You are on page 1of 18

MENGENAL MACAM-MACAM AKHLAK/PERBUATAN TERCELA

Manusia perlu memperhatikan perangainya dari waktu ke waktu yang


dalam perjalanan itu kehidupan manusia mengalami banyak perubahan. Kemajuan
perdaban menimbulkan pergeseran banyak perilaku yang mempengaruhi perangai
perorangan maupun kelompok.

Iman Ibnul Qayyim berkata, "Akhlak yang tercela adalah bermula dari
kesombongan dan rendah diri. Dari kesombongan muncul sikap bangga, sok tinggi,
hebat, ujub, hasad, keras kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan, senang
dipuji padahal tidak berbuat sesuatu dan sebagainya.

Ibnul Qayyim juga mengatakan bahwa sebagaimana akhlak terpuji, akhlak


tercela juga memiliki akar di mana satuan-satuannya dapat dikelompokkan. Jika akar
perilaku manusia ada dalam pikiran dan jiwanya, maka akar penyakit akhlak juga
akan selalu ada disana. Mengenai hal itu, Ibnul Qayyim menyebutkan dua akar
penyakit akhlak, yaitu Pertama, penyakit syubhat. Penyakit ini menimpa wilayah akal
manusia, dimana kebenaran tidak menjadi jelas (samar) dan bercampur dengan
kebatilan (talbis). Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia memahami
secara baik dan memilih secara tepat. Kedua, penyakit syahwat. Penyakit ini
menimpa wilayah hati dan insting manusia, dimana dorongan kekuatan kejahatan
dalam hatinya mengalahkan dorongan kekuatan kebaikan. Penyakit ini
menghilangkan kemampuan dasar manusia untuk mengendalikan diri dan bertekad
secara kuat.

Begitu banyaknya hal yang dapat menyebabkan kemerosotan akhlak yang


dapat menimbulkan akhlak atau perilaku tercela.

Definisi akhlak menurut Imam AI-Gozali adalah: Ungkapan tentang sikap


jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan
pertimbangan atau pikiran terlebih dahulu.

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khalaqa-yahluqu, artinya


menciptakan, dari akar kata ini pula ada kata makhluk (yang diciptakan) dan kata
khalik (pencipta), maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang
datang dari pencipta (Allah swt). Sedangkan moral berasal dari maros (bahasa latin)
yang berarti adat kebiasaan, disinilah terlihat berbeda antara moral dengan akhlak,
moral berbentuk adat kebiasaan ciptaan manusia, sedangkan akhlak berbentuk aturan
yang mutlak dan pasti yang datang dari Allah swt. Kenyataannya setiap orang yang
bermoral belum tentu berakhlak, akan tetapi orang yang berakhlak sudah pasti
bermoral. Dan Rasulullah saw di utus untuk menyempurnakan akhlak manusia
sebagaimana sabdanya dalam hadist dari Abu Khurairah, “Sesungguhnya aku diutus
Allah semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.”

Dengan demikian, akhlak (perilaku) tercela adalah semua sikap dan


perbuatan yang dilarang oleh Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi
pelakunya ataupun orang lain.

Dalam Al-Quran, kata akhlaq tidak ditemukan, tetapi yang ditemukan


hanya bentuk tunggal, yaitu kata khuluq, yang terdapat pada Surah Al-Qalam ayat
keempat.

Kata akhlak banyak ditemukan pada hadits Nabi. Kata akhlaq diserap menjadi akhlak
dengan menyesuaikan fonem /q/ dengan fonem /k/ dalam bahasa Indonesia. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai "budi pekerti" atau
"kelakuan".

Berbicara tentang akhlak atau kelakuan, manusia memiliki bermacam


kelakuan. Nilai kelakuan atau akhlak disandarkan pada dua nilai, yaitu baik dan
buruk. Bersandar pada nilai baik dan buruk tersebut, seseorang dapat dikategorikan
memiliki akhlak terpuji dan akhlak buruk (tercela).

Manusia bukan Malaikat dan Setan

Sebagai manusia, fitrah kita cenderung mengarah kepada hal-hal yang baik
dan terpuji. Namun, karena manusia diberi akal, nafsu, dan syahwat, bisa jadi kedua
tipe akhlak tersebut ada pada diri kita. Sampai ada istilah manusia itu ada di antara
setan dan malaikat karena memiliki potensi berbuat baik dan berbuat
buruk.Sepanjang menjalani hidup, manusia pasti tidak akan luput dari perbuatan
salah. Namun, jika perbuatan itu melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya, dapat
dikategorikan sebagai orang yang berakhlak tercela atau buruk.

Akhlak tercela pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di


antaranya, faktor tabiat atau watak asli, faktor lemahnya keimanan, dan faktor
lingkungan. Orang yang sudah memiliki tabiat jelek atau tercela amat sukar
melakukan perubahan, kecuali orang tersebut mau mengubahnya. Faktor lemahnya
keimanan dapat menjerumuskan manusia kepada kemungkaran. Faktor lingkungan
sangat berpengaruh pada akhlak seseorang. Jika seseorang hidup dan bergaul dalam
lingkungan penuh ketercelaan, dia akan terbawa mengikuti gaya hidup
lingkungannya.

Sebab-seba b kemerosotan akhlak

Akhlak, memiliki sebab-sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan mulia,


dan sebaliknya juga mempunyai sebab-sebab yang dapat menjadikannya merosot dan
jatuh ke dalam keterpurukan.

Di antaranya yaitu :

a. Lemah Iman

Lemahnya iman merupakan petanda dari kerendahan dan


rusaknya moral, ini disebabkan kerana iman merupakan kekuatan
(untuk membina akhlak) dalam kehidupan seseorang.

b. Tabiat/ watak asli

Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli


yang buruk, rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain. Tabi'at ini
lebih mendominasi pada diri orang tersebut, sehingga terkadang
pendidikan yang diperolehnya sama sekali tidak mempengaruhi
perilakunya.

c. Lingkungan

Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat bagi


perilaku seseorang, karena seperti dikatakan pepatah bahwa seseorang
adalah anak lingkungannya. Kalau dia hidup dan terdidik dalam
lingkungan yang tidak mengenal makna adab dan akhlak serta tidak
tahu tujuan hidup yang mulia, maka akhlaknya akan rusak sebagai
mana hasil didikan lingkungannya.
Berikut macam-macam akhlak tercela.

1. Ujub

Ujub artinya terlalu membanggakan diri. Orang yang memiliki akhlak ini
merasa dirinya yang paling serbabisa. Segala sesuatu yang diusahakan dia yakini
adalah atas jerih payah dirinya. Peran orang lain, apalagi Allah Swt., dia
kesampingkan. Padahal, kesuksesan yang diperoleh ada campur tangan Allah
Swt.

Macam-macam ujub, antara lain adalah :

a. Ujub dengan fisiknya, yaitu dengan merasa dirinya lebih baik, lebih cantik,
lebih segala-segalanya.

b. Ujub dengan kekuatannya, yaitu dengan merasa diri lebih kuat hingga tidak
perlu bantuan orang lain.

QS.41:15, Maka adapun kaum Ád, mereka menyombongkan diri di bumi


tanpa (mengindahkan) kebenaran dan mereka berkata "Siapakah yang lebih
hebat kekuatannya dari kami?" Tidakkah meeka memperhatikan bahwa
sesungguhnya Alloh yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuatanNya
dari mereka? Dan mereka telah mengingkari tanda-tanda (kebesaran) Kami.

c. Ujub dengan intelektualitasnya, yaitu dengan merasa diri lebih cerdas, lebih
pintar.

d. Ujub dengan nasabnya, yaitu dengan merasa golongannya lebih baik.

e. Ujub dengan hartanya, yaitu dengan merasa dirinya lebih kaya, lebih mampu.

f. Ujub dengan pendapat yang salah, yaitu dengan merasa dirinya paling benar
meskipun sebenarnya salah..

Sebab-sebab dari ujub ini, antara lain..


 Berteman dengan orang-orang yang biasa membanggakan dirinya

 Melupakan Alloh sebagaipemberi nikmat

 Terlalu semangat hingga melupakan hakikatnya

 Jauh dari hakikat nafs

 Berlebihan dalam mengagungkan Alloh

 Terlalu kurang dalam mengagungkan Alloh

Cara-cara agar terhindar dari ujub ini, antara lain :

 Selalu ingat akan hakikat jiwa manusia

 Selalu ingat akan hakikat dunia dan akhirat

 Selalu ingat akan nikmat-nikmat Alloh

 Mengingat akan mati

 Taddabur ayat-ayat Al-Qurán

 Selalu ingat dengan orang-orang yang sakit ataupun lebih rendah atau
dibawah kita

 Memutuskan hubungan dengan orang-orang yang membanggakan dirinya


dan
mencari orang-orang yang baik, selalu mengingat Alloh, zuhud.

 Bedoá kepada Alloh agar kita terhindar dari sifat ini..

2. Takabur

Takabur disamakan dengan sombong. Orang yang memiliki akhlak ini


selalu memandang rendah orang lain. Seolah dia paling hebat, paling kaya, paling
disegani, dan paling pandai. Kesombongan dapat menyebabkan seseorang besar
kepala, bahkan menganggap dirinya lebih mulia. Kesombongan tidak pantas
dimiliki manusia, yang berhak sombong adalah Allah Swt.
Allah swt. berfirman:

“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan


sewenang-wenang.” (Q.S. Al-Mu’min: 35).

“Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang


sombong.”(Q.S. Al-Mu’min: 76).

Nabi saw bersabda, “Bahwa Allah swt. telah berfirman (dalam Hadis
Qudsi):

‘Keagungan adalah sarung-Ku dan Kebesaran adalah selendang-Ku.


Siapa yang meniru Ku dalam dua sifat itu, maka dia akan Ku binasakan’.”

Sabdanya pula:

“Tidak akan masuk surga orang yang hatinya terdapat rasa takabbur
walau hanya sebesar biji sawi.”

“Sesungguhnya orang-orang yang sewenang-wenang dan takabur, kelak


pada hari Kiamat akan dikumpulkan dalam bentuk semut kecil yang diinjak-injak
manusia karena hinanya mereka di sisi Allah swt.”

Rasul saw bersabda kepada Bilal, “Sebenarnya di neraka Jahannam ada


jurang yang disebut Habhab, sudah menjadi hak Allah swt. jika para diktator
dimasukkan di jurang itu. Engkau harus takut wahai Bilal, jika engkau tergolong
penghuni jurang itu.”

Dalam doanya Nabi saw. memohon, “Ya Allah, aku mohon


perlindungan-Mu dari tiupan takabur.”

Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mau memandang kepada


orang yang memanjangkan pakaiannya sebagai wujud kesombongan. “

Nabi saw juga bersabda, “Barangsiapa yang meninggikan dirinya dan


sombong dalam berjalan, maka dia akan menemui Allah, sedang Dia murka
kepadanya. “
Sabdanya, “Barangsiapa yang suka memaafkan, maka Allah akan selalu
menambah kemuliaan kepadanya, dan barangsiapa bertawadhu ; maka Allah akan
meninggikannya.”
Beliau juga bersabda, “Betapa bahagianya, orang yang tawadhu; padahal dia tidak
miskin.”
Sabdanya pula, ‘ Allah swt. berfirman kepada Nabi Musa as, ‘Sesungguhnya Aku
hanya menerima salat hamba-Ku yang tawadhu’ kepada keagungan-Ku, tidak
menyombongkan diri kepada makhluk-Ku, selalu mengaitkan hatinya dengan rasa
takut kepada-Ku, menghabiskan siangnya dengan dzikir kepada-Ku dan
mengekang nafsunya demi Aku’. “

Nabi saw. bersabda, ‘Apabila seorang hamba tawadhu ; Allah akan


mengangkatnya sampai ke langit yang ketujuh.”

Sabdanya, “Tawadhu’ itu tidak akan menambah derajat hamba, kecuali


Allah meninggikan derajat itu. Maka, bertawadhu’lah kamu sekalian, niscaya
Allah akan mencintai kalian.”

Sabdanya pula, “Sungguh, yang membuatku takjub, seseorang membawa


bekal di tangannya, kemudian diberikan kepada keluarganya sebagai upaya jerih
payahnya, untuk menahan diri dari takabur.”

Hakikat Takabur

Hakikat takabur adalah merasa diri lebih sempurna dari yang lainnya.
Sifat takabur akan menimbulkan kehinaan dan bisa mengganggu akidah.
Karenanya, Nabi saw. bersabda, ‘Aku berlindung dari hembusan takabur.” Karena
itu pula, para sahabat pernah minta ijin kepada Umar r.a. agar memberi nasihat
ummat setelah subuh. Umar r.a. menjawab, “Aku lebih takut ada hembusan yang
melambungkan sampai ke bintang Tsuraya.” Sebab, hembusan tersebut
berpengaruh pada aktivitas lahiriah, seperti duduk di tempat yang tinggi, jalan di
depan, melihat dengan pandangan sinis dan marah jika ada orang tidak
mengucapkan salam, atau kepada orang yang tidak menghormatinya, lebih
banyak menentang kalau dinasihati, menentang kebenaran bila diberi pandangan,
dan memandang orang awam seperti memandang khimar.
Takabur tergolong dosa besar. Bahkan orang yang hatinya ada sebesar
dzarah ketakaburan, tidak akan masuk surga. Sebab di dalam takabur ada tiga
macam kotoran:

- Pertama, takabur itu bertentangan dengan sifat-sifat khusus Allah swt, di


mana sifat tersebut (takabur) adalah pakaian Allah swt, sebagaimana firman
Allah swt. Keagungan tidak layak, kecuali hanya bagi-Nya. Lalu dari sisi
mana, keagungan layak bagi hamba yang hina, yang tidak memiliki dirinya,
apalagi menguasai yang lainnya?

- Kedua, takabur seringkali membuat orang menolak kebenaran dan cenderung


meremehkan orang lain. Nabi saw menjelaskan soal takabur dengan sabdanya,
“Takabur, muncul dari masa bodoh terhadap kebenaran, menganggap rendah
manusia, dan merasa lebih benar. Takabur menutup pintu kebahagiaan, begitu
juga merendahkan makhluk.”

Sebagian sufi berkata, “SesungguhnyaAllah swt. menyembunyikan


tiga perkara dalam tiga hal:

1) Menyembunyikan ridha-Nya dalam ketaatan kepada-Nya. Maka,


janganlah merendahkan sedikit pun terhadap taat, siapa tahu ridha Allah
ada di dalamnya.

2) Menyembunyikan murka-Nya dalam maksiat kepada-Nya, maka


janganlah meremehkan sekecil apa pun maksiat itu, barangkali di
dalamnya tersembunyi murka-Nya.

3) Menyembunyikan kewalian dalam diri hamba-hamba-Nya, maka


janganlah merendahkan seseorang, siapa tahu orang itu wali Allah swt.

- Ketiga, takabur dapat menghalanginya dari perilaku mulia dan terpuji. Sebab,
orang yang takabur tidak akan pernah merasa mencintai orang lain
sebagaimana la mencintai dirinya sendiri.
Ia juga tidak bisa merendah, tidak bisa meninggalkan antagonisnya, dengki
dan amarahnya. Ia tidak bisa menahan diri, lembut dalam bicara, dan tidak
mampu meninggalkan riya’. Secara global setiap perilaku tercela, senantiasa
dilalui oleh orang takabur, dan tidak ada perilaku terpuji, kecuali harus
meninggalkan sifat takabur tersebut.
semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan yg tawadhu’ dan
menjauhkan kita semua dari sikap takabbur ini…Aamiin Allaahumma Aamiin

3. Dusta/Bohong

Sifat atau akhlak tercela lainnya adalah berbohong. Orang sering


menganggap kebohongan kecil merupakan hal yang biasa. Padahal, dari
kebohongan kecil dapat menjadi kebohongan besar. Nabi menjelaskan bahwa
orang yang berbohong termasuk golongan munafik.

Aisyah ra. Berkata, “Perilaku yang paling dibenci oleh Rasulullah


Saw. Adalah berdusta. Apabila terbersit di dalam hati seseorang untuk
berdusta hingga keluar dari hatinya sampai diketahui orang bahwa ia telah
berdusta, maka hedaklah ia bertobat.” (HR. Imam Ahmad)

Tidakkah engkau menyadari wahai saudaraku mengapa berdusta


merupakan kejahatan yang paling dibenci oleh Rasulullah? Karena berdusta
adalah salah satu ciri orang munafik, sebagaimana yang dikatakan Rasulullah
Saw. Dalam sabdanya yang lain, “Ciri-ciri orang munafik ada tiga, apabila
berkata ia berdusata, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila dipercaya ia
berkhianat.”

Orang-orang munafik –semoga Allah melindungi kita darinya- tempatnya


adalah dasar neraka, yaitu kedudukan yang paling hina, bentuk yang paling buruk,
dan siksa yang amat pedih.

Allah Swt. Berfirman, “sesungguhnya orang-orang munafik itu


(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.” (An-Nisa 4:145)

Sebagaimaa halnya minuman keras adalah pangkal kekejian, maka


sesungguhnya berdusta adalah pangkal kerusakan dan kesesatan. Barang siapa
terbiasa dan membiasakan sejak kecil, maka ia akan terperosok ke dalam semua
bentuk kehinaan dan ia akan menganggap mudah segala perbuatan dosa.

Dan setiap perbuatan hina lawannya adalah akhlak yang mulia, seperti
berkhianat lawan dapat dipercaya, penakut lawan dari pemberani, kikir lawan dari
dermawan, dan seterusnya. Dan saya yakin, anda mengetahui lawan dari berdusta
adalah jujur.
Selama seseorang berniat untuk jujur, maka Allah telah menetapkan dia
sebagai hamba yang jujur.

Terkadang kita dihadapkan pada situasi yang sulit dan susah, maka salah
seorang di antara kita menganggap bahwa berdusta sebagai jalan keluar
kesulitannya. Dengan demikian ia menganggap bahwa dusta adalah suatu hal
yang mudah, lalu ia pun menyepelekannya. Ia tidak mengetahui bahwa
sesungguhya ia telah mengganti sebuah perbaikan kesalahan dengan kesalahan
lain. Berarti ia telah memasuki perangkap kesalahan yang tiada putusnya. Ia akan
terperosok dalam kejahatan dan dosa-dosa selamanya yang akan membawa dan
menghanyutkannya ke lembah kenistaan yang paling dalam.

Bertobat dari perbuatan dosa adalah suatu hal yang dapat menjadikan
seseorang meraih keridhaan Allah Swt dan Nabi-Nya. Dan itu juga merupakan
cara menghapuskan dosa pada diri seseorang dan menghilangkan kehinaannya.

Adapun berdusta yang dbolehkan adalah berdusta untuk suatu kebenaran


yang mendatangkan bahaya, tetapi sebaliknya mendatangkan kebaikan.

Para ahli ulama dan fiqih membolehkan dusta dalam hal-hal berikut ini:
seseorang ingin mendamaikan dua orag yang bertengkar, dalam politik
peperangan untuk melawan musuh, atau memperbaiki keadaan antara suami-istri
yang sedang bertengkar.

4. Dengki/Iri Hati

Orang yang memiliki sifat ini hidupnya tidak akan menemukan


ketenangan. Soalnya, orang yang berperilaku dengki tidak akan senang melihat
orang lain mendapatkan nikmat. Bahkan, orang yang dengki akan merasa bahagia
jika orang lain mendapat musibah atau bencana. Sifat dengki merupakan cikal
bakal perilaku tercela lainnya, seperti menggunjing dampai memfitnah.

Dengki adalah persoalan  kenikmatan.  Dua hal yang mungkin timbul


dalam diri manusia, yaitu dengki dan munafasah. Munafasah berbeda dengan
dengki, bahkan kita dipebolehkan untuk munafasah, seperti yang terungkap dalam
sebuah hadist yang berbunyi:
“Tidak boleh hasad kecuali kepada dua golongan. Pertama pada orang-orang
yang dikaruniai Allah harta lalu ia menghabikan untuk membela kebenarannya.
Kedua, kepada orang yang dikaruniai ilmu lalu ia mengamalkannya dan
mengajarkannya kepada manusia.”

Mengapa dengki itu hadir dalam diri kita? Munculnya dengki berawal
dari kebutuhan manusia, yaitu selalu ingin mendapatkann kepuasan, ketenangan,
dan kenikmatan. Bagaimana pun juga  manusia mempunyai kecenderungan
kepada harta, pangkat, jabatan, tahta, dan wanita.

AbduLlah bin Mas’ud mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAWW


bersabda, “Ada tiga hal yang menjadi dasar (pangkal) setiap kesalahan maka
jagalah dan hindarilah. Pertama hindarilah olehmu sombong karena
kesombongann ini telah membawa iblis tidak mau sujud kepada Nabi Adam AS.
Kedua, hindarilah olehmu sifat tamak, karena tamak ini telah menjadikan Adam
AS memakan pohon khuldi . ketiga, takutlah kamu akan sifat dengki karena
kedua anak Adam salah satunya telah membunuh yang lain yang disebabkan oleh
dengki”.

Menurut sebagian ulama bahwa orang yang selalu dengki adalah orang
yang selalu ingkar karena tidak rela kepada orang lain yang mendapatkan
kenikmatan. Menurut yang lain, orang yang dengki tidak akan dapat dihitamkan
(dihilangkan). Menurut sebagian ulama, kata dengki dikutip dari firman Allah
Ta’ala, “Katakanlah sesungguhnya yang diharamkan oleh Tuhanmu hanya segala
yang keji, baik yang lahir maupun yang bathin”(QS Al A’raf: 33)

Menurut pendapat yang lain bahwa yang dimaksud “yang bathin” dalam
ayat ini adalah dengki. Dalam sebagian kitab dijelaskan bahwa orang yang dengki
orang yang membenci kenikmatan. Menurut satu pendapat, bekas (pengaruh)
dengki akan nampak sebelum nampaknya permusuhan.

Al-Ashmu’I mengatakan, “Saya melihat orang Arab yang mencapai umur


120 tahun. Saya berkata, “alangkah panjangnya umurmu”. Dia menjawab, “Saya
tidak pernah dengki sampai saya diberikan umur sekian”. Ibnu Mubarak pernah
mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan hati seorang
pemimpin seperti hati orang yang dengki”. (Artinya orang yang dengki tidak akan
pernah menjadi pemimpin orang lain) Di dalam sebagian hadis dijelaskan, di
langit yang ke lima terdapat malaikat. Perbuatan setiap orang akan melewatinya.
Malaikat itu bersinar seperti sinarya matahari. Dia mengatakan, “Berhentilah,
saya adalaah malaikat yang menjaga perbuatan dengki. Oleh karena itu
pukulkanlah kepada pemiliknya karena dia adalah orang yang dengki”.
Mu’awiyah bin Abu Sufyan mengatakan, “Saya akan merelakan setiap orang
kecuali orang yang dengki. Dia tidak akan rela sebelum kenikmatan orang lain
hilang”.

Menurut satu pendapat, orang dengki adalah orang yang lalim dan
perampas. Dia tidak akan tinggal diam dan tidak akan membiarkan. Umar bin
Abdul Azis mengatakan, “Saya tidak pernah melihat orang yang lalai lebih dari
pada apa yang dialami oleh orang yang dengki karena dia tertimpa kesusahan
yang mendalam dan kehilangan jati dirinya secara berutrut turut.

Menurut sebagian Ulama, sebagian tanda sifat dengki adalah menipu


apabila berada di hadapan orang lain, dan mengumpatnya apabila sudah pergi,
dan mencaci maki apabila musibah tidak menimpa. Menurut Mu’awiyah bin Abu
Sufyan, menghindari dengki dan membunuh sebelum di dengki bukan termasuk
bagian dari sifat dengki. Manurut yang lain, Allah Ta’ala menurunkan wahyu
kepada Nabi Sulaiman bin Dawud AS, “Aku berwasiyat kepadamu mengenahi
tujuh hal. Diantaranya, jangan mengumpat hamba-hambaku yang saleh dan
jangan mendengkinya”. Dia mengatakan, “Ya Tuhan, Engkaulah Dzat yang
memberi kecukupan kepadaku”.

Manurut satu ungkapan, Nabi Musa As pernah melihat seorang laki-laki


berada di singgasana kerajaan. Nabi Musa AS merasa senang dan bertanya
kepada seseorang, “Apa yang dilakukan orang itu ?”

“Orang itu tidak pernah dengki kepada orang lain sehingga ia diberi
keistimewaan oleh Allah Ta’ala.” Jawabnya.

Menurut sebagian ulama, orang yang dengki adalah orang yang apabila
melihat orang lain mendapatkan kenikmatan, maka dia merasa bingung. Apabila
orang lain me dapatkan kesengsaraan, dia mencaci maki.

Menurut satu pendapat, orang yang dengki adalah orang yang tidak
senang kepada orang lain yang tidak berdosa dan kikir terhadap sesuatu yang
tidak dimiliki. Oleh karena itu terdapat ungkapan, jangan mengharap cinta kasih
kepada orang yang mendengkimu. Dia tidak akan menmerima uluran baikmu .
- Penyebab Dengki

Bila kita cermati, ada enam penyebab dengki muncul dalam diri seseorang.
Keenam penyebab dengki tersebut adalah sebagai berikut:

1. Permusuhan dan kebencian

2. Bangga terhadap diri sendiri

3. Sombong dan takabur

4. Ta’ajub atau merasa diri paling pantas dimuliakan

5. Berlomba-lomba untuk memperoleh sesuatu atau meraih posisi tertentu

6. Keburukan jiwa

- Tingkat-Tingkat  Dengki

Dengki  memiliki beberapa tingkat, yaitu

a. Menginginkan nikmat seperti yang dimiliki orang lain, tetapi bila tidak
berhasil mempeolehnya, ia tidak menginginkan nikmat itu berpindah
kepadanya atau lenyap dari tangan orang lain

b. Menginginkan nikmat seperti yang dimiliki orang lain. Bila tidak berhasil
memperolehnya, ia berharap orang lain juga tidak mendapatkannya.

c. Menginginkan kenikmatan lenyap dari orang lain.

- Kiat Menjauhi Dengki

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang menumbuhsuburkan


kebencian berarti menuai bencana baik di dunia maupun di akhirat. Oleh
karena itu, sedapat mungkin seorang muslim/muslimah yang baik harus
menghindari diri dari penyakit dengki yang senantiasa mengintai diri kita.

Berikut ini beberapa kiat/cara menghindarkan diri kita dari penyakit dengki.

a. Syukuri DiriJangan pikirkan yang bukan miliki kita


b. Kembangkan positif thinking

c. Netralisasi Amarah

d. Identifikasi dengki sedini mungkin

e. Jangan turuti emosi

f. Buka komunikasi

g. Jauhi majlis ghibah

h. Pelihara hati lewat ibadah

i. Lapangkan dada dengan perilaku positif

j. Tengok ke bawah

k. Rendah hati

5. Putus Asa

Orang yang memiliki sifat putus asa termasuk orang yang mudah
menyerah dan tidak sabar. Sifat putus asa termasuk dosa. Jika seseorang
mengalami kegagalan lalu dia berputus asa, bisa menjerumuskan dirinya kepada
hal-hal yang dilarang, seperti mabuk minuman keras, narkoba, bahkan mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri.

Ada dua jenis keputusasaan. Pertama, muncul ketika berhadapan dengan


kesulitan atau rintangan. Yang demikian itu tidak terdapat pada diri orang
beriman. Ia harus selalu ingat bahwa Allah menjanjikan pertolongan kepada
orang-orang beriman. Al-Qur`an menyatakan bahwa cukuplah hanya Allah bagi
orang-orang beriman dan Dia menguatkan orang-orang beriman dengan bantuan-
Nya.

Kedua, merupakan jenis keputusasaan yang lebih berbahaya, yaitu


berputusasaan dari pengampunan Allah setelah berbuat salah atau dosa.
Keputusasaan ini lebih berbahaya karena akan mengarah pada pikiran bahwa
Allah tidak akan memaafkan dosa seseorang dan ia akan masuk neraka. Pikiran
ini bertentangan dengan apa yang kita pelajari dalam Al-Qur`an. Sesungguhnya,
Allah mengampuni dosa orang-orang yang menyesali perbuatannya. Tidak pernah
ada kata “terlambat” dalam mencari pengampunan-Nya. Allah menegur hamba-
hambanya,

“Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka


sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (az-Zumar: 53)

Putus asa adalah godaan setan. Setan mencoba memengaruhi orang-orang


beriman dengan membuat mereka bingung dan kemudian menjerumuskan mereka
untuk berbuat kesalahan yang lebih serius. Tujuannya adalah agar orang-orang
beriman tidak merasa yakin dengan keimanan dan keikhlasan mereka, membuat
mereka merasa “tertipu”. Jika seseorang jatuh ke dalam perangkap ini, ia akan
kehilangan keyakinan dan akibatnya akan mengulangi kesalahan yang sama atau
bahkan lebih besar dari kesalahan sebelumnya.

Dalam kondisi demikian, orang beriman harus segera meminta ampunan


Allah, berpikir seperti yang Al-Qur`an ajarkan dan segera membentuk pola pikir
yang baru. Al-Qur`an menjelaskan apa yang harus dilakukan orang beriman
dalam kondisi itu,

“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah


kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(al-A’raaf: 200)

Jika seseorang ikhlas dalam keimanannya kepada Allah, Allah akan


mengampuni dosanya jika ia berbuat salah atau dosa. Bahkan jika ia berpaling
dalam waktu yang lama, ia masih mendapatkan kesempatan untuk bertobat.
Perbuatan setanlah yang menyebabkannya berputus asa. Allahlah satu-satunya
yang dapat memberikan ampunan dan keadilan yang abadi dan yang menjanjikan
kemenangan dan surga-Nya kepada orang-orang beriman. Saran dari Nabi Ya’qub
harus menjadi panduan bagi semua orang beriman,“… janganlah kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir” (Yusuf: 87)

Bahaya Akhlak Tercela


Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh maksiat atau perbuatan dosa itu
seperti di sebutkan oleh Ibnu Qoyyim rahimullah, sebagai berikut:

a. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan Allah di dalam
hati, dan maksiat mematikan itu.

b. Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits riwayat Imam Ahmad, "Seorang hamba
bisa terhalang rezekinya karena dosa yang menimpanya."

c. Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang tiada tandingannya dan tiada terasa
kelezatan.

d. Kegelapan yang dialami oleh tukang maksiat di dalam hatinya seperti perasaan di
kegelapan malam.

e. Terhalangnya ketaatan.

f. Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahannya.

g. Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi, demikian kata ulama salaf: Hukum
kejahatan adalah kejahatan lagi sebagaimana kebaikan akan melahirkan kebaikan
lagi.

h. Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya sampai dia
merasa dirinya hina. Itu pertanda-tanda kehancuran.

i. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan kebaikan melahirkan kebanggaan dan


kejayaan.

j. Maksiat merusak akal, sedang kebaikan membangun akal.

KLIPING

PERBUATAN TERCELA DAN DOSA-DOSA BESAR


Disusun Oleh :

1. M.Khoirul Latif

2. Agustian Bimo P.

3. Taufik Turrokhman

4. Adib Mukhlisin

5. Ginanjar S.

6. Abdul Aziz

7. Agus Setiawan

8. Sigit Wicaksono

9. Haryanto

10. Refianto

11. Rendi Anwar

12. Iwan Kurniawan

13. Dita Irawan

14. Solikin

15. Harmulya

16. Nanang K.

Kelas : 2 TAV 1
SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI

TAHUN AJARAN 2010/2011

You might also like