Professional Documents
Culture Documents
di Indonesia
Oleh :
MALANG
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Pancasila Sebagai Sistem Filsafaht Yang Berlaku di
Indonesia” . Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen matakuliah Kewarganegaraan Prof. Drs. Achmad Fauzi Dh,
MA
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang diperoleh dari
buku panduan yang berkaitan dengan Kewarganegaraan, serta infomasi dari media
massa yang berhubungan dengan Pancasila sebagai sistem filsafat yang berlaku di
Indonesia, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah
Kewarganegaraan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Falsafah Pancasila
Sebagai sistem Falsafah yang berlaku di Indonesia. Memang makalah ini masih jauh
dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………...………………...…………………..…..i
KATA PENGANTAR…………………………………………..……..…..…ii
DAFTAR ISI………………………………………………………....……....iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………...……………..….1
1.1. LatarBelakang……………………………………………………………1
1.2. RumusanMasalah…………………………….…..……………..….…….2
1.4. Manfaat…………………………………………………………………..3
2.1 Objek Penulisan…………………………………………..………………4
2.4 Metode Analisis……………………………………..……………………4
3.1.1 Pengertian Filsafat………………………………………..…….….5
3.1.2 Pengertian Pancasila…………………………………………….…5
BAB VI PENUTUP…………………………...………………..……………14
4.1. Kesimpulan………………………………………………..…………….14
4.2. Saran………………………………………………...…………………..14
DAFTA PUSTAKA…………...……………………………………….…….15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
METODE PENULISAN
2.1 Objek Penulisan
2.4 Metode Analisis
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.1 Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa
Inggrisnya“philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara
lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada
kata“philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa
tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau
kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan
makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia
untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan
hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof,
kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.
3.1.2 Pengertian Pancasila
· Pada tanggal 01 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai rumusan
Pancasila sebagai Dasar Negara
1. Hirarkis (berjenjang);
2. Piramid.
1. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat.
Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang
berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme,
rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya.
Berikut akan diuraikan secara singkat tentang Pancasila sebagai suatu system
ditinjau dari aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis
Aspek Ontologis
Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas
sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu,
sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup? Dan seterusnya.
Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang
berdiri sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Dasar
ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak
yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang
berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.
Aspek Epistemologis
Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of
science.
Aspek Aksiologis
Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar
aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga
merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat,
dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang
baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan
metafisika suatu nilai.
Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat,
baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang
dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu
sesuatu yang berguna. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.
Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia (dictionary of sosiology an related science). Nilai itu
suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek.
Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup
bangsa Indonesia. Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran dan
cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah beurat/berakar di dalam
kebudayaan bangsa Indonesia. Ialah suatu kebudayaan yang mengajarkan bahwa
10
hidup manusia ini akan mencapai kebahagiaan jika kita dapat baik dalam hidup
manusia sebagai manusia dengan alam dalam hubungan manusia dengan Tuhannya,
maupun dalam mengejar kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan rohaniah.
11
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri
merupakan :
a. Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala
sumber hukum yang berlaku di negara kita.
12
tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan
cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan
karena Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh
sejarah perjuangan bangsa.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati
dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila
hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam Pembukaan
UUD 1945, yang merupakan perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai
arti bagi kehidupan bangsa kita.
3. Persatuan Indonesia.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang
kita gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil
bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Asmoro. 2009. Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan. Semarang :
RaSAIL Media Group