You are on page 1of 2

TATA KESOPANAN DIDALAM BERDO’A

Ada sepuluh yaitu :

1. Mengamati waktu-waktu yang mulia bagi do’anya seperti hari Arafah, Ramadhan,
hari Jum’at dan waktu sahur

2. Mempergunakan kesempatan pada keadaan-keadaan yang mulia.


Abu Hurairah ra berkata:
“Sesungguhnya pintu-pintu langit dibuka ketika berdesakan shaf (barisan) dijalan
Allah Ta’ala, ketika turunnya hujan, dan ketika didirikannya shalat fardhu, maka
pergunakanlah untuk berdo’a kepadanya!”

“Doa’ antara adzan dan iqamat itu tidak tertolak” (HR An Nasa’i dan At Tirmidzi)

“Orang yang berpuasa itu do’anya tidak tertolak” (HR At Trimidzi dan HR Ibnu
Majah)

“Sedekat-dekat keadaan hamba kepada Tuhannya ‘Azza wa Jalla adalah ketika ia


sedang bersujud, maka perbanyaklah doa padanya”(HR Muslim)

3. Hendaklah berdo’a dengan menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya


dengan sekira-kira tampak putih kedua ketiaknya. Rasulullah tidak mengangkat
pandangannya ke langit ketika berdoa

4. Melunakkan suara antara menyembunyikan dan mengeraskan


“Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut” (QS.
Al Israa’ : 55)

5. Sebaiknya tidak membebankan diri dengan bersajak dalam do’a

6. Merendahkan diri, khusyu’, gemar dan takut, Allah Ta’ala berfirman:

“…Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam


mengerjakan perbuatan baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan
cemas” (QS. Al Anbiyaa’ : 90)

7. Mengokohkan do’a, yakin akan diperkenankan dan ia membenarkan harapannya


pada do’anya. Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah salah seorang diantaramu apabila berdo’a mengucapkan “Wahai
Allah ampunilah saya jika Engkau mau, Wahai Allah sayangilah saya jika Engkau
mau”, namun agar ia mengokohkan permohonan itu, maka sesungguhnya tidak ada
sesuatu yang memaksa bagi-Nya” (Muttafaq’alaih dari hadits Abu Hurairah)

8. Bersungguh-sungguh dalam berdo’a dan mengulanginya tiga kali


“Diperkenankan bagi salah seorang diantara kamu selama ia tidak tergesa-gesa,
lalu ia mengatakan: “Saya telah berdoa, namun tidak diperkenankan bagiku”
Apabila kamu berdo’a maka mohonlah kepada Allah banyak-banyak, karena
sesungguhnya Engkau berdoa’a kepada Dzat yang Maha Pemurah”
(Muttafaq’alaih dari hadits Abu Hurairah)

9. Hendaklah ia memulai do’a dengan menyebut Allah ‘Azza wa Jalla, maka janganlah
memulai dengan permohonan. Salmah bin Akwa’ berkata: “Saya tidak mendengar
Rasulullah SAW memulai do’anya kecuali beliau membukanya dengan ucapan:
Subhaana rabbiyal ‘aliyyil ‘a’lal wahhaabi
(HR. Ahmad Al Hakim)

“Apabila kamu mohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla akan suatu hajat (kebutuhan)
maka mulailah dengan membaca shalawat atasku karena sesungguhnya Allah
Ta’ala itu Maha Pemurah dari diminta dua kebutuhan lalu Dia menunaikan salah
satunya dan menolak yang lain” (HR Abu Thalib Al Maliki)

10. Adab batin yang merupakan pokok dalam memperkenankan do’a adalah taubat,
mengembalikan kezaliman dan menghadap kepada Allah Ta’ala dengan cita-cita
yang sebenarnya

Dikutip dari :
IHYA’ ULUMIDDIN jilid II karya Imam Al-Ghazali,
terbitan Asy-Syifa’, Semarang, 1990

You might also like