You are on page 1of 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Fosfat adalah salah satu unsur hara makro yang essensial dalam budidaya tanaman.
Tujuan dari pemupukan adalah menambah ketersediaan unsur hara dalam tanah atau
untuk menggantinya karena sebagian dari unsur tersebut diangkut keluar dari lahan
pertanian bersama hasil panen. Dalam intensifikasi pertanian, penggunaan pupuk
terutama pupuk kimia menjadi suatu keharusan karena pengurangan unsur-unsur hara
dari lahan juga semakin intensif. Kalau dalam pertanian konvensional sawah,
misalnya hanya ditanami sekali dalam setahun dengan produktifitas 2 sampai 3 ton
gabah perhektar, dalam pertanian intensif musim tanam sampai 3 kali setahun dengan
produktifitas mencapai 7 sampai 12 ton perhektar. Dengan demikian, pemupukan
merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan intensifikasi pertanian.

Pupuk fosfat dibuat dari bahan baku batuan fosfat antara lain Fluoroapatite
Ca10(PO4)6F2 yang mengandung 30 - 32 % P2O5. Karena batuan fosfat yang dapat
ditambang misalnya skala komersial hampir tidak ada, maka kebutuhan pupuk fosfat
di negeri kita sepenuhnya bergantung pada supply dari luar negeri, baik sebagai bahan
baku (Rock Phosphate) atau sebagai bahan jadi seperti TSP (Triple Super Phosphate),
SP-36 (Superphosphate) dan lain- lain.

Dari berbagai jenis pupuk fosfat yang diperdagangkan dapat dikategorikan atas
(1) pupuk fosfat hasil rekayasa dan (2) pupuk fosfat alami seperti halnya batuan fosfat.
Pupuk hasil rekayasa mengandung unsur hara yang jauh lebih tinggi dan lebih mudah
larut dibanding bahan bakunya. Salah satu tujuan rekayasa dalam hal ini adalah untuk
menghemat biaya transportasi persatuan bobot hara bersangkutan yang berpengaruh
pula terhadap harga pupuk yang sampai ke petani. Karena 2 faktor tersebut (tingginya
kandungan hara dan sifatnya yang lebih mudah larut) penggunaan pupuk hasil

Universitas Sumatera Utara


rekayasa (buatan pabrik) mendominasi penggunaan pupuk fosfat dalam bidang
pertanian dan perkebunan Karena harganya yang mahal dan tingginya permintaan
pada musim tanam, seringkali beredar pupuk yang dipalsukan dimana persentase
kandungan P2O5-nya tidak sesuai dengan yang tercantum dalam kemasan. Kecuali
diperiksa di laboratorium, umumnya petani sulit untuk membedakan antara yang asli
dengan yang dipalsukan sehingga selalu menjadi korban.

Pupuk fosfat hasil rekayasa dapat dikelompokkan atas (1) pupuk tunggal,
hanya mengandung hara fosfat seperti TSP (46 % P2O5), SP-36 (36 % P2O5) dan (2)
sebagai pupuk majemuk, terdapat bersama unsur hara lain misalnya Nitrogen dan
Kalium, seperti NPK 15 : 15 : 15 dan lain-lain.

Pemalsuan pupuk terjadi dalam rantai distribusi sebelum sampai ke konsumen


dan hal ini sering terjadi saat mulai musim tanam disertai kelangkaan pupuk di pasar.
Apalagi untuk jenis pupuk tertentu pemalsuan lebih mudah dilakukan dibanding
dengan cara menganalisis apakah pupuk tersebut asli atau palsu. Pemalsuan mungkin
dilakukan dengan mencampur bahan yang serupa tapi harganya jauh lebih murah
misalnya menggunakan tanah liat untuk mencampur TSP, SP-36 atau menggunakan
NaCl untuk mencampur KCl. Kedua bahan pencampur ini ( NaCl dan tanah liat)
sangat mudah diperoleh dan dengan harga yang lebih murah dari pupuk yang akan
dipalsukan. Antara KCl dan KCl yang telah dicampur dengan NaCl hampir tidak
dapat dibedakan, kecuali dilakukan analisis di laboratorium. Karena cara memalsukan
relatif mudah dan murah sebaliknya membedakan yang asli terhadap yang palsu relatif
sulit bagi petani, maka mereka akan selalu menjadi korban yang tak berdaya bagi
orang-orang yang ingin memetik keuntungan dengan cara yang mudah. Kerugian bagi
petani bukan hanya sekedar uang yang hilang untuk membeli pupuk palsu tetapi lebih
jauh lagi mungkin akan menghadapi gagal panen karena lahan yang ditanami tidak
mengandung hara yang cukup untuk pertumbuhan dan produktifitas tanaman.
Ditengah harga sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, obat-obatan) yang
membumbung tinggi harus dilakukan sesuatu untuk melindungi petani. Berdasarkan
uraian-uraian diatas, saya sangat tertarik untuk meneliti tentang kandungan P2O5
dalam berbagai pupuk fosfat komersial.
1.2. Permasalahan

Universitas Sumatera Utara


Apakah ada kesesuaian antara kandungan P2O5 hasil analisis dengan kandungan yang
terdapat pada kemasannya dan apakah ada keselarasan antara kandungan P2O5 total
terhadap bagian yang mudah larut dalam asam sitrat 2 % dan bagian yang dapat larut
dalam air sebagai indikator ketersediaan unsur tersebut bagi tanaman.

1.3. Pembatasan masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada uji kandungan fosfat sebagai P2O5 dalam pupuk
fosfat komersial berbagai merek yang berdasarkan penampilannya sukar dibedakan
antara yang asli terhadap yang dipalsukan.

1.4. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kesesuaian kandungan fosfat total sebagai P2O5 hasil analisis
dengan kandungan P2O5 yang terdapat dalam kemasan.
2. Untuk mengetahui konsistensi antara P2O5 total terhadap P2O5 yang larut dalam air
dan asam sitrat 2 % karena pupuk fosfat yang mudah larut mempunyai nilai
ekonomis lebih tinggi daripada pupuk fosfat yang sukar larut sehingga
efektifitasnya tidak semata mata ditentukan oleh P2O5 total

1.5. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumber informasi yang
berguna tentang kandungan fosfat dalam bentuk P2O5 yang sesuai dengan standar
yang diperbolehkan dalam pembuatan pupuk fosfat komersial

1.6. Lokasi penelitian

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini dilakuka n di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara serta Pusat Penelitian
Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Universitas Sumatera Utara.

1.7. Metodologi penelitian

Sampel pupuk fosfat yang diteliti dibagi kedalam 3 kategori yaitu (1) batuan fosfat
yang telah digiling halus, (2) pupuk fosfat tunggal (TSP dan SP-36) dan (3) pupuk
majemuk yang mengandung fosfat seperti tercantum dalam daftar berikut :

No Pupuk Kategori % P2O5 Produsen / Distributor


1 ARP Tepung Batu fosfat 28 – 30 % CV. Bitama Jaya
2 CIRP Tepung Batu fosfat 30 – 32 % CV. Rolimex Indonesia
3 CRP (coklat) Tepung Batu fosfat 32 % China
4 CRP (hitam) Tepung Batu fosfat 32 % China
5 TSP Tunggal 46 % PT. Meroke Tetap Jaya
6 SP-36 Tunggal 36 % PT. Petrokimia Gresik
7 NPK- Phonska Majemuk 15 % PT. Santani Sejahtera
8 NPK- Petrokimia Majemuk 15 % PT. Petrokimia Gresik
9 NPK- Mutiara Majemuk 16 % PT. Meroke Tetap Jaya
10 Amophos Majemuk 20 % PT. Meroke Tetap Jaya
11 NH4- fosfat Majemuk 20 % PT. Petrokimia Gresik
12 Kaliphos Majemuk 51 % PT. Meroke Tetap Jaya

Sampel tersebut diperoleh dari berbagai toko pupuk di kota Medan dan
sekitarnya serta merupakan jenis pupuk fosfat yang paling banyak digunakan petani.
Keterangan : ARP : Agipt Rock Phosphate
CIRP : Chrismast Island Rock Phosphate
CRP : China Rock Phosphate
TSP : Tripel Super Phosphate

1.8. Metode analisis fosfat

Universitas Sumatera Utara


Kandungan fosfat sebagai P2O5 dalam setiap sampel ditentukan sebagai P2O5 total,
P2O5 larut dalam 2 % asam sitrat dan P2O5 yang dapat larut dalam air. Analisis fosfat
dilakukan dengan metode biru–molibdem (molybdenum blue) dengan pereaksi
ammonium molibdat-asam askorbat yang menghasilkan senyawa kompleks berwarna
yang mengabsorpsi cahaya maksimum pada 880 nm.

Universitas Sumatera Utara

You might also like