Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pada praktikum ini kita mempelajari contoh polystirena dalam pelarut toluena.
Polistirena merupakan salah satu polimer yang ditemukan pada sekitar tahun
1930, dibuat melalui proses polimerisasi adisi dengan cara suspensi. Stirena
merupakan cairan yang tidak berwarna menyerupai minyak dengan bau seperti
benzena dan memiliki rumus kimia C6H5CH=CH2 atau ditulis sebagai C8H8. Secara
laboratorium dapat dibuat melalui dehidrogenasi etil benzene, yaitu dengan
melewatkan etilena melalui cairan benzena dengan tekanan yang cukup dan
aluminiumklorida sebagai katalisnya. Etil benzena didehidrogenasi menjadi
stirena dengan melewatkannya melalui katalis oksida aktif. Pada suhu sekitar
6000C stirena disuling dengan cara destilasi maka didapatkan polistirena.Reaksi
yang terjadi sebagai berikut : Polistirena padat murni adalah sebuah plastik tak
berwarna, keras dengan fleksibilitas yang terbatas yang dapat dibentuk menjadi
berbagai macam produk dengan detil yang bagus. Penambahan karet pada saat
polimerisasi dapat meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan kejut. Polistirena
jenis ini dikenal dengan nama High Impact Polystyrene (HIPS). Polistirena murni
yang transparan bisa dibuat menjadi beraneka warna melalui proses
compounding.
Dasar teori Viskositas yang digunakan untuk massa molekul polimer ialah jika
viskositas larutan polimer adalan η dan viskositas pelarut murni ialah η o maka viskositas
jenis η SP. Larutan polimer diabaikan oleh persamaan:
Karena massa jenis berbagai larutan yang dipakai hampir sama dengan massa jenis pelarut
maka dapat diandaikan viskositas tiap larutan hasil pengenceran berbanding lurus dengan
waktu alirnya dan pesamaannya adalah:
Jika dihitung harga η SP dan η SP/c kemudian diekstrapolasi ke konsentrasi awal (Co) akan
menghasilkan harga [η ]. Dengan demikian dapat dihitung massa molekul polimer dengan
persamaan:
[η ] = KMv
METODE PERCOBAAN
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan yaitu polistirena, toluena, metanol, dan
aseton. Alat-alat yang digunakan yaitu peralatan gelas, hot plate, neraca analitik, viskometer
Oswaltd, dan termometer.
Prosedur percobaan
Contoh Perhitungan:
∑xi 8 .8 + 8 .9 + 8 .9 + 8 .7 + 8 .8
Rerata t = n =1
= = 8.82
5 5
t 8.82 detik
ηrelatif = = = 1.0280
to 8.58 detik
ηspesifik = ηrelatif −1 = 1.0280 −1 = 0.0280
ηsp 0.0280
ηreduktif = = = 0.112
C 0.25
Gambar 1 Kurva hubungan viskositas reduktif dan konsentrasi polistirena pada pelarut
toluena.
0.205
log = 0.71 log Mv
12 .10 −3
Mv = 54 .4525
Tabel 4 Pengukuran waktu alir pelarut Φ
Ulangan Waktu Alir (detik)
1 53.40
2 53.44
3 53.42
4 53.38
5 53.52
Rerata 53.43
Perhitungan:
• Penentuan β
1
M 2
[η ] = φ α β
3 3
3
Mo 2
β3 =
[η ] x M o
3
2
1
φ α 3M 2
β =3
[η ] x Mo 2
3
1
φ α 3M 2
0.296 x 380.394
β =3 23 3
= 3.4535.10− 8
2.86.10 x 1 x 9.5578
• Penentuan ro2
= (3.4535 .10 −8 )
M 2 91 .3522
ro = β 2
2
= 2.0753 .10 −15
Mo 52 .5
• Penentuan r2
2
r 2 = α 2 ro = 12 x 2.0753.10−15 ( ) 2
= 4.3071.10 −30
• Penentuan So2
So = α 2 ( − β )
2 2 M
6M o
(
= 12 x − 3.4535 .10 −8 ) 2
x
91 .3522
6( 52 .5)
= 3.4588 .10 −16
• Penentuan S2
2 2 2 2
( )
− 1 62
S = α S = 1 x3.4 5 .18 08 = 1.1 9 .16 − 03 31
o
PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan dalam dua pelarut berbeda yaitu pelarut murni toluena dan
pelarut Φ(campuran toluena-metanol). Pelarut yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
dimensi polimer, karena efek interaksi pelarut dengan polimer yang akan mempengaruhi
ukuran atau dimensi dari rantai makromolekul. Pelarut yang baik dapat mengadakan interaksi
dengan polimer, dengan keadaan α <1 dan hal sebaliknya terjadi pada α >1. Bila suatu
pelarut memiliki α =1 maka kelarutan polimer berada pada titik kritik di dalam pelarut
tersebut, dan pelarut tersebut merupakan pelarut Φ. Pelarut Φ disiapkan dengan cara
mencampurkan pelarut metanol dengan toluena dan untuk mengetahui jumlah komposisinya,
dilakukan pengukuran awal dengan menambahkan sedikit demi sedikit pelarut metanol ke
dalam toluena yang telah mengandung polistirena. Kualitas pelarut tergantung pada
komposisi kimia dari polimer, molekul pelarut dan suhu larutan. Ketika suatu pelarut buruk
membatalkan efek dari ekspansi volume dari rantai polimer, maka kondisi teta (Ф)
terpenuhi. Untuk pasangan polimer-pelarut tertentu, kondisi teta dipenuhi pada suhu tertentu,
yang disebut suhu teta (Ф) atau titik teta. Suatu pelarut pada suhu ini disebut sebagai teta
pelarut. Pelarut teta merupakan pelarut yang bertindak seperti polimer yang memiliki rantai
linier.Secara umum, pengukuran sifat larutan polimer bergantung pada pelarut. Namun, ketika
sebuah pelarut teta digunakan, karakteristik yang diukur adalah independen dari pelarut.
Mereka bergantung hanya pada sifat polimer seperti panjang ikatan, sudut ikatan, dan
hambatan sterik rotasi menguntungkan
Pelarut teta dapat dibuat dengan melakukan titrasi antara polimer dengan suatu pelarut
yang akan di tambahkan hingga warna campuran tersebut keruh. Volume saat terjadinya
kekeruhan digunakan sebagai volume perbandingan dari pelarut teta.Jumlah metanol yang
diperlukan untuk membuat 100 mL pelarut Φ yaitu sebesar 23.66 mL.. Molekul komponen-
komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan,
tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut
dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarutnya sama-sama polar, akan terbentuk
suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut, hal ini memungkinkan interaksi antara zat
terlarut dan pelarut tetap stabil. Interaksi antara segmen rantai polimer dan molekul pelarut
memiliki energi yang berkaitan dengan interaksi yang dapat bernilai positif atau
negatif. Untuk pelarut yang bagus akan menghasilkan interaksi yang baik antara segmen
polimer dan molekul pelarut dan akan menyebabkan rantai polimer semakin
panjang. Untuk pelarut yang buruk, lebih disukai interaksi antar polimer-polimer, sehingga
polimer cenderung mempertahankan dimensinya. Kualitas pelarut tergantung pada komposisi
kimia dari polimer, molekul pelarut dan suhu larutan.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa waktu alir polistirena pada masing-
masing pelarut akan semakin meningkat dengan semakin tingginya konsentrasi. Sedangkan
bila dibandingkan waktu alir polistirena pada pelarut toluena dan pelarut Φ sangat berbeda
jauh yaitu waktu alir polistirena pada pelarut toluena lebih cepat dibandingkan dalam pelarut
Φ. Hal tersebut disebabkan oleh faktor ukuran polimer pada pelarut Φ lebih besar karena
berada pada titik kritik kelarutan sehingga memiliki sterik yang lebih besar. Hasil pengukuran
viskositas masing-masing polimer dalam pelarut berbeda diketahui bahwa polistirena pada
pelarut toluena memiliki bobot molekul polimer lebih kecil dibandingkan polistirena pada
pelarut Φ yaitu masing-masing sebesar 54 .4525 dan 91 .3522 . Nilai Mv tersebut sebanding
dengan waktu alir dari masing-masing polimer dalam pelarut berbeda karena viskositas
larutan akan sebanding dengan ukuran atau dimensi dari zat terlarutnya. toluene adalah
pelarut yang bagus yang dapat berinteraksi dengan baik dengan molekul polimer stirena
sehingga menghasilkan rantai yang lebih panjang, yang pada akhirnya menghasilkan nilai Mv
yang lebih besar. Lain halnya dengan pelarut teta yang merupakan gabungan komposisi
toluene dan methanol (3 : 1), adalah pelarut yang buruk sehingga menghasilkan nilai Mv yang
lebih kecil.
Hasil pengukuran dari viskositas pada larutan diperoleh nilai Mv sebesar 91.3522,
dan diketahui Mo merupakan ½ dari bobot molekul stirena yaitu sebesar 52.5, sehingga nilai
β diperoleh sebesar 3.4535 .10 −8 . Nilai tersebut menggambarkan panjang sudut ikatan
polistirena yaitu sebesar 3.4535 .10 −8 . Kuadrat dari harga jarak rata-rata antara kedua ujung
rantai (ro2) yaitu sebesar 2.0753. 10-15 dengan r2 sebesar 4.3071.10-30. Nilai dari kwadrat dari
jari-jari garis rata-rata(so2) yaitu sebesar 3.4588.10-16 dan s2 sebesar 1.1963.10-31.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sidik M, Atun S, Karim. 2007. Kimia Polimer. Jakarta: Universitas Terbuka
/16864/4/Chapter%20II.pdf
Sinaga D. 2008. Penentuan viskositas pada proses pemutihan. [Skripsi]. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.