You are on page 1of 7

DIARE

Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat,
dapat disertai frekuensi yang meningkat. (Sjaifoellah. 1996)
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare
terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan kronis. Diare akut
adalah diare yang awitannya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam
atau hari, dapat sembuh kembali dalam waktu relatif singkat atau kurang dari 2
minggu. Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu.
(Mansjoer.A.1999,501).

Penyebab
Menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
Faktor infeksi
Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri,
infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota
virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,
strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas
homunis) jamur (canida albicous).
Infeksi parenteral
ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA)
tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua tahun.
Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein. Merupakan kegagalan dalam
melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat kemudian
akan terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat meningkatkan
isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapt
terjadi peningkatan peristaltic usus yang akhirnya menyebabkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makan.

Faktor psikologis
Dapat mempenh\garuhi terjadinya peristaltic usus yang dapat mempengaruhi
proses penyerapan makanan.

Agen infeksius penyebab diare ditularkan lewat jalan tinja/oral dengan berbagai
cara yaitu:
 Melalui makanan atau minuman air yang terkontaminasi
 Dari seorang yang menangani barang terkontaminasi (umpamanya, dengan tinja)
dan memasukkan tangannya kedalam mulut
 Dari tangan yang terkontaminasi, dan
 Dari alat yang terkontaminasi (umpamanya, gastroskop) yang masuk saluran
gastrointestinal (GI).

Agen virus yang umum


 Rotavirus menyebabkan muntah dan diare secara tiba-tiba dalam 48-72 jam (2-3
hari) sesudah paparan. Separuh dari kasus terjadi demam dan radang pernapasan
bagian atas. Selain itu, virus dapat berada dalam sputum atau sekresi untuk beberapa
hari. Ini yang diperhitungkan dalam penularan yang cepat dan peningkatan infeksi
yang tinggi selama musim musim dingin. Gejala bisa hilang dalam beberapa hari,
namun tinja masih mengandung virus sampai 2 minggu. Rotavirus merupakan
penyebab diare pada anak dibawah 5 tahun. Karena sangat infeksius, apabila terjadi
wabah di tempat perawatan bayi, hampir semua bayi terinfeksi. Seperti kolostrodium
diffisil, virus ini dapat hidup dipermukaan benda mati dan menyebabkan endemik di
rumah sakit.
 Virus Norwalk dan virus-virus yang menyertainya menyebabkan diare akut, mual
muntah, demam ringan, dan sakit perut selama 24 jam. Masa inkubasi singkat, hanya
beberapa hari. Virus ini berhubungan dengan makanan (salad, sayur mentah, kerang-
kerangan) dan kontaminasi melalui air, namun wabah nosokomial dapt terjadi yang
membuktikan bahwa penularan orang ke orang juga terjadi. (Sarwono, 2004)
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi,
penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:


a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli,
golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik
usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan,
makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan
saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan


terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

C. Tanda dan Gejala


1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran menurun.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
D. Pencegahan

Terjangkitnya seseorang oleh penyakit diare bisa melalui air yang tidak di proses secara
benar atau disimpan ditempat yang kurang bersih, tanah yang sudah tercemari sampah
atau kotoran manusia/hewan, lalat maupun makanan yang sudah tercemar. Untuk
memutus transmisinya bisa dilakukan berbagai upaya antara lain melakukan pengolahan
dan penyimpanan air dengan benar, membersihkan dan menutup makanan, mencuci
tangan dengan menggunakan sabun. WC tradisional dan leher angsa juga merupakan
salah satu media yang bisa memutus transmisi e-coli.

Gambar 2. siklus penyebab diare dan


pencegahannya.
Grafik di atas menunjukkan bahwa sanitasi yang baik di tempat-tempat pembuangan
kotoran/BAB dan juga prilaku masyarakat dalam mencuci tangan menggunakan sabun
terbukti paling efektif dalam pemutusan transmisi diare.

E. Patofisiologi
Penyebab diare yang utama adalah gangguan osmotik, akibat adanya makanan atau zat
yang tidak dapat diserap oleh usus akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
Diare juga terjadi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan kemudian diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Diare dapat juga terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,
kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare.

Gangguan motalitas usus juga mengakibatkan diare, terjadinya hiperperistaltik akan


mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

F. Masa Inkubasi
Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau yang disebut
masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman penyebabnya. Shigella misalnya,
memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam, sedangkan masa inkubasi virus berkisar antara
4 sampai 48 jam. Sedangakan parasit umumnya memiliki masa inkubasi yang lebih
panjang, seperti Giardia misalanya, memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu

Gambar 3. Bagan terjadinya diare (sumber: setyowati dan Nurhaeni, 2001)

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan


PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

H. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.

1) Cairan per oral


Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6
bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi
ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan
larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak
mengandung NaCl dan sukrosa. Pada dasarnya, rehidrasi dilakukan berdasarkan derajat
dehidrasinya dengan ketentuan pemberian sebagai berikut :

a. Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 25-50 ml/kgBB selanjutnya 125 ml/kgBB/hari


b. Dehidrasi sedang :1 jam pertama 50-100 ml/kgBB selanjutnya 125 ml/kgBB/hari
c. Dehidrasi berat : Dapat dilihat pada rincian berikut ini
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:

- Untuk anak umur 1 bl - 2 tahun berat badan 3 - 10 kg


 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit = 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml =
15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit = 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml
= 15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml = 15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml = 15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml = 15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
 Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan
4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
 Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15
tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt = 20 tts).
-Untuk bayi berat badan lahir rendah
 Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10%
+ 1 bagian NaHCO3 1½ %).

b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg, jenis makanan:
 Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
 Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.

c. Terapi Definitif (Obat-obatan)


Pada infeksi saluran cerna pencegahan sangat penting. Prinsip pengobatan menggantikan
cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain. Hiegiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunitas melalui
vaksinasi memegang peran. Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi :
1. Kolera elthor
Tetrasiklin 4x500 mg/hari selama 3 hari atau Kortimoksazol dosis awal 2x3 tablet,
kemudian 2x2 tablet selama 6 hari atau Kloramfenikol 4x500 mg/hari selama 7 hari

2. E.Coli
Tidak memerlukan terapi

3. Salmonellosis
Ampisilin 4x1 g/hari atau Kortimoksazol 2x2 tablet masing-masing selama 10-14 hari
atau gol.quinolone seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari

4. Candidiasis
Mycostatin 3x500.000 unit selama 10 hari

DAFTAR PUSTAKA

1. Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi. Surabaya: RSUD Dr.
Soetomo.
2. Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. Jakarta: EGC
4. Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
5. Suryanah, 2000. Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
6. Doengoes, 2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta: EGC.
7. Hidayat, A.Aziz Alimul.2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
8. Tietjen, Linda,dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi. Jakarta: YBP-SP
9. Noer, Sjaifoellah.1996. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
10. http://www.dinkeskabtangerang.go.id/index.php
11. www.medem.com/medlib/article

You might also like