You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan Internasional atau hubungan kerjasama yang terjadi diantara dua


negara atau lebih yang didasari kepentingan yang tidak seimbang seringkali
menimbulkan konflik dalam pelaksanaannya, bahkan sering terjadi perang yang
merugikan sebelah pihak maupun keduanya. Diplomasi adalah salah satu cara untuk
melakukan kerjasama tanpa kekerasan yang sangat banyak digunakan negara-negara
di dunia karena dinilai sangat efektif untuk menghindari terjadinya konflik yang
berkepanjangan. Dalam Teori Diplomasi, terdapat banyak strategi yang dapat
digunakan setiap untuk menjalankan politik luar sebuah dan terdapat teori-teori yang
selalu digunakan negara-negara dalam mempertahankan keputusan yang telah
diambil sebagai kebijakan luar negerinya, baik dalam urusan kerjasama yang bersifat
ekonomi, sosial, budaya, biologi dan lain sebagainya.
Karena hasil sebuah peperangan sering tidak bisa diramalkan, sarana-sarana
diplomatik dapat digunakan sebagai perlindungan untuk menghindari malapetaka
semacam itu sejauh mungkin meskipun hal tersebut tidak merugikan kepentingan
nasional. Tujuan-tujuan politik sebuah negara terlebih dahulu harus sesuai dengan
sumber daya dan kekuatan (power) baik ekonomi maupun militer karena keefektifan
diplomasi suatu negara bergantung pada sejauh mana kekuatan yang dimilikinya.
Salah satu strategi yang dapat digunakan negara-negara dalam
mempertahankan kekuatan negaranya saat terjadinya konfik adalah Game Theory
(Teori Permainan) yang di dalamnya terdapat cara dan bagaimana proses penalaran
berlangsung dalam pembuatan keputusan. Untuk menjelaskan Game Theory secara
lebih lengkap akan kita bahas pada Bab II yang merupakan pembahasan tentang
Game Theory yang dijelaskan berdasarkan pendapat para pemikir dan penulis ahli
dalam kajian diplomasi yang menggunakan strategi Game Theory ini, diantaranya:
Mohtar Mas’oed, T.A Couloumbis dan J.H. Wolfe, A.C. Isaak, Garvin McCain,
Erwin Segal dan Robert J. Lieber.

1
1.2 Metode Penulisan

Metode penulisan yang saya gunakan adalah metode literatur yaitu


metode yang bersumber dari buku dan teknologi yang tersedia.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan tugas ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulisan maupun pembaca;


2. Untuk memperlancar proses belajar mengajar; dan
3. Untuk memperdalam pemahaman dalam mata kuliah Teori Diplomasi
terutama dalam bahasan Game Theory.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan tugas ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu;


2. Lebih memahami pokok bahasan tentang Game Theory.
1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan tugas ini adalah sebagai berikut :

1. Kata Pengantar ;
2. Daftar Isi ;
3. Bab I yang merupakan pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, metode
penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan ;
4. Bab II yang merupakan pembahasan, yang terdiri dari Pengertian Teori,
Konseptualisasi, Kontekstualisasi dan Dinamika Permainan.
5. Simpulan ; dan
6. Daftar Pustaka.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori

Teori merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya “melihat”
atau “memperhatikan”.1 Berdasarkan pengertian tersebut bisa dikatakan bahwa teori
adalah suatu pandangan atau persepsi tentang fenomena yang terjadi. Bisa juga
dikatakan bahwa berteori adalah sebuah pekerjaan menonton yang berarti pekerjaan
yang mencoba mendeskripsikan apa yang terjadi, menjelaskan mengapa itu terjadi
dan mungkin juga sebuah pekerjaan meramal kemungkinan berulangnya kejadian itu
di masa yang akan datang.

Dalam kehidupan sehari-hari sering timbul perbedaan pengertian tentang arti


teori itu. Bahkan selama ini selalu terdapat kekacauan dan kerancuan tentang
penggunaan kata teori. Pertama, di dalam ilmu politik terdapat kekacauan antara
pengertian teori politik dan filsafat politik. Kedua, dalam bahasa sehari-hari kita
dibingungkan oleh pembedaan tentang arti teori dan praktek. Ketiga, kita juga punya
kecenderungan untuk menyamakan antara teoti dengan dugaan.2 Dalam disiplin ilmu
politik terdapat bidang studi yang disebut Teori Politik. Studi ini bersifat normatif,
yaitu memusatkan pada pertanyaan yang bersifat das Sollen: Apa seharusnya tujuan
politik internasional? Sistem internasional apakah yang paling baik digunakan?
Bagaimana sebaiknya hubungan antar negara-negara kaya dan miskin di dunia?
Karena itu yang dipelajari adalah hasil karya dari para tokoh pemikir besar, mulai
dari Thucydides, Huga Grotius, Immanuel Kant, Niccolo Machiavelli, Thomas
Hobbes, Karl Marx.

Bidang yang seharusnya disebut sebagai filsafat politik itu di dalam


kurikulum ilmu politik sampai sekarang disebut teori politik. Selain dari teori yang

1
T.A Couloubis dan J.H. Wolfe, Introduction to International Relations (Prentice-
Hall, 1986), hal. 29
2
A.C. Isaak, Scope and Methods of Political Science (Dorsey, 1981) hal. 168-169,
Vernon van Dyke, Political Science (Stanforrd, 1965), Bab. 9.

3
memiliki pertanyan yang bersifat das Sollen, ada juga teori yang mengandung
pertanyaan yang bersifat das Sein, tentang hal yang senyatanya, seperti: Bagaimana
sistem internasional berfungsi? Mengapa terjadi ketimpangan hubungan antara
negara-negara Utara dan Selatan? Teori yang menjawab pertanyaan-pertanyaan ini
bersifat empirik. Selain dari Teori Politik, sering juga kita mendengarkan orang yang
mengatakan “Teoritik memang begitu, tetapi bagaimana implementasinya?” dari
pernyataan ini dapat dipandang bahwa seolah-olah teori itu tidak relistik.

Pada dasarnya teori dan praktek merupakan senyawa yang tidak bisa
dipisahkan. Teori yang baik adalah basis bagi pengembangan pengetahuan yang layak
dipercaya dan berdasarkan realita kongktit. Selanjutnya kita juga sering
mendengarkan orang berkata “ Menurut teori saya, pelaku kejahatan itu adalah si A.
yang tersirat dalam pernyataan orang tersebut adalah dugaan tentang siapa pelaku
kujahatan itu. Dan dalam pembicaraan sehari-hari memang saat banyak orang yang
menggunakan kata teori, tetapi yang dimaksudkan sebenarnya adalah dugaan.

Menurut buku yang ditulis Mohtar Mas’oed dengan menggabungkan beberapa


pendapat para ahli teori adalah suatu bentuk pernyataan yang menjawab pertanyaan
“mengapa”, yang artinya berteori adalah upaya memberkan makna pada sebuah
fenomena yang terjadi. Pernyataan yang disebut teori ini berwujud sekumpulan
generalisasi dan arena di dalam generalisasi itu terdapat konsep-konsep, bisa juga
diartikan bahwa teori adalah pernyataan yang menghubungkan konsep-konsep secara
logis.3 Namun, teori bukanlah sekedar generalisasi, tetapi teori adalah pernyataan
yang menjelaskan generalisasi itu. Sebagai sarana eksplanasi, teori adalah yang
paling efektif dan dalam proses eksplanasi itu, teori membantu kita untuk
mengorganisasikan dan menata fakta yang kita teliti.

Untuk memperdalam pemahaman tentang teori, McCain dan Segal secara


spesifik mendefinisikan teori sebagai serangkaian statemen yang saling berkaitanyang
terdiri dari kalimat-kalimat yang memperkenalkan istilah istilah yang merujuk pada
3
Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin Ilmu dan Metodologi
(Yogyakarta, LP3ES, 1990). Hal. 188.

4
konsep-konsep dasar teori itu; kalimat-kalimat yang menghubungkan konsep-konsep
dasar itu satu sama lain dan kalimat-kalimat yang menghubungkan beberapa
statemen teoritik itu dengan sekumpulan kemungkinan obyek pengamatan empirik
(yaitu hipotesa).4 Ketika menjelaskan suatu fenomena, teori memerlukan pembuktian
secara sistematik yang berarti, teori harus memalui proses pengujian dengan bukti-
bukti yang sistematik dan teori yang baik adalah teori yang bisa didukung ataupun
ditolak melalui analisa yang jelas dan penggunaan data secara sistematik. Agar dapat
didukung atau ditolak, tentunya teori harus memuat konsep-konsep yang jelas.

2.2 Game Theory (Teori Permainan)

Para ilmuan hubungan internasional telah menerapkan metafora permasinan


atau game, hubungan antar negara yang bersifat kompetitif atau konfliktual
digambarjan seolah-olah seperti orang yang sedang bermain catur. Model ini disebut
dengan Game Theory yang menggambarkan bagaimana proses penalaran berlangsung
dalam pembuatan sebuah keputusan.5Ada beberapa asumsi menarik yang berkenaan
dengan Game Theory ini: pertama, yang melandasi model ini adalah bahwa para
pemain berprilaku rasional yaitu memilih strategi atas dasar pertimbangan untung-
rugi dalam pencapaian tujuan yang jelas. Kendati demikian, tidak semua perilaku
para pembuat keputusan itu rasional seperti petimbangan-petimbangan moral,
keyakinan dan hal-hal emosional. Implikasi dari asumsi ini adalah bahwa para aktor
itu dianggap punya kemampuan untuk mengetahui semua kemungkinam situasi yang
dihadapi, untuk menjabarka urutan-urutan prioritas tujuan-tujuan yang hendak dicapai
dan semua kemungkinan sumberdaya yang dimiliki.

4
Garvin McCain dan Erwin Segal, The Game of Science (Brook/Cole, 1973) hal.
99.
5
Anatol Rapoport, Fights, Games and Detabes(Univ of Michigan, 1960); anatol
Rapoport, International Relations and Game Theory”, dalam Frank Barnaby dan
Carlo Schaerf Eds.), Disarmament and Arms Control (Gordon and Breach, 1972);
dan Robert J. Lieber, Theory and World Politics (Winthrop, 1972).

5
Asumsi kedua adalah bahwa para pemain yang berhadapan itu punya
kepentingan yang bertentangan, walaupun hanya sebagian. Kalau mereka memiliki
kepentingan selaras, maka seorang pemain akan bisa membuat keputusan untuk
dirinya sendiri maupun lawannya. Berdasarkan kedua asumsi tersebut, dapat ditarik
pemahaman bahwa Game Theory adalah suatu studi teoritik tentang cara berinteraksi
diantara aktor-aktor yang rasional untuk menghasilkan keinginan atau keperluan dari
para pelaku. Game Theory juga sering dijabarkan sebagai cabang dari ilmu
matematika terapan dan ilmu ekonomi yang mempelajari tentang pengambilan
keputusan dakam rangka untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Game Theory
berkembang dan dipakai dalam ekonomi neo-klasik.

Dalam kajian ilmu politik, Game Theory sangat efektif digunakan dalam
menentukan strategi dan kebijakan yang berkaitan dengan pencapaian tujuan dan
kepentingan nasional suatu negara. Perkembangan aktor di dalam sistem internasional
yang tidak hanya di domonasi oleh aktor negara bahkan bisa jadi aktor hubungan
internasional di perankan oleh perusahaan bahkan individu, menjadikan Game
Theory sebagai salah salah satu teori aplikatif dalam pengambilan kebijakan secara
ekonomi dan politik oleh aktor-aktor hubungan internasional.

Game Theory pertamakali ditemukan oleh Jhon Von Neumann seorang Pakar
Ilmu Matematika dan Oskar Morgentstern Pakar Matematika Ekonomi menulis
Game Of Theory and Economic Behaviour. Pusat kajian serius yang membahas Game
Theory adalah perusahaan RAND yang digunakan untuk meneliti strategi nuklir.
Dalam ilmu sosial, Game Theory memiliki peran yang sangat penting dan Game
Theory yang sering digunakan di dalam ilmu-ilmu sosial dan etika adalah, prisoner”s
dilemma, traveler’s dilemma, coordination game, chicken, volunteers’s dilemma,
dollar aution, stag hunt, ultimatum game, minority, rock, paper, scissors, pirate
game, dictator game, public good game, mutual defense, barbarians at the gate,
battle of the network, caveat emptor, conscription, coordination, escape and evasion,
frog call for mates, hawk versus dove, mutually assured destruction, majority rule,

6
market niche, subsidized small business, tragedy of the commons, ultimatum,
bankruptcy, nash bargaining game,blotto games.

Selain memiliki peran yang penting didalam ilmu sosial dan etika, Game
Theory juga memiliki beberapa model, seperti symmetric game, perfect information,
dynamic game, repeated game, signaling game, cheap talk, Zero-Sum Game, non-
Zero Sum Game, mechanism design, stochastic game, nontransitive game.

Penggunaan Game Theory dalam prosedur dan organisasi yang nyata sering
disebut dengan Gaming The System. Ilmu-ilmu sosial juga telah banyak
menggunakan Game Theory baik Zero Sum Game maupun Non-Zero Sum Game
terutama didalam pengambilan keputusan, pemilihan strategi, kerjasama dan konflik.

2.3 Dinamika Permainan

a2 b2

a1 b1

A
c2 d2

c1 d1

Keempat hasil kemungkinan permainan itu diwujudkan dalam empat pasang


angka yang menunjukkan hasil yang akna diperoleh masing-masing pemain.
Penggunaan angka-angka hanya menunjukkan derajat perolehan nilai, misalnya
angka positif yang paling besar adalah tujuan perolehan utama dari setiap pemain.
Sedangkan angka negatif terbesar merupakan pilihan yang akan dihindari oleh setiap
pemain. Logika matematika yang dipakai tidak mencakup logika matematik secara

7
mendalam, namun lebih kepada unsur penyederhanaan untuk membantu
memudahkan analisa.

Perolehan angka tersebut dalam lambang-lambang yang diwakili oleh a1, a2,
b1, c1, c2, d1, d2. Angka-angka yang berada disebelah kiri bawah pada kotak sel
ialah pemain A dan angka-angka yang berada disebelah kanan atas ialah pemain B.
Game Theory mengklasifikasikan permainan 2x2 dalam tiga kategori, masing-masing
digambarkan sebagai berikut:

1. Trivial

B
+10 +7

+10 -7
A
-3 +5

+3 -5

Kategori 1 (Trivial)

Permainan kategori I tidak menunjukkan danya konflik kepentingan yang


nyata. Kepentingan A dan B bukan identik, yaitu mengarah kepilihan A1B1 yang
menurut keduanya jauh lebih menguntungkan daripada pilihan-pilihan lain dan
permainan ini disebut trivial, bukan benar-benar permainan. Karena itu, kategori ini
tidak terlalu diperhatikan dari segi konflik karena tidak relevan dengan konflik
internasional. Pada saat terjadinya konflik, kedua belah pihak memilih pilihan yang
sama-sama besar keuntungannya yaitu masing-masing mendapatkan +10 , dengan
demikian mereka akan cenderung mamilih a1b1: +10.

8
2. Zero Sum Game

B
+10 -7

-10 +7
A
-3 +5

+3 -5

Kategori 2 (Zero sum Game)

Dalam kategori II kepentingan kedeua pemain benar-benar secara diametrik


bertentangan. Semakin banyak kemenangan yang diperoleh satu pemain, maka
semakin besar kurugian yang diderita oleh pemain lain dan menggambarkan sebuah
konflik yang tidak akan terselesaikan.permainan rasional dalam permainan yang
seperti ini akan berusaha memperoleh keuntungan sebanyak mungkindengan cara
merugikan lawannya sebanyak mungkin. Bagi kedua pemain yang berada dikategori
ini, kompromi tidak akan menguntungkan, karena itu tidak akan mungkin terjadinya
kerjasama. Permainan yang disebut zero sum game(kalau satu pemain menang berarti
+1 dan yang kalah -1, maka jumlahnya = 0) ini tidak akan menggambarkan jenis
konflik yang umumnya terjadi dalam kehidupan internasional, dank arena itu tidak
akan dibahas lebih jauh.

3. Non-Zero Sum Game

9
+5 +7

+5 -7
A
-7 -10

+7 -10

Kategori Non-Zero Sum Game

Selanjutnya, dalam kategori III, sebagian kepentingan kedua pemain


bertentangan dan sebagiannya lagi bersesuiaian. Kedua pemain yang berada dalam
kategori III ini lebih memilih strategi A1B1 daripada A2B2. Tetapi, A lebih suka
memperoleh hasil A2B1, sedangkan B lebih suka A1B2. Permainan seperti ini dapat
menggambarkan esensi potensi penyelesaian konflik dan esensi deterens (deterance).
Permainan yang bersifat non-zero sum game, mixed-motive atau mixed-interest ini
mendasari semua permainan yang mensimulasikan perlucutan senjata dan deterens
nuklir. Dua bentuk dasar dari non-zero sum game ini adalah permainan yang disebut
Prisoner”s Dilemma yang berarti permainan yang menggambarkan situasi jalan
buntu (deadlock) dimana dua orang yang berpotensi sebagai rekan tidan bisa
mengadakan kerjasama satu sama lian karena tidak memiliki sikap saling percaya,
dan Chicken (Model “Si Pengecut”) yang di dalamnya berupa permainan yang
terdapat dua pemain yang saling bermusuhan dan bermaksud menunjukkan kekuatan
dan membuktikan siapa yang pemberani dan siapa yang pengecut. Permainan yang
bisa dikatakan gila-gilaan ini dapat kita lihat dari contoh kasus berikut:

Pertikaian yang terjadi antara dua negara super power, yaitu Amerika dan Uni
Soviet pada waktu Krisis Kuba 1962. Pada saat itu Uni Soviet melakukan provokasi
dengan menempatkan senjata-senjata nuklirnya di Kuba. Amerika menggertak
dengan strategi deterens bahwa tantangan Uni Soviet tetap berkeras dengan
penempatan peluru nuklirnya, maka mungkin hasilnya adalah perang yang
mengerikan dan bisa mengakibatkan kehancuran keduanya. Tanggapan dari Uni

10
Soviet pada waktu itu dapat dikatakan cukup rasional, yaitu memilih untuk menarik
kembali senjata-senjata nuklir yang tadinya ditempatkan di Kuba yang merupakan
negara bagian dari Amerika Serikat.

11
BAB III
SIMPULAN

Model game atau yang lebih dikenal dengan Game Theory dikembangkan
untuk memahami hubungan sosial dalam kondisi yang anarki, yaitu suatu kondisi
tidak hanya organ otoritatif yang mengatasi para pelaku dalam hubungan itu.
Hubungan internasional dipandang merupakan hubungan sosial yang seperti itu
karena didasari oleh para pelakunya yang tidak tunduk pada suatu wewenang
pemerintahan yang lebih tinggi. Dalam kondi seperti itu tentu saja kerjasama yang
melintasi batas teritorial suatu negara sangat sulit dilakukan dan seringkali terjadi
konflik yang bukan disebabkan oleh maksud-maksud agresif suatu negara, melainkan
karena kondisi anarki itu.

Walaupun politik dunia bersifat anarki, yaitu tidak ada penguasa yang
mengatasi negara-negara, kenyataan yang sering kita tonton adalah bahwa kerjasama
antar negara terus berlangsung karena adanya kepentingan yang harus dipenuhi
sebuah negara demi kelangsungan negaranya. Untuk itu, model game ini dapat
membantu kita dalam mengetahui kondisi-kondisi yang memungkinkan tumbuhnya
sebuah kerjasama antar negara dalam suasana yang anarki.

12
DAFTAR PUSTAKA

Barnaby, Frank & Carlo Schaerf Eds.), Disarmament and Arms Control (Gordon and
Breach, 1972).

Couloumbis, Theadore A & John H. Wolfe, Introduction to International Relations


(Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall, 1985), hal. 29

Isaak, alan C., Scope and Methods of Political Science (Homewood, III.: Dorsey,
1980).

Lieber, Robert J., Theory and World Politics (Cambridge, Mass.: Winthrop, 1972).

McCain, Garvin & Erwin Segal, The Game of Science (Brook/Cole, 1973).

Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin Ilmu dan Metodologi


(Yogyakarta, LP3ES, 1990).

13

You might also like