Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok IV
Dosen Pembimbing :
Ns. Yulius Tiranda, Skep.
2. 1 DEFENISI
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut.
2. 2 ETIOLOGI
1. Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
umumnya berupa trauma tumpul dinding thorax.
2. Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding thorax.
2. 3 ANATOMI
Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut
terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior
dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga
memisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi
membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternu. Perluasan
rongga pleura di atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen penting untuk
dievaluasi pada luka tusuk. Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan
muskulus utama dinding anterior thorax. Muskulus latisimus dorsi, trapezius,
rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus
posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor
membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan
bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu
muskulus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar
sehingga udara akan terhisap melalui trakea dan bronkus.
Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan
limfatik. Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran
udara dan kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini
berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama – sama dengan pleura parietalis,
yang melapisi dinding dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru
pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru – paru normal, hanya
ruang potensial yang ada.
Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam
kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian
muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi
motorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi
putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru – paru selama respirasi biasa /
tenang sekitar 75%.
2. 4 PATOFISIOLOGI
Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax.
Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke
jaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary
ventilation/perfusion mismatch ( contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus )dan
perubahan dalam tekanan intratthorax ( contoh : tension pneumothorax,
pneumothorax terbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya
ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran.
Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).
2. 5 INITIAL ASSESSMENT DAN PENGELOLAAN.
1. Pengelolaan penderita terdiri dari :
a. Primary survey. Yaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa,
pertolongan ini dimulai dengan airway, breathing, dan circulation.
b. Resusitasi fungsi vital.
c. Secondary survey yang terinci.
d. Perawatan definitif.
2. Karena hipoksia adalah masalah yang sangat serius pada Trauma thorax,
intervensi dini perlu dilakukan untuk pencegahan dan mengoreksinya.
3. Trauma yang bersifat mengancam nyawa secara langsung dilakukan terapi
secepat dan sesederhana mungkin.
4. Kebanyakan kasus Trauma thorax yang mengancam nyawa diterapi dengan
mengontrol airway atau melakukan pemasangan selang thorax atau
dekompresi thorax dengan jarum.
5. Secondary survey membutuhkan riwayat trauma dan kewaspadaan yang tinggi
terhadap adanya trauma – trauma yang bersifat khusus.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (. Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah,
tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ.
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
4. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
5. Nyeri/ketidaknyamanan6
Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam
dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan
menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan
wajah.
6. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru
kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ;
pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ;
fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ;
kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas,
bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
7. Keamanan
Geajala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan.
8. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.
B. ANALISA DATA
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak maksimal
karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan penurunan
batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek spasme
otot sekunder.
4. Gangguan mobilitas fisik b/d ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk
ambulasi dengan alat eksternal.
5. Potensial Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.
6. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik terpasang bullow drainage
7. Resiko terhadap infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder terhadap
trauma.
DIAGNOSA
NO TUJUAN PERENCANAAN
KEPERAWATAN
1. Berikan posisi yang
nyaman, biasanya
dnegan peninggian
kepala tempat tidur.
2. Balik ke sisi yang
sakit.
3. Dorong klien untuk
duduk sebanyak
mungkin.
4. Obsservasi fungsi
pernapasan, catat
frekuensi pernapasan,
dispnea atau
perubahan tanda-
Pola pernapasan efektive tanda vital.
1 Ketidakefektifan polaDengan Kriteria Hasil :
5. Jelaskan pada klien
pernapasan b/d ekspansi
Memperlihatkan frekuensi bahwa tindakan
paru yang tidak maksimal
pernapasan yang efektive. tersebut dilakukan
karena trauma
Mengalami perbaikan untuk menjamin
pertukaran gas-gas pada paru. keamanan.
Adaptive mengatasi faktor-6. Jelaskan pada klien
faktor penyebab. tentang
etiologi/faktor
pencetus adanya
sesak atau kolaps
paru-paru.
7. Pertahankan perilaku
tenang, bantu pasien
untuk kontrol diri
dnegan menggunakan
pernapasan lebih
lambat dan dalam.
8. Perhatikan alat
bullow drainase
berfungsi baik, cek
setiap 1 - 2 jam
1. Jelaskan klien
tentang kegunaan
batuk yang efektif
dan mengapa
terdapat penumpukan
sekret di sal.
pernapasan.
2. Ajarkan klien tentang
Jalan napas lancer / normal metode yang tepat
2 Inefektif bersihan jalanKriteria Hasil :
pengontrolan batuk.
napas b/d peningkatan
Menunjukkan batuk yang3. Auskultasi paru
sekresi sekret dan
efektif. sebelum dan sesudah
penurunan batuk
Tidak ada lagi klien batuk.
sekunder akibat nyeri dan
penumpukan sekret di sal.4. Ajarkan klien
keletihan
pernapasan. tindakan untuk
Klien nyaman. menurunkan
viskositas sekresi :
mempertahankan
hidrasi yang adekuat;
meningkatkan
masukan cairan 1000
sampai 1500 cc/hari
bila tidak
kontraindikasi.
5. Dorong atau berikan
perawatan mulut
yang baik setelah
batuk.
1. Jelaskan dan bantu
klien dnegan
tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan
non invasif.
2. Berikan kesempatan
waktu istirahat bila
3 Perubahan kenyamanan :Nyeri berkurang/hilang.
terasa nyeri dan
Nyeri akut b/d traumaKriteria Hasil :
berikan posisi yang
jaringan dan reflek Nyeri berkurang / dapat
nyaman ; misal
spasme otot sekunder. diadaptasi.
waktu tidur,
Dapat mengindentifikasi
belakangnya
aktivitas yang meningkatkan
dipasang bantal kecil.
/ menurunkan nyeri.
3. Tingkatkan
Pasien tidak gelisah. pengetahuan
tentang : sebab-sebab
nyeri, dan
menghubungkan
berapa lama nyeri
akan berlangsung.
4. Kolaborasi denmgan
dokter, pemberian
analgetik.
5. 16. Observasi tingkat
nyeri, dan respon
motorik klien, 30
menit setelah
pemberian obat
analgetik untuk
mengkaji
efektivitasnya. Serta
setiap 1 - 2 jam
setelah tindakan
perawatan selama 1 -
2 hari.
DAFTAR PUSTAKA