You are on page 1of 42

A.

1 Pengertian Metode

 Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang

ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk

dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti

sebagai alat untuk mencapai tujuan.[1]

Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik,

sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode

mengajar yang digunakan oleh guru.

Metode belajar yang mampu membangkitkan motif, minat atau gairah belajar murid

dan menjamin perkembangan kegiatan kepribadian murid adalah metode diskusi. Metode diskusi

merupakan suatu cara mengajar yang bercirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau

pokok pertanyaan atau problem. Di mana para anggota diskusi dengan jujur berusaha mencapai

atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.[2] Dalam metode

diskusi guru dapat membimbing dan mendidik siswa untuk hidup dalam suasana yang penuh

tanggung jawab, msetiap orang yang berbicara atau mengemukakan pendapat harus berdasarkan

prinsip-prinsip tertentu yang dapat diperanggungjawabkan. Jadi bukan omong kosong, juga

bukan untuk menghasut atau mengacau suasana. Menghormati pendapat orang lain, menerima

pendapat yang enar dan menolak pendapatb yang salah adalah ciri dari metode yang dapat

dighunakan untuk mendidik siswa berjiwa demokrasi dan melatih kemampuan berbicara siswa.

Agar suasana belajar siswa aktif dapat tercapai, maka diskusi dapat menggunakan variasi model-

model pembelajaran menarik dan memotivasi siswa. Dari sekan banyak model pembelajaran

yang ada, model pembelajaran jigsaw cocok untuk digunakan dalam metode diskusi. Model
pembelajaran jigsaw membantu murid untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus

siswa mampu menjadi nara sumber bagi satu sama yang lain.

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga
seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)
pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik
pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan
istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah
tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat
unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran
(target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat
yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif
untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak
titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)
untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil


perilaku dan pribadi peserta didik.
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling
efektif.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik
pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.
R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari
strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-
discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan


berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of
operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”
(Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang
dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah;
(2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7)
brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan
demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah
pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan
teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki
sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang
sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan
dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru
yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga
seni (kiat)

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A.
Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1)
model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4)
model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat
divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur
umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran
tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai
kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah
modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan
unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria
penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah
yang akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru
atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-
kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat
sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan
teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat
secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas,
sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan
muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin
memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

PENDAHULUAN

I.1 PENGERTIAN BELAJAR

I.1.A Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia :

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah


tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

I.1.B Pengertian belajar menurut beberapa ahli :

1. Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka


Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman.

2. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.

3. Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)


Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman.
4. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta;
1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
praktek atau latihan.

5. Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu  itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

6. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)


Belajar adalah  serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

7. R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22.
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku

8. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan
pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln

9. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa:


Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period
time, and which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus
menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne
berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm
diri dan keduanya saling berinteraksi.

10. Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition
of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
11. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan
atau pengalaman.

I.2 CIRI-CIRI BELAJAR

Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat


pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap
(afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak


karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:

1. Adanya dorongan rasa ingin tahu

2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan
zaman dan lingkungan sekitarnya.

3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas
kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.

4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.

5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.


7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

8. Untuk mengisi waktu luang.

I.3 JENIS-JENIS BELAJAR

I.3.A Menurut Robert M. Gagne

Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar.


Karena itu banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada
delapan tipe belajar :

1. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi
sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan
respon.dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang
guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa
tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.

2. Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap
stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement)
sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru
memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang
kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid
menjawab.

3. Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat


gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam
urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal
membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.

4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar


menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau
kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya
yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek
tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.

5. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang


berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu
seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata
atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi
masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah
bentuk (kubus) siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak
kardus, kubus, dsb.

6. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau


menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu
konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu
memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami
prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah
mekanika teknik.

7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan
aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan
antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu
seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas
yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya
siswa tidak mengulangi kesalahannya.

8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar
yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga
terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang
guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk
memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah
tersebut.
Selain delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika
jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokkan hasil-hasil belajar
yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu katagori. Kelima hal tersebut adalah :

1. keterampilan intelektual : kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan


lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau gambar.

2. informasi verbal : seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta


atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara
menggambar.

3. strategi kognitif : kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya


sendiri, mengingat dan berfikir.

4. keterampilan motorik : seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam


urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya adalah otomatisme yaitu
gerakan berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes.

5. sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan-


pilihan dalam bertindak.

I.3.B Menurut Bloom

Benyamin S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai


pencetus konseptaksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokkan
tujuan berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga dmain
belajar yaitu :

1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan


aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau
nalar. Kawasan ini tediri dari:
Pengetahuan (Knowledge).
Pemahaman (Comprehension).
Penerapan (Aplication)
Penguraian (Analysis).
Memadukan (Synthesis).
Penilaian (Evaluation).
2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap
moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
Penerimaan (receiving/attending).
Sambutan (responding).
Penilaian (valuing).
Pengorganisasian (organization).
Karakterisasi (characterization)
3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot
(neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
Kesiapan (set)
Meniru (imitation)
Membiasakan (habitual)
Adaptasi (adaption)
I.3.C Penggabungan Dari Tiga Ahli (A. De Block, Robert M. Gagne, C. Van
Parreren)

1. Belajar arti kata-kata. Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai
menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.

2. Belajar Kognitif. Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan
masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang
melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat
mental.

3. Belajar Menghafal. Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi


verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali
secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan
yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.

4. Belajar Teoritis. Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan
fakta {pengetahuan} dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat
difahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam
bidang-bidang studi ilmiah.

5. Belajar Konsep. Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki
konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya,
sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.

6. Belajar Kaidah. Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran
intelektual {intellectual skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah
adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu
ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.

7. Belajar Berpikir. Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang
harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam
pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya
menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.

Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah
sebagai berikut:

Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.

Masalah itu diperjelas dan dibatasi.

Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.


Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis,
kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk
diterima atau ditolak.

Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku


sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada
kesimpulan.

Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai


berikut.

Kesadaran akan adanya masalah.

Merumuskan masalah.

Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.

Menguji hipotesis-hipotesis itu.

Menerima hipotesis yang benar.

1.3.D Menurut UNESCO

UNESCO telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat
pilar dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) :

1. Learning to know. Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana


belajar, dalam hal ini ada tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya
dan siapa yang belajar.

2. Learning to do. Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang
mampu mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam
hal ini menekankan perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan
dengan dunia kerja.
3. Learning to live together. Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar
mampu hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya,
dan mampu berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.

4. Learning to be. Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani


secara maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan
mengaktualisasikan diri. Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati
diri, memahami kemampuan dan kelemahanya dengan kompetensi-
kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh.

I.4 PENGERTIAN PEMBELAJARAN

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar.


Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa
guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar
meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.

1.4.A Pengertian pembelajaran menurut kamus bahasa Indonesia :

Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup


belajar.

1.4.B Pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli :

1. Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja
melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru
untuk mencapai tujuan kurikulum.

2. Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran ini


adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa
untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal.
I.5 CIRI-CIRI PEMBELAJARAN

Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :

1. merupakan upaya sadar dan disengaja

2. pembelajaran harus membuat siswa belajar

3. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan

4. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya

1.6 PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, PEMELAJAR, DAN PEMBELAJAR

Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung


proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa
(Winkel,1991)

Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal


mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa
yang dialami atau dilihatnya). (Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, 1997).
Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan
kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar.
Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan
siswa.

Pemelajar adalah orang yang melakukan pengajaran.

Pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran.

Perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran:

N Pengajaran Pembelajaran
O
1 Dilaksanakan oleh mereka yang Dilaksanakan oleh mereka yang dapat
berprofesi sebagai pengajar membuat orang belajar

2 Tujuannya menyampaikan Tujuannya agar terjadi belajar pada


informasi kepada si belajar diri siswa

3 Merupakan salah satu penerapan Merupakan cara untuk


strategi pembelajaran mengembangkan rencana yang
terorganisasi untuk keperluan belajar.

4 Kegiatan belajar berlangsung bila Kegiatan belajar dapat berlangsung


ada guru atau pengajar dengan atau tanpa hadirnya guru

1.7 PRINSIP PEMBELAJARAN MENURUT GAGNE DAN ATWI SUPARMAN

Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan mengadaptasi


pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut :

1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi
sebelumnya.

2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh
kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.

3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.

4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer
kepada situasi lain yang terbatas pula.

5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang
kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.

6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan
ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik
menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.

8. Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi


dengan mewujudkan dalam suatu model.

9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih
sederhana.

10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi
tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.

11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan
cepat ada yang lebih lambat.

12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan


kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk
membuat respon yang benar.

Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang
dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:

1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat siswa dengan
mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives) :


memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti
pelajaran.

3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior


learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang
menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) : menyampaikan materi-
materi pembelajaran yang telah direncanakan.

5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan


pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki
pemahaman yang lebih baik.

6. memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ; siswa diminta untuk


menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.

7. memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa jauh ketepatan


performance siswa.

8. Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan tes/tugas untuk


mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.

9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer):


merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan
rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI BELAJAR

Menurut analisis penulis, Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami
hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari
pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap
evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih
relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.

Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan
manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah
(manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga
tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut
tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah
tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada
keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas
yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.

Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang
ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun
tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga memainkan peranan penting
dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang semakin
ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar.

Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi digunakan untuk
membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi belajar disamping membawa manfaat
namun dapat juga menjadi mudarat. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar namun
kegiatan belajar memiliki arti penting yaitu dengan belajar seseorang dapat
mempertahankan dirinya untuk tetap bertahan hidup dari segala macam gangguan baik
yang datang dari dalam dirinya maupun juga yang datang dari luar dirinya.

II.2 JENIS-JENIS BELAJAR

Bedasarkan teori-teori yang telah dipaparkan dalam BAB I, banyak cara dalam
melakukan proses balajar . Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis belajar.
Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu Belajar isyarat (signal
learning), Belajar stimulus respon, Belajar merantaikan (chaining), Belajar asosiasi verbal
(verbal Association), Belajar membedakan (discrimination), Belajar konsep (concept
learning), Belajar dalil (rule learning), Belajar memecahkan masalah (problem solving).
Dari kedelapan jenis tersebut dapat menumbuhkembangkan perilaku kognitif yang
mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis dan evaluasi. Selain dari
kognititf aspek avektif dan psikomotor sesorang juga tumbuh. Aspek afektif mencakup
Penerimaan, Sambutan, Penilaian, Pengorganisasian, Karakterisasi. Sedangkan psikomotor
mencakup Kesiapan (set), Meniru (imitation), Membiasakan (habitual), Adaptasi (adaption).
Dari tumbuhnya ketiga aspek tersebut barulah seseorang dapat dikatakan telah mencapai
tujuan dari belajar.
Belajar kognitif dimana adalah belajar yang berkaitan dengan aspek intelektual.
Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami,
mengaplikasikan,menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar. Pengalaman
belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal misalnya menggunakan
jembatan ingatan yaitu dengan dihubungkan dengan benda-benda, kata-kata atau sebagainya
yang biasa ditemukan dan mudah diingat sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan
kita. Jenis materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta,konsep,prinsip, dan
procedure. Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan,
mengidentifikasikan karakteristik dan sebagainya. Pengalaman belajar tingkatan aplikasi
dilakukan dengan jalan menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap kasus nyata yang
terjadi di lapangan. Pengalaman belajar tingkatan sintesis dilakukan dengan memadukan
berbagai unsure atau komponen,menyusun membentuk bangunan, menggambar dan
sebagainya. Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar tingkatan penilaian
dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap objek studi menggunakan criteria tertentu.
Berkaitan dengan kawasan afektif, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar
siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan
contoh/model, mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau
berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan nilai yang dipelajari dan sebagainya.
Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar yang dapat dilakukan untuk
mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan
menirukan, menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.

1I.3 PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN

Proses pembelajaran dialami setiap orang sepanjang hayat serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam
pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pada dasarnya Pembelajaran
mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi
yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar
dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan
(aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai
pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan
adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Di dalam pembelajaran dapat
berlangsung dengan atau tanpa hadirnya guru.

Dalam proses belajar terdapat komponen pendukung yang dapat mendorong


tercapainya tujuan utama dari proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan
perilaku. Proses belajar dapat terjadi baik secara alamiah maupun direkayasa. Proses
balajar secara alamiah biasanya terjadi pada kegiatan yang umumya dilakukan oleh setiap
orang dan kegiatan belajar ini tidak direncanakan. Sedangkan proses belajar yang
direkayasa merupakan proses belajar yang memiliki sistematika yang jelas dan telah
direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses ini metode
yang digunakan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini proses
belajar yang direkayasa yang lebih memungkinkan tercapainya perubahan perilaku karena
ada rancangan yang berisi metode dan alat pendukung.

Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran harus


dirancang untuk memberikan pengalaman belajar pada peserta didik. Pengalaman belajar
yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang
bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran disusun
untuk memberikan bantuan kepada pengajar, khususnya siswa agar dapat melaksanakan
proses pembelajaran secara professional. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa secara berurutan untuk mencapai kompetensi
dasar. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan kirarki konsep materi
pembelajaran, dan rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung
dua unsure penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa yaitu
kegiatan siswa dan materi.
II.4 PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu
diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar
prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil
penelitian dalam pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil yang
lebih optimal. Oleh karena itu untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang efektif dan
efisien, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikemukakan oleh
Gagne dan Atwi Suparman.

Pembelajaran yang efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur


pemanasan dan apersepsi, eksplorasi, konsolidaesi pembelajaran, pembentukan
kompetensi; sikap dan perilaku, penilaian formatif.

Pada dasarnya prinsip-prinsip belajar adalah perhatian, motivasi, keaktifan siswa,


keterlibatan langsung, pengulangan belajar, materi belajar yang merangsang dan
menantang, penguatan kepada siswa dan aspek psikologi lain.

Perhatian, dalam pembelajaran guru hendaknya tidak mengabaikan masalah


perhatian. Sebelum pembelajaran dimulai guru hendaknya menarik perhatian siswa agar
siswa berkonsentrasi dan tertarik pada materi pelajaran yang sedang diajarkan.

Motivasi, Jika perhatian siswa sudah terpusat maka langkah guru selanjutnya
memotivasi siswa. Walaupun siswa udah termotivasi dengan kegiatan awal saat guru
mengkondisikan agar perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran yang sedang
berlangsung. Namun guru wajib membangun motivasi sepanjang proses belajar dan
pembelajaran berlangsung agar siswa dapa mengikuti pelajaran dengan baik.

Keaktifan siswa, Pembelajaran yang bermakna apabila siswa aktif dalam proses
belajar dan pembelajaran. Siswa tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang
disampaikan guru, tetapi siswa beraktivitas langsung. Dalam hal ini guru perlu
menciptakan situasi yang menimbulkan aktivitas siswa.
Keterlibatan langsung, pelibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran adalah
penting. Siswalah yang melakukan kegiatan belajar bukan guru. Supaya siswa banyak
terlibat dalam proses pembelajaran, guru hendaknya memilih dan mempersiapkan kegiatan-
kegiatan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pengulangan belajar, Penguasaan meteri oleh siswa tidak bisa berlangsung secara
singkat. Siswa perlu melakukan pengulangan-pengulangan supaya meteri yang dipelajari
tetap ingat. Oleh karena itu guru harus melakukan sesuatu yang membuat siswa melakukan
pengulangan belajar.

Materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang siswa merasa bosan dan
tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti
ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang
dan menantang siswa untuk mempelajarinya.

Balikan atau penguatan kepada siswa, penguatan atau reinforcement mempunyai


efek yang besar jika sering diberikan kepada siswa. Setiap keberhasilan siswa sekecil
apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.

Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda.


Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar
siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan
kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran , dll.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah
lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Adapun Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat
interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena
kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang
ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Jenis-jenis belajar menurut Robert M. Gagne :

1. Belajar isyarat (signal learning).

2. Belajar stimulus respon.

3. Belajar merantaikan (chaining).

4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association).

5. Belajar membedakan (discrimination

6. Belajar konsep (concept learning).

7. Belajar dalil (rule learning).

8. Belajar memecahkan masalah (problem solving).

Jenis-jenis belajar menurut Benyamin S. Bloom :

1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif).

2. Affective Domain (Kawasan afektif).

3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik).


Jenis-jenis belajar penggabungan dari tiga ahli (A. De Block, Robert M. Gagne, C. Van Parreren)
:

1. Belajar Arti Kata-kata.

2. Belajar Kognitif.

3. Belajar Menghafal.

4. Belajar Teoritis.

5. Belajar Konsep.

6. Belajar Kaidah

7. Belajar Berpikir

Prinsip-prinsip belajar menurut Gagne :

1. Menarik perhatian (gaining attention)

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives)

3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning)

4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus)

5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance)

6. memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance)

7. memberikan balikan (providing feedback)

8. Menilai hasil belajar (assessing performance)

9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer)


Strategi pembelajaran dapat diatikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang perlu kita cermati dari pengertian di atas;
1. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan ) termasuk
menggunakan metode dan memanfaatkan berbagai sumber daya / kekuatan dalam pembelajaran.
Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai rencana kerja belum sampai pada
tindakan.Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian
tujuan.Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai
fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu,
sebelum menemukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.

Nah, sekarang bagaimana mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah tersusun tercapai secara optimal, ini yang dinamakan dengan
metode.
Ini berarti , metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.Dengan
demikian bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode.Misalnya untuk
melaksanakan strategi Ekspositori, bisa digunakan metode cerama,sekaligus metode tanya jawab
atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan
media pembelajaran..
Oleh karenanya, strategi berbeda dengan metode;
Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah
cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.

Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan (approach ).
Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan strategi maupun metode.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran.
Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih terlalu umum.Oleh karenyanya strategi dan metode pembelajaran dapat bersumber atau
bergantung dari pendekatan tertentu.
Roy Killen (1998) misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru, dan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran
deduktif, atau pembelajaran ekspositori.Sedangkan,pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi pembelajaran induktif.

Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran terdapat pula istilah teknik mengajar.
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu
metode..
Misalnya: Cara yang bagaimana yang dilakukan agar metode ceramah yang dilakukan berjalan
efektif dan efisien ?.
Dengan demikian, sebelum seseorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan
kondisi dan situasi.

Dari penjelasan di atas , maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi pembelajaran yang
diterapkan guru akan terntung pada pendekatan yang digunakan;Sedangkan bagaimana
menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya
menjalankan metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan
dengan metode .

Lebih lanjut tentang: Pengertian Strategi,Metode,Teknik dan Pendekatan Pembelajaran

Sebagai guru, tentu kita dihadapkan pada persoalan melaksanakan pembelajaran di kelas dengan
berbagai metode, pendekatan, strategi dan model pembelajaran yang beragam untuk menarik
minat siswa.

Namun kebanyakan kita (terutama saya tentunya) masih bingung dengan istilah metode, strategi,
pendekatan dan model pembelajaran. bahkan banyak dari kita yang menganggapnya sama.
Berikut ini saya kan coba memberikan pengertiannya yang saya rangkum dari berbagai sumber

1. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang sistematis untuk menyampaikan
informasi (Gerlach dan Elly, 80:14).     Bisa diartikan juga metode: ceramah, tanya jawab,
diskusi, demonstrasi, eksperimen, laboratorium, penemuan (discovery atau  inquiry), investigasi,
eksplorasi, pemecahan masalah, permainan, matematika di luar kelas, pemberian tugas (drill atau
latihan), bermain peran, dan pembelajaran kooperatif.

2. Strategi Pembelajaran

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Depdiknas, 2002) menyatakan bahwa strategi adalah
rencana yang cermat mengenai   kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dengan demikian,
strategi pembelajaran dapat pula disebut sebagai cara yang sistematik dalam mengomunikasikan
isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Pendekatan Pendekatan

Wina (2006) yang menyatakan bahwa Killen telah mengategorikan pendekatan menjadi dua
yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang bepusat pada siswa. Pendekatan
yang berpusat pada guru dapat menurunkan strategi pembelajaran seperti pembelajaran langsung,
sedangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat menurunkan strategi pembelajaran
seperti strategi inkuiri.

4. Model Pembelajaran

Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan ‘model pembelajaran’ sebagai


kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:84-85) menyatakan 10 model pembelajaran, di
antaranya: model pencapaian konsep, model latihan penelitian, model sinektiks, model
pertemuan kelas, model investigasi kelompok, model yurisprudensial, model latihan laboratoris,
model kontrol diri, dan model simulasi.

Demikian semoga dapat membantu

Metode  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang
memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini
adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan
secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari
semua materi sendirian.

Setiap siswa yang ada di “kelompok awal”


mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian
bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain,
dan setelah menguasai materi lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan
menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya.

Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca materi yang sama dan mereka bertemu
serta mendiskusikannya untuk memastikan pemahaman.

Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” – dimana anggotanya berasal dari kelompok
lain yang telah membaca bagian tugas yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka
berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru.

Setelah menguasai materi baru ini, semua siswa pulang ke “kelompok awal” dan setiap anggota
berbagi pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw.” Seperti dalam “jigsaw
puzzle” (teka-teki potongan gambar), setiap potongan gambar – analogi dari setiap bagian
pengetahuan – adalah penting untuk penyelesaian dan pemahaman utuh dari hasil akhir
Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini
mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.

Fasilitator dapat mengatur strategi jigsaw dengan dua cara:

Pengelompokkan Homogen

Instruksi: Kelompokkan para peserta yang memiliki kartu nomor yang sama. Misalnya, para pe-
serta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi berdasarkan apa yang mereka baca. Oleh
karena itu, semua peserta yang membaca Bab 1, Bab 2, dst, akan ditempatkan di kelompok yang
sama.

Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama,
berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di atas meja.

Kelebihan: Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi perspektif yang ber-
beda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial diakibatkan oleh pemahaman yang lebih
mendalam terhadap salah satu bab. Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses analisis
daripada hanya sekedar narasi sederhana.

Kelemahan: fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan.

Pengelompokkan Hiterogen

Instruksi: Tempatkan para peserta yang memiliki nomor yang berbeda-beda untuk duduk ber-
sama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan terdiri atas 4 individu: satu yang
telah membaca Bab 1, satu yang telah membaca Bab 2, dsb.

Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi papan nama,
berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di setiap meja. Biarkan para peserta mencari
tempatnya sendiri sesuai bab yang telah mereka baca berdasarkan “siapa cepat ia dapat”.

Kelebihan: Memungkinkan “peer instruction” dan pengumpulan pengetahuan, memberikan pe-


serta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca.

Kelemahan: Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi tersebut tidak dapat
dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan interpretatif) dalam
berbagi informasi.

METODE CERAMAH DALAM PEMBELAJARAN

Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam
pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu
seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan pembelajar
ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat
pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar.
Ceramah wajar dipergunakan

1. Kalau pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dan tidak, terdapat bahan
bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.

2. Kalau pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau
karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dapat
dipergunakan.

3. Kalau pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan rnerangsang pembelajar untuk
melaksanakan sesuatu pekerjaan.

Kelemahan metode ceramah

1. Pengajar tak dapat mengetahui sampai di mana pembelajar telah mengerti pembicaraannya.

2. Kata-kata yang diucapkan pengajar, ditafsirkan lain oleh pembelajar.

Batas batas kemungkinan metode ceramah

1. Pengajar tidak dapat mengetahui sampai di mana murid telah mengerti (memahami) yang telah
dibicarakan.

2. Pada pembelajar dapat terbentuk konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh
pengajar tersebut.

Bagaimana mempersiapakan ceramah yang berdaya guna?

a. Rumuskan tujuan khusus yang hendak dipelajari oleh pembelajar.

b. Setelah menetapkan tujuan, hendaklah diselidiki apakah .metode ceramah benar-benar


merupakan metode yang sangat pada tempatnya.

c. Susuanan bahan ceramah yang benar-benar perlu diceramahkan.

d. Pengertian yang dapat dijelaskan dengan alat atau dengan uraian yang tertentu harus
ditetapkan sebelumnya.

e. Tangkaplah perhatian siswa dan arahkan pada pokok yang akan diceramahkan.

f. Kemudian usahakan menanam pengertian yang jelas. Hal ini biasa dilaksanakan dengan
melalui beberapa jalan misalnya : Pertama, pengajar memberikan ikhtisar ringkas mengenai
pokok-pokok yang akan diuraikan. Kedua, pengajar menguraikan pokok tersebut dan akhirnya
menyimpulakan pokok-pokok penting dalam pembicaraan itu.
g. Adakan rencana penilaian. Teknik evaluasi yang wajar digunakan untuk mengetahui tercapai
tidaknya tujuan-tujuan khusus itu perlu ditetapkan.

http://massofa.wordpress.com/2008/07/13/metode-ceramah-dalam-pembelajaran/, 11 September
2009

METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN

Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan masalah

Dalam hal ini diskusi merupakanjalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik.
Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, juga
dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-
keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam
kehidupan di masyarakat.

Pertanyaan-pertanyaan yang baik untuk metode diskusi :

1) Menguji kemungkinan jawaban yang dapat dipertahankan lebih dari sebuah.

2) Tidak menanyakan “Manakah jawaban yang benar” tetapi lebih menekankan kepada

“mempertimbangkan dan-membandingkan”. Misalnya : Manakah kiranya yang paling

baik. pemecahan mana yang mungkin lebih berhasil. manakah yang akan lebih

memberikan manfaat.

3) menarik minat anak dan sesuai dengan taraf kemampuan/umurnya.

Kebaikan Metode Diskusi

1) Siswa belajar bermusyawarah

2) Siswa mendapat kesempatan untuk menguji tingkat pengetahuan masing-masing

3) Belajar menghargai pendapat orang lain

4) Mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah

Kekurangan/Kelemahan Metode Diskusi

1) Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari poko persoalan.


2) Kesulitan dalam menyimpulkan sering menyebabkan tidak ada penyelesaian.

3) Membutuhkan waktu cukup banyak.

Jenis-jenis Diskusi

1) Buzz Group

Suatu kelas yang besar dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil 4 atau 5 orang. Tempat duduk
diatur sedemikian rupa sehingga siswa saling berhadapan untuk memudahkan pertukaran
pendapat. Diskusi ini dapat diadkan di tengah-tengah atau akhi

2) Fish Rowt

Diskusi terdiri dari beberapa orang peserta yang dipimpin oleh seorang ketua. Tcmpat duduk
diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosonu menghadap peserta, seolah-olah
menjaring ikan dalam sebuah mangkuk (fish boxvli. Kelompok pendengar yang ingin
menyumbangkan pikiran dapat duduk di kursi kosong tersebut. Ketua mempersilahkan berbicara
dan setelah selesai kembali ketempat semula.

3) Whole Group

Suatu kelas merupakan satu kelompok diskusi dengan jurnlah anggota tidak lebih dari 15
anggota.

4) Syndicate group

Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang. Guru
menjelaskan garis besar masalah dengan aspek-aspeknya. kemudian tiap kelompok bertugas
membahas suatu aspek tertentu dan membuat kesimpuian untuk diiaporkan dalam sidang pleno
serta didiskusikan lebih lanjut.

5) Brainstorming

Merupakan suatu diskusi di mana anggota kelompok bebas menyumbangkan ide-ide baru
terhadap suatu masalah tertentu. di bawah seorang ketua. Semua ide >ang sudah masuk dicatat.
untuk kemudian diklasifikasikan menurut suatu urutan tertentu. Suatu saat mungkin ada diantara
ide baru tersebut yang dirasa menarik untuk dikembangkan.

6) Informal debate

Kelas dibagi menjadi dua team yang agak sama besarnya unluk memperdebatkan suatu bahan
yang problematis, tanpa memperhatikan peraturan diskusi panel.

7) Colloqinin
Merupukan suatu kegiatan dimana siswa’mahasiawa dihadapkan pada nara sumber untuk
mengajukan pertanyaan. selanjuinya mengandung perianyaan-penanyaan tambahan dari siswa /
mahasiswa yang lain. Pelajaran dengan maksud untuk memperjelas bahan pelajaran yang telah
diterima.

Panel

Merupakan suatu diskusi orang-orang yang dianggap ahli, terdiri dari 3-6 orang dan dipimpin
oleh seorang moderator. Para panelis dihadapkan pada para peserta yang hanya berfungsi sebaeai
pendengar. Maksudnya untuk memberikan stimulus kepada para peseita akan adanya masalah-
masalh yang masih dipecahkan lebih lanjut.

9) Simposium

Merupakan suatu pembahasan masalah yang bersifat lebih formal. Pembahasan dilakukan oleh
beberapa orang pembicara (sedikitnya 2 orang) yang sebelumnya telah menyiapakan suatu
prasarana dan pembicara yang lain mengemukakan prasarana banding/sanggahan. Suatu pokok
persoalan disoroti dari beberapa aspek. yang masing-masing dibacakan oleh prasarana kemudian
diikuti sanggahan dan pandangan umiun dari para pendengar. Moderator mengkoordinasi
jalannya pembicaraan. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oieh panitia perumus.

10) Seminar

Merupakan suatu pembahasan yang bersifat ilmiah. Suatu pokok persoalan dibahas secara
teoritis, bila perlu dibuka suatu pandangan umum. Berdasarkan kertas kerja yang ada, peserta
menjadi beberapa kelompok untuk membahas lebih lanjut. Pimpinan kelompok sewaktu waktu
menyimpulkan kerja keiompoknya dan dari hasil-hasil kelompok disusun suatu perumusan oleh
panitia perumus yang ditinjau.

http://massofa.wordpress.com/2008/07/13/metode-diskusi-dalam-pembelajaran/, 11 September
2009

METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN

oleh : Fat Hurrahman

Pengertian Metode Demonstrasi

Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa.

Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah:


1. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di Demonstrasikan tidak
bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak
jelas.

2. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri
dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.

3. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu besar atau
yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.

4. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis

Kelebihan metode demonstran adalah:

* Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat
di amati

* Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak
didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain

* Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar

* Dapat menambah pengalaman anak didik

* Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan

* Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit

* Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta
berperan secara langsung.

Kelemahan metode demonstran adalah:

* Memerlukan waktu yang cukup banyak

* Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien

* Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya

* Memerlukan tenaga yang tidak sedikit

* Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.

Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:

a. Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah

1. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan dapat
tercapai setelah metode demontrasi berakhir

2. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan

3. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan

4. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:

 Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa


 Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga
semua siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
 Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu

5. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik

b. Pelaksanaannya:

Hal-hal yang mesti di lakukan adalah:

1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya

2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa

3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran

4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik

5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif

6. Menghindari ketegangan

6. Evaluasi

Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan,menjawab
pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun di rumah.

7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi tersebut adalah:

1. Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.

2. Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai dengan
skenario yang telah di rencanakan.
3. Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.

4. Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

METODE EKSPERIMEN

Pengertian Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murit bersama-sama
mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu
aksi.

Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya “Metodologi pendidikan agama Islam”


mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan murid
untuk melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.

Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya mengatakan
bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di lakuka dalam mata
pelajaran tertentu.

Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen adalah
peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan
masalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.

Adapun target Metode Eksperimen adalah

1. Murid dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku

2. Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya

Langkah-langkah metode eksperimen

* Menerangkan Metode Eksperimen

* Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat

* Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja yang harus di
catatdan variebel-variebel apa yang harus di kontrol

* Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan, dan
mengadakan tes untuk menguji pemahaman murit

Kelebihan Metode Eksperimen

* Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah permasalahan


* Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik

Kekurangan Metode eksperimen

* Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan metode ini

* Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik hasilnya.

Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan Metode Eksperimen adalah:

1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan

2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen

3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk-
petunjuk seperlunya

4. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah di


rencanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat di ulangi lagi untuk membuktikn kebenaranya

5. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara tertulis.

Metode Demonstrasi Dan Eksperimen ini cocok digunakan apabila:

1. Untuk memberikan latihan keterampilan tertetu pada siswa.

2. Untuk memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung mengetahui dan dapat
terampil dan melakukannya.

3. Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu proses secara cermat dan teliti.

Keuggulan Metode Demonstrasi dan Eksperiaen ini adalah:

a. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada anak yang di Demonstrasikan atau di
Eksperienkan

b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan
dalam berbuat

c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen

d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka mengamati


secara langsung jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau eksperimen.

Kelemahan Metode Demonstrasi dan Eksperimen adalah:


1. Persiapa dan pelaksanaannya memakan waktu lama

2. Metode ini tidak efektif apabila tidak di tunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan
kebutuhan

3. Sukar di laksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya

http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/, 11 September
2009

METODE TANYA JAWAB DALAM PEMBELAJARAN

Penggunaan Metode Tanya Jawab

Untuk memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab,
berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan diikuti dengan
analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah kewajaran penggunaan metode
tanya-jawab.

Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas

1. Melanjutkan pelajaran yang lalu

2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa

3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa

Kelebihan metode tanya Jawab :

1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.

2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang
belum dimengerti oleh siswa.

3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang
diterangkan.

Kelemahan metode tanya Jawab:

1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila


dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada
hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga
membuat persoalan baru.

2. Membutuhkan waktu lebih banyak.


http://massofa.wordpress.com/2008/07/13/metode-tanya-jawab-dalam-pembelajaran/, 11
September 2009

MODEL BERMAIN PERAN

Oleh: Prof. Dr. H. Endang Komara, M.Si

Melalui bermain peran (role playing), para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan
antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-
sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, daan berbagai strategi
pemecahan masalah. Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi
pribadi dan social. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu peserta didik menemukan
makna dari lingkungan social yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui model ini para peserta
didik diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan
bantuan kelompok social yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi social, model
ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi
social, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. Pemecahan
masalah dilakukan secara demokratis. Dengan demikian melalui model ini peserta didik juga
dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis.

Pembelajaran partisipatif merupakan fenomena yang sedang tumbuh dalam pendidikan, baik
pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Setiap jenis pembelajaran menggunakan
metode dan teknik yang disesuaikan dengan factor-faktor yang ada disekelilingnya. Agar
pembelajaran partisipatif berjalan efisien dan efektif mencapai sasarannya, maka diperlukan
metode dan teknik-teknik pembelajaran partisipatif.

Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004:141) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran
bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar
dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:

a. Secara implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman
dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’.

b. Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya
yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain

c. Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk
kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.

d. Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap,
nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi
pemeranan secara spontan

Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model
pembelajaran, yakni (1) kualitas pemeranan, (2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta
didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang dapat dijadikan
pedoman dalam pembelajaran: (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2)
memilih partisipan/peran, (3) menyusun tahap-tahap peran, (4) menyiapkan pengamat, (5)
pemeranan, (6) diskusi dan evaluasi, (7) pemeranan ulang, (8) diskusi dan evaluasi tahap dua, (9)
membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan

http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/03/model-bermain-peran-dalam-pembelajaran_29.html,
11 September 2009

METODE KARYA WISATA

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh
pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik
yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :

a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata


dalam pengajaran.

b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan yang ada di masyarakat.

c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :

a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.

b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.

c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan
unsur studinya terabaikan.

d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.

e. Biayanya cukup mahal.

f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan
anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

http://yastaki56.spaces.live.com/blog/cns!669E85C7CBD2F075!946.entry, 11 September 2009

METODE PENUGASAN
Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode
ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih banyak, membina
disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri
informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja
secara mandiri.

http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/, 11
September 2009

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

by Doantara yasa

Menurut Slavin  pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara


berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4
sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran
kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar  dalam
kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa
ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok
terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih
diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Ibrahim dkk.  siswa yakin bahwa tujuan mereka akan
tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap
anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja
dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama
dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan


pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu
meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang
mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua,
pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku,
agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran
kooperatif ialah  untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang
dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing
teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.

Menurut Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang
hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan.
Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) siswa
mempunyai tanggung jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, 2) siswa dapat
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 3) meningkatkan ingatan siswa, dan 4)
meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.

Menurut Ibrahim, unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1) siswa dalam
kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, 2) siswa
bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, 3) siswa haruslah melihat bahwa
semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, 4) siswa haruslah membagi
tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, 5) siswa akan dikenakan
evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok,
6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama
selama proses belajarnya, dan 7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara 
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif

You might also like