You are on page 1of 14

Bangunan bawah jembatan dalam hal ini terdiri dari pondasi dan kepala jembatan.

Terdapat
berbagai macam pondasi yang digunakan di Indonesia. Kaison beton yang dicor ditempat, tiang
pancang baja, tiang pancang beton bertulang dan pratekan, serta tiang bor, kesemuanya dipakai
secara luas.
Kepala jembatan yang digunakan umumnya susunan pile cap serta pilar berkolom tunggal atau
majemuk dan balok melintang ujung (cross head).

2. PONDASI JEMBATAN

Pondasi merupakan sumber masalah tersendiri bagi para pelaksana konstruksi jembatan,
sehubungan dengan kondisi tanah yang jarang dapat diketahui secara tepat, walaupun sampai
saat ini telah kita kenal suatu methode pendekatannya yaitu dengan adanya penyelidikan tanah
(Soil Investigation) untuk memprediksi daya dukung tanah.
Cara pelaksanaan pondasi terdiri atas dua jenis utama, pertama adalah jenis yang dapat
dilaksanakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Pondasi jenis ini termasuk pondasi telapak
(pondasi langsung) dan kaison beton yang dicor di tempat. Jenis kedua termasuk pondasi tiang,
kaison beton pracetak atau shell baja. Pondasi tiang dapat dilaksanakan secara dipancang atau
dibor dan tiangnya terbuat dari baja atau beton.

2.1. PONDASI TIANG PANCANG (PILE FOUNDATION)


Pondasi tiang pancang popular dipergunakan di Indonesia karena pelaksanaannya yang relatif
mudah dan sesuai dengan kebanyakan kondisi tanah di Indonesia. Demikian juga jenis pondasi
tiang pancang ini tahan terhadap penggerusan aliran sungai/aliran air mengingat pemancangan
tiang mencapai titik dalam, adapun jenis-jenis tiang pancang meliputi berikut ini :
§ Tiang Kayu, termasuk Cerucuk.
§ Tiang Baja Struktur
§ Tiang Pipa Baja
§ Tiang Beton Bertulang Pracetak
§ Tiang Beton Pratekan, Pracetak
§ Tiang Bor Beton Cor Langsung Di Tempat
§ Tiang Turap
Perhatian perlu diberikan terhadap sambungan antar tiang/bahan, karena penyambungan yang
kurang baik beresiko tinggi yang dapat menyebabkan kegagalan tiang yang seharusnya berfungsi
mendukung konstruksi diatasnya.
Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada dasarnya sama
yaitu berbentuk dari yang paling sederhana (manual) sampai diesel hammer, tergantung dari
jenis tiang yang digunakan, berat tiang dan kedalaman yang harus dicapai.

2.2. TIANG PANCANG KAYU

a. Umum

Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak
diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak lurus terhadap
panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya semua kulit kayu
harus dibuang.
Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras (sound) dan bebas dari kerusakan, mata kayu, bagian
yang tidak keras atau akibat serangan serangga.
Tiang pancang kayu yang menggunakan kayu lunak memerlukan pengawetan, yang harus
dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 - 86 dengan menggunakan instalasi peresapan
bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, maka dilakukan pengawetan dengan
tangki terbuka secara panas dan dingin. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan,
tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan
beratnya kondisi pelayanan.
Sebelum pemancangan, diperlukan tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang
yaitu dengan cara pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi
bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat. Dan
setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya
sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.

b. Kepala Tiang Pancang


Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus
diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai
penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin
baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif.
Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya
sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.
Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong
sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan
bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang
terendah yang diperkirakan.
Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur
dengan ke dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling
tiang pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya
keretakan.

c. Sepatu Tiang Pancang


Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama
pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu
harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang
dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk
menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.
Gambar.1 – Sepatu tiang pancang kayu

d. Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan
menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan
jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya
tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan
untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan
tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif
pada tempatnya.

e. Penyambungan

Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih,
permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadapa panjangnya untuk
menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang
digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil
baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang
dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat
dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum
harus dihindarkan.
Gambar 2 – Sambungan tiang pancang kayu

2.3. TIANG PANCANG BETON PRACETAK & PRATEKAN PRACETAK

a. Umum
Tiang pancang beton pracetak harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan
yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat
pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang segi empat harus mempunyai sudut-sudut yang
ditumpulkan. Pipa pancang berongga (hollow piles) harus digunakan bilamana panjang tiang
pancang yang luar biasa diperlukan, selimut beton yang digunakan minimum 40 mm dan
bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut atau pengaruh korosi lainnya, selimut beton
minimum 50 mm.

b. Pembuatan Tiang
Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari pelaksanaan struktur beton .
Tiang dapat dicetak pada landasan dengan menggunakan acuan pinggir yang dapat dibongkar
dari bahan kayu atau baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk acuan pinggir tergantung pada
jumlah tiang yang akan dicetak. Dasar pencetakan tiang harus ditempatkan pada tanah yang
kokoh untuk mencegah melenturnya tiang pada waktu dan sesudah pengecoran, suatu landasan
beton yang masif masih sering digunakan untuk keperluan pengecoran tersebut.
Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang untuk menjamin
distribusi yang merata dari pukulan penumbuk pada waktu pemancangan. Penggetar digunakan
untuk mendapatkan kepadatan yang teliti pada beton, dan beton diantara penahan baja (bearer)
atas dan adukan beton harus dikerjakan menggunakan alat pemotong untuk meniadakan bercak-
bercak keropos (honey comb).
Gambar 3 - Susunan pencetakan untuk tiang
beton

Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera mungkin (24
jam setelah pengecoran) dan perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan
karung dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah pengujian kekuatan tekan
pada kubus beton (4 benda uji) menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang harus
dimiringkan secara hati-hati dengan batang pengungkit dan diganjal dengan baji untuk
melepaskan lekatan antara tiang dengan landasan. Tali pengangkat (lifting sling) atau baut
pegangan dapat dipasang dan tiang diangkat untuk pengangkutan ke tempat penumpukkan.
Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena tiang
masih mempunyai kekuatan rendah, dan retakan atau awal retakan yang terjadi pada tahap ini
akan memperbesar akibat tegangan pada saat pemancangan.
Pada bagian dekat kepala tiang harus di beri tanda yang jelas dengan suatu nomor referensi,
dengan panjang dan tanggal pengecoran pada waktu atau sebelum pengangkutan, untuk
menjamin bahwa pemancangan dilakukan dengan urutan yang benar. Tiang harus dilindungi dari
matahari dengan cara menutupi tumpukan tiang menggunakan terpal atau lembaran lain. Tidak
ada tiang pancang yang akan dipancang sebelum berumur paling sedikit 28 hari atau telah
mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan
Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat panjangnya.
Bilamana tiang pancang tersebut akan dibuat 1,5 m lebih panjang dari pada panjang yang
disebutkan dalam Gambar, maka agar menggunakan baja tulangan dengan diameter yang lebih
besar dan/atau memakai tiang pancang dengan ukuran yang lebih besar dari yang ditunjukkan
dalam Gambar.

Gambar 4 – Titik Angkat Tiang Beton


Tiang pancang beton pratekan pracetak sering dipakai pada proyek-proyek konstruksi termasuk
proyek pembangunan jembatan. Tiang pancang beton pratekan pracetak biasanya ditegangkan
dengan pemberian tegangan tekan pada saat dilepas (induced compressive stress at release)
sebesar antara 4 dan 11 Mpa (40-110 Kg/cm²).Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6
meter hingga 20 meter, berdiameter 600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut
dilakukan dengan pelat baja pada ujung bagian yang akan disambung.

Gambar. .5 – Tiang Pancang Beton

Gambar 6 – Tiang Pancang Pratekan

c. Perpanjangan Tiang Pancang


Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk memperpanjang tiang pancang beton.
Memperpanjang tiang setelah pemancangan selesai adalah cara yang paling mudah, karena
sambungan tidak perlu menahan tegangan yang besar yang ditemui selama pemancangan.
Panjang sambungan normal untuk penulangan dan pekerjaan beton biasa dapat digunakan.
Jika tiang akan dipancang lebih dalam setelah penyambungan, sambungan harus dapat menahan
tegangan tekan dan torsi yang terdapat pada waktu pemancangan dan harus mampu meneruskan
(transmit) momen di dalam tiang melewati sambungan. Meskipun sejumlah sambungan buatan
pabrik telah dikembangkan namun yang paling umum untuk penyambungan tiang adalah
pemakaian lengan baja di atas dan dibawah tempat sambungan. Beberapa tiang mempunyai pelat
baja yang tertanam di dalam beton yang memungkinkan penyambungan mudah dilakukan
dengan cara mengelas pelat pada segmen atas dan bawah dari tiang. Praktek ini tidak lazim untuk
tiang yang difabrikasi di lokasi. Keuntungan dari pada lengan lengan baja atau pelat yang dilas
adalah bahwa tiang dapat dipancang dalam waktu singkat setelah penyambungan selesai. Penting
untuk diperhatikan bahwa kedua muka yang bertemu harus cock satu sama lain sedekat mungkin
pada bidang yang sama. Penggunaan lengan baja dan merekatkan epoxy akan
menutupi/mengkonpensasikan kekurang cocokan. Akan lebih baik bila menggunakan lengan
baja, untuk memasukan dan merekat dengan epoxy batang dowel ke dalam lubang yang dibor
pada bagian atas dan bawah dari tiang. Hal ini akan memungkinkan terjadinya perpindahan
(transfer) momen lewat sambungan sesuai dengan asumsi perencana.

Gambar .7 - Detail Tipikal Sambungan Tiang


Pancang Pratekan

Gambar 8 - Sambungan Tiang Pancang


Pratekan
Gambar 9 - Tipikal sambungan tiang pancang beton

Gambar 10 - Tipikal sambungan tiang pancang


beton
Gambar 11 - Tipikal sambungan tiang pancang
beton

Gambar 12 - Tipikal sambungan tiang pancang


beton

Cara lain yaitu, perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan penyambungan
tumpang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang pancang akan dipotong hingga
baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.
Perpanjangan tiang pancang beton harus dilaksanakan dengan menggunakan baja tulangan yang
sama (mutu dan diameternya) seperti pada tiang pancang yang akan diper-panjang. Baja spiral
harus dibuat dengan tumpang tindih sepanjang 2 kali lingkaran penuh dan baja tulangan
memanjang harus mempunyai tumpang tindih minimum 40 kali diameter.
Bilamana perpanjangan melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi jatuh
pengecoran beton tak melebihi 1,50 m.
Sebelum pengecoran beton, kepala tiang pancang harus dibersihkan dari semua bahan lepas atau
pecahan, dibasahi sampai merata dan diberi adukan semen yang tipis. Mutu beton yang
digunakan sekurang-kurangnya harus beton K400. Semen yang digunakan haruslah dari mutu
yang sama dengan yang dipakai pada tiang panjang yang akan disambung.
Acuan tidak boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran. Perpanjangan tiang
pancang akan dirawat dan dilindungi dengan cara yang sama seperti tiang pancang yang akan
disambung. Bilamana tiang pancang akan diperpanjang setelah operasi pemancangan sedang
berjalan, kepala tiang pancang direncanakan tertanam dalam pur (pile cap), maka perpanjangan
baja tulangan yang diperlukan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana tidak
disebutkan dalam Gambar, maka panjang tumpang tindih baja tulangan harus 40 kali diameter
untuk tulangan memanjang.

d. Sepatu Tiang PancangTiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau
mempunyai sumbu yang sama (co-axial), jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis
tanah seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal, dan tanah jenis lainnya yang
mungkin dapat merusak ujung tiang pancang beton. Sepatu tersebut dapat terbuat dari baja atau
besi tuang. Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut dapat ditiadakan. Luas
ujung sepatu harus sedemikian rupa sehingga tegangan dalam beton pada bagian tiang pancang
ini masih dalam batas yang aman.

Gambar 13 – Sepatu Tiang Pancang Beton


Pracetak

Gambar diatas adalah jenis sepatu untuk berbagai jenis tanah : (a) soft ground, (b) stiff to hard
clay, compact sands dan gravels, (c) Ground mengandung cobbles or bolders, (d) Rock Point
untuk penetrasi lapisan bedrock surface, (e) Oslo Point untuk sloping bedrock surface.

Gambar 14 – Sepatu Tiang Pancang Beton


Pratekan

e. Pengupasan Kepala Tiang Pancang


Beton tiang pancang biasanya dikupas sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga beton
yang tertinggal akan masuk ke dalam pur (pile cap) sedalam 50 mm sampai 75 mm. Untuk tiang
pancang beton bertulang, baja tulangan yang tertinggal setelah pengupasan harus cukup panjang
sehingga dapat diikat ke dalam pur (pile cap) dengan baik. Untuk tiang pancang beton pratekan,
kawat pra-tegang yang tertinggal setelah pengupasan harus dimasukkan ke dalam pur (pile cap)
paling sedikit 600 mm. Penjangkaran ini harus dilengkapi, jika perlu, dengan baja tulangan yang
dicor ke dalam bagian atas tiang pancang. Sebagai alternatif, pengikatan dapat dihasilkan dengan
baja tulangan lunak yang dicor ke dalam bagian atas dari tiang pancang pada saat pembuatan.
Pengupasan tiang pancang beton harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah pecahnya
atau kerusakan lainnya pada sisa tiang pancang. Setiap beton yang retak atau cacat harus
dipotong dan diperbaiki dengan beton baru yang direkatkan sebagaimana mestinya dengan beton
yang lama.

Gambar 15 – Kepala Tiang Pancang

Gambar 16 – Kepala Tiang Pancang

2.4. TIANG PANCANG BAJA

a. Umum
Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat ringan untuk ditangani, mempunyai kemampuan
daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada lapisan tanah keras dan mampu
dipancang dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga mencapai lapisan dukung, atau untuk
mendapatkan daya dukung tahanan geser yang tinggi. Biaya per meter lebih tinggi daripada tiang
beton pracetak. Mudah dipotong atau diperpanjang untuk menyesuaikan dengan variasi ke
dalaman lapisan dukung (bearing stratum)
Pipa dapat dipancang dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang yang harus mendukung beban
tekan tinggi biasanya dipancang dengan ujung tertutup. Tiang dengan ujung terbuka mungkin
mempunyai pelat penguat yang ditambahkan pada ujung tiang (pada bagian dalam atau bagian
luarnya) jika diperkirakan akan terdapat lapisan yang sulit ditembus pada waktu pemancangan.
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas biasa, tetapi tiang
pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan,
dan akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250 dengan kadar semen
sesuai ketentuan.
Tiang yang akan diisi dengan beton dipasang dengan ujung tertutup, dan pengisian beton pada
pipa baja dilakukan setelah selesai pemancangan. Pipa baja biasanya ditinggalkan didalam tanah
sebagai bagian dari tiang yang permanen (tetap).

b. Penyambungan Tiang
Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar tinggi dan harus
dilakukan oleh tukang las yang bersertifikat. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa
hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan
dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar
pada ruas-ruas tiang pancang. Pengelasan harus diuji secara visual dan dengan cara non
destructive.

Biasanya perlu memotong 300 mm hingga 500 mm dari puncak bagian tiang dipancang untuk
meratakan ujungnya dan untuk membuang bagian baja keras yang sukar dilas.Sambungan yang
dilas harus mampu meneruskan momen penuh dalam tiang (dan untuk pipa baja) biasanya
merupakan las ujung penetrasi penuh di sekeliling permukaan pipa.

Gambar 17 - Tipikal Sambungan Tiang Baja

c. Perlindungan Terhadap Korosi


Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-ruasnya
yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan
pelindung yang telah disetujui dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi
dapat diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang baja yang
terekspos, dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang terganggu di atas muka air
terendah, harus dilindungi dari korosi.
d. Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya
dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang pancang
segaris dengan sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus
ditambatkan pada pur, atau tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke
dalam pur (pile cap).

e. Sepatu Tiang Pancang


Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil baja gilas
lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras, maka ujungnya dapat
diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku baja
untuk menambah ketebalan baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa
sepatu, tetapi bilamana ujung dasar tertutup diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan
dengan cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang
atau baja fabrikasi.

Gambar 18 – Sepatu Tiang Baja


Gambar 19 – Sepatu Tiang Baja

f. Pengecoran Dalam Tiang


Sebagian besar pekerjaan tiang pancang pada proyek jembatan adalah pipa baja yang dipancang
didalam tanah dan kemudian diisi dengan beton. Suatu jalinan penulangan (reinforcing cage)
ditempatkan di dalam pipa sebelum pengecoran. Batang-batang penulangan akan keluar di atas
permukaan pemotongan tiang dan berfungsi untuk mengikat tiang pada kepala jembatan atau cap
pilar.
Seringkali tidak praktis memadatkan beton dengan getaran pada bagian bawah tiang yang dicor
di tempat. Beton pada bagian atas setinggi 2 atau 3 meter dari puncak harus dipadatkan dengan
menggunakan cara penggetaran yang biasa dilakukan.Penulangan harus diletakan di tengah pipa
dengan selimut yang disyaratkan. Hal ini dapat dicapai dengan menempatkan pengatur jarak
(spacer) yang sesuai pada bagian luar jalinan penulangan. Perhatikan bahwa pengatur jarak
tersebut mungkin akan berputar pada waktu jalinan diturunkan kedalam tiang. Pengatur jarak
harus dipasang setiap 90º di sekeliling jalinan penulangan, dan harus diberi jarak antara setiap 2
atau 2,5 meter menurut arah memanjang tiang.

You might also like