You are on page 1of 2

ANALISA KASUS

Pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke IGD RS Persahabatan Jakarta pada tanggal
1 Desember 2010 dengan keluhan utama, lengan dan tungkai kanan tiba-tiba lemah sejak 12
jam SMRS. Dari hasil alloanamnesis dengan istri pasien, bahwa sebelumnya pasien baru saja
selesai menonton televisi dan hendak tidur pada pukul 20.00. Pasien tiba-tiba merasa sisi
sebelah kanan tubuhnya lemas ketika berbaring di tempat tidur. Istri pasien menyatakan
pasien tidak terjatuh dan tidak kehilangan kesadarannya, pasien juga tidak mengeluhkan sakit
kepala, mual, tidak muntah, dan tidak kejang. Pasien kemudian mencoba untuk tidur,
berharap keesokan harinya sudah sembuh, namun keesokan paginya lengan dan tungkainya
masih lemah dan tidak bisa digerakkan, pasien kemudian langsung dibawa oleh keluarganya
ke rumah sakit. Pasien menyangkal pernah menderita seperti ini sebelumnya, riwayat
hipertensi disangkal karena setiap tensi, tekanan darah selalu normal. Pasien juga
menyangkal menderita Diabetes Melitus. Penyakit jantung dan Asthma juga disangkal pasien.
Di dalam keluarganya, pasien mengaku tidak memiliki riwayat Hipertensi dan Diabetes
Melitus. Dalam kesehariannya, pasien bekerja tidak menentu. Ia hanya bekerja apabila ada
yang menyuruhnya untuk bekerja sebagai tukang bangunan atau supir. Pasien memiliki
kebiasaan merokok sebanyak 1 bungkus setiap harinya dan minum kopi satu cangkir setiap
harinya.

Dari hasil pemeriksaan fisik pada pasien, secara umum, kondisi pasien stabil, tanda-

tanda vital pada pasien dalam batas normal, tidak ditemukan adanya tekanan darah tinggi

pada pasien,dari pemeriksaan neurologis, didapatkan nervus VII dan XII kanan parese tipe

sentral seperti, lipatan nasolabialis kanan lebih dangkal dibandingkan kiri ketika pasien

meringis dan ketika pasien menggembungkan pipi, pipi kanan tidak sebesar pipi yang kiri.

Untuk nervus XII, lidah pasien terlihat terdeviasi ke kanan. Ekstremitas kanan pasien juga

mengalami kelumpuhan.

Pasien telah memiliki beberapa hasil pemeriksaan penunjang, seperti CT scan kepala

polos, yang menyatakan adanya infark di hemisfer kanan, serta gambaran EKG yang normal.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan, GDS pasien dalam batas normal,
pemeriksaan darah rutin dalam batas normal, namun pada pemeriksaan lipid, didapatkan

trigliserid, kolesterol total, dan kolesterol LDL pasien diatas normal.

Dari hasil anamnesis,pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien

didiagnosis menderita stroke iskemik dengan faktor resiko yaitu kebiasaan pasien merokok

serta dislipidemia. Kebiasaan merokok meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 4 kali.

Merokok menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh (termasuk yang

ada di otak dan jantung), sehingga merokok mendorong terjadinya aterosklerosis, mengurangi

aliran darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal. Sedangkan pada

dislipidemia,kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan factor risiko,

tingginya kolesterol dapat merusak dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit

jantung koroner. Kolesterol yang tinggi terutama Low Density Lipoprotein (LDL) akan

membentuk plak di dalam pembuluh darah dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di

jantung maupun di otak. Kadar kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko stroke 1,31-

2,9 kali.

Selama masa perawatan di RS Persahabatan, pasien diterapi dengan obat-obatan anti

platelet, neuro proktektan, dan obat anti hiperlipidemik untuk mengobati faktor resiko pasien

yaitu dislipidemia.Pasien juga dikonsulkan ke bagian Rehabilitasi Medik untuk fisioterapi,

dari RM menyarankan pada pasien untuk dilakukan ROM exercise pada ekstremitas

kanannya.

You might also like