You are on page 1of 9

BAB VIII

ISLAM DI ANAK BENUA INDIA

A. Awal Masuknya Islam di India


Wilayah Asia Selatan (dulu India) sudah terdapat dua golongan besar
yang berbeda kepercayaan. Yaitu, Dravidamempercayai agama secara
abstrak dan Aria secara nyata, sehingga terjadila h pertentangan-per-
tentangan keperc-yaan. Akibatnya, bangsa Dravida menjadi 1, mah clan
ada yang ikut menganut kepercayaan bangsa Aria. Bangsa Aria yang
'-,,,at memaksa bangsa Dravida untuk menganut kepercayaan mereka.
Kemudian, kepercayaan ini berkembang menjadi agama Brahmana
(Hindu) yang melahirkan adanya kasta-kasta, yaitu kasta Brahniana, kasta
Ksatriya, kasta Waisa dan kasta Sudra (Karim, 2003 [3]: 3).
Pada zaman Nabi SAW; Islam masuk ke kawasan Asia Selatan
secara penetration pacifi que melalui hubungan perdagangan di kota-
kota pesisir pantai barat dan selatan. Pada waktu itu, kondisi sosial
dan politik India sedang rapuh dengan terjadinya penindasan kaum
kasta Brahmana terhadap kasta yang lebih rendah dan orang Bud-ha,
juga terjadinya perebutan kekuasaan di antara raja-raja Hindu.
Selanjutnya, hubungan politik antara Arab dengan India sedan-, rapuh.
Dalam kondisi yang demikian pasukan Islam di bawah pimpinan
Muhammad ibn Qasim -semasa Khalifah alffah al-Walid I- datang mem-
bawa harapan bagi keselamatan prang yang tertindas melalui pene-
rapan keadilan sosial yang memberi harapan baru Mereka
berdampingan

255
memasuki tentara muslim. Kemudiar, mengucapkan setia kepada
orang muslim (Karim, 2001: 134-135). Islam di India dapat dibagi
empat perode besar, yaitu awal masuknya Islam sejak zaman Nabi
SAW sampai Dinasti Ghuri, Islam pada masa Kesultanan Delhi 1206-
1526 M, dan Islam pada masa Dinasti Mughal 1526-1857 M, dan 4)
Penjajah clan Pergolakan Islam sampai lahirnya Pakistan dan Berdiri -
nya Bangladesh.
Awal masuknya Islam di India dapat dibagi dalam empat periode,
yaitu periode Nabi Muhammad SAW, periode al-Khulafa al-Rasyidun
dan Dinasti Umayah, Periode Dinasti Ghazni, dan Perioue Dinasti
Ghuri. Pada masa Nabi, banyak orang dari suku Jat (India) menetap
di Arab. Di antaranya, ada yang mengobati dan menyembuhkan
Aisyah, istri Rasululah, kemudian menjadi khadimah-nya. Masa depan
Islam di India sudah diketahui Nabi dengan bersabda, bahwa ada
due golongan umatnya yang selamat dari api neraka, salah satunya
yang berjihad ke Hindia -India-. (Nasa'i, 1930:43 44). Nabi mendoakan
India dan salah situ istrinya yang bernama Hind dengan ucapan:
May Allah bless this Hind and the country after which she is named! (Karim,
2003 [3]: /). Raja Kadangalur, pantai Malabar, Cheraman Perumal,
yang telah memeluk agama Islam berkunjung menemui nabi (Nainar,
1956: 9-10 dan Kaya,1980: 2-3)- Sumber-sumber tentang Raja Cheraman
Peruma l tidak ada yang menyebutkan tahun kejadian secara pasti.
Barangkali peristiwa itu *--)ad; sekitar 630-0631 M di mana Nabi mulai
berhubungan den g an luar negeri dengan cara mengirim clan mene -
rima utusan (Karim, 2003 [3]: 7-8). Pada masa al-Khulafa al-Rasyidun,
beberapa ekspedisi ke India melal u i laut tidak berhasil karena teng -
gelamnya armada, di samping tentara Arab kurang ahli di laut. Invasi
melalui laut selanjutnya diiarang oleh Umar Ibn Khattab (Ahmad,
1964: 3). Pada 643-644 M, tentara Arab berhasil menguasai Kirman, S izistan,
sampai Mekran. Setelah itu t idak ada kemajuan yang berarti kecuali
hanya investigasi adat istiadat dan jalur menuju India (Duff, 1899: 52,
Hamra, 1961:472, clan Karim, 1974:2-3). Pada masa Mu'awiyah ibn Abi
Sufyan, Dinasti Umayah, tentara Islam hanya sampai Kabul, ibu kota
Afghanistan sekarang (Karim, 2903 [3]: 7-9). Pada zaman

256
Walid ibn Abdul Malik, terjadi drama pembajakan terhadap orang -
orang Islam di wi layah kekuasaan raj a Dahi r. Menurut cat at an
Firistha, anak-anak dan isteri-isteri para pedagang Arab yang me-
ninggal dunia di Jaziratulyaqut (Jawa) karena wabah, dikembalikan
kepada Khalifah al-Walid I 705-715 M, melalui Hajjaj d i sertai delapan
kapal sarat hadiah-hadiah. Di dekat Debal, mereka dibajak. Seseorang
berhasil menyelamatkan diri dan melapor kepada Hajjaj yang ke -
mudian protes keras kepada Dahir, agar para tawanan clan hadiah -
hadiah dikembalikan disertai ganti rugi, clan para pembajak agar
dihukum. Dahir menolak menghukum para pembajak dengan alasan
laut itu wilayah internasional dan tidak punya kekuasaan untuk
menghukum mereka (Karim, 2001: 124-126 dan Wheeler, 1950: 60-62).
Peristiwa ini mendorong Gubernur Jenderal al-Masyriq (wilayah Timur),
Hajjaj ibn Yusuf, untuk menaklukkan India (Sind) dengan dua sebab
lainnya Dahir membantu Persia ketika pasukan Arab melakukan invasi
ke sana dan menolak mengembalikan para pembangkang.
Hajjaj mengirim Ibn Qasim untuk memimpin pasukan menuju
i
S nd ketika itu usianya baru 17 tahun. Jumlah tentara yang
dipersiapkan 15.000 terdiri dari 6.000 pasukan berkuda, 6.000 pasukan
unta, clan 3000 p asukan unta yang mengangkat alat-alat perang pada
708 M melalui Siraj 0 dan Mekran, sampai di Debal pada 711 M
( Karim, 2003 [3]: 9). Dalam perjalanan ia mengumpulkan tentara
tambahan termasuk orang pribumi sebagai penunjuk jalan. Seperti
4.000 orang suku Jat clan Med berkasta rendah yang tertindas, dari
Shahwand (Shehwand) yang bertemu dengan Ibn Qasim, seluruhnya
masuk Islam secara sadar dan secar a suka rela menjadi penunjuk
tentara Arab ke Sind. Dalam ekspedisinya ke Sind, Ibn Qasim
menawarkan tiga alternatif: masuk Islam, membayar jizyah, atau
memilih perang. la tidak pernah membunuh orang Sind yang tidak
bersalah di medan perang (Eiliot, 11, 1869: 258-260 dan Thalib,
1980: 60-61). Dengan bantuan penduduk set e mpat, Ibn Qasim
memakai strategi pengalihan arus sungai yang mengalir ke kota
Multan, yaitu dari aliran sungai Bipasha ke aliran sungai yang lain.
Karena kesulitan air, akhirnya tentara pribumi segera menyerah
(Majumdar, 1948: 216). Hal ini
257
identik dengan penaklukan di Semenanjung Iberia oleh Tariq bin Ziad
(713 M) dikuatkan dengan uraian berikut. ... Cordova was delivered to the
Africans by a shepherd, who was informed them of a breach by which they
could enter the town (Karim, 2003 [3]: 11). Hanya dalam waktu empat
tahun lebih India bagian barat laut (Sind dan Punjab) dapat ditaklukkan
dan dikuasai. Keberhasilan Ibn Qasim karena kemahiran, kecepatan, dan
keunggulan tentara Arab, kepemimpinan yang balk, patuh kepada
atasan, dan perpecahan orang India dan keterpurukan kepemimpinan
Dahir (Ali, 1980: 13-14 dan Karim, 1974: 7-8). Sejak saat itu, Sind
(termasuk Punjab) menjadi wilayah Islam. Ibn Qasim menjalankan
pemerintahan secara manusiawi. Riwayatnya justru berakhir
menyedihkan akibat pertikaian politik antara Hajjaj dan Sulaiman.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pads abad pertama Hijr iah ah
(awal abad ke- 8 M) Islam sudah masuk dan berkembang di India.
Penggantinya, Yazid ibn Abu Kabshah al-Suksuki, hanya bertahan
18 hari akibat pemberontakan rakyat. Kemudian, digantikan oleh
saudaranya, Habib al-Muhallab, yang hanya menguasai daerah Alor.
Duff mencatat sebagai berikut.
Muhammad ibn Qasim recalled from Sindh, and put to death
by the Khalifah Sulaiman. Sindh revolting on the recall of
Muhammad, Sulaiman appoints Yazid ibn Abu Kabshah al
Suksuki governor. He dying 18 days afer his arrival, is succeded
by Habib ibn al Muhallaf who subdues Alor (Duff,1899:61).

Setelah i t u tidak ada penguasa ba r u, tetapi Iebih di t ujukan


bagi penyiaran Islam. Daerah itu tetap dalam kekuasaan Islam sampai
datangnya dinasti Ghazni Ali,1980: 17 dan Duff, 1899: 61-62).
Pada abad ke- 10 M, masa kemunduran Abbasiah di mana lahir
sejumlah dinasti-dinasti kecil (Aleem, 1976: 10-12), perpecahan
penaklukan India dilanjutkan oleh Dinasti Ghazni 977-1186 M. Tokoh

yang terkenal dari dinasti ini adalah Sultan Mahmud (998 - 1030 M).
Pengakuan dari Khalifah Baghdad, al-Qadir Biilah, dengan memberi
gelar Yamin al-Daulah (Tangan Kanan Kerajaan) dan Amin al-Millah
(orang kepercayaan agama) kepadanya oleh Mahmud dijadikan sebagai
modal ekspedisi ke India sebanyak tujuh belas kali yang semuanya

258
dimenangkan Elliot (1869, II: 24), terutama penguasaan Somnath di
Kathiawar. Ibn al-Athir mengatakan bahwa orang Hindu menganggap
keberhasilan Mahmud akibat kemarahan dewa-dewa Somna th. Untuk
membuktikan kebohongan mereka, Mahmud memutuskan untuk
menaklukkan Somnath. Pandangan ini diperkuat oleh Ibn Khaldun,
dan W. Haig (Ferishtha, 1997: 45-46).
Mengenai invasi Sultan Mahmud, ada tiga motif yang diper-
tentangkan yaitu agama, politik, dan ekonomi. Mahmud ditugaskan
oleh Khalifah di Baghdad untuk menyebarkan Islam di India, meme-
nangkan kalimat Tauhid clan menghilangkan pengaruh syirik. la
menghancurkan candi-candi Hindu di Nagarkot, Somnath, dan tempat
tempat lain dan menggerakkan ribuan orang Hindu termasuk banyak
raja untuk memeluk Islam. A. Mukti Ali menyatakan di Pasca Sarjana
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada 1987, bahwa dalam invasinya
ke India, Mahmud berpedoman pada Surat al-Isra' (QS 17:81) "...yang
benar telah datang dan yang batil telah lenyap...". Di sisi lain, dalam
tentara dan pegawainya banyak terdapat orang Hindu. Menurut
Elliphenston, "Tidak ada satu tempat pun yang diyakini, bahwa ia
membunuh seorang Hindu kecuali dalam peperangan atau dalam
penyerangan benteng" (Ali, 1980: 27). Mahmud juga membunuh
sejumlah orang muslim di Persia dan hampir semua ekspedisinya ke
Asia Tengah berhadapan dengan orang muslim.
Secara politis, motivasi Mahmud adalah untuk menaklukkan dan
rnemperluas kekuasaan, serta mendirikan kerajaan Asia Tengah.
Kenvataannva Mahmud masih puas dengan pengambilalihan Punjab
dan beberapa tempat lain, seperti Sind dan Multan. Beberapa alasan
politis juga memaksa Mahmud untuk menyerang India berulang kali
(Karim, 2003 (3): 24-26). Dari segi ekonomi, Iviahmud membutuhkan
uang dan kekayaan India untuk membiayai propagandanya terhadap
musuh-musuhnya di Asia Tengah dan untuk membangun Ghazni
menjadi pusat kerajaan besar. Banyak harta kekayaan yang dibawa-
nya dari India sehingga India terkenal ke seluruh dunia (Ali, 1980:
27-28 dan Babur, 1921: 238-239). Al-Biruni, seorang saksi mata,
mengatakan bahwa kekayaan di dalam kuil mer-upakan sumbangan

259
orang-orang Hindu basil perdagangan. Menurut Ishwari Prasad,
"Kuil-kuil India adalah gudang kekayaan yang sangat berharga dan
beberapa di antaranya merupakan pusat politik". Tetapi, ketika ia
ditawari harta agar tidak menghancurkan berhala-berhala di Somnath,
ia menjawab "man but frush nist bat but shaken hastam" (saga bukan
penjual berhala melainkan penghancurnya (Karim, 1974:25). Tentang
hal ini Feristha menerangkan sebagai berikut.
His officers endeavoured to pers uade him to accept of the
money, ... that such a sum of money given ini charity among
true believers would be a meritorious act. The King ... replied,
that if he should consent to such a measure, his name would
be handed down to postery as "Mahmood the idol-seller,'
whereas he .vas desirous of being known as 'Mahmood the
destroyer" (Karim, 2003 (3):22).
I
Invasi Mahmud membuka jalan bagi penaklukkan India di masa
berikutnya. Secara ekonomi invasi itu mengakibatkan kekayaan In dia
terkuras, di camping ,nenopang kejayaan dan kebesaran Ghazni. Secara
budaya, ia membawa peradaban orang Hindu clan Islam saling tukar
ide-ide dan pemikiran, serta secara tidak langsung membuka jalan
bagi kemajuan Islam di India di masa mendatang (Elliot, I I, 1869:
34-35 dan Karim, 2003 (3):22).
Mu'izuddin Muhammad ibn Sam, lebih populer dengan Muhammad
Ghuri, menguasai Ghazni nada 1173 M. Setelah memperkuat dirinya di
Ghazni, ia mengalihkan ke Indi a. Faktor-faktor
yang yg men-

dorongnya mengalihkan perhatian ke India antara lain adalah gagal -


nya usaha mendirikan kerajaan di Asia Tengah clan ancaman dari sisa s isa
dinasti Ghazni di Punjab. Di samping itu, tidak ada kesatuan politik di
India. Dalam kondisi tersebut, Ghuri mendapat kan
kesempatan emas
bagi kesuksesannya. Multan Ian Sind berhasil dikuasai, tetapi ia men -
dapati kesulitan untuk menaklukkan India melalui ialur itu, sehingga
menga lihkannya ke Punjab yang merupakan pintu masuk ke Hindustan.
Punjab masuk dalam wilayah kekuasaannya dan sejak saat itu riwayat
Dinasti Ghuri berakhir (Karim, 2004 [21: 65-67).

260
B. Kesultanan Delhi 1206-1526 M
1. Awal Kekuasaan Turki di India 1206-1290 M
Setelah Ghuri wafat karena ia tidak meninggalkan anak laki-laki, di
samping tidak ada yang datang dari Ghur untuk menguasai takhta
Delhi. Selain itu Ghuri memberi letter of manumission (merdeka dari
perbudakan), kepada bekas budak, menan t u, dan panglima perang -
nya, Qutub al-Din Aybek, maka naiklah Aybek menjadi pengganti
Ghuri dengan gelar sultan pada 1206 M. Sejak itu berdirilah Kesultanan
Delhi 1206-1526 M (1 Awal Kekuasaan Turki di India1206-1290, 2.
Dinasti Khalji, 1290-1 3 20, 3. Dinasti Tughlaq 1320-1414, 4. Dinasti
Sayyed 1414-1452, dan 5. Dinasti Lodi 1451-1526 M).
Pengganti Muhammad Ghuri, bernama Aybek, bergelar
Qutbuddin, Yang mulai karirnya sebagai seorang budak, meskipun
ia lahir dalam keluarga yang merdeka. Pertama, ia dibeli oleh seorang
kazi (qadli) dari Nishapur. Di tempat tersebut, ia belajar berbagai
macam pendidikan formal dan non-formal. Setelah kazi wafat, Aybek
dijual kepada Ghuri oleh anak-anaknya. Aibek mulai karir nya juga
sebagai budak. Karena ia cerdas Can mahir dalam berbagai ilmu,
terutama di bidang kemiliteran, maka Ghuri mengangkatnya sebagai amir-e-
akhur (kepala pen g urusan kuda-kuda perang di istana). Setelah la
dibebaskan dari belenggu perbudakan, Aybek dinikahkan dengan
puteranya, dan diangkat menjadi panglima perang saat Ghuri me-
naklukk a n, India di peperangan Tarain II. Sebelum Ghuri pulang ke
Ghur, Qutub al-Din ditetapkan menjadi wakil tetap Ghuri di India
(Rawlinson, t. th.: 121-124 dan Ali, 1980: 45) Setelah Gh uri wafat dan
tidak ada yang datan g dari Ghur untuk memerintah di India, maka
para pembesar istana mengangakat Aybek sebagai sultan di India.
Dinasti yan g pertama Aybek dirikan. disebut dengan Awal
Kekuasaan Turki di India 1206 -1290 M. Para sejarawan moderen tidak
setuiu dengan dinast i yang didiirikan o l eh Aybek sebagai dinast i
Mamlu k atau budak, sebab hanya tiga orang penguasa dari dinasti ini
memulai karirnya sebagai seorang budak vaitu Aybek, Shamsuddin Iltutmish,
dan Balban. Mereka sudah dimerdekakan jauh sebelum 263

261
berkuasa. Para penguasa yang lain dari Dinasti ini, semuanya lahir
sebagai orang merdeka. Prof. Dr. A. B. Habibullah, The Founda-tion of
Muslim Rule in India: bahwa, tidak adil jika para penguasa periode --
Awal Kekuasan Turki di India-- ini divonis sebagai dinasti budak
(Schimmel, 1980:14 dan Ali, 1980:45). Aybek mendirikan Masjid Raya
Delhi yang bernama Quwat al-Islam, dan membangun sebuah menara
yang besar dan diberi nama Qutub Minar 1 atas nama guru spritualnya,
seoarang ulama besar, dan sufi dari tarekat Chistiyah yaitu Qutub
al-Din Bakhtiar Ka'ki (Karim 1974:45) yang sampai saat ini berdiri
dengan megah dan menjadi perhatian para wisatawan baik domestik
maupun manca negara karena kehebatan nilai arsitekturnya. Di
Azmir didirikannya pula sebuah masjid raya yang memakai namanya.
Setelah Aybek wafat, puteranya Aram Shah menjadi Sultan,
karena ia tidak cakap clan tidak punya kemampuaan sama sekali dalam
urusan negara, maka para pembesar istana Delhi mengangkat seorang
raja Islam yang besar pula bernama Iltutmish (1211-1236 M). Dia
juga karirnya mulai dengan budak, sama seperti mendiang Sultan
Aybek. la menantu Aybek juga sedang menjabat sebagai gubernur
Badaun. Dia adalah seorang raja Islam yang besar, pandai mengatur
r) . T~ - 1) - r, '-
negar, t~ai, oc 'atia I in%_1ai',.i v a n .wasan ke kuasaan Islam ke
wilayah utar a dengan menaklukkan negeri Malawa (Hamka, 1949:
483). Jasa Iltutmish yang paling besar adalah karena kekuatan pribadi-
nya, kuat persiapan, dan pertahanannya dapat membendung pen-

' Hamka, Sejarah Umat Islam (Jakarta: Nusantara, 1949), him. 40: di kota Delhi
didirikannya Mesjid Raya yang sangat agung "Jam'i Masjid" dan di atas reruntuhan
sebuah kuil Hindu yang besar, didirikannya sebuah menara Islam yang amat tinggi,
terkenal dengan nama'Qutub Minar1". Sumber terakhir ini lemah dikarenakan sumber-
sumber ash yang ditulis pada masa Aybek maupun sesudahnya tidak ada yang
menyebutnya bahwa masj id -- menara tersebut didirikan atas reruntuhan kuil, di
samping tidak ada sumber yang dirujukan sebagai dasar dan semua sejarawan
mengakui, bahwa masa Qutub al-Din Aybek dikenal sebagai masa perdamaian antar
agama Jan ia terkenal sebagai penguasa yang toleran dan berhasil menerapkan syari'at
Islam dengan merangkul segala lapisan masyatakat Ind ia dalam situasi Islam sebagai
agama yang minoritas: Ali (1980:77) menca tat berdasarkan Hasan Nizami, Taj al-
Ma'sir bahwa pemerintahannya Aybek penuh dengan damai dan sentosa negara
tampak tanpa penjaga, dan tidak ada persoalan pencurian dan perampokan itu hat yang
aneh dan ajaib dalam periode Aybek dan dapat disamakan dengan istilah harimau
dengan rusak minum air bersama di satu tepi kolam.

262
jarahan bangsa Mongol yang telah dapat menghancurleburkan
Samarkand, Bukhara, dan tanah-tanah Islam yang lain, yang dipimpin
oleh Chengis Khan, bahkan setelah kerajaan Khwarizm dihapuskan
dari muka bumi oleh bangsa Mongol, maka Khwarizm Shah yang
terakhir, Jalaluddin datang untuk meminta perlindungan ke India,
tapi tidak diberi perlinclungan oleh Iltutmish, dengan alasan secara
diplomatis, bahwa udara dan iklim India sangat buruk bagi baginda
Khawarizam Shah. Dergan demikian, Iltut dari satu segi menolak
permintaan jalaluddin secara halus dan di sisi lain -la menyelamatkan
India dari serangan Mongol yang kekuatannya sangat besar. Ketika
Jalaluddin meminta kepadanya untuk menyusun tentara menyerang
orang Mongol, ditolaknva permintaan itu karena ia telah mengukur
kekuatan yang ada padanya, tidak akan sanggup pergi menyerang
bangsa yang sedang kalap menjarah itu, tetapi ia cukup memiliki
kemampuan untuk bertahan jika Mongol merembes ke India (Karim
1974: 45 dan Karim, 2006 [21- 35-41).Sebelum wafat, Iltutmish
menunjuk putrinya, Raziyah sebagai pengganti dengan alasan
semua anak laki-lakinya tidak ada yang mampu. Para pembesar
istana yang keberatan dengan sultan perempuan. Oleh karena itu,
saudaranya Rukunuddin Firuz diangkat sebagai sultan. Ternyata ia tidak
mampu maka Raziyah diangkat kembali sebagai penguasa di Delhi.
Dalam sejarah Islam Raziahlah perempuan pertama yang berkuasa dan
yang kedua adalah Sajarah al-Dur 1249 M, pendiri Dinasti Mamluk
1249 – 1517 M di Mesir (Karim, 2002:199-200). Pada 1240, terjadi
pemberontakan di mana-mana yang menoiak sultan perempuan, di
sarnping itu tidak memperoleh restu dari khalifah Aubasiah di Baghdad,
akhirnya Razia jatuh dari kekuasaan dan diganti oleh Bahram Shah,
putera dari Iltutumish. Sama halnya seperti Rukunuddin, ia pun tidak
mampu memimpin. Pamannya Nasiruddin, naik meniadi sultan pada
1246 M.

Sultan Nasiruddin (1246-1266) menggantikan Sultan perempuan itu.


Nasiruddin adalah Sultan yang saleh clan paling baik pribadinya antara
penguasa-punguasa abad ke- 12 M. la hidup dengan menulis al-Qur'an
dan jahit topi pada senggang waktu. Tidak pernah menerima

You might also like