Professional Documents
Culture Documents
Iman Ibnul Qayyim berkata, "Akhlak yang tercela adalah bermula dari
kesombongan dan rendah diri. Dari kesombongan muncul sikap bangga, sok tinggi,
hebat, ujub, hasad, keras kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan, senang
dipuji padahal tidak berbuat sesuatu dan sebagainya.
Kata akhlak banyak ditemukan pada hadits Nabi. Kata akhlaq diserap menjadi akhlak
dengan menyesuaikan fonem /q/ dengan fonem /k/ dalam bahasa Indonesia. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai "budi pekerti" atau
"kelakuan".
Sebagai manusia, fitrah kita cenderung mengarah kepada hal-hal yang baik
dan terpuji. Namun, karena manusia diberi akal, nafsu, dan syahwat, bisa jadi kedua
tipe akhlak tersebut ada pada diri kita. Sampai ada istilah manusia itu ada di antara
setan dan malaikat karena memiliki potensi berbuat baik dan berbuat
buruk.Sepanjang menjalani hidup, manusia pasti tidak akan luput dari perbuatan
salah. Namun, jika perbuatan itu melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya, dapat
dikategorikan sebagai orang yang berakhlak tercela atau buruk.
Di antaranya yaitu :
a. Lemah Iman
c. Lingkungan
1. Ujub
Ujub artinya terlalu membanggakan diri. Orang yang memiliki akhlak ini
merasa dirinya yang paling serbabisa. Segala sesuatu yang diusahakan dia yakini
adalah atas jerih payah dirinya. Peran orang lain, apalagi Allah Swt., dia
kesampingkan. Padahal, kesuksesan yang diperoleh ada campur tangan Allah
Swt.
a. Ujub dengan fisiknya, yaitu dengan merasa dirinya lebih baik, lebih cantik,
lebih segala-segalanya.
b. Ujub dengan kekuatannya, yaitu dengan merasa diri lebih kuat hingga tidak
perlu bantuan orang lain.
c. Ujub dengan intelektualitasnya, yaitu dengan merasa diri lebih cerdas, lebih
pintar.
e. Ujub dengan hartanya, yaitu dengan merasa dirinya lebih kaya, lebih mampu.
f. Ujub dengan pendapat yang salah, yaitu dengan merasa dirinya paling benar
meskipun sebenarnya salah..
Selalu ingat dengan orang-orang yang sakit ataupun lebih rendah atau
dibawah kita
2. Takabur
Nabi saw bersabda, “Bahwa Allah swt. telah berfirman (dalam Hadis
Qudsi):
Sabdanya pula:
“Tidak akan masuk surga orang yang hatinya terdapat rasa takabbur
walau hanya sebesar biji sawi.”
Hakikat Takabur
Hakikat takabur adalah merasa diri lebih sempurna dari yang lainnya.
Sifat takabur akan menimbulkan kehinaan dan bisa mengganggu akidah.
Karenanya, Nabi saw. bersabda, ‘Aku berlindung dari hembusan takabur.” Karena
itu pula, para sahabat pernah minta ijin kepada Umar r.a. agar memberi nasihat
ummat setelah subuh. Umar r.a. menjawab, “Aku lebih takut ada hembusan yang
melambungkan sampai ke bintang Tsuraya.” Sebab, hembusan tersebut
berpengaruh pada aktivitas lahiriah, seperti duduk di tempat yang tinggi, jalan di
depan, melihat dengan pandangan sinis dan marah jika ada orang tidak
mengucapkan salam, atau kepada orang yang tidak menghormatinya, lebih
banyak menentang kalau dinasihati, menentang kebenaran bila diberi pandangan,
dan memandang orang awam seperti memandang khimar.
Takabur tergolong dosa besar. Bahkan orang yang hatinya ada sebesar
dzarah ketakaburan, tidak akan masuk surga. Sebab di dalam takabur ada tiga
macam kotoran:
- Ketiga, takabur dapat menghalanginya dari perilaku mulia dan terpuji. Sebab,
orang yang takabur tidak akan pernah merasa mencintai orang lain
sebagaimana la mencintai dirinya sendiri.
Ia juga tidak bisa merendah, tidak bisa meninggalkan antagonisnya, dengki
dan amarahnya. Ia tidak bisa menahan diri, lembut dalam bicara, dan tidak
mampu meninggalkan riya’. Secara global setiap perilaku tercela, senantiasa
dilalui oleh orang takabur, dan tidak ada perilaku terpuji, kecuali harus
meninggalkan sifat takabur tersebut.
semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan yg tawadhu’ dan
menjauhkan kita semua dari sikap takabbur ini…Aamiin Allaahumma Aamiin
3. Dusta/Bohong
Dan setiap perbuatan hina lawannya adalah akhlak yang mulia, seperti
berkhianat lawan dapat dipercaya, penakut lawan dari pemberani, kikir lawan dari
dermawan, dan seterusnya. Dan saya yakin, anda mengetahui lawan dari berdusta
adalah jujur.
Selama seseorang berniat untuk jujur, maka Allah telah menetapkan dia
sebagai hamba yang jujur.
Terkadang kita dihadapkan pada situasi yang sulit dan susah, maka salah
seorang di antara kita menganggap bahwa berdusta sebagai jalan keluar
kesulitannya. Dengan demikian ia menganggap bahwa dusta adalah suatu hal
yang mudah, lalu ia pun menyepelekannya. Ia tidak mengetahui bahwa
sesungguhya ia telah mengganti sebuah perbaikan kesalahan dengan kesalahan
lain. Berarti ia telah memasuki perangkap kesalahan yang tiada putusnya. Ia akan
terperosok dalam kejahatan dan dosa-dosa selamanya yang akan membawa dan
menghanyutkannya ke lembah kenistaan yang paling dalam.
Bertobat dari perbuatan dosa adalah suatu hal yang dapat menjadikan
seseorang meraih keridhaan Allah Swt dan Nabi-Nya. Dan itu juga merupakan
cara menghapuskan dosa pada diri seseorang dan menghilangkan kehinaannya.
Para ahli ulama dan fiqih membolehkan dusta dalam hal-hal berikut ini:
seseorang ingin mendamaikan dua orag yang bertengkar, dalam politik
peperangan untuk melawan musuh, atau memperbaiki keadaan antara suami-istri
yang sedang bertengkar.
4. Dengki/Iri Hati
Mengapa dengki itu hadir dalam diri kita? Munculnya dengki berawal
dari kebutuhan manusia, yaitu selalu ingin mendapatkann kepuasan, ketenangan,
dan kenikmatan. Bagaimana pun juga manusia mempunyai kecenderungan
kepada harta, pangkat, jabatan, tahta, dan wanita.
Menurut sebagian ulama bahwa orang yang selalu dengki adalah orang
yang selalu ingkar karena tidak rela kepada orang lain yang mendapatkan
kenikmatan. Menurut yang lain, orang yang dengki tidak akan dapat dihitamkan
(dihilangkan). Menurut sebagian ulama, kata dengki dikutip dari firman Allah
Ta’ala, “Katakanlah sesungguhnya yang diharamkan oleh Tuhanmu hanya segala
yang keji, baik yang lahir maupun yang bathin”(QS Al A’raf: 33)
Menurut pendapat yang lain bahwa yang dimaksud “yang bathin” dalam
ayat ini adalah dengki. Dalam sebagian kitab dijelaskan bahwa orang yang dengki
orang yang membenci kenikmatan. Menurut satu pendapat, bekas (pengaruh)
dengki akan nampak sebelum nampaknya permusuhan.
Menurut satu pendapat, orang dengki adalah orang yang lalim dan
perampas. Dia tidak akan tinggal diam dan tidak akan membiarkan. Umar bin
Abdul Azis mengatakan, “Saya tidak pernah melihat orang yang lalai lebih dari
pada apa yang dialami oleh orang yang dengki karena dia tertimpa kesusahan
yang mendalam dan kehilangan jati dirinya secara berutrut turut.
“Orang itu tidak pernah dengki kepada orang lain sehingga ia diberi
keistimewaan oleh Allah Ta’ala.” Jawabnya.
Menurut sebagian ulama, orang yang dengki adalah orang yang apabila
melihat orang lain mendapatkan kenikmatan, maka dia merasa bingung. Apabila
orang lain me dapatkan kesengsaraan, dia mencaci maki.
Menurut satu pendapat, orang yang dengki adalah orang yang tidak
senang kepada orang lain yang tidak berdosa dan kikir terhadap sesuatu yang
tidak dimiliki. Oleh karena itu terdapat ungkapan, jangan mengharap cinta kasih
kepada orang yang mendengkimu. Dia tidak akan menmerima uluran baikmu .
- Penyebab Dengki
Bila kita cermati, ada enam penyebab dengki muncul dalam diri seseorang.
Keenam penyebab dengki tersebut adalah sebagai berikut:
6. Keburukan jiwa
- Tingkat-Tingkat Dengki
a. Menginginkan nikmat seperti yang dimiliki orang lain, tetapi bila tidak
berhasil mempeolehnya, ia tidak menginginkan nikmat itu berpindah
kepadanya atau lenyap dari tangan orang lain
b. Menginginkan nikmat seperti yang dimiliki orang lain. Bila tidak berhasil
memperolehnya, ia berharap orang lain juga tidak mendapatkannya.
Berikut ini beberapa kiat/cara menghindarkan diri kita dari penyakit dengki.
c. Netralisasi Amarah
f. Buka komunikasi
j. Tengok ke bawah
k. Rendah hati
5. Putus Asa
Orang yang memiliki sifat putus asa termasuk orang yang mudah
menyerah dan tidak sabar. Sifat putus asa termasuk dosa. Jika seseorang
mengalami kegagalan lalu dia berputus asa, bisa menjerumuskan dirinya kepada
hal-hal yang dilarang, seperti mabuk minuman keras, narkoba, bahkan mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri.
a. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan Allah di dalam
hati, dan maksiat mematikan itu.
b. Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits riwayat Imam Ahmad, "Seorang hamba
bisa terhalang rezekinya karena dosa yang menimpanya."
c. Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang tiada tandingannya dan tiada terasa
kelezatan.
d. Kegelapan yang dialami oleh tukang maksiat di dalam hatinya seperti perasaan di
kegelapan malam.
e. Terhalangnya ketaatan.
g. Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi, demikian kata ulama salaf: Hukum
kejahatan adalah kejahatan lagi sebagaimana kebaikan akan melahirkan kebaikan
lagi.
h. Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya sampai dia
merasa dirinya hina. Itu pertanda-tanda kehancuran.
KLIPING
1. M.Khoirul Latif
2. Agustian Bimo P.
3. Taufik Turrokhman
4. Adib Mukhlisin
5. Ginanjar S.
6. Abdul Aziz
7. Agus Setiawan
8. Sigit Wicaksono
9. Haryanto
10. Refianto
14. Solikin
15. Harmulya
16. Nanang K.
Kelas : 2 TAV 1
SMK MUHAMMADIYAH 3 WELERI