkanisasi dimana sari
jeruk nipis dan asam format berperan sebagai pemercepat proes peleburan
(pelelehan) pada proses vlkanisasi (pemasakan). Hal ini dapat dilhat dari data
tabel 4.4. sampai tabel 4.6. dan grafik 4.3. sampai grafik 4.5.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dibuat kesimpulan :
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pencampuran sari jeruk
nipis dengan asam format terhadap penggumpalan lateks terjadi dengan
cepat, dengan penambahan sari jeruk nipis dengan asam format terhadap
pengusangan meningakatkan plastisitas awalnya sebelum pengusangan
dan setelah pengusangan yang berarti karet mentah membutuhkan energi/
panas yang kecil dan karet semakin keras yaitu pada plastisitas awal
sebelum pengusangan pada campuran (10:90)% sebesar 34 Nm-2, dan
plastisitas rotention indeks (perbandingan antara plastisitas setelah
pengusangan dengan sebelum pengusangan dikalikan dengan 100%)
tertinggi pada campuran (10:90)% sebesar 75,50 Nm-2.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pencampuran sari jeruk nipis
dengan asam format dapat mempercepat/ meningkatkan laju vulkanisasi,
dan juga menunjukkan bahwa dengan pencampuran sari jeruk nipis
dengan asam format dapat meningkatkan nilai sifat mekanik pada karet
yang berati karet semakin keras dan elastis.
3. Penambahan sari jeruk nipis dan asam format bebanding lurus dengan nilai
Sifat vulkanisasi yaitu waktu penundaan, waktu masak, dan waktu masak
optimum, dan Sifat mekaniknya yaitu tegangan putus, tegangan tarik,
modulus 300%, ketahanan koyak dan kekerasan.
43
5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka disarankan :
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk meneliti sifat-sifat fisika
lainnya seperti viskositas money.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan kandungan asam yang lebih
tinggi dari jeruk nipis
3. Untuk peneliti selanjutnya, perlu diperhatikan alat yang digunakan untuk
mengukur pH selain kertas pH untuk proses penggumpalan yang lebih
sempurna.
4. Untuk penelitti selanjutnya, perlu dibandingkan campuran yang dipakai
dari cangkang ataupun asam belimbing lainnya.
44
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Sembawa, (1996), Sapta Bina Usaha Tani Karet Rakyat (edisi ke-2),
Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa , Palembang
Island. Boerhendhy., dan Dwi. Agustina., (2006), Potensi Pemanfaatan Kayu Karet
Untuk Mendukung Peremajaan Perkebunan Karet Rakyat, balai Penelitian
Sembawa, Pusat Penelitian Karet, Palembang
Mariani. L., (2001), Pengaruh Limba Cair Cacau dengan Kelapa Sawit sebagai
pengumpalan Karet, Universitas Sumatera Utara, Medan
Morton. M, (1973), Ilmu Bahan dan Struktur Bahan. Fisika Universitas jilid 2.
Jakarta
Patricia. Dian. I., Hanik. Murjayanah., dan Sri. Kismiati., (2008), Pemanfaatan Jeruk
nipis (Citrus aurantifolia,swingle) sebagai Bahan Dasar Pembuatan Sirup,
Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK), Universitas Negeri
Semarang
Roberts. A. P., (1998), Studi Energi Pengaktifan, Sifat Vulkanisasi dan Fisika
Caampuran Karet Alam dan Sintetik. Konferensi Karet Alam
Sipayung. M., dkk., (2004), Statistik Terapan, Penerbit UNIMED Press, Medan.
Soewarti. Soesono., (1979), Pedoman Pengujian Sifat Barang Jadi Karet. Pabrik
Menara Perkebunan Karet.
Surya. Indra., (2006), Buku Ajar Teknologi Karet (TKK-413). Departemen Teknik
Kimia Fakultas Teknik USU. Medan