Professional Documents
Culture Documents
hubungan kontemporer
sudah jadi fakta, manakala teori kontemporer ekonomi arus utama telah
mengukuhkan diri di sekitar asumsi sederhana dari pengejaran sederhana
terhadap kepentingan pribadi, telah bangkit dalam dunia praktis di bisnis dan
politik, yakni semacam deklarasi terkait kultur perihal motivasi pelengkap dari
kapitalisme. contohnya, ada klaim yang sangat kuat di asia timur tentang
kontribusi dari adanya "tertib sosial" (order) "disiplin", dan "loyalitas" (semuanya
tertanam adalam Asian values) yang berperan dalam mewujudkan keberhasilan
kapitalisme. ilustrasi ini yang dimulai dari jepang, telah melebar kepada empat
macan asia, juga negara lain yang menikmati pertumbuhan ekonomi drastis di
asia. penghargaan terhadap etika konfusius, kultur samurai, dan variasi
motivasional lainnya telah membuat etika protestan max weber terlihat sebagai
buah pikir ragu-ragu dari seorang atlet yang telah pensiun.
diantara para teoritisi baru, mereka melihat kebutuhan adanya tertib sosial
seperti kehadiran pemerintah otoriter (yang berarti diabaikannya hak asasi
manusia) dan pendekatan seperti ini telah mengundang perlunya perbandingan
dan perbedaan perihal gagasan yang ditulis oleh Hirschman. contohnya, kritik
eksplisit dari steuart tentang kebodohan despotisme yang memberi titik tolak awal
dalam debat kontemporer. tatkala risalah dari Hirschman menumpuk perhatian
kepada pemikiran orang-orang eropa, maka ia punya misi untuk bersama-sama
dengan bagian lain di dunia untuk berupaya membangun klaim sebagai sentrum
dari kapitalisme yang baru.
secara personal saya punya skeptisme yang besar tentang teori yang memuji
keajaiban nilai-nilai asia. teori ini seringkali didasarkan kepada hasil generalisasi
penelitian yang tidak cermat, dan seringkali diucapkan oleh juru bicara
pemerintah untuk melawan tuduhan otoriter serta pelanggaran HAM
(sebagaimana yang terjadi pada World Conference on Human Rights di Wina tahun
1993). namun, subjek umum dari pendahulu sistem kultural tentang perilaku,
terletak pada gagasan dari tradisi intelektual eropa yang dipelajari oleh
Hirschman, membuat bidang ini masuk akal untuk diteliti dengan serius (bahkan
setelah klaim sembrono tentang nilai-nilai asia yang ditampakkan ternyata rapuh
fondasinya). asal mula dan cakupan dari pencerahan orang eropa dan klaimnya
yang menggeneralisasi atas nama kemanusiaan-topik lain yang juga dibahas
Hirschman-secara langsung terhubung. inilah teritori yang sangat luas, dan para
spesialis non-ekonom, sejarahwan, sastrawan, antropolog, sosiolog, psikolog, juga
lainnya-akan mendapat banyak kesenangan.
tema dasar dari buku ini juga menghubungkan kepentingan umum dengan
pengetahuan akan diri sendiri, bagaimana tepatnya kita bisa berada pada posisi
kita saat ini? pencerahan yang kita peroleh dari buku ini, dalam beberapa hal,
dapat dipadankan dengan penemuan jati-diri, seperti mengumpulkan kembali
serpihan pemikiran yang telah terlupa dari masa kanak-kanak, seperti ketika
seseorang memutuskan berhenti mengejar cita-cita menjadi mekanik, namun hal
lain yang nampak memiliki ikatan yang renggang dengan apa yang sesungguhnya
terjadi. gagasan yang ditemukan kembali ini memiliki dampak dalam menjustifikasi
sistem kapitalisme baru yang tengah tumbuh (membangkitkan kekuatan
kepentingan pribadi terhadap yang-baik) dan bahkan jika yang terjadi kemudian
tidak bekerja seperti yang diharapkan, gagasannya telah mempengaruhi apa yang
telah terjadi. inilah kenyataan yang teramat penting bahwa dalam dunia yang
dibayangkan ia telah membantu menciptakan dunia nyata yang sekarang tengah
kita hidupi.
bahkan terpisah dari perhatian khusus dari berbagai aspek khusus yang
dikupas dalam buku ini, ada minat secara luas terhadap hubungan antara harapan
yang mendukung dan mempertahankan perubahan mendasar tanpa sesungguhnya
membimbing menuju realisasi dari harapan-harapan tersebut. bandingkan dengan
minat smith dan menger, juga pesona hayek yang menyuguhkan "ketidaksengajaan
namun dampaknya disadari", Hirschman menunjukkan bahwa kekuasaan serta
pengaruh dari "kesengajaan namun dampaknya tidak disadari". hal ini mungkin
kurang diamati ketimbang argumen hayek (lantaran dampak yang tidak disadari
tidak nampak untuk diamati), namun pengaruh dari harapan yang tidak disadari
berhasil bertahan dengan kokoh, hingga hari ini.
penutup
Amartya Sen
Juli 1996
#Yogya