You are on page 1of 2

ANAK LAMBAN BELAJAR

• Kasus
Kasus I :
Nyonya Wati mengeluhkan Rudi, anaknya. Meskipun sudah 4 bulan duduk di kelas 1
SD, anak itu belum bisa membaca, apalagi menulis. Sejak di TK bocah ini memang
pemurung dan pemalu. Kalau diminta mengerjakan sesuatu, hanya diam menunduk.
Menurut sang ibu, ia baru bisa berjalan setelah berusia 2 tahun lebih. Perkembangan
motorik tangan nya pun lebih lambat. IQ-nya hanya 87-88.
Kasus II :
Pengalaman Nyonya Tini dengan anaknya pun tak jauh berbeda. Sekalipun sudah
berumur 8 tahun, Yanto masih duduk di kelas 1 SD dua kali ia tidak naik kelas.
Sebabnya sama , belum bisa membaca maupun menulis, apalagi berhitung. Di Kelas,
bocah yang IQ-nya 85 ini tidak betah duduk diam, sebentar lari kesini sebentar lari
kesana mengganggu temannya. Gurunya sering kewalahan. Kalau diperingatkan ia
malah meludahi.
• Identifikasi masalah
Pada kasus I dan kasus II , anak memiliki masalah yaitu :
• Belum bisa membaca , menulis dan berhitung.
• IQ-nya antara 80-89 klasifikasinya di bawah rata-rata
• Kasus I : anak cenderung pemurung dan pemalu, perkembangan motorik
tangan nya lambat.
• Kasus II : anak cenderung hyperaktif, pernah dua kali tidak naik kelas.

• Rancangan Assesmen :
• Metode :
Metode yang digunakan dalam assessmen ini ialah :
Dalam melaksanakan assessmen ini, perlu adanya kerjasama antara pihak
sekolah dalam hal ini Guru Kelas dan Orang Tua, hal ini bertujuan agar
informasi yang didapat bisa lebih komplit dan akurat, sehingga memudahkan
Guru, orang tua, dan psikolog dalam mengasses siswa.
• Observasi
o Interview
• Tahapan :
• Observasi
Guru bertugas mengobservasi kondisi siswa di kelas, dan lingkungan sekolah.
• Interview
Interview yang lakukan oleh guru kepada orang tua siswa dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi siswa di rumah.
• Alat ukur :

You might also like