You are on page 1of 27

TUGAS TERMODINAMIKA

PENERAPAN SISTEM KOGENERASI PADA PEMBANGKIT


LISTRIK UNTUK EFESIENSI DAN PENGHEMATAN LISTRIK

Disusun Oleh :

AHMAD DANIEL GAZALI H1E108065


M. AQLY SATYAWAN H1E108056
MEVI AYUNINGTYAS H1E108055

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
BANJARBARU
2010

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak krisis energi tahun 1970, dimana cadangan energi fosil dunia semakin langka,
ini telah mendorong berkembangnya teknologi mesin dan peralatan proses untuk pabrik
gula (PG) yang semakin efisien. Sehingga melalui sistem cogeneration, dengan bahan
bakar ampas PG di beberapa Negara yang tidak memiliki sumber cadangan energi fosil
dapat berperan dalam penyediaan listrik nasional (Miguel, 1994; Paturau, 1989; Riviere,
1989). Di Indonesia penyediaan listrik nasional hingga sekarang masih bersumber pada
penggunaan batu bara, gas, minyak, panas bumu dan tenaga air (Djoko dan Hamzah,
1997). Menyadari akan pentingnya menghemat devisa negara dan menjaga kelestarian
lingkungan, dengan penggunaan sumber energi baru dan terbaharukan pemerintah telah
memberi kesempatan bagi pembangkit skala kecil swata dan koperasi (PSKSK). Guna
mendorong keikutsertaan swasta dan koperasi, pemerintah melalui menteri pertambangan
dan energi telah mengeluarkan SK No.: 1895-K/437/M.PE/1995, tanggal 8 Desember
1995, diantaranya tentang ketentuan harga jual listrik dari PSKSK (Yahya, 1998).
Dengan populasi penduduk dan pembangunan industi yang terus meningkat akan
memacu kenaikan konsumsi listrik nasional. Untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional,
PLN dari tahun 1991 hingga tahun 2004 memiliki kapasitas terpasang dari 6.363 MW
menjadi 31.845 MW, dengan peningkatan konsumsi listrik tiap tahun antara 14,1 hingga
17,7 % ( Dirjen Batan, 1996). Khususnya pada PG kapasitas besar di Sumatra selatan yang
belakangan dihadapkan pada masalah kelebihan ampas, maka program PSKSK dapat
mejadi peluang dalam peningkatan pendapatan atau kesejahteraan petani, disamping dapat
menjaga kelestarian lingkungan Sistim kogenerasi adalah serangkaian atau pembangkitan
secara bersamaan beberapa bentuk energi yang berguna (biasanya mekanikan dan termal)
dalam satu sis tim yang terintegrasi. Sistim CHP terdiri dari sejumlah komponen individu –
mesin penggerak (mesin panas), generator, pemanfaatan kembali panas, dan sambungan
2
listrik – tergabung menjadi suatu integrasi. Jenis peralatan yang menggerakkan seluruh
sistim (mesin penggerak) mengidentifikasi secara khusus sistim CHPnya. Mesin penggerak
untuk sistim CHP terdiri dari mesin reciprocating, pembakaran atau turbin gas, turbin uap,
turbin mikro dan sel bahan bakar. Mesin penggerak ini dapat membakar berbagai bahan
bakar, yaitu gas alam, batubara, minyak bakar, dan bahan bakar alternatif untuk
memproduksi daya poros atau energi mekanik. Meskipun umumnya energi mekanis dari
mesin penggerak digunakan untuk menggerakkan generator untuk membangkitkan listrik,
tetapi dapat juga digunakan untuk menggerakkan peralatan yang bergerak seperti
kompresor, pompa, dan fan. Energi termal dari sistim dapat digunakan untuk penerapan
langsung dalam proses atau tidak langsung untuk memproduksi steam, air panas, udara
panas untuk pengeringan, atau air dingin/ chilled water untuk proses pendinginanan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :

1. Penjelasan tentang kogenerasi.

2. Klasifikasi kogenerasi.
3. Manfaat kogenerasi.

4. Jenis- jenis kogenerasi.

5. Penjelasan lebih mendalam tentang kogenerasi dalam upaya penghematan energi.

6. Sumber bahan bakar dari sistem kogenerasi.

7. Hubungannya penerapan kogenerasi dengan aplikasi hukum termodinamika

8. Kendala dan upaya dalam penggunaan system kogenerasi

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah Pembagkit Listrik Tenaga Panas Bumi ini adalah :
1. Untuk apa itu system kogenerasi.
2. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang kogenerasi.

3
3. Untuk mengetahui tingkat penghematan energy dan efesiensi yang dihasilkan sistem
kogenerasi.
4. Aplikasi termodinamika dalam sistem kogenerasi
5. \

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kogenerasi dan Sistem kogenerasi


Menurut definisi, kogenerasi adalah suatu proses pembangkitan dan pemanfaatan
energi dalam bentuk yang berbeda secara serempak dari energi bahan bakar untuk
menghasilkan tingkat efisiensi maksimum, ekonomis dan ramah lingkungan. Aplikasi
kogenerasi yang lazim digunakan adalah pembangkitan energi listrik dan pembangkitan
energi termal. Energi listrik akan dipakai untuk catu daya bagi peralatan kelistrikan. Energi
termalnya akan digunakan untuk membangkitkan uap, air panas, atau untuk proses pendingin
sebuah absorption chiller.
Sistem kogenerasi adalah serangkaian atau pembangkitan secara bersamaan beberapa
bentuk energi yang berguna (biasanya mekanikan dan termal) dalam satu sistem yang
terintegrasi. Sistem CHP (Combined Heat & Power) terdiri dari sejumlah komponen individu
– mesin penggerak (mesin panas), generator, pemanfaatan kembali panas, dan sambungan
listrik – tergabung menjadi suatu integrasi. Jenis peralatan yang menggerakkan seluruh sistem
(mesin penggerak) mengidentifikasi secara khusus sistim CHPnya. Mesin penggerak untuk
sistim CHP terdiri dari mesin reciprocating, pembakaran atau turbin gas, turbin uap, turbin
mikro dan sel bahan bakar. Mesin penggerak ini dapat membakar berbagai bahan bakar, yaitu
gas alam, batubara, minyak bakar, dan bahan bakar alternatif untuk memproduksi daya poros
atau energy mekanis. Meskipun umumnya energi mekanis dari mesin penggerak digunakan
untuk menggerakkan generator untuk membangkitkan listrik, tetapi dapat juga digunakan
untuk menggerakkan peralatan yang bergerak seperti kompresor, pompa, dan fan. Energi
termal dari sistim dapat digunakan untuk penerapan langsung dalam proses atau tidak

4
langsung untuk memproduksi steam, air panas, udara panas untuk pengeringan, atau air
dingin/ chilled water untuk proses pendinginanan.

Gambar 1. Efisiensi Energi Advantage Pada Sistim Kogenerasi (UNESCAP, 2000)

Gambar 1 menunjukkan efisiensi energi canggih CHP dibandingkan dengan stasiun pusat
pembangkit listrik konvensional dan pembangkit boiler. Sistim CHP hanya menggunakan energi
tiga perempat bagian dari energi yang digunakan jika sistim panas dan daya terpisah. Penurunan
konsumsi bahan bakar primer ini merupakan keuntungan utama sistim CHP, karena jika
pembakaran lebih efisien atau kebutuhan bahan bakar lebih sedikit, berarti emisi akan lebih
sedikit untuk hasil yang sama.

2.2 Jenis-jenis Sistem Kogenerasi


Jenis–jenis sistem kogenerasi yaitu : kogenerasi turbin gas, dan sistim kogenerasi mesin
reciprocating. Dalam bagian ini juga menyangkut klasifikasi sistem kogenerasi atas dasar urutan
energi yang digunakan.

5
2.2.1 Sistem Kogenerasi Turbin Uap
Turbin uap merupakan salah satu teknologi mesin penggerak yang multi guna dan tertua
yang masih diproduksi secara umum. Pembangkitan energi dengan menggunakan turbin uap
telah berlangsung sekitar 100 tahun, ketika alat tersebut menggantikan mesin steam
reciprocating karena efisiensinya yang tinggi dan biayanya yang murah. Kapasitas turbin uap
dapat berkisar dari 50 kW hingga ratusan MWs untuk plant utilitas energi yang besar. Turbin uap
digunakan secara luas untuk penerapan gabunag panas dan daya (CHP). Siklus termodinamika
untuk turbin uap merupakan siklus Rankine. Siklus merupakan dasar bagi stasiun pembangkitan
daya konvensional dan terdiri dari sumber panas (boiler) yang mengubah air menjadi steam
tekanan tinggi. Dalam siklus steam, air pertama-tama dipompa ke tekanan sedang hingga tinggi,
kemudian dipanaskan hingga suhu didih yang sesuai dengan tekanannya, dididihkan (dipanaskan
dari cair hingga uap), dan kemudian biasanya diberikan panas berlebih/superheated (dipanaskan
hingga suhu diatas titik didih). Turbin multi tahap mengekspansi steam bertekanan sampai ke
tekanan rendah dan steam kemudian dikeluarkan ke kondensor pengembun pada kondisi vakum
atau menuju sistim distribusi suhu menengah yang mengirimkan steam ke penggunaan industri
atau komersial. Kondensat dari kondensor atau dari sistim penggunaan steam dikembalikan ke
pompa air umpan untuk keberlanjutan siklus. Dua jenis turbin uap yang banyak digunakan
adalah jenis tekanan balik dan ekstraksikondensasi. Pemilihan diantara keduanya sangat
tergantung pada besarnya panas dan daya, kualitas panas dan faktor ekonomi. Titik ekstraksi
steam dari turbin dapat lebih dari satu, tergantung pada tingkat suhu dari panas yang diperlukan
oleh proses.
A. Turbin Steam Tekanan Balik
Turbin steam tekanan balik merupakan rancangan yang paling sederhana. Steam keluar
turbin pada tekanan yang lebih tinggi atau paling tidak sama dengan tekanan atmosfir, yang
tergantung pada kebutuhan beban panas. Hal ini yang menyebabkan digunakannya istilah
tekanan balik. Dengan cara ini juga memungkinkan mengekstraksi steam dari tahap intermediate
turbin uap, pada suhu dan tekanan yang sesuai dengan beban panas. Setelah keluar dari turbin,
steam diumpankan ke beban, dimana steam ini akan melepaskan panas dan kemudian
diembunkan. Embun kondensat kembali ke sistim dengan laju alir yang dapat lebih rendah dari

6
laju alir steam, jika steam digunakan dalam proses atau jika terdapat kehilangan-kehilangan
sepanjang jalur pipa. Air make-up digunakan untuk menjaga neraca bahan.

Sistim tekanan balik memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut:


• § Rancangannya sederhana dengan hanya beberapa komponen
• § Biaya tahapan tekanan rendah yang mahal dihindarkan.
• § Modalnya rendah
• § Kebutuhan air pendingin berkurang atau bahkan tidak ada.
• § Efisiensi totalnya tinggi, sebab tidak terdapat pembuangan panas ke lingkungan yang
melalui kondensor.
Sistim tekanan balik memiliki kerugian-kerugian sebagai berikut:
• § Turbin uap lebih besar untuk keluaran energi yang sama, sebab turbin ini beroperasi
pada perbedaan entalpi steam yang lebih rendah.
• § Laju alir massa steam yang menuju turbin tergantung pada beban termis. Sebagai
akibatnya, listrik yang dihasilkan oleh steam dikendalikan oleh beban panas, yang
menghasilkan sedikit atau tidak ada fleksibilitas pada penyesuaian langsung keluaran
listrik terhadap beban listrik. Oleh karena itu, terdapat kebutuhan bagi hubungan dua arah
jaringan listrik untuk pembelian listrik tambahan atau penjualan listrik berlebih yang
dihasilkan. Untuk meningkatkan produksi listrik dapat dilakukan dengan cara membuang
7
steam secara langsung ke atmosfir, namun cara ini sangat tidak efisien. Hal ini akan
mengakibatkan dihasilkannya limbah air boiler yang sudah diolah dan, kemungkinan
besar, nilai ekonomis dan kinerja energinya yang buruk
B. Ekstraksi Kondensasi Turbin Uap
Pada sisitim ini, steam untuk beban panas diperoleh dengan cara ekstraksi dari satu atau
lebih tahap intermediate pada tekanan dan suhu yang sesuai. Steam yang tersisa dibuang ke
tekanan kondensor, yang besarnya 0,05 bar dengan suhu sekitar 33 °C, sehingga tidak
memungkinkan untuk dimanfaatkan karena suhunya sangat rendah. Sebagai akibatnya, steam ini
dibuang ke atmosfir. Jika dibandingkan dengan sistim tekanan balik, turbin jenis kondensasi
memiliki biaya investasi yang lebih tinggi dan, umumnya, efisiensi totalnya lebih rendah. Namun
demikian, untuk tingkatan tertentu, turbin ini dapat mengendalikan energy listrik yang tidak
tergantung pada beban panas dengan cara pengaturan laju alir steam yang tepat mela lui turbin.

2.2.2 Turbin Gas Sistem Kogenerasi


Sistem turbin gas beroperasi pada siklus termodinamika yang dikenal dengan siklus
Brayton. Pada siklus Brayton, udara atmosfir dikompresi, dipanaskan, diekspansikan, dengan
kemudian berlebih yang dihasilkan oleh turbin atau ekspander yang dipakai oleh kompresor
digunakan untuk pembangkitan energi. Turbin gas sistim kogenerasi dapat menghasilkan seluruh
atau sebagian permintaan energy setempat, dan energi yang dilepas pada suhu tinggi pada
cerobong pengeluaran dapat dimanfaatkan kembali untuk berbagai pengunaan pemanasan dan

8
pendinginan (lihat Gambar 4). Walau gas alam sudah hampir umum digunakan, bahan bakar lain
seperti bahan bakar minyak ringan atau diesel dapat juga dipakai. Ukuran turbin gas yang
digunakan bervariasi dari beberapa MW hingga sekitar 100 MW.
Turbin gas kogenerasi memiliki pengalaman perkembangan yang tercepat akhir-akhir ini
karena besarnya ketersediaan gas alam, kemajuan teknologi yang cepat, penurunan biaya
pemasangan yang cukup berarti, dan kinerja lingkungan yang lebih baik. Selanjutnya, masa
persiapan untuk perkembangan suatu proyek lebih pendek dan peralatan dapat dikirim
dengan cara modul. Turbin gas memiliki waktu start-up yang pendek dan memberi fleksibilitas
operasi yang berubah-ubah. Walau turbin tersebut memiliki panas rendah terhadap efisiensi
energi, panas yang dapat dimanfaatkan kembali pada suhu tinggi lebih banyak. Jika keluaran
panas kurang dari yang diperlukan oleh pengguna, maka memungkinkan untuk memiliki
pembakaran tambahan gas alam dengan cara mencampurkan bahan bakar tambahan terhadap gas
buang yang masih kaya dengan oksigen untuk meningkatkan keluaran panas yang lebih efisien.
A. Turbin gas siklus terbuka sistem kogenerasi
Hampir seluruh sistim turbin gas yang tersedia saat ini, pada berbagai sektor penggunaan,
beroperasi pada siklus Brayton terbuka (juga dikenal dengan siklus Joule bila ketidak dapat
baliknya diabaikan) dimana komp resor mengambil udara dari atmosfir dan membawanya pada
tekanan yang lebih tinggi ke pembakar. Suhu udara juga meningkat karena kompresi. Unit yang
lebih tua dan lebih kecil beroperasi pada perbandingan tekanan sekitar 15:1, sementara unit yang
lebih baru dan lebih besar beroperasi pada perbandingan tekanan mendekati 30:1.

9
Udara dikirimkan melalui sebuah diffuser ke ruang pembakaran yang bertekanan konstan,
dimana bahan bakar diinjeksi dan dibakar. Diffuser menurunkan kecepatan udara ke nilai yang
dapat diterima dalam pembakar. Terdapat penurunan tekanan/ pressure drop di dalam pembakar
sekitar 1,2%. Pembakaran berlangsung dengan udara berlebih. Gas buang keluar pembakar pada
suhu tinggi dengan konsentrasi oksigen sampai 15-16%. Semakin tinggi suhu pada siklus ini,
akan semakin tinggi efisiensi siklusnya. Batas atasnya ditentukan daya tahan material turbin
terhadap suhu, juga oleh efisiensi sudu-sudu pendingin. Batasan suhu pada teknologi terbaru
adalah sekitar 1300°C. Gas buang yang bersuhu dan bertekanan tinggi ini menuju turbin gas
menghasilkan kerja mekanis untuk menggerakan kompresor dan beban (generator listrik). Gas
buang meninggalkan turbin pada suhu yang cukup besar (450-600 ° C), yang ideal untuk
dimanfaatkan kembali panas yang bersuhu tinggi. Untuk pemanfaatan yang lebih efisien,
dipengaruhi oleh boiler pemanfat kembali panas yang bertekanan tunggal atau ganda. Steam
yang dihasilkan dapat memiliki tekanan dan suhu yang tinggi, yang menjadikannya cocok tidak
hanya untuk proses termal saja namun juga untuk menggerakkan turbin uap sehingga
menghasilkan energi tambahan.

10
B. Sistem kogenerasi turbin gas siklus tertutup
Dalam sistim siklus tertutup, fluida kerja (biasanya gas helium atau udara) bersirkulasi
dalam suatu sirkuit tertutup. Fluida ini dipanaskan dalam suatu penukar panas sebelum masuk
menuju turbin, dan didinginkan setelah keluar turbin dan melepaskan panas yang berguna.
Sehingga maka fluida kerjanya bersih dan tidak menyebabkan korosi ataupun erosi.

BAB III

11
PEMBAHASAN

3.1 Sistem Kogenerasi Sebagai Pembangkit Tenaga Listrik Yang Hemat Dan Efisien

Pada pembangkit standar berbahan bakar fosil, pemborosan terjadi ketika batubara atau
gas mulai dibakar. Pada sebagian pembangkit, hanya sejumlah 30% energy yang mengalir ke
jaringan distribusi. Sisanya dalam bentuk panas, dibuang melalui cerobong asap. Andai orang
bisa membuat pembangkit yang dapat mengubah 80% bahan bakar menjadi energi terpakai
(useful energy), betapa menguntungkan. Dengan sistem pembangkit kogenerasi ini biasa dicapai
efisiensi sebesar 80%, dicapai pada system yang menggabungkan panas dan pembangkit listrik,
dikenal dengan pembangkit kogenerasi (cogeneration plants). Pembangkit jenis ini ideal bagi
institusi besar seperti universitas, rumah sakit, dan bandar udara, yang membutuhkan energi
listrik dan panas dalam jumlah besar. Pada pembangkit cogeneration, energi panas tidak dibuang,
tapi digunakan untuk menyediakan energi bagi system pemanas/pendingan, bahkan bisa juga
digunakan kembali untuk membangkitkan listrik.

Gambar 5. Pembangkit Tenaga Listrik


12
Trigeneration sistem dapat meningkatkan efisiensi energi di suatu tempat dimana ketiga
output energi tersebut diatas diperlukan, yaitu energi untuk pendingin, energi untuk pemanas dan
energi listrik. Sistem trigeneration akan memanfaatkan panas gas buang dari turbine pembangkit
listrik (genset) untuk digunakan untuk aplikasi sistem pendingin dengan mengintegrasikan sistem
genset dengan absorption chiller. Sedangkan sistem cogeneration (sistem yang menghasilkan
listrik dan aplikasi pemanasan) akan memanfaatkan panas gas buang untuk aplikasi hotwater
atau direct heating seperti drying application di industri keramik. Pengoperasian pembangkit
listrik skala kecil dengan Natural Gas atau LPG untuk trigeneration atau cogeneration disamping
membangkitkan daya listrik dapat menghasilkan output pendingin atau output pemanas yang
diperlukan oleh industri kecil dan menengah seperti industri hotel, tekstil, pengolahan makanan,
rumah sakit dan apartemen. Dengan memanfaatkan panas gas buang maka akan menghasilkan
penghematan biaya energi, sehingga investasi instalasi trigeneration atau cogeneration dapat
terbayar dalam 2-3 tahun dari penghematan energi yang didapat, terutama kalau system tersebut
menggantikan system diesel genset yang mahal harga bahan bakar serta mahal biaya
perawatannya. Pada dasarnya teknologi tersebut sudah siap untuk didatangkan di Indonesia.
Karena teknologi ini tergolong ramah lingkungan, proyek implementasi untuk proyek ini
bisa mendapatkan kemudahan peminjaman dari Bank Export/Import USA, jadi calon pemakai di
Indonesia tidak perlu menyediakan investasi dimuka yang besar. Untuk saat ini Microturbine
Genset System merupakan satu teknologi yang sudah siap secara komersial untuk diaplikasikan
sebagai trigeneration atau cogeneration system. Microturbine dengan daya listrik kelipatan
30kW, 60kW dan 200kW didesign sebagai alternative pembangkit listrik sendiri skala kecil
(30kW sampai 3.5 MW). Microturbine adalah sebuah pembangkit daya berskala kecil dengan
desain turbin gas yang mutakhir yang mampu menghasilkan daya secara maksimal dan lebih
efisien, serta dapat beroperasi selama 5 tahun non-stop (40ribu jam), dengan hanya mematikan
mesin turbine satu kali pada setiap 8000 jam (1 tahun) untuk penggantian air filter. Major
overhaul diperlukan pada setiap 40ribu jam operasi (5 tahun)

3.2 Penerapan System Kogenerasi Pada Industri Dalam Supply Energy Dan Efesiensi
3.2.1 Kogenerasi pada industri apartemen
Pembangunan perumahan berbasis apartemen dipercaya sebagai salah satu upaya
pemecahan masalah tempat tinggal penduduk di kota metropolitan seperti Jakarta. Pemerintah
13
membuka peluang selebar-lebarnya untuk pengembangan industri apartemen. Mulai dari pihak
swasta murni, maupun yang bersubsidi pemerintah mewarnai maraknya industri ini. Apartemen
akan dibangun senyaman mungkin dan dilengkapi fasilitas-fasilitas yang mendukung semua
keperluan penghuninya. Salah satunya dibangun apartemen yang bergandengan dengan pusat
perbelanjaan atau mal, pusat bisnis dan perkantoran. Namun demikian, pesatnya pembangunan
industri apartemen di Indonesia tidak diikuti oleh penyediaan infrastruktur vital yang mendukung
penyelenggaraan apartemen tersebut yaitu kebutuhan energi listrik. Para pengembang di industri
apartemen mulai mengadakan pembangkit listrik mandiri sebagai alternatif pemecahan masalah
tersebut. Harga bahan bakar minyak yang kian mahal mengharuskan pengembang kembali
berfikir keras dan mencari cara untuk mengalihkan pemakaian BBM ke bentuk bahan bakar lain
yang tersedia, mempunyai stok yang cukup, mudah diadakan, serta mempunyai harga yang
masih dapat dijangkau oleh para pengembang. Pembangkit listrik mandiri (Genset) berbahan
bakar gas menjadi pilihan utama. Energi listrik untuk penyelenggaraan apartemen memakan
biaya operasional yang tinggi. Sementara pemakaian energi listrik terbesar adalah untuk
kebutuhan pendingin ruangan. Penggunaan bahan bakar yang sebanyak mungkin demi
tercapainya kebutuhan energi juga akan semakin menambah beban pengembang. Oleh sebab itu,
diperlukan skema penggunaan bahan bakar yang lebih hemat dan efisien. Teknologi kogenerasi dapat
menjadi salah satu solusinya.
Sistem kogenerasi ini menggunakan bahan bakar untuk memenuhi pasokan energi listrik
dasar kebutuhan penghuni apartemen seperti penerangan, pompa-pompa, serta peralatan listrik
lainnya. Sedangkan kebutuhan energi untuk pendingin ruangan akan diambil dari panas buang
yang dihasilkan oleh genset berbahan bakar gas. Panas buang dialirkan dari jalur pembuangan
genset menuju absorption chiller. Secara sederhana absorption chiller akan mengubah panas
menjadi pendingin. Sistem kogenerasi yang sederhana ini tampak seperti terlihat pada Gambar 7.

14
Gambar 6. Teknik kogenerasi gas engine dan Absorption Chiller

3.3 Prinsip-Prinsip Termodinamika dalam system kogenerasi


Termodinamika merupakan cabang fisika yang mempelajari energi dan perubahannya
dalam bentuk kalor dan kerja serta besaran makroskopis lainnya yang berkaitan. Dalam
pembahas termodinamika, kita seringkali akan mengacu ke suatu sistem tertentu. Sistem
merupakan benda- benda dalam daerah yang kita tinjau perubahan energinya. Benda-benda lain
di luar sistem disebut lingkungan. Ada beberapa macam sistem. Sistem tertutup adalah sistem
dimana tidak ada massa yang masuk maupun keluar tetapi energinya dapat dipertukarkan
dengan lingkungan. Apabila pada sistem tertutup energy sistem tidak dapat dipertukarkan dengan
lingkungan, sistem tersebut dikatakan terisolasi. Pada sistem terbuka, massa dapat masuk
maupun keluar dari sistem demikian pula dengan energinya.
1. Hukum Termodinamika Pertama
Aliran kalor atau kerja yang dialami oleh suatu sistem dapat mengakibatkan system
tersebut memperoleh energi dari lingkungannya atau kehilangan energi ke lingkungannya. Hal
ini berarti energi dalam sistem itu berubah. Namun, secara keseluruhan energi itu tidak ada yang
hilang. Berdasarkan hukum kekekala energi itulah hukum termodinamika pertama dirumuskan
sebagai berikut: Perubahan energi dalam pada sistem akan sama dengan kalor yang ditambahkan
ke sistem dikurangi kerja yang dilakukan oleh sistem, dalam bentuk persamaan:

15
DU = Q –W.........(1) Di mana Q adalah kalor total yang ditambahkan ke sistem dan W adalah
kerja total yang dilakukan oleh sistem. Pada persamaan (1), W adalah kerja yang dilakukan oleh
sistem, maka jika kerja dilakukan pada sistem , W akan negatif dan U akan bertambah. Dengan
cara yang sama, Q positif bila kalor ditambahkan ke sistem, sehingga jika kalor meninggalkan
sistem, Q negatif. Persamaan tersebut berlaku untuk sistem tertutup. Persamaan ini juga berlaku
untuk system terbuka jika kita memperhitungkan perubahan energi dalam yang disebabkan oleh
kenaikan atau penurunan jumlah zat. Untuk sistem terisolasi, tidak ada kerja yang dilakukan dan
tidak ada kalor yang masuk atau meninggalkan sistem, sehingga W = Q = 0 , dan berarti DU = 0
2. Penerapan Hukum Termodinamika Pertama pada Beberapa Sistem Sederhana
Kita dapat menganalisa beberapa proses sederhana seperti proses isotermal, adiabatik,
isobarik, dan isokhorik dengan pandangan hukum termodinamika pertama. Pada proses isotermal
untuk sistem gas ideal maka PV = nRT , sehingga untuk temperatur konstan, PV = tetap. Gambar
menunjukkan diagram PV untuk proses isotermal. Setiap titik pada kurva, seperti titik A
menyatakan keadaan sistem pada suatu saat yang diketahui yaitu tekanan P dan volume V . Pada
temperatur yang lebih rendah, proses isotermal lainnya akan digambarkan oleh kurva seperti
A’B’ pada gambar 7.1. Kurva yang ditunjukkan pada gambar 7.1 disebut isoterm. Mari kita
anggap bahwa gas berada dalam bejana yang ditutup dengan piston yang mudah bergerak
(Gambar 7.2) dan bahwa gas bersentuhan dengan reservator kalor (benda yang massanya sangat
besar sehingga temperaturnya tidak berubah secara signifikan ketika kalor dipertukarkan dengan
sistem). Kita juga menganggap bahwa proses penekanan (volume berkurang) atau pemuaian
(volume bertambah) dilakukan sangat perlahan untuk meyakinkan bahwa semua gas tetap dalam
kesetimbangan pada temperatur yang sama. Jika gas pada awalnya berada dalam keadaan yang
digambarkan sebagai titik A dalam gambar 7.1, dan sejumlah kalor Q ditambahkan ke sistem,
sistem akan bergerak ketitik B pada diagram. Agar temperatur tetap konstan, gas harus memuai
dan melakukan sejumlah kerja W pada lingkungan. Temperatur tetap dijaga konstan sehingga
energi dalam tidak berubah. Berarti, dengan hukum termodinamika pertama DU = Q −W = 0 ,
sehingga W = Q; kerja yang dilakukan oleh gas pada proses isotermal sama dengan kalor yang
ditambahkan pada gas.

16
Gambar 7.1 Diagram PV untuk Gas Ideal yang Mengalami Proses Isotermal pada Dua
Temperatur yang Bebeda

Gambar 7.2. Diagram PV untuk Gas Ideal yang Mengalami Proses Isotermal pada Dua
Temperatur yang Bebeda

17
Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses dimana tidak ada kalor yang dapat mengalir ke dalam atau
ke luar sistem. Situasi ini dapat terjadi jika sistem terisolasi dengan baik, atau proses terjadi
sangat cepat sehingga kalor tidak memiliki waktu untuk mengalir ke dalam atau ke luar sistem.
Pemuaian gas yang sangat cepat pada mesin pembakaran dalam merupakan satu contoh proses
yang hampir adiabatik. Pemuaian adiabatik yang lambat dari gas ideal mengikuti kurva seperti
yang diberi label AC di gambar 7.3. Karena Q = 0 , kita dapatkan dari persamaan 7.1 bahwa DU
= −W , yaitu energi dalam bertambah jika gas memuai, berarti temperatur berkurang juga. Hal
ini jelas pada gambar 7.3 di mana hasil kali (PV = nRT ) lebih kecil pada titik C dari pada titik B.
Pada penekanan adiabatik (dari C ke A) kerja dilakukan pada gas, dan dengan demikian energi
dalam bertambah dan temperatur naik.

Gambar 7.3. Diagram PV untuk proses adiabatik


Proses Isobarik
Proses isotermal dan adiabatik hanya merupakan dua dari proses yang mungkin terjadi.
Dua proses termodinamika sederhana lainnya diilustrasikan pada digram PV gambar 7.4. Proses

18
isobarik adalah proses dimana tekanan dijaga tetap konstan, sehingga proses digambarkan
sebagai garis lurus pada diagram PV (Gambar 7.4).

Gambar 7.5. Diagram PV untuk proses isobarik

Gambar 7.5. Diagram PV untuk proses isokhorik

Proses Isokhorik
Proses isokhorik atau isovolumetrik adalah proses dimana volume tidak berubah.
Seringkali ada gunanya menghitung kerja yang dilakukan pada sebuah proses. Jika tekanan
dijaga konstan (isobarik) selama proses, kerja yang dilakukan bisa dihitung dengan mudah.
Sebagai contoh, jika gas pada gambar 7.5 memuai dengan lambat terhadap piston, kerja yang
dilakukan oleh gas untuk menaikkan piston adalah gaya F dikalikan jarak d . Tetapi gaya hanya
19
berupa tekanan P dari gas dikalikan luas A dari piston, F = PA . Dengan demikian, W = Fd = Pad
atau W = PDV......(2) dengan DV = Ad adalah perubahan volume gas. Persamaan ini juga
berlaku jika gas ditekan pada tekanan konstan, dimana DV negatif, yang menunjukkan bahwa
kerja dilakukan pada gas. Persamaan 7.2 juga berlaku untuk zat cair dan padat, dengan syarat
tekanan konstan selama proses. Pada proses isokorik (Gambar 7.5) volume tidak berubah,
sehingga tidak ada kerja yang dilakukan, W = 0 . 5
3. Hukum Termodinamika Kedua: Entropi
Kita telah melihat beberapa aspek hukum termodianamika kedua, dan pernyataan yang
berbeda mengenainya yang telah kita bahas dan dibuktikan sama. Tetapi apa yang kita inginkan
adalah pernyataan umum dari hukum termodinamika kedua. Baru pada paruh kedua abad ke
sembilan belas, hukum termodinamika kedua akhirnya dinyatakan secara umum, yaitu dalam
besaran yang disebut entropi, diperkenalkan oleh Clausius pada tahun 1860-an. Entropi, tidak
seperti kalor, merupakan fungsi keadaan sistem. Entropi dapat dianggap sebagai ukuran
keteraturan atau ketidakteraturan sistem. Menurut Clausius, perubahan entropi S dari sistem,
ketika kalor sejumlah Q ditambahkan kepadanya dengan proses yang reversibel pada temperatur
konstan, dinyatakan sebagai:

dengan T adalah temperatur mutlak. Entropi total ternyata naik untuk semua proses alami.
Hukum termodinamika kedua dapat dinyatakan dalam entropi sebagai: Entropi suatu sistem
tertutup tidak pernah berkurang. Entropi tersebut hanya bisa tetap atau bertambah. Entropi bisa
tetap sama hanya untuk proses ideal (reversibel). Untuk proses riil, perubahan entropi DS lebih
besar dari nol:

Jika sistem tidak terisolasi, maka perubahan entropi sistem S DS ditambah perubahan
entropi lingkungan env DS harus lebih besar dari atau sama dengan nol:

20
Hanya pross ideal yang mempunyai ∆S = 0 . Proses riil memiliki ∆S > 0 . Hal ini kemudian
merupakan pernyataan umum hukum termodinamika kedua: Entropi total sistem ditambah
perubahan entropi lingkungannya sebagai akibat dari proses alamiah.

3.4 Sistem Kogenerasi, Keuntungan Serta Perannya Dalam Penghematan Dan Efesiensi
Energi
Trigeneration atau Sistem Kogerensi adalah suatu energi sistem yang secara simultant
memproduksi listrik (electric power), pendingin (aircondition) dan systim pemanasan (hotwater
system) dari satu sumber energi. Kebanyakan sumber energy untuk trigeneration yang biasa
digunakan adalah natural gas (gas bumi), selain itu diesel solar dan biodiesel juga bisa dipakai
untuk menggerakkan system tsb. Sedangkan sistem kogeneration adalah system yang secara
simultant menghasilkan listrik dan aplikasi pemanasan dari satu sumber energi.

Gambar 8. Tingkat Penghematan

21
Jika dilihat dari gambar di atas bias kita bandingkan tingkat penghematan, tingkat efesiensi dan
tingkat panas yang terbuang . berikut:
• § Meningkatkan efisiensi konversi energi dan penggunaannya.
• § Emisi lebih rendah terhadap lingkungan, khususnya CO2, gas rumah kaca utama.
• § Dalam beberapa kasus, digunakan bahan bakar biomas dan beberapa limbah seperti
limbah pengolahan minyak bumi, limbah proses dan limbah pertanian (dengan digester
anaerobik atau gasifikasi). Bahan ini akan menjadi bahan bakar pada sistim kogenerasi,
meningkatkan efektivitas biaya dan mengurangi tempat pembuangan limbah.
• § Penghematan biaya yang besar menjadikan industri atau sektor komersial lebih
kompetitif dan juga dapat memberikan tambahan panas untuk pengguna domestik.
• § Memberikan kesempatan lebih lanjut untuk membangkitkan listrik lokal yang didesain
sesuai kebutuhan konsumen local dengan efisiensi tinggi, menghindari kehilangan
transmisi dan meningkatkan fleksibilitas pada sistim penggunaan. Hal ini khususnya
untuk penggunaan baha n bakar gas alam.
• § Suatu kesempatan untuk meningkatkan diversifikasi plant pembangkit, dan menjadikan
persaingan pembangkitan. Kogenerasi menyediakan sesuatu kendaraan terpenting untuk
promosi pasar energi yang liberal.

3.5 Sumber Bahan Bakar Dari System Pembangkit Energy Kogenerasi


Kogeneration selain dapat beroperasi dengan bahan bakar fosil juga dapat
digabungkan/dikawinkan dengan sumber energi terbarukan (gas atau padat). Seperti untuk gas
terdiri dari biogas yang dihasilkan dari sampah pertanian dan limbah organik yang mengandung
gas seperti jerami. Sedangkan untuk limbah padat terdiri dari limbah hutan dan limbah
perkotaan. Untuk itulah sekarang ini cogeneration sudah dikembangkan menjadi pembangkit
ganda yang menggunakan bahan bakar dari energi terbarukan seperti itu. Seperti di Inggeris telah
memanfaatkan cogeneration untuk mengubah gas limbah menjadi dua macam energi

3.6 Kendala Penerapan System Kogenerasi


Kendala dalam penerapan pertama adalah dana yang cukup besar dalam penerapan ini
dan juga ada pemilihan reactor, sumber bahan bakar, system yang digunakan juga sangat
berpengaruh terhadap efesiensi dan penghematan yang dihasilkan. Selain itu perusahan listrik
22
tidak terlalu mendukung dengan system ini karena berpotensi bagi pelanggan mereka untuk
beralih menggunakan sistem ini sehingga tidak perlu lagi membeli listrik dari mereka. Salah
satu cara membujuk perusahaan listrik adalah dengan membangun system cogeneration yang
bisa disambungkan dengan jaringan milik perusahaan listrik. Tapi usul ini pun masih dipersulit
perusahaan listrik dengan menunda-nunda izin. Elliott menceritakan proses penundaan yang
diamatinya. “Diperlukan 60 hari untuk melakukan studi penyambungan system baru dengan
jaringan listrik milik perusahaan listrik, lalu 60 hari untuk mempresentasikan hasil studi ke
perusahaan listrik, dan 90 hari untuk dibutuhkan perusahaan listrik untuk menilai hasil studi, jika
mereka punya pertanyaan, dibutuhkan 30 hari. Jika dijumlahkan, bisa memakan waktu satu, dua
atau tiga tahun.

23
BAB VI

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pembangkit listrik koderensi bukan hanya menghasilkan uap, juga menghasilkan
listrik, sehingga sangat tepat dimanfaatkan di industri yang masih belum memanfaatkan
gas buangnya. Sesuai dengan peruntukannya selain bahan bakar fosil yang semakin lama
semakin berkurang sehingga perlu adanya penggati system pembangkit listrik yang sudah
ada munuju system pembangkit yang lebih hemat, efesien dan ramah lingkungan. Sistem
kogenerasi menawarkan itu dengan bahan bakar dari gas alam ataupun biogas dan bahan
terbarukan lainya sebagai sumber bahan bakar. Selain efesien gas uap hasil pemanasan
juga bias digunakan lagi. Tingkat efesiensinya system kogenerasi juga lebih tinggi jika
dibandingkan dengan system konvensional yang lain

4.2 Saran
Dari pembahasan diatas saran-saran yang dapat penulis sampaikan yaitu:
Diharapkan kepada semua komponen pembuat kebijakan agar dapat mengetahui tentang
perlunya dipikirkan alternative system kogenerasi

24
25
DAFTAR PUSTAKA

Suprianta.2008. Kajian Teknologi Reaktor Kogenerasi Sebagai Pendukung Energi Terbarukan.


Available from URL:
http://www.batan.go.id/ptrkn/file/Epsilon/vol_12_04/5.Piping.pdf.
Diakses tanggal 15 Mei 2010

Anonym .2010. Pembangkit Listrik Paling Efesien Dengan Kogenerasi. Available from URL:
http://www.alpensteel.com/article/53-101-energi-terbarukan--renewable-
energy/2722--pembangkit-listrik-paling-efisien-dengan-cogeneration.html
Diakses tanggal 15 Mei 2010

Artikel :
Deni almanda . 2010. COGENERATOR :Alat Untuk Mengoptimalkan Bahan-bakar Pembangkit
Konvensional.

26
27

You might also like